# | Judul | Tahun | Pelaksana | Abstrak | Kategori | |
---|---|---|---|---|---|---|
181 | Pembuatan Kulit Putih (White Leather) Dari Kulit Wet Blue Untuk Java Boks | 2004 | Sofyan Karani, B. Sc. ST Widhiati, B. Sc Herryanto,B. Sc Kasmin Nainggolan, B. Sc | Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kulit putih yang memenuhi persyaratan mutu. Dalam proses penyamakan dilakukan beberapa tindakan selain untuk mendapatkan kulit yang putih juga untuk mendapatkan kulit yang kompak dan berisi dan dapat menghilangkan cacat yang disebabkan oleh urat darah. Bahan krom yang digunakan dalam proses penyamakan hanya 6% sehingga didapatkan warna wet blue yang tidak terlalu biru / hijau. Retanning menggunakan variasi syntan 16%, 20% dan 24%. Hasil uji sifat kimia dan sifat fisis kulit jadi hampir semua syarat mutu yang ditentukan memenuhi persyaratan, kecuali untuk uji penyerapan air 2 jam menghasilkan (84 ? 98) % sedangkan persyaratan maksimal 80%. Untuk uji tingkat keputihan kulit jadi dibandingkan dengan kulit standar, kulit hasil penelitian mempunyai keputihan yang sama. Kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini syntan yang digunakan dalam proses retanning adalah minimal 20%. | Kulit | |
182 | PEMBUATAN KULIT TAHAN PANAS UNTUK SARUNG TANGAN KERJA | 2012 | Wahyu Bintoro, S.Sn Thomas Tukirin, S.TP Iwan Fajar Pahlawan, S.Pt | Penelitian Pembuatan Kulit Tahan Panas untuk Sarung Tangan Kerja, merupakan kegiatan Kelompok Kerja 1866.007.073, bertujuan memperoleh formulasi proses penyamakan dan pembuatan kulit tahan panas untuk sarung tangan kerja, dengan sasaran untuk mendapatkan kulit tahan panas untuk sarung tangan kerja yang memenuhi persyaratan teknis. Proses penyamakan menggunakan bahan penyamak krom. Variasi perlakuan adalah penggunaan bahan tahan panas pada proses peminyakan sebesar 2%, 4% dan 6% serta pada proses finishing sebesar 100 bagian, 200 bagian dan 300 bagian. Sebagai kontrol kulit disamak menjadi kulit sarung tangan tanpa menggunakan bahan tahan panas. Ditinjau dari hasil uji fisis dengan tolok ukur SNI. 06-0464-1989; SNI. 06-0652-2005 dan BSEN ISO 6942 : 2002. Hasil yang terbaik adalah M4 F300 yaitu penggunaan bahan tahan panas 4% dan 300 bagian mempunyai kekuatan tarik 520kg/cm2, kemuluran 40% dan penyusutan 7,6%. Hal ini menunjukkan bahwa bahan tahan panas dapat digunakan pada proses perminyakan dan proses finishing (pengecatan tutup) dan kulit yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan sarung tangan kerja tahan panas. | Kulit | |
183 | PEMBUATAN LEM UNTUK ALAS KAKI | 2006 | Ir. Herminiwati, M.P., Ir. Arum Yuniari, Dra. Murwati, R. Jaka Susila, B.Sc., S.T | Lem sepatu/alas kaki merupakan salah satu bahan yang sangat penting dan menentukan kualitas serta konstruksi sepatu/alas kaki. Daya rekat lem sepatu/alas kaki dipengaruhi oleh jenis lem dan bahan sepatunya. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan formulasi lem yang sesuai untuk sepatu/alas kaki. Dalam penelitian ini dibuat 2 jenis lem yaitu lem dengan bahan baku karet alam dan lem dengan bahan baku karet sintetis dengan dan solven yang digunakan adalah toluene, hexane, ethyl ether. Adapun variasi dari phenolic resin adalah 30, 40 bagian sedangkan cuomaron resin 5, 10 bagian. Pengujian lem dilakukan terhadap daya rekatnya menggunakan tensile strength. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lem dengan bahan baku karet sintetis pada penggunaan phenolic resin 45 bagian memberikan daya rekat yang baik untuk berbagai bahan sepatu. Lem dengan bahan baku karet alam pada penggunaan coumaron resin 10 bagian memberikan daya rekat baik. | Karet | |
