# | Judul | Tahun | Pelaksana | Abstrak | Kategori | |
---|---|---|---|---|---|---|
21 | Pembuatan Sepatu Pengaman dengan Pre Moulded Insole dan Komposit Toe Cap | 2016 | Tri Kanthi Rokhmadianto, S.Sn Hardjaka, A.Md Haris Nur Salam, A.Md, S. Pd Teguh Martianto, S.Si, M.T. Endang Susiani, S.T | <div align="justify">Sepatu pengaman adalah salah satu Alat Pelindung Diri yang harus dipakai seseorang ketika bekerja guna menghindari resiko kecelakaan. Sepatu pengaman bukan sekedar sebagi pelindung diri saja, tetapi dengan memakai sepatu pengaman sipemakai akan lebih leluasa bergerak hingga dapat meningkatkan efektivitas dalam bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sepatu pengaman dengan konstruksi pre mold insole dan composite toe cap yang nyaman dipakai. Sepatu pengaman yang tidak mempertimbangkan kenyamanan pakai akan mengganggu kenyamanan kaki saat beraktivitas. Hal ini dapat timbul dari konstruksi dan bahan yang dipakai dalam pembuatan sepatu. Untuk itu perlu dianalisa teknik produksi pembuatan sepatu pengaman dan sekaligus mencari fitting kaki untuk sepatu pengaman ini, yang mana dari hasil analisa tersebut dapat digunakan sebagai dasar dalam pembuatan sepatu pengaman dengan pre-molded insole dan komposit toe cap. </div> | Alas Kaki | |
22 | Pembuatan Acuan Sepatu Multi Toe | 2017 | Tri Kanthi Rochmadianto, S. Sn. Hardjaka, A. Md. Haris Nur Salam, A. Md., S. Pd. Ahmad Bion, A. Md. Sugiyanto, A. Md. TK. | Acuan menurut kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cetakan, dalam ilmu persepatuan adalah alat untuk mengukur bentuk sepatu. Acuan merupakan sarana penting pada proses pembuatan sepatu terutama untuk kenyamanan sepatu untuk kaki. Acuan sepatu dapat dibuat dari bahan kayu, logamdan plastik. Acuan sebagai sarana yang penting untuk pembuatan sepatu perluadanaya inovasi yang mampu memberikan nilai tambah. Dalam kegiatan ini pengembangan acuan terutama teknologi acuan sangat diperlukan untuk memberikan teknologi yang inovatif sehingga dapat diwujudkan suatu bentuk nilai tambah pada acuan tersebut. Acuan sepatu multi toe diharapkan dapat memberikan nilai tambah dengan adanya inovasi teknologi pada konstruksi acuan sepatu multi toe. Untuk itu perlu dianalisa teknologi pembuatan acuan sepatu multi toe ini , yang mana dari hasil analisa tersebut dapat digunakan sebagai dasar dapalam pembuatan acuan sepatu multi toe. | - | |
23 | Pengembangan Penyamakan Kulit Ramah Lingkungan (Bebas Khrom) dengan Bahan Penyamak Nabati untuk Kulit Bagian Atas Sepatu (Shoe Upper) | 2016 | Ir. Emiliana Kasmudjiastuti Dr. Sc. Bidhari Pidhatika, ST, M.Sc Iwan Fajar Pahlawan, S.Pt Gresy Griyanitasari, S.Pt | <div align="justify">Penyamakan menggunakan chrome (III) disinyalir akan terbentuk chrome (VI) bersifat karsinogenik yang dapat membahayakan kesehatan manusia (tidak ramah lingkungan). Penyamakan nabati dianggap sebagai pilihan ramah lingkungan (bebas krom) yang cocok untuk menggantikan penyamakan krom. Namun, penyamakan nabati memiliki beberapa kekurangan karena stabilitas terhadap panas rendah disbanding samak krom. Oleh karena itu perlu kombinasi bahan penyamak nabati dengan Aluminium, yang diharapkan akan<span> </span>menghasilkan kulit dengan stabilitas hidrotermal yang tinggi (suhu kerut meningkat).<br /><br /> Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh jenis dan kadar bahan penyamak nabati (Mimosa, Chesnut dan Quebracho) dan jumlah aluminium terhadap peningkatan suhu kerut<span> </span>kulit<span> </span>tersamak dan mengetahui kualitas kulit<span> </span>bagian atas sepatu dari kulit sapi. Variasi dilakukan terhadap jenis bahan penyamak (Mimosa, Chesnut dan Quebracho), kadar bahan penyamak (15, 20, 25%) dan<span> </span>kadar Alum (3, 6 dan 9%), sehingga jumlah perlakuan yang dilakukan pada penelitian ini adalah 28 termasuk kontrol.