# | Judul | Tahun | Pelaksana | Abstrak | Kategori | |
---|---|---|---|---|---|---|
1 | Aplikasi Nanosilver sebagai Anti Bakteri dan Anti Jamur pada Kulit Tersamak | 2018 | Ir. Emiliana Kasmudjiastuti Dr. Dra. Eli Rohaeti, M.Si. (UNY) Rihastiwi Setiya Murti, S.Si., M.Sc. Tiyastiti Suraya, S.Si. Asri Dwi Pratiwi. A.Md. | In-house research | Kulit | |
2 | Penyamakan Kulit Softy dari Kulit Ikan Pari | 2018 | Gresy Griyanitasari, S.Pt. Umi Reza Lestari, S.T.P. Dona Rahmawati, S.T.P. Iwan Fajar Pahlawan, S.Pt., M.Si. Syaiful Harjanto, S.T. Eka Lusiana, A.Md. | In-house research | Kulit | |
3 | Aplikasi Minyak Kelapa Sawit (Elaeis Guenensi JACQ)sebagai Bahan Peminyakan Kulit (Fatliquoring) | 2017 | Ir. Emiliana Kasmudjiastuti Drs. Ir. Prayitno, Apt., M.Sc. Gressy Griyanitasari, S.Pt. Rihastiwi Setiyamurti, S.Si., M.Sc. Dona Rahmawati, S.Tp. | Proses peminyakan merupakan salah satu tahapan proses penyamakan kulit yang bertujuan untuk menjadikan kulit, fleksibel , liat, lunak dan lemas sesuai tujuan penggunaan kulit.Minyak sulfonasi/sulfatasi banyak digunakan untuk industri kulit, yang berasal dari minyak ikan, hewan, nabati dan sintetis. Secara kimia minyak ikan, hewan dan nabati mengandung trigliserida. Minyak yang digunakan untuk peminyakan umumnya menggunakan minyak yang sudah di sulfatasi atau sulfonasi yang berasal dari minyak ikan, hewan dan nabati. Minyak sulfonasi/sulfatasi banyak digunakan untuk industri kulit karena dapat memberikan dispersi minyak yang baikdan tidak sensitif terhadap asam. Tujuan penelitian untuk mengetahui optimasi/kondisi optimum sulfatasi minyak kelapa sawit yang cocok untuk proses peminyakan kulit. Bahan baku yang digunakan untuk penelitian ini adalah minyak kelapa sawit curah (tidak bermerek) dan bahan lain seperti H2SO4, NaCl dan NaOH. Variabel yang diamati meliputi jumlah H2SO4 dengan waktu pengadukan selama proses sulfatasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi studi pustaka, karakterisasi minyak kelapa sawit, pra penelitian, penelitian, pengujian, analisa data, dan evaluasi. Pengujian dilakukan terhadap minyak sulfat yang dihasilkan dan kulit jadi hasil aplikasi minyak sulfat pada kulit. Pengujian minyak sulfat yang dilakukan meliputi uji tingkat kelarutan dalam air, kestabilan emulsi, pecahnya emulsi, kadar air, pH, kadar minyak, total alkalinitas, angka penyabunan, kadar abu dan kadar SO3 terikat. Pengujian kulit yang dilakukan meliputi uji kekuatan tarik, kemuluran, kelemasan dan kadar minyak dalam kulit. Hasil Penelitian menunjukan bahwa sulfatasi minyak kelapa sawit dengan perlakuan 25% H2SO4 (3jam) adalah yang terbaik dibandingkan sampel lainnya. Minyak sulfat yang diperoleh sifat kelarutannya dalam air stabil sampai 1 jam, tampak seperti susu (3= milky). Suhu pecah emulsi, pada temperatur 55°C. Kadar air = 6,47%; pH = 8; kadar minyak = 81,28%; Angka penyabunan = 192,74%; Total alkalinitas = 0,25%; Kadar abu = 2,77%; kadar SO3 terikat = 7,68% memenuhi persyaratan minyak sulfat IS: 6357 – 1971. Aplikasinya pada kulit memberikan kekuatan tarik = 286,50 kg/cm2; kemuluran = 63,33%; kelemasan = 3,92 mm dan kadar minyak dalam kulit = 10,15%. | Kulit | |
4 | Pembuatan Plastik Biodegradabel untuk Sarung Tangan sekali pakai (tahap I) | 2017 | Ir.Dwi Wahini Nurhajati, M.Eng. Muhammad Sholeh, M.Eng. Noor Maryam Setyadewi, St., MT. Hesty Eka Mayasari, ST. Dr. HostaArdhayananta, ST., M.Sc. | Penggunaan sarung tangan sekali pakai ((disposable Gloves) di indonesia terkait penggunaan di restoran, Industri, medis dan lain-lainnya saat ini meningkat. Fungsi sarung tangan ialah untuk melindungi sang pemakaidari pengaruh lingkungan sekitarnya atau melindungi lingkungan sekitar dari tengan sang pemakai. Sarung tangan plastik sekali pakai banyak diimport dari Cina. Mengingat penggunaan sarung tangan plastik sangat banyak perlu dipikirkan penggunaan plastik yang dapat di daurulang atau yang mudah terdegradasi di alam. Salah satu cara yang dikembangkna untuk mengatasi masalah sampah plastik adalah penggunaan plastik biodegradabel . Pada penelitian ini telah dibuat 10 formula plastik biodegradabel dari campuran HDPE dan TPS berbasis pati tapioka. TPS yang digunakan ada 2 jeni TPS-bbkkp dan TPS komersial Enviplast. Pembuatan plastik biodegradabel dilakukan dengan menggunakan haake rheomix pada suhu130°C, 75 rpm selama 15 menit. Plastik biodegradabel hasil penelitian ditinjau dari sifat kekuatan tarik yang memenuhi syarat ASTM D7329- Standard Specification for food preparation and foot handling (foot service) Glove Tabel 3f. Persyaratan fisis untuk vynil (PVC) adalah