184 | Pembuatan Oil Seal Shock Absorber | 2016 | Ir. Arum Yuniari Ike Setyorini, S.T. Dwi Ningsih, S.T. Hesty Eka Mayasari, S.T. | <div align="justify">Shock absorber merupakan part otomotif yang sangat penting dalam mendukung kenyamanan berkendara. Salah satu bagian dalam part shock absorber adalah oil seal shock absorber. Fungsi dari oil seal tersebut adalah untuk meredam kejutan atau getaran akibat kondisi jalan yang tidak rata untuk memberikan kenyamanan bagi pengendara. Kondisi saat ini oil seal shock absorber yang diproduksi mudah aus dan rusak. Beberapa keluhan konsumen tentang oil seal shock absorber adalah mudah mengeras, mudah aus, mudah sobek, tidak tahan oli dan suhu tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan formulasi oil seals shock absorber tahan oli dan tahan panas serta mempelajari teknologi proses pembuatan oil seal shock absorber. Bahan baku yang digunakan untuk membuat oil seal shock absorber adalah Nitrile Butadiene Rubber (NBR) dan campuran NR/NBR sebagai bahan pengisi digunakan 2 (dua) jenis carbon black (CB) berdasarkan ukuran partikel yaitu N 330 dan N774. Proses pembuatan komposit menggunakan alat two roll mill dan proses pencetakan produk dengan mesin hydraulic press pada suhu 150ºC dan tekanan 150 kg/cm2. Pengujian komposit dilakukan berdasarkan sifat mekanik dan kimia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa oil seals shock absorber yang dibuat dari komposit NBR dengan bahan pengisi campuran N330/N774 mempunyai sifat mekanik unggul dan sifat ketahanan oli lebih baik dari produk oil seals shock absorber yang diperoleh dari pasaran. Sifat mekanik vulkanisat oil seals shock sabsorber dari campuran NR/NBR mengalami penurunan bila dibandingkan vulkanisat dari bahan NBR. </div> | Karet | |
185 | Pembuatan Oil Seal untuk Power Steering | 2011 | Ihda Novia Indrajati, MT Dra. Supraptiningsih, M.Si | Penelitian pembuatan oil seal untuk power steering bertujuan untuk memperoleh formulasi oil seal yang untuk power steering yang memenuhi standar beserta produk jadinya. Penelitian ini dilator belakangi umur pakai oil seal yang relative pendek sebagai akibat factor pemakaian. Pemakaian elastomer /karet yang banyak digunakan untuk pembuatan seal ini adalah NBR< HNBR dan VITON. Sebagai bahan pengisi digunakan berbagai jenis carbon black. Bahan –bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah karet NBR Krynac 4975 F, HAF ( N-330 ), SRF ( N-774 ), asam strearat , Zinc oxide, sulfur, MBTS, TMTD, antioksidan TMQ, paraffin wax, coumarone - indine, resin dan dioctyl phthatalat (DOP). Tahapan penelitian terbagai menjadi sub tahan pra penelitian dn penelitian. Pra penelitian bertujuan menguji formulasi yang disusun dengan variable jumlah sulfur dan rasio HAF/SRF black. Pengujian dilakukan terhadap vulkanisat oil seal untuk power steering meliputi sifata morfologi campuran, sifat fisis yang terdiri dari kekerasan, berat jenis, kuat tarik, perpanjangan putus , compression set. Untuk sifat fisis ketahanan terhadap pengusangan udara diamati perubahan kekerassan, kuat tarik dan perpanjangan putus. Pengujian ketahanan terhadap fluida dilakukan menggunakan fluida power steering dan pengamatan dilakukan terhadap perubahan kekerasan, kuat tarik , perpanjangan putus dan perubahan volume. Data hasil pengujian dianalisa dan disajikan dalam bentuk table dan grafik, kemudian dibandingkan dengan ASTM D 2000 spesifikasi untuk seal power steering dan spesifikasi teknis produk komersial untuk menentukan formulasi terbaik.; Hasil penelitian menunjukan homogenitas