<br /><br /> Pengujian yang dilakukan meliputi uji kimia (kadar nitrogen, kadar zat kulit mentah, kadar tanin terikat dan derajat penyamakan); uji fisis (suhu kerut, tebal, kekuatan sobek, ketahanan gosok cat, kekuatan tarik, kemuluran, ketahanan bengkuk, ketahanan letup, penyerapan air dan WVP, SEM, dan DSC.<br /><br /> Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan Alum (tawas) setelah penyamakan baik menggunakan<span> </span>bahan penyamak<span> </span>Mimosa, Quebracho,<span> </span>maupun Chesnut ternyata mampu menaikkan suhu kerut, meskipun Aluminium yang digunakan bukan Aluminium Sulfat yang di ligand dengan asam tartrat dan asam sitrat. Perlakuan optimal pada penelitian ini adalah penggunaan 20% Mimosa + 3%Alum, dengan<span> </span>hasil sebagai berikut: suhu kerut 95,67 ºC (konvensional) dan 115 ºC (menggunakan alat DSC); derajat penyamakan 55,89%; tebal 55,89 mm; kekuatan sobek 45,46kg/cm; ketahanan gosok cat 4/5 (kering,basah); penyerapan air 79,01 dan 84,51% (2 jam dan 24 jam); ketahanan letup 1708,68 Psi; kekuatan tarik<span> </span>179,45 kg/cm2 ; kemuluran<span> </span>50,81 %; ketahanan bengkuk : nerf dan cat tidak retak; WVP 6,18 mg/cm2.jam. Pengamatan secara mikroskopi menggunakan SEM, menunjukkan bahwa struktur jaringan yang tadinya berongga menjadi kompak, setelah penambahan Alum (tawas). </div> | Kulit | |
24 | Penggunaan Ekstrak Kolagen dari Limbah Kulit sebagai Flokulan pada Pengolahan Limbah Industri Penyamakan Kulit | 2015 | Ir. Sugihartono, MS Ir. Nursyamsi Sarengat Sri Sutyasmi, B.Sc., ST Dona Rahmawati, STP | <div align="justify">Penyamakan kulit basah sebanyak satu ton, akan diturunkan limbah cair ± 40 m3,limbah padat sebelum samak sebesar 350 kg (berupa kulit hasil trimming 100 kg dan fleshing 250 kg), limbah padat sesudah samak sebesar 330 kg, dan limbah bahan kimia dari prosesing sebesar 380 kg. Pengolahan limbah cair dilakukan dengan menggunakan flokulan sintetis,namun industri sering kali mengurangi perhatiannya terhadap pengolahan limbah karena biaya mahal. Flokulan sintetis dapat menyebabkan masalah kesehatan dan lingkungan serta tidak dapat diurai di alam. Oleh karenanya perlu dicari pengganti flokulan yang bersifat biodegradable, terbarukan, biaya terjangkau, aman bagi manusia dan mahluk hidup lainnya, serta memiliki aktivitas tinggi. Gelatin merupakan protein yang dapat diproses dari kulit atau kulit limbah. Penggunaan gelatin untuk pengolahan limbah cair industri penyamakan kulit belum banyak diteliti, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan gelatin sebagai koagulan-flokulan pada pengolahan limbah cair. Penelitian dilakukan secara bertahap yaitu tahap pengolahan gelatin dari kulit pikel limbah menggunakan variasi basa NaOH dan KOH masing-masing dengan konsentrasi 1 dan 2%, dan tahap uji coba gelatin untuk pengolahan limbah cair industri penyamakan kulit dengan dosis 0,02; 0,04; 0,06; 0,08 dan 0,1% dari berat limbah; tahap terakhir yaitu menggunakan gelatin terpilih dan mengkombinasikan dengan fero sulfat/tawas (gelatin dibanding fero sulfat/ tawas adalah 100:0; 75:25; 50:50; 25:75; dan 0:100) untuk pengolahan limbah, dosis berat campuran 0,08% dari berat limbah. Cara pengolahan gelatin seperti cara Sugihartono (2014) dimodifikasi pada penghilangan garam dan asam menggunakan drum berputar, volume basa untuk hidrolisis sebesar 10 kali bagian kulit, dengan waktu perendaman selama 42 jam, dan air untuk ekstraksi sebesar 5 kali bagian kulit. Perbedaan jenis dan konsentrasi basa dalam hidrolisis kolagen dapat memberikan perbedaan rendemen, kadar abu, kadar protein dan bobot molekul protein gelatin. Rendemen gelatin paling tinggi dihasilkan dari perlakuan basa NaOH 2% yaitu 46,47%, sedangkan bobot molekul tinggi dihasilkan dari perlakuan basa KOH 1dan 2%, yaitu 100 -130 dKa. Gelatin