plastik biodegradabel yang berisi enviplast 30 phr, dan plastik biodegradabel yang berisi TPS-bbkkp 30-60 phr namun ditinjau dari sifat perpanjangan putus belum ada yang memenuhi prsyaratan ASTM D7329 tersebut. Nilai kuat tarik dan perpanjangan putus turun dengan penambahan pati termoplastik (TPS). Densitas plastik biodegradabel meningkat dengan meningkatnya jumlah TPS yang ditambahkan. MFI meningkat dengan jbertambahnya jumlah TPS komersial. Mikograf SEM dari plastik biodegradabelsebelum diuji tanam memperlihatkan bahwapencampuran HDPE denagan TPS-bbkkp lebih homogen dibanding pencampuran HDPE dengan Enviplast.Setelah dilakukan uji tanam selama 14 hari terlihat bahwa plastik biodegradabel yang berisi TPS terjadi perubahan morfologi. Sifat kuat tarik dan perpanjangan putus plastik biodegradabel turun setelah ditanam dalam tanah selama 14, 28, 42 dan 56 hari termasuk terjadinya penurunan berat. Penurunan kuat tarik tertinggi(-58,74%) dan perpanjangan putus tertingg (-61,09%) serta penurunan berat terbesar (-62,077%) dicapai oleh F 10 yang berisi TPS-bbkkp sebanyak 70 phr. Hasil uji XRD menunjukan bahwa plastik biodegradabel yang dihasilkan adalah semi kristalin. | Plastik | |
5 | Sarung Tangan Karet anti alergi Berbasis Lateks Karet Alam Terdeproteinasi | 2017 | Indiah Ratna Dewi, S.Si. Muhammad Sholeh, M.Eng. Dona Rahmawati, S.TP. Endang Susianai, ST. Dr. Rer. nat Noviyan Darmawan, M.Sc. | Karet alam (NR) dari spesies Hevea brasilliensis adalah salah satu sumber daya alamterbarukan yang sangat berharga. NR memiliki banyak sifat yang unggul, namun juga memiliki kelemahan dalam sifat-sifat tertentu, seperti ketahanan terhadap minyak dan ketahanana terhadap cuaca. Keberadaaan ikatan ganda C=C pada rantai monomer Isoprenamenyebabkan NR mudah terdegradasi ketika permukaanya terpapar langung oleh sinar matahari, ozon, radiasi sinar UV dan udara, khususnya pada udara yang tinggi sehingga dilakukan modifikasi kimia terhadap NR untuk mengurangi kelemahannya. Namun keberadaan protein dalam NR dapat mengganggu efektivitas modifikasi kimia tersebut. Protein dapat bertindak sebagai pemburu radikal bebas dan dapat menghilangkan spesies radikal bebasyang ada pada mekanisme reaksi modifikasi. Protein yang terdapat pada permukaan NR juga dapat menimbulkan alergi sehingga protein dalam NR perlu di hilangkan. Proses deproteinasi lateks tinggi ammonia (HA – NR) menggunakan enzim proteolitik (1; 1,5; 2; 2,5% b/b), Urea (0,05; 0,1; 0,15;% b/b) dan gabungan keduanya(enzim 1%, urea 0,05% variasi waktu) ditambah dengan surfaktan SDS dan Sentrifuse 3500 rpm selama 3 x 60 menit sehingga menghasilkan karet yang terdeproteinasi (DPNR). Dilakukan pengujian protein dengan metode Kjeldahl, lateks hasil deproteinasi DPNR yang paling optimumdibuat film lateks. Dilakukan variasi konsentrasi koagulan (10; 20; 30%) dan waktu pencelupan (10; 20; 30 detik). Pada pembuatan film lateks dilakukan variasi pada jumlah bahan pengisi nano (0, 1, 2, 3, 4 dan 5%) Film yang hasilkan dilakukan pengujian kuat tarik dan perpanjangan putus. Dari hasil penelitian didapatkan hasil deproteinasi paling optimum adalah kombinasi enzin 1% -urea 0,05%, inkubasi 120 menitdalam suhu ruangKonsentrasi koagulan 20% dan waktu pencelupan 20 detik menghasilkan film dengan kuat tarik dan perpanjangan putus tertinggi. Film lateks tanpa penambahan bahan nano (NPCC=0) menghasilkan nilai kuat tarik dan perpanjangan putus tertinggi. Lateks DPNR dengan hasil terbaik pada uji kuat tarik dan perpenjangan putusnya kemudian dijadikan sebagai bahan untuk pembuatan sarung tangan karet anti alergi. Sarung tangan karet ditambah dengan anti bakteri ekstrak sirih dan ion Ag+. | Karet | |
6 | Pembuatan paking oil seal mesin mobil | 2017 | Ir. Arum Yuniar Ike Setyorini, ST. Noor Maryam Setyadewi, ST., MT. Hesty Eka Mayasari, ST. Wahyu Pradan Arsitika, ST. | Produsen suku cadang otomotif dituntut mampu menhasilkan suku cadang dengan kualitas dan kuantitas yang terjamin.Keberadaaan suku cadang otomotif adalah untuk memasok kepabrikan mobil atau Original Equipment Manufacturer (OEM) juga untuk memenuhi kebutuhan konsumen (after market). Salah satu suku cadang yangsangat dibutuhkan oleh konsumen adalah paking oil seal mesin mobil. Fungsi dari paking oil seal mesin mobil adalah untuk menahan rembesan kebocoran oli mesin mesin mobil supaya tetap pada tempatnya. Di Pasaran banyak beredar produk yang tidak orisinil dengan kualitas yang tidak standar. Beberapa keluhan dari pengguna otomotif adalah paking oil seal mudah mengeras, tidak tahan panas dan tidak tahan oli, sehingga terjadi kebocoran oli di sekitar mesin mobil. Pada penelitian ini akan dibuat paking oil seal mesin mobil dari komposit NBR/EPDMdengan sifat material tahan panas dan tahan oli. Penelitian dilakukan dalam 3 (tiga) tahun (2017-2019).Tjuan dari penelitian adalah mendapatkan optimun formulasi paking oil seal mesin mobil dari komposit NBR/EPDM, serta mempelajari pembuatan paking oil seal mesin mobil. Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah : NBR, EPDM, Kompatibiliser MBS, montmorillonite,Zeocyl, BIIR dan beberapa aditif.Pengujian yang dilakukan sifat material yang dikorelasikan dengan aplikasinyadi lapangan meliputi: Karakteristik proses, morfologi dan sifat mekanik ( Tegangan putus, perpanjangan putus, kuat sobek, swelling). Selain itu uji SEM, XRD, dan DSC juga dilakukan untuk mengetahui karakter material. Dari hasil prnrlitian yang dilakukan, diketahui bahwa kompatibiliser montmorillonite memberikan campuran yang lebih homogen ditinjau dari hasil SEM dan juga penggunaan montmorillonite dengan akselerator MBT memberikan sifat fisik yang baik dengan tegangan putus mencapai 151,67 kg/cm2. Namun demikian , penelitian ini perlu dilanjutkan untuk mendapatkan ketahanan swelling yang lebih baik lagi. | Plastik | |
7 | Rekayasa Mesin Pengikis Mutiara Kulit Ikan Pari untuk pembuatan barang jadi kulit | 2017 | R. Jaka Susila | Karena kulit ikan pari keras sehingga di[perlukan mesin jahit yang kuat.Untuk memuadahkan proses penjahitan perlu dilakukan pengikisan u tuk menghilangkanbutiran mutiara pada bagian yang akan di jahit. Saat ini belum ada peralatan yang sesuai untuk menghilangkan butiran mutiara kulit ikan pari sehingga pengrajin menghadapi kendala pada waktu menjahit kulit ikan pari. Pengrajin mencoba untuk menghilangkan butiran mutiara kulit ikan pari secara manual akan tetapi hasilnya kurang sem[purna dan membutuhkan waktu yang lam. Rekayasa Mesin Pengikis Mutiara kulit ikan pari untuk pembuatan barang jadi kulittelah menghasilkan satu unit prototipe mesin pengikis mutiara kulit ikan pari dengan motor listrik 1 phase, daya total 1170 watt dapat mengikis mutiara kulit ikan pari sehingga dapat di jahit saat akan dibuat barabg jadi kulit. Pengikisan dapat dilakukan dengan arah lurus dan melengkung berlawanan arah jarum jam (arah cembung) | Rekayasa | |
8 | Rekayasa alat peregang (stretcher) sepatu | 2016 | Tri Rahayu Setyo Utami, M.Eng Supriyadi, SE Ismail Umamit, A.Md Syaiful Harjanto, ST | <div align="justify">Sepatu adalah alat untuk menutupi atau sebagai alas kakiyang terbuat dari kulit maupun kain. Variabel yang menentukan kenyamanan pemakaian sepatu adalah lingkar gemur, lingkar gemuk, dan lingkar tumit. Jika ukuran ketiga lingkar ini sesuai dengan ukuran pemakai maka sepatu nyaman dipakai. Kulit mempunyai sifat lentur sehingga kulit atasan sepatu bisa diregangkan/ dilonggarkan sampai ukuran lingkar gemur, gemuk dan tumit sesuai ukuran lingkar pengguna dengan menggunakan alat peregang (<em>stretcher</em>) sepatu. Alat peregang (<em>stretcher</em>) sepatu yang ada di Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik (BBKKP) tidak dilengkapi dengan indikator pengukuran sehingga peregangan yang dilakukan tidak terukur. Hal ini menyebabkan proses peregangan terkadang tidak sesuai yang diharapkan. Oleh karena itu perlu dilakukan kegiatan rekayasa alat peregang (<em>stretcher</em>) sepatu untuk penyempurnaan alat yang sudah ada.<br /><br /> Rekayasa Alat Peregang (<em>stretcher</em>) Sepatu telah menghasilkan satu unit prototype alat peregang sepatu mekanis tanpa pemanas dengan spesifikasi jumlah pergang dua (kanan dan kiri), ukuran acuan peregang untuk sepatu laki-laki dan wanita ukuran 36 s.d 42, dilengkapi fitur tambahan berupa tiang alat bantu pengopenan (<em>lasting</em>). </div> | Rekayasa | |
9 | Rekayasa Alat Pencacah Kulit untuk Persiapan Contoh Uji Kimiawi | 2015 | R. Jaka Susila, B.Sc., ST Drs. Sugeng Tri Rahayu Setyo Utami, M.Eng Ismail Umamit, A.Md Suparti, A.Md Syaiful Harjanto, ST | <p align="justify" style="margin-top:0in;margin-right:0in;margin-bottom:.0001pt;margin-left:21pt;text-align:justify;line-height:111%;" class="MsoNormal"><span>Standar Nasional Indonesia (SNI) ISO 4044:2013 menetapkan metode persiapan contoh uji kulit untuk analisis kimiawi dan berlaku untuk semua jenis kulit. Sesuai SNI ISO 4044:2013 untuk proses persiapan contoh uji kimiawi kulit digiling dalam alat pencacah untuk membentuk kulit giling atau “serbuk persiapan kulit”contoh uji yang dilakukan secara manual menggunakan cutter/pisau dan gunting bisa memerlukan waktu sekitar 2-3 jam/contoh