kompon terbaik diperoleh pada kompon dengan rasio HAF/SRF 10/60 phr. Perubahan kuat tarik setelah pengusangan udara maupun perendaman dalam fluida power steering menunjukan kecenderungan yang sama untuk semua rasio HAF?SRF black. Tren yang sam juga diperoleh untuk perpanjangan putus dan kekerasan. Perendaman vulkanisat dalam fluida power steering menyebabkan terjadinya penurunan volume (shrinkage), dimana nilai penurunan terendah diperoleh pada rasio 50/20 phr. Compresion set vulakanisat terendah diperoleh pada rasio 50/20, yaitu sebesar 9,519%. Formulasi terbaik dipilih berdasarkan perbandingan sifat-sifat vulkanisat hasil penelitian dengan standar dan diperoleh kompon dengan rasio HAF/SRF 10/60 phr sebagai formulasi terbaik. | Karet | |
186 | Pembuatan paking oil seal mesin mobil | 2017 | Ir. Arum Yuniar Ike Setyorini, ST. Noor Maryam Setyadewi, ST., MT. Hesty Eka Mayasari, ST. Wahyu Pradan Arsitika, ST. | Produsen suku cadang otomotif dituntut mampu menhasilkan suku cadang dengan kualitas dan kuantitas yang terjamin.Keberadaaan suku cadang otomotif adalah untuk memasok kepabrikan mobil atau Original Equipment Manufacturer (OEM) juga untuk memenuhi kebutuhan konsumen (after market). Salah satu suku cadang yangsangat dibutuhkan oleh konsumen adalah paking oil seal mesin mobil. Fungsi dari paking oil seal mesin mobil adalah untuk menahan rembesan kebocoran oli mesin mesin mobil supaya tetap pada tempatnya. Di Pasaran banyak beredar produk yang tidak orisinil dengan kualitas yang tidak standar. Beberapa keluhan dari pengguna otomotif adalah paking oil seal mudah mengeras, tidak tahan panas dan tidak tahan oli, sehingga terjadi kebocoran oli di sekitar mesin mobil. Pada penelitian ini akan dibuat paking oil seal mesin mobil dari komposit NBR/EPDMdengan sifat material tahan panas dan tahan oli. Penelitian dilakukan dalam 3 (tiga) tahun (2017-2019).Tjuan dari penelitian adalah mendapatkan optimun formulasi paking oil seal mesin mobil dari komposit NBR/EPDM, serta mempelajari pembuatan paking oil seal mesin mobil. Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah : NBR, EPDM, Kompatibiliser MBS, montmorillonite,Zeocyl, BIIR dan beberapa aditif.Pengujian yang dilakukan sifat material yang dikorelasikan dengan aplikasinyadi lapangan meliputi: Karakteristik proses, morfologi dan sifat mekanik ( Tegangan putus, perpanjangan putus, kuat sobek, swelling). Selain itu uji SEM, XRD, dan DSC juga dilakukan untuk mengetahui karakter material. Dari hasil prnrlitian yang dilakukan, diketahui bahwa kompatibiliser montmorillonite memberikan campuran yang lebih homogen ditinjau dari hasil SEM dan juga penggunaan montmorillonite dengan akselerator MBT memberikan sifat fisik yang baik dengan tegangan putus mencapai 151,67 kg/cm2. Namun demikian , penelitian ini perlu dilanjutkan untuk mendapatkan ketahanan swelling yang lebih baik lagi. | Plastik | |
187 | Pembuatan Plastik Biodegradabel untuk Sarung Tangan sekali pakai (tahap I) | 2017 | Ir.Dwi Wahini Nurhajati, M.Eng. Muhammad Sholeh, M.Eng. Noor Maryam Setyadewi, St., MT. Hesty Eka Mayasari, ST. Dr. HostaArdhayananta, ST., M.Sc. | Penggunaan sarung tangan sekali pakai ((disposable Gloves) di indonesia terkait penggunaan di restoran, Industri, medis dan lain-lainnya saat ini meningkat. Fungsi sarung tangan ialah untuk melindungi sang pemakaidari pengaruh lingkungan sekitarnya atau melindungi lingkungan sekitar dari tengan sang pemakai. Sarung tangan plastik sekali pakai banyak diimport dari Cina. Mengingat penggunaan sarung tangan plastik sangat banyak perlu dipikirkan penggunaan plastik