hasil dari hidrolisis kolagen menggunakan basa NaOH dan KOH dengan konsentrasi 1 dan 2% dapat digunakan sebagai koagulan-flokulan dalam pengolahan limbah industri penyamakan kulit. Memiliki pengaruh yang beragam terhadap penurunan COD, kekeruhan, kromtotal, TDS, kapasitas adsorbsi dan persen adsorbsi. Koagulan-flokulan gelatin perlakuan NaOH 2% dosis 0,08% mampu menurunkan COD sebesar 75,44%, gelatin perlakuan KOH 1% dosis 0,06% mampu menurunkan kandungan krom total 79,26%,gelatin perlakuan NaOH 1% dosis 0,1% mampu menurunkan kekeruhan sampai 90,49% serta gelatin perlakuan KOH 1% dosis 0,08% mampu mengadsorbsi polutan terlarut sampai 15,25%. Kombinasi gelatin dengan ferosulfat/tawas saling menguatkan dalam penurunan kadar krom total dan penurunan kekeruhan limbah yang diolah. Penggunaan gelatin secara tunggal maupun kombinasi dengan fero sulfat atau tawas dapat menekan derajad polutan limbah cair industri pengolahan kulit, walaupun hasil olahannya belum memenuhi Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 5 Tahun 2014.</div> | Limbah | |
25 | Penelitian Pengelolaan Limbah Cair Industri Karet Brown Crepe | 2016 | Sri Sutyasmi, B.Sc., S.T. Ir. Nursamsi Sarengat Rambat,S.Si, M.Sc Ike Setyorini, S.T. | <div align="justify">Industri karet brown crepe umumnya belum ada pengolahan limbah cair atau ada pengolahan limbah namun tidak berfungsi karena hanya lewat, padahal masih sangat kotor dan bau. Karakteristik limbah cair brown crepe menunjukkan bahwa limbah cair brown crepe masih perlu pengelolaan yang benar agar memenuhi baku mutu. Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi problem IPAL yang belum memadai/belum ada sehingga dapat dibuat contoh IPAL yang berfungsi secara efektif di Industri karet brown crepe sehingga dapat mengurangi dampak pencemaran limbah cair brown crepe. Percobaan yang dilakukan di laboratorium ada 3 yaitu percobaan 1 menggunakan cara pengendapan dengan alum dan polielectrolyte dilanjutkan dengan absorbsi arang tempurung kelapa, Percobaan 2 menggunakan sand filter (saringan pasir dengan absorben arang tempurung kelapa, carbon aktif dan zeolit. Percobaan 3 kombinasi dari percobaan 1 dan percobaan 2. Prototipe IPAL dibuat berdasarkan percobaan sebelumnya yang dilaksanakan di labotratorium.<span> </span>Hasil uji coba prototite IPAL brown crepe menunjukkan hasil yang memenuhi baku mutu kecuali pada parameter COD masih sedikit di atas baku mutu yang dipersyaratkan. </div> | Limbah | |
26 | Pengembangan Pembuatan V-Belt Motor Matik | 2016 | Indiah Ratna Dewi, S.Si Ir. Herminiwati Ir. Arum Yuniari Muhammad Sholeh, M.Eng Noor Maryam Setyadewi, S.T., M.T. | <div align="justify">Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya yang telah berhasil melakukan karakterisasi produk V-Belt di pasar, dan melakukan optimasi kompon compression rubber. Compression rubber adalah bagian karet yang langsung berhubungan dengan pulley penggerak roda. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki sifat rheologi kompon compression rubber v-belt serta kelekatan serat pada matriks karet, optimasi kompon upper rubber, dan melakukan pencetakan produk v-belt dengan formula terbaik hasil penelitian.<br /><br /> Sifat rheologi kompon compression rubber diperbaiki dengan mengubah jenis dan jumlah akselerator, yaitu menggunakan akselerator tunggal CBS sebanyak 1,2 phr sehingga memiliki keselamatan proses yang lebih baik. Perbaikan serat dilakukan dengan menambah perlakuan kimia terhadap serat, yaitu proses hidrolisis dan modifikasi peroksida terhada serat hasil penelitian sebelumnya yang telah mengalami proses delignifikasi dan ekstraksi. Perlakuan serat ini mampu memperoleh serat berukuran mikro (sekitar 10-15 μm) dengan kadar selulosa sebesar 80%. Kompon compression rubber menggunakan gabungan karet sintetis dan karet alam CR/RSS I: 70/30 phr, bahan pengisi serat gebang 20 phr dan carbon black N330 sebanyak 40 phr, N550 sebanyak 35 phr, dan bahan aditif lainnya.