uji. Kegiatan rekayasa bertujuan untuk membuat rancang bangun dan perekayasaan mesin pencacah kulit untuk persiapan contoh uji kimiawi. </span></p> <p align="justify" style="margin-bottom:.0001pt;line-height:3pt;" class="MsoNormal"><span> </span></p> <p align="justify" style="margin-top:0in;margin-right:0in;margin-bottom:.0001pt;margin-left:21pt;text-align:justify;line-height:110%;" class="MsoNormal"><span>Pada kegiatan rekayasa ini telah dibuat satu unit alat pencacah kulit untuk persiapan contoh uji kimiawi dengan dua kali pemotongan, pemotongan awal dengan sistem pemotong susunan pisau disk dan pemotongan kedua oleh susunan pisau planar. Sistem penggerak menggunakan motor 1 phase, 1 HP. Uji coba alat dilakukan dengan bahan kulit ikan nila tebal 0,46 mm; kulit sapi tebal 1,55 mm; kulit atasan sepatu PDL tebal 2,4 mm. </span></p> | Rekayasa | |
10 | Peningkatan kinerja flokulan gelatin kulit limbah melalui modifikasi dengan akrilamida untuk pengolahan limbah cair | 2016 | Ir. Sugihartono, MS Drs. Ir.Prayitno, Apt,M.Sc Sri Sutyasmi, B.Sc., ST. Noor Maryam Setyadewi, S.T., M.T. Dona Rahmawati, S.T.P. | <div align="justify">Kulit limbah pada industri penyamakan kulit merupakan masalah utama, apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan pencemaran lingkungan melalui udara, air dan tanah. Pengolahan kulit limbah menjadi gelatin merupakan upaya pemanfaatan kulit secara optimal yang memberi nilai tambah. Gelatin dapat digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk untuk pengolahan air dan air limbah. Aplikasi gelatin secara tunggal maupun kombinasi dengan flokulan lain dapat menekan derajad polutan limbah cair, namun kinerjanya masih perlu ditingkatkan. Mereaksikan gelatin dengan polimer lain yang memiliki kemampuan flokulasi tinggi sehingga menjadi flokulan hibrida, diduga mampu meningkatkan kinerja gelatin sebagai flokulan untuk pengolahan limbah cair.<br /><br /> Bahan yang digunakan untuk pembuatan flokulan hibrida terdiri atas gelatin A kulit limbah pikel sebagai back bone, akrilamida sebagai kopolimer, dan metilen bis-akrilamida sebagai crosslinker agent. Penelitian dilakukan secara bertahap yaitu pembuatan gelatin A secara in-situ, grafting atau kopolimerisasi, karakterisasi gelatin A dan flokulan hibrida, serta uji coba kinerja flokulan hibrida.<br /><br /> Pemisahan garam pada kulit pikel limbah menggunakan perbandingan air dengan kulit pikel sebesar 20 : 1 v/b, merupakan perlakuan optimum dalam memproduksi gelatin A menggunakan asam in-situ. Gelatin yang diperoleh memiliki sifat, rendemen paling tinggi yaitu 49,73%, kadar air 8,57%, abu 2,68%, protein 80,74%, lemak 0,29%, energi 358,67 kal/100g, derajat keasaman (pH) 2,92; dan serat kasar 3,01%.<br /><br /> Grafting atau cangkok silang antara gelatin A dengan akrilamid dan metilen bis-akrilamida menggunkan reaktor microwave, menghasilkan produk/material baru yang berupa gelatin-g-akrilamida. Gelatin-g-akrilamida yang memiliki daya serap air paling besar adalah yang diproses dengan komposisi gelatin 2 g : akrilamida 4 g : metilen bis-akrilamida 0,1g yaitu sebesar 484%., dan yang paling kecil adalah yang komposisinya gelatin 2 g : akrilamida 4 g : metilen bis-akrilamida 0,2g<span> </span>yaitu sebesar 254%.<br /><br /> Flokulan gelatin-g-akrilamid mampu meningkatkan kinerja flokulan gelatin dalam hal menurunkan, TDS, COD, dan<span> </span>kekeruhan limbah cair. Peningkatan kinerja terjadi pada perlakuan A3B1 (akrilamida 8 g : metilen bis-akrilamida 0,1g)<span> </span>yaitu mampu mereduksi TDS<span> </span>1,6 kali dan COD 10,6 kali lipat dari flokulan gelatin. Perlakuan A2B2 (akrilamida 6 g : metilen bis-akrilamida 0,2g) kinerjanya meningkat 98,3% dari kinerja flokulan gelatin dalam mereduksi kekeruhan limbah. Akan tetapi kinerja flokulan gelatin-g-akrilamid lebih rendah dari pada kinerja flokulan gelatin dalam hal mereduksi krom heksavalen. </div> | Limbah | |
11 | Penelitian Ekstraksi Keratin dari Limbah Buang Bulu pada Proses Penyamakan Kulit Domba | 2016 | Drs. Ir.Prayitno, Apt,M.Sc Ir. Sugihartono, MS Ir. Emiliana Kasmudjiastuti Gresy Griyanitasari, S.Pt Dona Rahmawati, S.TP | Penelitian ekstraksi keratin dari limbah penyamakan kulit domba dilakukan dengan pertama-tama mengumpulkan bahan baku bulu yang diambil dari laboratorium proses kulit di sitimulyo dan dar bulu domba hasil proses pending. Hydrolisa keratin dihidrolisa dengan perhydrol 50 5 setelah sebelumnya dibengkakan dengan basa NaOH, Larutan basa saat hidrolisa diturunkan pHnya sampai pada Ph 4 - 5 untuk mengendapkan keratin, kemudian dilakukan pengeringan pada suhu 450 C. Keratin yng diperoleh digunakan untuk pembuatan body lotion. Pengujian dilakukan terhadap kadar protein, kadar air untuk randemennya dan FTIR<span lang="fi" xml:lang="fi"></span> | Limbah | |