yang dapat di daurulang atau yang mudah terdegradasi di alam. Salah satu cara yang dikembangkna untuk mengatasi masalah sampah plastik adalah penggunaan plastik biodegradabel . Pada penelitian ini telah dibuat 10 formula plastik biodegradabel dari campuran HDPE dan TPS berbasis pati tapioka. TPS yang digunakan ada 2 jeni TPS-bbkkp dan TPS komersial Enviplast. Pembuatan plastik biodegradabel dilakukan dengan menggunakan haake rheomix pada suhu130°C, 75 rpm selama 15 menit. Plastik biodegradabel hasil penelitian ditinjau dari sifat kekuatan tarik yang memenuhi syarat ASTM D7329- Standard Specification for food preparation and foot handling (foot service) Glove Tabel 3f. Persyaratan fisis untuk vynil (PVC) adalah plastik biodegradabel yang berisi enviplast 30 phr, dan plastik biodegradabel yang berisi TPS-bbkkp 30-60 phr namun ditinjau dari sifat perpanjangan putus belum ada yang memenuhi prsyaratan ASTM D7329 tersebut. Nilai kuat tarik dan perpanjangan putus turun dengan penambahan pati termoplastik (TPS). Densitas plastik biodegradabel meningkat dengan meningkatnya jumlah TPS yang ditambahkan. MFI meningkat dengan jbertambahnya jumlah TPS komersial. Mikograf SEM dari plastik biodegradabelsebelum diuji tanam memperlihatkan bahwapencampuran HDPE denagan TPS-bbkkp lebih homogen dibanding pencampuran HDPE dengan Enviplast.Setelah dilakukan uji tanam selama 14 hari terlihat bahwa plastik biodegradabel yang berisi TPS terjadi perubahan morfologi. Sifat kuat tarik dan perpanjangan putus plastik biodegradabel turun setelah ditanam dalam tanah selama 14, 28, 42 dan 56 hari termasuk terjadinya penurunan berat. Penurunan kuat tarik tertinggi(-58,74%) dan perpanjangan putus tertingg (-61,09%) serta penurunan berat terbesar (-62,077%) dicapai oleh F 10 yang berisi TPS-bbkkp sebanyak 70 phr. Hasil uji XRD menunjukan bahwa plastik biodegradabel yang dihasilkan adalah semi kristalin. | Plastik | |
188 | Pembuatan Protease Rhizopus Sp.Amobil | 2003 | Ir. Titik Purwati Widowati Ir. Drs. Prayitno, Apt, Msc Dra Murwati Sri Sutyasmi, Bsc, ST | Penelitian ini bertujuan utama untuk membuat sediaan enzimatis Rhizopus sp dalam karier. Rhizopus sp ditumbuhkan dalam media sekam gandum kemudian diekstrak, difraksionasi menggunakan garam amonium sulfat serta diikat dalam karier. Ekstrak kasar enzim mempunyai aktifitas specifik 1,95 U/mg protein. Pemurnian parsial menggunakan amonium sulfat 20 % menunjukkan peningkatan aktifitas spesifik enzim 1,63 kali menjadi 3,18 U/mg protein. Pengikatan karier berupa serbuk kayu sonokeling pada fraksi amonium sulfat 20 % meningkatkan aktifitas enzim menjadi 100,53 U dari aktifitas crude enzyme 95,88 U. Sediaan enzimatis ini digunakan sebagai agensia bating. Proses bating dilakukan pada 12 tengahan lembar kulit kambing awet garam-basah. Hasil pembuatan preparat mikroskopis menunjukkan bahwa proses bating menyebabkan terjadinya serabut-serabut kolagen kulit, juga mengakibatkan terjadinya pengurangan kadar protein kulit. Proses bating menggunakan sediaan enzimatis Rhizopus sp amobil menghasilkan sifat fisis kulit kras yang tidak berbeda nyata dengan kulit yang diproses bating menggunakan agensia komersial dan memenuhi SII 0038-73 : Mutu dan cara uji kulit kras kecuali kemulurannya. Hasil uji kualitas limbah cair setelah proses bating menuunjukkan bahwa limbah hasil bating yang menggunakan sediaan rhizopus sp mempunyai nilai BOD, COD dan N-NH3 yang lebih kecil dibanding limbah hasil proses bating menggunakan agensia komersial, sedang nilai TSS-nya relatif sama. | Kulit | |