<br /><br /> Kompon upper rubber telah berhasil dioptimasi dari formula dasar penelitian sebelumnya, menggunakan gabungan karet sintetis dan karet alam CR/RSS I: 70/30 phr, carbon black N330 sebanyak 30 phr, N550 sebanyak 30 phr, dan bahan aditif lainnya, tanpa menambahkan serat gebang. Pencetakan produk v-belt telah dilakukan dengan kerjasama antara BBKKP dengan PT. Bando Indonesia. Tahapan pecetakan produk meliputi tahap komponding menggunakan mini kneader, sheeting kompon hingga mencapai ukuran ± 0,3 cm, building, curing, v-cutting, home base cutting, dan finishing. Produk v-belt hasil penelitian juga telah diuji sesuai dengan standar JASO E-107 dan hasilnya mampu memenuhi persyaratan JASO E-107 yang diujikan. Pengujian durabilitas tidak dapat dilakukan karena alat uji yang ada di PT. Bando Indonesia sedang dalam perbaikan. </div> | Karet | |
27 | Peningkatan Mutu Kulit Reject dengan Aplikasi Berbagai Motif/ Drug untuk Shoe Upper | 2015 | Ir. Emiliana Kasmudjiastuti Drs. Ir.Prayitno, Apt,M.Sc Dr. Sc. Bidhari Pidhatika, ST.,M.Sc Gressy Griyanitasari, S.Pt | <div align="justify">Berbagai metode finishing dapat dilakukan untuk menyamarkan cacat kulit yang ada di permukaan kulit, antara lain dengan cara memberikan grain/motif buatan pada permukaan kulit atau pada kulit split atau kulit corrected grain. Maksud dari upaya tersebut di atas adalah untuk memodifikasi sifat-sifat pada permukaan kulit, memperbaiki sifat-sifat kulit, meningkatkan nilai tambah, dan meningkatkan performance kulit jadi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan mutu kulit sapi wet blue kulit kualitas rendah dengan motif/drug, mengetahui pengaruh jumlah binder poliuretan terhadap kualitas kulit sapi dan mengetahui pengaruh motif/drug terhadap kualitas kulit sapi. Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit wet blue kualitas reject. Variasi perlakuan pada penggunaan jumlah binder RU (100, 150, 200 bagian) dan jenis motif (buaya, burung onta, ikan hiu dan milled). Dari parameter uji yang dilakukan terkait dengan finishing (ketahanan gosok cat, kekuatan bengkuk, kekuatan rekat cat tutup, WVP dan WVA) memenuhi persyaratan. Untuk sifat kekuatan (strength properties) seperti kekuatan sobek dan kemuluran juga memenuhi persyaratan, kecuali untuk kekuatan tarik sebagain besar tidak memenuhi persyaratan. Hasil uji terkait mutu performance yang dinilai panelis (kelemasan, pegangan dan kenampakan) secara organoleptis nilai terbaik adalah pada penggunaan binder RU 200 bagian dengan motif ikan hiu dengan nilai 83.4 ± 4.8 (baik). Hasil pengamatan mikroskopik menunjukkan kulit dengan motif ikan hiu strukturnya lebih padat dan kompak dibanding motif buaya, burung onta dan milled. Perlakuan optimal pada penelitian ini adalah penggunaan binder PU 200 bagian dengan motif ikan hiu. </div> <p align="justify"> </p> | Kulit | |
28 | Pembuatan Komposit Plastik untuk Toe Cap Sepatu Pengaman | 2016 | Ir. Dwi Wahini Nurhajati, M.Eng Ir. Arum Yuniari Muhammad Sholeh, M.Eng Ihda Novia Indrajati, MT Ike Setyorini, ST Indiah Ratna Dewi, S.Si | <div align="justify">Toe cap merupakan bagian sepatu pengaman (safety shoes) yang berfungsi untuk melindungi pemakainya dari benda jatuh, sengatan listrik dan bahaya tempat kerja lainnya. Awalnya toe cap dibuat dari baja, namun dengan perkembangan teknologi sekarang sudah dijumpai toe caps dari plastik. Pada penelitian ini telah dibuat 7 formula komposit untuk toe cap sepatu pengaman berbahan dasar poli karbonat (PC) dan akrilonitril butadiena stiren baik yang diisi fiberglass maupun tidak. Pembuatan komposit plastik dilakukan menggunakan twin screw extruder pada suhu 230-260<span>ËšC</span><span