12 | Karakterisasi dan Optimasi Karet V-Belt untuk Motor Matik | 2015 | Ir. Herminiwati, MP Ir. Arum Yuniari Indiah Ratna Dewi, S.Si Muhammad Sholeh, M.Eng | <div align="justify">Penelitian ini bertujuan untuk pembuatan v-belt karet motor matik. V-belt motor matik yang digunakan mempunyai tipe raw edge belt cogged (bergerigi). Pembuatan v-belt motor matik dilakukan melalui tahapan karakterisasi dan optimasi kompon karet v-belt. Hasil optimasi kompon karet v-belt diaplikasikan dalam pembuatan produk v-belt, namun agar didapatkan hasil v-belt yang baik dan memenuhi persyaratan, perlu dilakukan reformulasi kompon dan perlu dilakukan treatment terhadap serat gebang yang digunakan karena masih belum homogen. Serat poliester menghasilkan kompon yang tidak homogen dalam proses komponding. Proses pencetakan belum bisa dilakukan sebelum serat ditreatment. Hasil uji mekanis menghasilkan sifat-sifat kompon sebagai berikut : tegangan putus antara 91,78-136,28 kg/cm2; perpanjangan putus antara 50-133,33 %; kuat sobek 3,6-7,77 kg/cm; kekerasan 84,33-94,33 shore A; tegangan putus setelah aging 80,85-121,14 kg/cm2; perpanjangan putus setelah aging 36,67-111,67 %. Sifat mekanik kompon karet dengan penambahan serat gebang sebagai berikut : tegangan putus 55,93- 116,79 kg/cm2; perpanjangan putus 50- 116,67 %; kuat sobek 4,9- 17,72 kg/cm; kekerasan 88- 95 shore A; tegangan putus setelah aging 60,81- 102,11 kg/cm2; perpanjangan putus setelah aging 25- 93,33 %. </div> | Karet | |
13 | Pembuatan Karet Tromol untuk Kendaraan Bermotor Roda Dua | 2015 | Ir. Arum Yuniari Ir. Dwi Wahini Nurhajati, M.Eng Ike Setyorini, ST Hesty Eka Mayasari, ST | <p align="justify" class="MsoNormal" style="margin-top:0in;margin-right:.75in;margin-bottom:.0001pt;margin-left:21pt;text-align:justify;line-height:98%;"><span>Penelitian pembuatan karet tromol kendaraan bermotor roda dua bertujuan mendapatkan formulasi dan hasil uji yang memenuhi persyaratan teknis perusahaan. Bahan baku yang digunakan untuk membuat karet tromol adalah EPDM dan campuran EPDM/NR. Vulkanisat karet tromol dari bahan EPDM dibuat dengan variasi bahan pengisi carbon black 50 phr; 60 phr dan 70 phr. Sistem vulkanisasi yang digunakan ada 3 (tiga) yaitu: SEV, EV dan CV. Adapun vulkanisat karet tromol yang dibuat dari campuran EPDM dan karet alam dibuat dengan variasi bahan baku EPDM/NR sebagai berikut: 80/20 phr; 70/30 phr; 60/40 phr; 50/50 phr dan 40/60 phr. Bahan pengisi carbon black dibuat tetap yaitu 70 phr. Proses komponding menggunakan alat two roll mill. Proses komponding untuk kompon EPDM dan NR menggunakan metode kutativ. Proses vulkanisasi dengan alat hydraulic press tekanan 150 kg/cm 2. Pengujian yang diamati meliputi tegangan putus dan perpanjangan putus awal dan sesudah aging, ketahanan sobek awal dan sesudah aging, kekerasan awal dan sesudah aging, compression set suhu swelling, ketahanan kikis, SEM danTG/DTA. Hasil uji menunjukkan bahwa vulkanisat karet tromol bahan EPDM dengan bahan pengisi carbon black 70 phr di proses dengan sistem vulkanisasi EV memenuhi persyaratan teknis perusahaan. </span></p> | Karet | |
14 | Optimasi Pembuatan Bioplastik Berbasis Limbah Pertanian | 2015 | Ihda Novia Indrajati, MT Ir. Herminiwati, MP Ir. Dwi Wahini Nurhajati, M.Eng Muhammad Sholeh, M.Eng | <p align="justify" style="margin-top:0in;margin-right:0in;margin-bottom:.0001pt;margin-left:21pt;text-align:justify;line-height:93%;" class="MsoNormal"><span>Penelitian ini bertujuan mengoptimasi pembuatan bioplastik dari bahan limbah pertanian kulit umbi singkong dan diaplikasikan pada barang non kemasan. Pada penelitian ini barang yang akan dibuat adalah filamen untuk mesin cetak 3D. </span></p> <p align="justify" style="margin-bottom:.0001pt;line-height:5.55pt;" class="MsoNormal"><span> </span></p> <p align="justify" style="margin-top:0in;margin-right:0in;margin-bottom:.0001pt;margin-left:21pt;text-align:justify;line-height:98%;" class="MsoNormal"><span>Penelitian dilakukan dalam beberapa tahapan kegiatan. Pra penelitian, sebagai kegiatan pendahuluan, difokuskan pada ekstraksi pati dari kulit umbi singkong. Untuk memperoleh prosedur ekstraksi pati yang memberikan yield optimum, terlebih dahulu dilakukan ekstraksi pati dari umbi singkong. Pada percobaan tersebut divariasikan waktu pulping, waktu steeping, jumlah air, konsentrasi dan jumlah natrium