189 | PEMBUATAN PROTOTIP SEPATU TAHAN API | 2012 | Ahmad Bion, A.Md. Haris Nur Salim, A.Md., S.Pd. Y.L. Subroto | Penelitian ini merupakan penelitian teknik produksi pada Pembuatan Prototip Sepatu Tahan Api yang bertujuan untuk mendapatkan konstruksi sepatu yang tahan api dan teknologi proses dalam pembuatan sepatu tahan api yang efektif. Penelitian merupakan penelitian eksploratif untuk membuka wacana baru dalam perspektif teknologi sepatu tahan api melalui berbagai referensi baik tertulis, artefak, serta sumber rekaman lainnya.<br /> Pemaparan hasil penelitian ini dibedakan dalam dua kelompok besar, yaitu pembahasan dalam ranah desain dan pembahasan dalam ranah realisasi. Dalam ranah desain, dipaparkan suatu proses desain dari situasi, perencanaan sederhana,penelitian awal, pemecahan, pemecahan yang paling memungkinkan, hingga gambar kerja yang siap untuk dijadikan produk. Dalam ranah realita, dipaparkan dari pra prototip tahap II sebagai langkah perbaikan untuk mencapai kesempurnaan desain, dan terakhir adalah prototip itu sendiri sebagai perwujudan akhir. | Desain | |
190 | Pembuatan Sepatu Pengaman dengan Pre Moulded Insole dan Komposit Toe Cap | 2016 | Tri Kanthi Rokhmadianto, S.Sn Hardjaka, A.Md Haris Nur Salam, A.Md, S. Pd Teguh Martianto, S.Si, M.T. Endang Susiani, S.T | <div align="justify">Sepatu pengaman adalah salah satu Alat Pelindung Diri yang harus dipakai seseorang ketika bekerja guna menghindari resiko kecelakaan. Sepatu pengaman bukan sekedar sebagi pelindung diri saja, tetapi dengan memakai sepatu pengaman sipemakai akan lebih leluasa bergerak hingga dapat meningkatkan efektivitas dalam bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sepatu pengaman dengan konstruksi pre mold insole dan composite toe cap yang nyaman dipakai. Sepatu pengaman yang tidak mempertimbangkan kenyamanan pakai akan mengganggu kenyamanan kaki saat beraktivitas. Hal ini dapat timbul dari konstruksi dan bahan yang dipakai dalam pembuatan sepatu. Untuk itu perlu dianalisa teknik produksi pembuatan sepatu pengaman dan sekaligus mencari fitting kaki untuk sepatu pengaman ini, yang mana dari hasil analisa tersebut dapat digunakan sebagai dasar dalam pembuatan sepatu pengaman dengan pre-molded insole dan komposit toe cap. </div> | Alas Kaki | |
191 | Pembuatan Serbuk Lateks dengan Metode Spray Drying | 2016 | Muhammad Sholeh, M.Eng Dr. Sc. Bidhari Pidhatika, ST, M.Sc Rangga Kistiwoyo, S.T. Endang Susiani, S.T. Hesty Eka Mayasari, S.T. | <div align="justify">Karet memiliki peranan penting bagi Indonesia, antara lain sebagai sumber pendapatan dan lapangan kerja penduduk, sumber devisa negara dari ekspor non- migas. Lateks pekat yang berasal dari karet alam dapat ditingkatkan penggunaannya dengan cara mengembangkan industri hilir berbahan baku lateks. Pengembangan industri hilir berbahan baku lateks salah satunya adalah dengan rekayasa proses pembuatan serbuk lateks sebagai bahan baku untuk berbagai industri barang jadi karet. Serbuk lateks diharapkan akan memiliki sifat yang lebih stabil dibandingkan dengan lateks dalam bentuk cair. Karena selama ini lateks dalam bentuk cair memerlukan penambahan bahan pengawet amonia untuk menjaga kestabilan sistem koloid lateks. Sehingga lateks dalam bentuk serbuk akan memudahkan dalam hal pengangkutan, penyimpanan, dan handling.<br /><br /> Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar dan jenis partitioning agent untuk proses pembuatan serbuk lateks dan mencari kondisi optimum proses pembuatan serbuk lateks.