style="font-size:11pt;line-height:115%;font-family:Calibri, 'sans-serif';"></span> dilanjutkan dengan proses pelletizing. Komposit plastik yang memenuhi persyaratan sepatu pengaman ISO 20345: 2011, Personal Protective Equipment-Safety Footwear dibuat dari PC/ABS 75/25 dan dicetak menjadi toe cap dengan mesin cetak injeksi pada kondisi proses suhu barrel 225-240<span>Ëš</span>C, suhu nozzle 120<span>Ëš</span>C, tekanan injeksi 58-65 bar dan tekanan holding<span> </span>60%. Hasil FTIR menunjukkan bahwa komposit yang dibuat tidak terdegradasi. Hasil SEM menunjukkan bahwa pencampuran plastik PC dan ABS serta bahan aditif lainnya homogen. Penambahan fiberglass ternyata menurunkan sifat ketahanan pukul komposit. Adanya fiber glass membuat komposit PC/ABS lebih amorf. Nilai 2-theta untuk komposit PC/ABS yang berisi fiber glass 15% lebih tinggi dari nilai 2-theta PC/ABS tanpa fibberglass. Toe cap hasil penelitian telah diuji coba penerapan pada pembuatan sepatu pengaman di 3 perusahaan sepatu yaitu di Mitra Batant Bandung, PT. Jaly Indonesia Utama Bogor dan di PT. Sumber Rejeki Agung Surabaya. </div> | Plastik | |
29 | Pembuatan Kulit Atasan Sepatu Tahan Suhu Dingin | 2015 | Drs. Ir.Prayitno, Apt,M.Sc Sri Waskito,SE Ir. Emiliana Kasmudjiastuti Heru Budi Susanto,SE., MT | <div align="justify">Penelitian pembuatan kulit atasan sepatu tahan suhu dingin bertujuan untuk mendapatkan formulasi untuk proses pembuatan kulit atasan sepatu yang mempunyai ketahanan pada suhu dingin. Bahan yang digunakan Kulit sapi Wet blue dan pickle, Garam, Na.Formiat, Tanigan OC, Na.Bicarbonat, Mimosa, Neutralising Sintan, Resin Akrilik, Tanigor SGN, Sincal MS, Cat Dasar, Derminiol SBJ, Derminol SPE, Anti Jamur, Asam formiat, Hexaflor, RA2, RU3906, BI 372, FI11250, Penetrator, Pigment, Lack netral, thier super dan KS, serta alat yang digunakan drum penyamakan, alat pengetaman, alat staking, alat pementangan, alat plating serta alat uji kuat tarik, penyerapan air, permibilitas air dan uap air, uji ketahanan gosok cat,alat uji flexing. Dalam penelitian ini percobaan disusun secara faktorial dalam rancangan acak lengkap, terdiri dari 5 (lima) taraf perlakuan konsentrasi water repellent untuk 2 (dua) jenis bahan penyamak krom dan nabati. Tiap taraf perlakuan mendapatkan tiga kali ulangan sehingga terdapat 30 unit percobaan dan tiap satuan pengamatan terdiri dari 1 side kulit. Penelitian dilakukan dengan memvariable bahan penyamak dengan bahan penyamak krom dan nabati dan tiap jenis bahan digunakan Water repelent yang divariasi 5,00; 7,50; 10,00; 12,50 dan 15% hasil dianalisa untuk mengetahui jumlah jenis dan jumlah bahan penyamak yang dapat memberikan sifat-sifat kulit atasan yang waterproof dan tahan dingin. Kulit atasan sepatu tahan dingin dapat dibuat dengan menggunakan samak khrom dengan menggunakan water repelent dari derifat fluorinated polimer dengan kadar minimal 7.5 % dengan memberikan kemampuan penyerapan air kurang dari 30% yang merupakan syarat umum kulit tahan suhu dingin. Penyamakan dengan bahan penyamakan nabati tanpa penggunaan bahan retaning khrom tidak bisa digunakan untuk membuat kulit atasan sepatu tahan dingin, terutama kelemahannya pada penyerapan uap air yang masih tinggi.</div> | Kulit | |
30 | Aplikasi Motif Batik Modern pada Bahan Kulit | 2014 | Sri Waskito., B.Sc., SE (Koordinator) Sri Sutyasmi., ST (Peneliti Utama) Ir. Emiliana Kasmudjiastuti (Peneliti) Rihastiwi Setiya Murti, S.Si. (Peneliti) | <p style="text-align:justify;" class="MsoNormal">Perkembangan Batik semakin meningkat, demikian juga dalam hal <em>fashion</em> seperti tas kulit dan dompet kulit yang di batik. Selama ini di pasaran kulit batik hanya dari kulit nabati sehingga kaku dan kurang bagus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bahan kulit jadi (<em>finish leather</em>) dari