metabisulfit (NMB). Kondisi yang memberikan yield optimum kemudian diterapkan pada ekstraksi pati dari kulit umbi singkong. Pada tahapan tersebut kembali dilakukan variasi konsentrasi NMB. Modifikasi pati menggunakan asam sitrat dilakukan untuk meningkatkan hidrofobitas pati. Modifikasi dilaksanakan pada waktu reaksi yang berbeda, yaitu 16, 18 dan 20 jam. Karakterisasi dilakukan terhadap gugus fungsi, morfologi dan kristalinitas, baik pada sampel pati hasil ekstraksi (NS) maupun pati modifikasi. Pembuatan TPS dilaksanakan dengan metode solvent casting. Pati yang digunakan merupakan campuran antara pati murni (NS) dan pati modifikasi (PCA), yaitu dengan rasio 1:0, 1:0,3 dan 1:1, serta variasi konsentrasi bentonite clay 0, 0,5, 1, 5, 10 dan 15%. Bentonite ditambahkan dalam bentuk dispersi 50%. Pemlastis digunakan air dan gliserol dengan konsentrasi masing-masing 10 g/g pati dan 3 g/g pati. Acid scavenger digunakan asam asetat glasial 5% v/v ditambahkan sebanyak 10%. Asam stearat ditambahkan sebanyak 1% sebagai pelumas internal. Karakterisasi dilakukan terhadap sampel TPS meliputi gugus fungsi, kristalinitas, sifat termal (DSC dan TG/DTA), melt flow index (MFI) dan sifat mekanik yang mencakup tegangan putus, perpanjangan putus dan kekerasan. </span></p> <p align="justify" style="margin-bottom:.0001pt;line-height:6pt;" class="MsoNormal"><span> </span></p> <p align="justify" style="margin-top:0in;margin-right:0in;margin-bottom:.0001pt;margin-left:21pt;text-align:justify;line-height:97%;" class="MsoNormal"><span>Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum ekstraksi pati kulit umbi adalah 200 ml air, 250 ml NMB 20% w/w, waktu pulping 2 menit, waktu rasping 6 menit dan waktu settling 24 jam. Gugus fungsi pati hasil ekstraksi sama dengan pati komersial dan mempunyai struktur kristal tipe A. Modifikasi pati menggunakan asam sitrat (PCA) tidak mengubah kristalinitas pati dan tidak memecah granular pati. Efektivitas modifikasi ditunjukkan melalui uji termal (TG/DTA) dengan adanya puncak endotermis pada 159,42 dan 211,59ºC. Thermoplastic starch (TPS) yang dihasilkan bersifat rapuh sehingga pengujian sifat mekanik belum dapat dilakukan karena terkendala proses preparasi contoh ujinya. TPS hasil penelitian menunjukkan sifat amorf. Penambahan bentonite menaikkan sifat termal TPS ditunjukkan dengan pergeseran puncak endotermis pada daerah 250-300ºC. </span></p> | Plastik | |
15 | Pencetakan Toe Cap Sepatu Pengaman dari Plastik Menggunakan Mesin Cetak Injeksi | 2015 | Ir. Dwi Wahini Nurhajati, M.Eng Ir. Arum Yuniari Hardjaka, M.Sn Ihda Novia Indrajati, MT | <p align="justify" style="margin-top:0in;margin-right:68pt;margin-bottom:.0001pt;margin-left:21pt;text-align:justify;line-height:normal;" class="MsoNormal"><span>Kegiatan penelitian “Pencetakan Toe Cap sepatu Injeksi” dilakukan dengan tujuan mendapatkan kondisi pencetakan yang optimum. Bahan <span> </span>yang digunakan dalam penelitian ini adalah komposit hasil penelitian BBKKP tahun 2013 yang dikomposisi dari resin acrylonitrile butadiene styrene (ABS), resin poli karbonat (PC) dan bahan pengisi nano precipitated calcium carbonate (NPCC) dengan perbandingan ABS/PC/NPCC: 90/10/2,5 dan juga aditif. Selain itu sebagai pembanding juga dicoba membuat toe cap dari poli paduan ABS/PC tanpa nanofiller dengan perbandingan ABS/PC 25/75, juga dicoba membuat toecap dari ABS murni dan PC murni. Pencetakan toe cap menggunakan mesin cetak injeksi (injection molding) merek Komatsu 80T dengan parameter yang diteliti adalah penyetelan (setting) suhu dan tekanan injeksi. Kondisi proses pencetakan komposit BBKKP yang optimum pada setting suhu barrel 215ºC (zone 4 atau feeding zone), 225ºC (zone 3), 230ºC (zone 2) dan 235ºC (zone 1 atau metering zone), dan tekanan injeksi 109 MPa (detik 1), 105 MPa (detik 2), dan 101 MPa (detik 3) suhu nozzle 177 ºC menghasilkan toe cap yang penuh. Hasil uji menunjukkan bahwa hasil uji panjang sisi dalam pengeras depan semua toe cap yang dibuat memenuhi SNI sepatu pengaman namun untuk uji ketahanan pukul dengan enerji 200J toe cap yang diuji berdasarkan EN 12568 untuk toe cap yang dibuat dari komposit BBKKP yang dikomposisi dari ABS/PC/NPCC dan toe cap dari bahan ABS pecah, sedangkan dari bahan PC dan polipaduan ABS/PC retak. Hasil uji ketahanan terhadap tekanan dengan beban 15 kN dari toe cap plastik yang dibuat dari komposit BBKKP retak sedangkan toe cap dari bahan ABS, PC dan polipaduan ABS/PC tidak retak. </span></p> | Plastik | |