<span> </span>Suspensi Lateks yang telah ditambah aditif berupa partitioning agent dipompa dari wadah menggunakan tenaga pneumatik udara dari kompresor, lalu disemprotkan membentuk kabut dari bagian atas drum pengering. Udara pengering dipompa dari kompresor dengan kecepatan tertentu melalui heater sampai menjadi suhu tertentu lalu dihembuskan dari bagian atas drum pengering. Kabut suspensi lateks bertemu dengan udara pengering mengakibatkan terjadinya penguapan yang cepat air dan amoniak dari lateks, menghasilkan serbuk lateks jatuh ke bagian bawah drum pengering. Serbuk halus lateks terbawa ke siklon untuk dipisahkan dari udara pengering.<br /><br /> Penyemprotan lateks dengan partitioning agent nano silika atau deterjen ke dalam dryer pada suhu 100-105oC menghasilkan campuran serbuk dan granul lateks. Bagian yang berbentuk serbuk berdiameter < 0,1 mm. Kinerja dryer masih perlu ditingkatkan dengan cara memperbaiki Kompresor 10 hp, menyempurnakan isolasi, menambah heater di udara penyemprot , dan mencoba mengurangi jumlah baffle di pemanas. </div> | Karet | |
192 | PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PROSES BBKKP | 2013 | Ir. Zakiyudin, MA. Ir. V. Sri Pertiwi Rumiyati MP. Sita Azizah Wahyuni, S.T. Rambat, S.Si Subandriyo, S.E Agung Nugroho Supramono, A.Md Noor Relawati MS Indiyatsih, A.Md. Suraji | <p class="MsoNormal">Pembuatan Sistem Informasi Proses BBKKP yang difokuskan pada pembuatan System Informasi Manajemen (SIM), bertujuan membangun Informasi Manajemen (SIM). SIM merupakan pintu utama sebuah rumah bagi semua system informasi internal di BBKKP guna menuju era <em>One Gate Information System</em> di internal BBKKP. Semua system informasi internal BBKKP akan masuk ke dalam SIM sehingga dengan sekali <em>log in</em> di SIM, user bisa mengakses ke semua system informasi sesuai dengan hak aksesnya. Pengembangan SIM meliputi Sistem Informasi Laboraturium (SIL), Sistem Informasi Sertifikasi SMM ISO 9001 oleh LSSMM YOQA (SIS-YOQA), terdiri atas 2 (dua) kegiatan, yakni pembuatan basis data user untuk proses <em>login</em> dan proses integrasi dengan semua system informasi, serta pembuatan tampilan (<em>layout</em>) atau antarmuka (<em>interface</em>) dari SIM yang menyajikan data dan informasi dari setiap system informasi.<span></span></p> | Sistem Informasi | |
193 | PEMBUATAN SOL SEPATU DARI LATEKS KARET ALAM | 2013 | Ir. Syakim Hasimi, M. Si. (Koordinator) Ir. Herminiwati, MP (Peneliti Utama) | Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan di industri sepatu Bunut Kab. Asahan Sumut. Sol sepatu biasanya dibuat dari bahan karet padat namun sol Bunut yang dibuat dari lateks karet alam memiliki keunggulan kenyamanan pakai dan keawetannya. Sol lateks ini biasanya digunakan untuk membuat sepatu yang memerlukan kelenturan seperti sepatu mokasin dan sepatu kanvas. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh teknologi proses pembuatan sol sepatu dari lateks karet alam dan memperoleh formulasi terbaik sol sepatu dari lateks karet alam.<br /> Metode pembuatan sol lateks karet alam adalah secara proses fluida. Parameter uji berdasarkan pada sifat fisik yang meliputi tegangan putus, perpanjangan putus kekerasan, ketahanan retak lentur, ketahanan, sobek, ketahanan kikis dan bobot jenis sesuai SNI sepatu kanvas untuk umum.<br /><br /> Berdasarkan sifat tegangan putus sebesar 48,39 kg/cm<sup>2</sup> , perpanjangan putus sebesar 444,6%, kekerasan sebesar 52,317 shore A, ketahanan retak lentur yang paling baik dan tidak retak, bobot jelis sebesar 1,06 g/cm<sup>3</sup> dan ketahanan sobek sebesar 36,284 kg/cm<sup>2</sup> , maka formula terbaik sol lateks terdiri atas lateks (KKK 60%) 100 phr, sulfur 3 phr, ZnO 3 phr, ZDBC 0,8 phr, lonol 2 phr, Lesitin 0,5 phr, NPCC 5 phr dan CaCO<sub>3</sub> 20 phr. | Karet | |