berbagai penyamakan kulit yang bisa dibatik dan dapat digunakan untuk pembuatan tas atau dompet dengan motif batik yang berkualitas baik. Kulit <em>pickle</em> disamak dengan 5 variasi penyamakan yaitu samak krom, samak kombinasi krom-syntan, krom- aldehid, krom-alum, dan samak nabati. Masing-masing penyamakan divariasi kadar minyaknya yaitu 2, 4 dan 6 %. Selanjutnya kulit dibatik dengan variasi batik tulis dan batik cap. Kemudian kulit di finish dengan lak, baru diuji fisis yaitu kekuatan tarik, kemuluran, kekuatan retak cat tutup, ketahanan gosok cat dan kekuatan rekat cat tutup. Hasil uji kekuatan retak cat tutup terbaik adalah batik tulis kulit nabati (N6) dengan nilai 0,6 dan batik cap kulit nabati (N4) dengan nilai 0,66. Selain itu juga uji FTIR dan uji morfologi kulit untuk kulit krom 2% minyak dan kulit yang lain 6 % minyak. Hasil uji fisis menunjukkan bahwa semua variasi penyamakaan kulit dapat dibatik. Hasil uji fisis kulit batik cap lebih bagus dari kulit batik tulis. Hasil uji kulit hasil penelitian lebih bagus dari kulit yang ada di pasaran, Hasil uji FTIR rata-rata puncak berada pada 1000 – 750. </p> | Kulit | |
31 | Pembuatan Thermoplastik Elastomer (Blend NBR dengan PNC) untuk Selang Kompor LPG | 2014 | Ir. V. Sri Pertiwi Rumiyati., MP (Koordinator) Ihda Novia Indrajati., MT (Peneliti Utama) Ike Setyorini, S.T. (Peneliti) | - | Plastik | |
32 | Pengembangan Bahan Thermoplastik Elastomer (TPE) Berbasis Poli Propilen untuk Komponen Otomotif Ramah Lingkungan | 2014 | Ir. Syakir Hasyimi., M.Si (Koordinator) Ir. Dwi Wahini Nurhajati., M.Eng (Peneliti Utama) Ir. Nursamsi Sarengat (Peneliti) Dra. Supraptiningsih, M.Si (Peneliti) | <p align="justify" style="text-align:justify;" class="MsoNormal">Penelitian pembuatan thermoplastic elastomer (blend NBR/PVC) untuk selang kompor LPG bertujuan memperoleh teknologi proses pembuatan selang kompor LPG dari campuran NBR dan PVC baik menggunakan<span> </span>DOP maupun MACO (maleated castor oil) sebagai pemlastis, mempelajari pengaruh paparan LPG terhadap campuran NBR/PVC dan mengetahui kinerja MACO pada campuran<span> </span>NBR/PVC.</p> <p align="justify" style="text-align:justify;" class="MsoNormal">MACO merupakan pemlastis berbasis bio yang dibuat dengan mereaksikan castor oil (CO) dan maleat anhidrat (MAH) dengan bantuan pelarut xilena. Pembuatan MACO dilakukan dengan memvariasikan perbandingan CO dan xilena yaitu 1:0; 1:0,5; 1:0,6 dan 1:0,75 dengan perbandingan CO:MAH sebesar 3:1 bagian. Disamping itu dilakukan juga variasi jumlah MAH (1,5:2,0 dan 3 bagian). Monitoring produk MACO dilakukan dengan mengukur angka asam pada interval tertentu, Karakterisasi MACO dilakukan melalui pengujian dengan FTIR dan NMR (<sup>13</sup>C- dan <sup>1</sup>H-NMR). Kinerja MACO yang dihasilkan dilihat dari aplikasinya pada kompon NBR/PVC. </p> <p align="justify" style="text-align:justify;" class="MsoNormal">Campuran NBR/PVC dibuat<span> </span>menggunakan two roll mill dengan memvariasikan jumlah PVC ( 0. 10, 20, 30, dan 40 phr ) untuk masing-masing jenis pemlastis (DOP, MACO dan DOP/MACO). Kematangan kompon diuji menggunakan moving die rheometer (MDR) pada suhu 180<sup>o</sup>C dan divulkanisasi menggunakan mesin kempa hidrolik pada suhu yang sama dan tekanan 150 kg/cm<sup>2</sup>. Pengujian kompon meliputi sifat fisis sesuai persyaratan pada SNI 7213:2014 ditambah dengan parameter kuat sobek. Karakterisasi morfologi dan analisa ternal menggunakan TG/DTA dan DSC. Produk selang kompor LPG dibuat bekerja sama dengan PT.Delta Jaya Mas, Gresik, Jawa Timur yang merupakan salah satu produsen selang karet untuk kompor LPG. Produk selang LPG dibuat dengan komposisi NBR/PVC 80/20 dan 50/50 bagian menggunakan pemlastis DOP dan DOP/MACO, Uji bakar dilakukan mengacu SNI 06-7213-2006 Amd-2008.</p> <p align="justify" style="text-align:justify;" class="MsoNormal">Sifat fisis NBR/PVC hasil penmelitian secara umum memenuhi persyaratan mutu pada SNI 7213:2014. Kompon dengan pemlastis MACO memberikan sifat fisis lebih rendah dari pada dengan DOP, namun memiliki ketahanan ozon yang baik. Penggunaan pemlastis ganda (DOP/MACO) memberikan nilai yang sebanding dengan hanya pemlastis DOP dengan jumlah yang lebih banyak. Untuk meningkatkan kinerja MACO sebagai pemlastis perlu dikembangkan penelitian lebih lanjut agar dapat menggantikan pemlastis berbasis turunan minyak bumi.</p> | Plastik | |