16 | Pembuatan Serbuk Lateks dengan Metode Spray Drying | 2016 | Muhammad Sholeh, M.Eng Dr. Sc. Bidhari Pidhatika, ST, M.Sc Rangga Kistiwoyo, S.T. Endang Susiani, S.T. Hesty Eka Mayasari, S.T. | <div align="justify">Karet memiliki peranan penting bagi Indonesia, antara lain sebagai sumber pendapatan dan lapangan kerja penduduk, sumber devisa negara dari ekspor non- migas. Lateks pekat yang berasal dari karet alam dapat ditingkatkan penggunaannya dengan cara mengembangkan industri hilir berbahan baku lateks. Pengembangan industri hilir berbahan baku lateks salah satunya adalah dengan rekayasa proses pembuatan serbuk lateks sebagai bahan baku untuk berbagai industri barang jadi karet. Serbuk lateks diharapkan akan memiliki sifat yang lebih stabil dibandingkan dengan lateks dalam bentuk cair. Karena selama ini lateks dalam bentuk cair memerlukan penambahan bahan pengawet amonia untuk menjaga kestabilan sistem koloid lateks. Sehingga lateks dalam bentuk serbuk akan memudahkan dalam hal pengangkutan, penyimpanan, dan handling.<br /><br /> Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar dan jenis partitioning agent untuk proses pembuatan serbuk lateks dan mencari kondisi optimum proses pembuatan serbuk lateks.<span> </span>Suspensi Lateks yang telah ditambah aditif berupa partitioning agent dipompa dari wadah menggunakan tenaga pneumatik udara dari kompresor, lalu disemprotkan membentuk kabut dari bagian atas drum pengering. Udara pengering dipompa dari kompresor dengan kecepatan tertentu melalui heater sampai menjadi suhu tertentu lalu dihembuskan dari bagian atas drum pengering. Kabut suspensi lateks bertemu dengan udara pengering mengakibatkan terjadinya penguapan yang cepat air dan amoniak dari lateks, menghasilkan serbuk lateks jatuh ke bagian bawah drum pengering. Serbuk halus lateks terbawa ke siklon untuk dipisahkan dari udara pengering.<br /><br /> Penyemprotan lateks dengan partitioning agent nano silika atau deterjen ke dalam dryer pada suhu 100-105oC menghasilkan campuran serbuk dan granul lateks. Bagian yang berbentuk serbuk berdiameter < 0,1 mm. Kinerja dryer masih perlu ditingkatkan dengan cara memperbaiki Kompresor 10 hp, menyempurnakan isolasi, menambah heater di udara penyemprot , dan mencoba mengurangi jumlah baffle di pemanas. </div> | Karet | |
17 | Pengolahan Lanjut Limbah Cair Industri Lateks Pekat dengan Sistem Adsorbsi | 2015 | Ir. Nursamsi Sarengat Drs. Ir. Prayitno, Apt, M.Sc. Ir. Sugihartono, MS Ike Setyorini, ST | <div align="justify">Industri lateks pekat adalah industri yang mengolah lateks kebun menjadi lateks pekat. Pada proses pengolahannya industri lateks pekat menghasilkan limbah cair. Industri latekspekat sudah memiliki instalasi pengolahan limbah cair (IPAL) yang terdiri dari rubber trap 1, rubber trap 2, kolam anaerob dan aerob, namun limbah cair yang dihasilkan masih belum memenuhi baku mutu yang ditetapkan oleh daerah yaitu Perda Provinsi Jawa Tengah No. 5 Tahun 2012. Penelitian ini bertujuan menurunkan nilai BOD, COD, TSS dan amoniak sehingga mengurangi dampak lingkungan serta mengatasi problem IPAL yang belum berfungsi efektif dengan menambahkan sistem adsorbsi pada akhir proses. Dilakukan penelitian skala laboratorium dengan penggunaan berbagai jenis dan variasi adsorber. Penerapan prototipe dilakukan di IPAL pabrik lateks pekat menggunakan kombinasi adsorber sabut kelapa, sekam bakar, abu terbang bagas, arang, dan zeolit dapat menurunkan nilai COD 36,79 –39,83 %, BOD 46,23 –48,98 %, amoniak 35,99 –40,04 %, dan TSS 76,30 –77,39 %. </div> | Kimia | |
18 | Pembuatan Oil Seal Shock Absorber | 2016 | Ir. Arum Yuniari Ike Setyorini, S.T. Dwi Ningsih, S.T. Hesty Eka Mayasari, S.T. | <div align="justify">Shock absorber merupakan part otomotif yang sangat penting dalam mendukung kenyamanan berkendara. Salah satu bagian dalam part shock absorber adalah oil seal shock absorber. Fungsi dari oil seal tersebut adalah untuk meredam kejutan atau getaran akibat kondisi jalan yang tidak rata untuk memberikan kenyamanan bagi pengendara. Kondisi saat ini oil seal shock absorber yang diproduksi mudah aus dan rusak. Beberapa keluhan konsumen tentang oil seal shock absorber adalah mudah mengeras, mudah aus, mudah sobek, tidak tahan oli dan suhu tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan formulasi oil seals shock absorber tahan oli dan tahan panas serta mempelajari teknologi proses pembuatan oil seal shock absorber. Bahan baku yang digunakan untuk membuat oil seal shock absorber adalah Nitrile Butadiene Rubber (NBR) dan campuran NR/NBR sebagai bahan pengisi digunakan 2 (dua) jenis carbon black (CB) berdasarkan ukuran partikel yaitu N 330 dan N774. Proses pembuatan komposit menggunakan alat two roll mill dan proses pencetakan produk dengan mesin hydraulic press pada suhu 150ºC dan tekanan 150 kg/cm2. Pengujian komposit dilakukan berdasarkan sifat mekanik dan kimia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa oil seals shock absorber yang dibuat dari komposit NBR dengan bahan pengisi campuran N330/N774 mempunyai sifat mekanik unggul dan sifat ketahanan oli lebih baik dari produk oil seals shock absorber yang diperoleh dari pasaran. Sifat mekanik vulkanisat oil seals shock sabsorber dari campuran NR/NBR mengalami penurunan bila dibandingkan vulkanisat dari bahan NBR. </div> | Karet | |