194 | Pembuatan sol tatak (Shock insole) yang dapat menyerap keringat dan bau | 2000 | Ir.Herminiwati, MP Ir. Dwi Wahini Nurhajati, M.Eng Dra. Sri Nadilah, Apt | Kegiatan penelitian pembuatan sol tatak (Shock insole) yang dapat menyerap keringat dan bau bertujuan untuk membuat sol tatak yang dapat menyerap keringat dan bau skala laboratorium. Dalam penelitian ini dibuat sol tatak satu lapis dan sol tatak dua lapis.Pembuatan sol tatak satu lapis dilakukan sesuai pembuatan sponge rubber dengan suhu vulkanisasi 150 ?C, tekanan 150 kg/cm2 selama 30 menit. Adapun pembuatan sol tatak dua lapis dilakukan secara pencampuran dingin dilanjutkan dengan proses pengepresan. Formulasi sol tatak satu lapis terbaik terdiri dari karet krep 100 phr, mineral oil 2O phr, karbon aktif 50 phr, ZnO 10 phr, asam stearat 5 phr, MBTS 1 phr, anti oksidan 1 phr, blowing agent 10 phr dlan belerang 2,5 phr dengan sifat fisis kuat tarik sebesar 9,97 kg/ cm2, kernuluran 175 %, kekerasan 30 Shore A, penyerapan keringat 4,12 % (1/2 jam) dan 10,78 % (2 jam), penyerapan bau 75,99 % serta tidak retak pada uji ketahanan bengkuk. Formulasi sol tatak dua lapis terbaik terdiri dari karbon aktif 75 bagian, pulp 25 bagian, lem NA 200 bagian dan air 100 bagian, dengan sifat fisis kuat tarik sebesar 30,70 kg/ cm2, kemuluran 10 %, kekerasan 72 Shore A, penyerapan keringat 13,88 % (1/2 jam) dan 33,99 % (2 jam), penyerapan bau 83,13 % serta tidak retak pada uji ketahanan bengkuk. | Karet | |
195 | Pembuatan Thermoplastik Elastomer (Blend NBR dengan PNC) untuk Selang Kompor LPG | 2014 | Ir. V. Sri Pertiwi Rumiyati., MP (Koordinator) Ihda Novia Indrajati., MT (Peneliti Utama) Ike Setyorini, S.T. (Peneliti) | - | Plastik | |
196 | Pembuatan Web Sistem dan CD Interaktif BBKKP | 2011 | Sita Azizah Wahyuni, S.T. Subandriyo, S.E. Supramono, A.Md. Eko Sulistiyo Wibowo, S.T. | <p>Pembuatan Web Sistem dan CD Interaktif BBKKP. Web sistem menggunakan bahasa pemrograman web PHP dan database server MySQL. CD Interaktif menggunakan perangkat lunak Adobe Flash.</p> | Kulit | |
197 | PEMELIHARAAN DAN PENINGKATAN KOMPETENSI LABORATORIUM KALIBRASI | 2008 | Widodo, S.Sos, M. Rahna Nurhandaru, Junjung Ponco Purwandono, M.MT, Supriyanto | Widodo, S.Sos, M. Rahna Nurhandaru, Junjung Ponco Purwandono, M.MT, Supriyanto | Kulit | |
198 | Penanganan bau limbah cair industri penyamakan kulit. | 2000 | Ir. Ismiati Drs. Ign. Sunaryo Drs. Suhanda | Penanganan bau limbah cair industri penyamakan kulit. Limbah cair yang dihasilkan pada industri penyamakan kulit sangat potensial meracuni lingkungan bila tidak ada pengolahan yang baik sebelum dibuang, Salah satu unsur pencemar adalah bau limbah cair yang sangat menyengat. Sebagian besar bau tersebut dikarenakan adanya gas sulfida dan amoniak, Pada penelitian penanganan bau limbah' , industri penyamakan kulit baru dilakukan secara primer yaitu perlakuan fisika dan kimia. ' Akan lebih sempuma hasilnya bila dilanjutkan dengan perlakuan secara biologi (pengolahan sekunder). Untuk menghilangkan bau limbah cair dibuat rangkaian alat tertentu yang digunakan untuk pengolahan limbah cair dengan menggunakan zeolit dan carbon aktif sebagai adsorben, disamping itu juga digunakan asam sulfat dan tawas pada proses pengolahan. Dari hasil uji organoleptis menunjukkan bahwa zeolit dan karbon aktif dapat menghilangkan bau gas yang sangat menyengat menjadi hampir tidak berbau dan warna limbah cair yang kotor dan luruh menjadi bening dan bersih pada akhir proses. Dari hasil uji laboratoris menunjukkan penurunan nilai BOD, COD, TSS, sulfida, amoniak dan lemak. Penurunan maksimum BOD menjadi 82,96 %, COD 96,53 %, TSS 92,27 %, sulfida 98,96 %, amoniak 87,02 %. pada analisa gas terdeteksi adanya penurunan sulfida fmaksimum 14,36 %, SO2 54,68 % dan NH3 10,13 %. | Standar | |