33 | Peningkatan Kompon Ban Motor Vulkanisir Sesuai Persyaratan SNI | 2014 | Ir. Syakir Hasyimi., M.Si (Koordinator) Ir. Herminiwati., MP (Peneliti Utama) Muhammad Sholeh, M.Eng (Peneliti) Ike Setyorini, S.T (Peneliti) | <p style="text-align:justify;" class="MsoNormal">Penelitian ini dilakukan dalam rangka menunjang SNI wajib yang akan diterapkan untuk ban motor vulkanisir. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan formula kompon telapak ban motor dan lem terbaik untuk diaplikasian dalam pembuatan ban motor vulkanisir sehingga diharapkan diperoleh ban motor vulkanisir yang memenuhi persyaratan SNI. Sebagai pembanding formula terbaik dibandingkan dengan kompon telapak ban dan lem dari pasaran.<span style="font-size:10pt;line-height:115%;"></span></p> <p style="text-align:justify;" class="MsoNormal">Kompon telapak ban motor terbaik diperoleh pada formula dengan perbandingan karet alam-karet sintetik 70 : 30 dengan filer N 330, sedangkan dengan filer N 550 pada perbandingan karet alam-karet sintetik 80 : 20. Formula lem terbaik diperoleh pada tackifer siongka dengan kadar padatan 14%. Formula terbaik yang diaplikasikan dalam pembuatan ban motor vulkanisir secara proses panas dapat memenuhi persyaratan SNI 0101 : 2012 tentang ban sepeda motor. Pembuatan motor vulkanisir mempunyai prospek ekonomi yang baik.</p> | Karet | |
34 | Finishing Kulit Reptil dengan Berbagai Tipe Finish | 2014 | Ir. Niken Karsiati (Koordinator) Ir. Emiliana Kasmudjiastuti (Peneliti Utama) Sri Sutyasmi, B.Sc., S. T. (Peneliti) Rihastiwi Setiya Murti, S.Si. (Peneliti) | <p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align:justify;">Kulit biawak dan ular merupakan kulit<em> exotic</em> karena memiliki rajah yang unik, oleh karena itu dalam proses finishingnya rajah asli dari binatang tersebut perlu dipertahankan agar tampak alami. Untuk memberikan kesan alami maka tipe finish yang digunakan diantaranya natural, aniline dan semi anilin. Tujuan penelitian<span> </span>ini adalah untuk memperoleh kulit jadi<span> </span>(<em>finished leather</em>) dari<span> </span>kulit reptil (kulit biawak dan ular) dengan berbagai tipe finish yang mempunyai pegangan dan penampilan yang natural<span> </span>(<em>natural feeling and appearance</em>). Dalam penelitian ini variasi yang dilakukan meliputi variasi jenis penyamakan (nabati dan krom) dan variasi tipe finish (natural, anilin, semi aniline dan two tone) dengan penggunaan bahan finishing yang bervariasi. Uji yang dilakukan yang terkait dengan finishing kulit yaitu uji ketahanan gosok cat, kekuatan rekat cat tutup dan organoleptis dan didukung dengan uji fisik yaitu kekuatan tarik dan kemuluran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil <span> </span>yang terbaik untuk kulit biawak samak nabati adalah menggunakan tipe finish natural dengan casein powder dan kulit biawak samak krom tipe finish aniline dengan binder protein. Hasil uji tersebut memenuhi persyaratan SNI 06-4362-1996, Kulit biawak untuk atasan sepatu.Untuk kulit ular samak nabati tipe finish natural dengan binder protein dan kulit ular samak krom tipe finish aniline dengan binder protein. Hasil uji tersebut juga memenuhi persyaratan SNI 06-4586-1998, Kulit jadi dari kulit ular air tawar samak krom.</p> | Kulit | |