19 | Optimalisasi Pembuatan Thermoplastik Elastomer Berbasis Karet Alam untuk Komponen Otomotif | 2016 | Ihda Novia Indrajati, MT Ir. Dwi Wahini Nurhajati, M.Eng Dr. Sc. Bidhari Pidhatika, ST, M.Sc Indiah Ratna Dewi, S.Si | <div align="justify">Thermoplastic elastomer (TPE) merupakan campuran antara termoplastik dan elastomer (karet), mempunyai sifat elastis seperti karet dan mampu diproses seperti material termoplastik. TPE yang dibuat berbasis karet alam (NR) dikenal sebagai TPNR. Penelitian ini bertujuan memperoleh formulasi dan teknologi proses TPE berbasis karet alam dan polipropilena dengan pemlastis maleated castor oil (MACO) dan penguat microfibrillar cellulose (MFC) yang dibuat dari serat daun nanas (PALF). TPE yang dihasilkan akan diaplikasikan untuk komponen otomotif. MACO disintesa dengan mereaksikan castor oil (CO) dengan maleat anhidrat (MAH) dengan bantuan xilena sebagai pelarut yang berfungsi sebagai selimut sistem. MFC dibuat dari serat daun nanas (PALF) produksi Subang, Jawa Barat. Perlakuan bertingkat dilakukan untuk memperoleh MFC dari PALF, meliputi pengecilan ukuran (grinding), perlakuan alkali, delignifikasi (bleaching), hidrolisa dengan asam sulfat 20% v/v dan perlakuan mekanik menggunakan ball mill dalam suasana asam (asam asetat glasial 1% v/v). TPE dibuat dengan metode vulkanisasi dinamik. Kompon NR dibuat secara terpisah menggunakan two roll mill. Akselerator yang digunakan dalam kompon NR divariasikan dengan basis MBTS, MBTS/DPG, CBS dan CBS/DPG. Pencampuran resin PP dengan kompon NR dilakukan dengan internal mixer Rheomix Polylab OS 3000. Proses pencampuran diawali dengan pencampuran PP dan MFC dan diikuti dengan kompon NR. Hasil menunjukkan bahwa MFC meningkatkan kekuatan sobek TPE, namun menurunkan tegangan putus dan perpanjangan putus. TPE yang dihasilkan bersifat semi kristalin, dimana adanya gaya tarik (tensile) menyebabkan sifat kristalin PP muncul. Titik leleh TPE sedikit lebih rendah daripada resin PP. Melt flow index (MFI) sampel TPE berkisar antara 3-9 g/10 menit, dimana penambahan serat menurunkan MFI. Produk komponen otomotif dibuat menggunakan proses cetak tekan. Sifat alir TPE kurang baik sehingga produk yang dihasilkan kurang sempurna. </div> | Karet | |
20 | Aplikasi Teknologi C-RFP untuk Penyamakan Kulit Lemas sebagai upaya Penanggulangan Limbah Krom Industri Penyamakan | 2015 | Sri Sutyasmi, B.Sc, ST Ir. Titik Purwati Widowati, MP Heru Budi Susanto, SE.,MT Noor Maryam Setyadewi, ST., MT | <div align="justify">Kulit lemas seperti kulit jaket umumnya masih menggunakan bahan penyamak krom. Keuntungan bahan penyamak krom antara lain adalah menghasilkan kulit lemas (seperti kulit garmen, jaket) yang mempunyai ketahanan fisik yang kuat dan waktu prosesnya relatif cepat. Disisi yang lain bahan penyamak krom mempunyai kelemahan terutama pada limbah yang dikeluarkan mengandung B3. Untuk itu perlu dilakukan penelitian pembuatan kulit lemas dengan samak nabati menggunakan sistem C-FRP. Penyamakan menggunakan sistem C-FRP ini jauh lebih cepat yaitu hanya 4 Jam, sedangkan cara konvensional adalah 18 –20 jam. Kulit pickle dikondisioning dengan Sootan TSN selanjutnya disamak tanpa air dengan bahan penyamak nabati (mimosa, quebracho dll). Hasil penyamakan yang dilakukan dengan bahan penyamak nabati sistem C-RFP menghasilkan kulit jadi yang tidak gembos/lemas dan dapat digunakan sebagai kulit jaket yang elastis dan mempunyai kekuatan sobek yang memadai. Hasil uji fisis kulit hasil penyamakan dengan sistem C-RFP masing-masing mempunyai tebal yang relatif sama antara (0,6 –0,7) mm, dengan mempunyai kekuatan tarik dan kemuluran memenuhi persyaratan SNI 4593:2011 - Kulit jaket domba/kambing, demikian juga untuk uji ketahanan gosok basah maupun keringnya, juga uji tembus uji uap air. Hasil uji SEM dari semua variasi terlihat bahwa semua kulit hasil penelitian terlihat jaringan kulit padat dan kompak. </div> | Kulit |