199 | PENANGANAN GAS BUANG PADA INDUSTRI BAN | 1996 | Ir. Kusumo Retno Winahyu M. Sri Wahyu B. SC Sofyan Karani B. Sc | <p class="MsoNormal" style="line-height:normal;"><span style="font-size:12pt;font-family:'Times New Roman';">Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas gas buang industri ban, penelitian di laksanakan pada dua pabrik ban dengan pengambilan contoh di tiga titik sampling yaitu; ruang udara ambient, ruang proses produksi (udara emisi) dan ruang penyimpanan bahan baku (gudang bahan baku). Parameter yang dianalisa adalah: oksidan, sulfur dioksida, hidrogen disufida, nitrogen dioksida, ammonia, debu dan kebisingan. Hasil penelitian pada udara ambient menunjukan bahwa analisa oksidan adalah 0,4144 ppm dan 1,6235 ppm > 0,1 ppm syarat baku mutu dan kebisingan adalah 73,0 dBA dan 81,0 dBA > 70 dBA syarat baku mutu, sedangkan hidrogen disulfida, nitrogen dioksida, ammonia dan debu memenuhi syarat baku mutu. Hasil penelitian pada udara ruang proses produksi menunjukan bahwa analisa oksidan adalah 0,3418 ppm dan 1,4670 ppm > 0,1 ppm syarat baku mutu<span> </span>sedangkan hidrogen disulfide, nitrogen dioksida, amonia debu dan kebisingan memenuhi syarat baku mutu. Hasil penelitian pada udara ruang bahan baku menunjukan bahwa analisa oksidan adalah 0,8840 ppm > 0,1 ppm syarat baku mutu, ammonia adalah 18,118 ppm dan 16,521 ppm > 2,0 syarat baku mutu, debu adalah 1,6880 mg/m</span><span></span><span style="font-size:12pt;font-family:'Times New Roman';"><span> </span>syarat baku mutu dan kebisingan adalah 81 dBA dan75 dBA > 70 dBA syarat baku mutu, sedangkan hidrogen disulfida dan nitrogen dioksida memenuhi syarat baku mutu. untuk parameter sulfur dioksida semua titik sampling tudak terdeteksi.</span></p> | Limbah | |
200 | PENANGANAN GAS BUANG PADA INDUSTRI BAN | 1996 | Ir. Kusumo Retno Winahyu M. Sri Wahyu B. Sc Sofyan Karani B.Sc | Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas gas buang industri ban, penelitian di laksanakan pada dua pabrik ban dengan pengambilan contoh di tiga titik sampling yaitu; ruang udara ambient, ruang proses produksi (udara emisi) dan ruang penyimpanan bahan baku (gudang bahan baku). Parameter yang dianalisa adalah: oksidan, sulfur dioksida, hidrogen disufida, nitrogen dioksida, ammonia, debu dan kebisingan. Hasil penelitian pada udara ambient menunjukan bahwa analisa oksidan adalah 0,4144 ppm dan 1,6235 ppm > 0,1 ppm syarat baku mutu dan kebisingan adalah 73,0 dBA dan 81,0 dBA > 70 dBA syarat baku mutu, sedangkan hidrogen disulfida, nitrogen dioksida, ammonia dan debu memenuhi syarat baku mutu. Hasil penelitian pada udara ruang proses produksi menunjukan bahwa analisa oksidan adalah 0,3418 ppm dan 1,4670 ppm > 0,1 ppm syarat baku mutu sedangkan hidrogen disulfide, nitrogen dioksida, amonia debu dan kebisingan memenuhi syarat baku mutu. Hasil penelitian pada udara ruang bahan baku menunjukan bahwa analisa oksidan adalah 0,8840 ppm > 0,1 ppm syarat baku mutu, ammonia adalah 18,118 ppm dan 16,521 ppm > 2,0 syarat baku mutu, debu adalah 1,6880 mg/m syarat baku mutu dan kebisingan adalah 81 dBA dan75 dBA > 70 dBA syarat baku mutu, sedangkan hidrogen disulfida dan nitrogen dioksida memenuhi syarat baku mutu. Untuk parameter sulfur dioksida semua titik sampling tidak terdeteksi. | Limbah |