35 | Pembuatan Alas Kaki untuk Kebutuhan Khusus | 2014 | Sri Waskito., B.Sc., SE (Koordinator) Drs. Ir. Prayitno., Apt., M.Sc (Peneliti Utama) Ir. Arum Yuniari(Peneliti) | <div align="justify">Telah dilakukan penelitian untuk pembuatan sepatu kebutuhan khusus bagi penderita cacat kaki baik cacat-cacat kaki yang standar maupun cacat kaki bawaan yang belum terstandar atau yang disebabkan oleh adanya penyakit-penyakit tertentu yang menyebabkan terjadinya perubahan pada bentuk kaki. Dalam penelitian ini digunakan model dari 4 (empat) penderita cacat kaki meliputi: Cacat kaki dengan tinggi/panjang berbeda dengan Hallux Valgus, Cacat kaki berbeda panjang, Telapak kaki berbeda panjang dengan jari jempol kearah atas, dan Cacat kaki berbeda besarnya. <br /> Adapun tahapan pembuatan sepatu khusus berturut-turut sebagai berikut: <br /><ol><li>Pengukuran kaki Model untuk mengumpulkan data kaki, untuk menghasilkan bentuk pola sol dalam sebagai dasar pembuatan acuan dan estimasi dari gerakan kaki, </li> <li>Pembuatan desain, </li> <li>Tracing telapak kaki, untuk mempermudah menentukan tipe pola kaki yang sesuai, </li> <li>Pembuatan pola telapak kaki untuk memperbaiki sifat kecacatan kaki dan biomekanis, </li> <li>Membuat acuan sesuai pola telapak kaki dengan pertimbangan, toe spring, tinggi hal, lingkar gemur, lingkar gemuk sesuai kecacatan kaki, </li> <li>Mengkopi acuan untuk pembuatan pola, </li> <li>Membuat pola bagian atas sepatu, </li> <li>Membuat bagian atas sepatu, </li> <li>Membuat bagian bawah sepatu, </li> <li>Merakit bagian atas dan bawah, dan </li> <li>Finishing</li> </ol> Dari penelitian, diperoleh 4 jenis sepatu masing-masing dengan 3(tiga) pasang desain, dari hasil penilaian dari para panelis disimpulkan ketiga desain responden menyatakan tidak terdapat beda nyata dalam kesesuaian desain.</div> | Alas Kaki | |
36 | Pembuatan Isolator Plastik Alat Rumah Tangga (Cookware) | 2014 | Ir. Titik Purwati Widowati., MP (Koordinator) Dra. Supraptiningsih., M.Si (Peneliti Utama) Ir. Sugihartono, M.S (Peneliti) Muhammad Sholeh, M.Eng (Peneliti) | - | Plastik | |
37 | Pembuatan Karpet Karet untuk Peternakan Ayam Petelur | 2014 | Muhammad Sholeh., M.Eng (Koordinator) Ir. Arum Yuniari (Peneliti Utama) Ir. Nursamsi sarengat (Peneliti) Ihda Novia Indrajati, M.T (Peneliti) | <p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align:justify;">Salah satu komoditi karet yang banyak dibutuhkan oleh industri dalam negeri maupun luar negeri adalah karpet untuk alas peternakan ayam petelur. Karpet karet untuk alas peternakan ayam memberikan manfaat lain lebih mudah dalam hal pembersihan kandang, sehingga hewan lebih sehat. Kerusakan karpet karet yang digunakan untuk 4 (empat) musim disebabkan beberapa hal antara lain perubahan cuaca, manure ayam, tekanan dan suhu dingin. Penelitian ini bertujuan membuat karpet karet untuk alas peternakan ayam petelur tahan terhadap suhu dingin dari campuran RSS dan butyl. Variasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah ratio RSS/butyl sebagai berikut : 100/0; 95/5; 90/10; 85/15; 80/20; 75/25; 70/30; 65/35; 60/40 dan 55/45 phr, sedangkan variasi sulfur 1,5 dan 2,5 phr. Pengujian yang dilakukan meliputi karakteristik vulkanisasi, morfologi dengan SEM, difraksi sinar X dengan XRD, sifat mekanik (tegangan putus, perpanjangan putus, kekerasan dan ketahanan kikis), swelling, ketahanan terhadap suhu dingin dan ketahanan ozon. Hasil uji karakteristik vulkanisasi untuk kedua jumlah sulfur tidak merubah waktu scorch (ts2). Hasil analisa struktur mikro untuk vulkanisat karpet karet dengan jumlah sulfur 2,5 phr lebih homogen.</p> <p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align:justify;">Pola difraksi sinar X vulkanisat karpet karet menunjukkan dominasi daerah amorph. Peningkatan kadar butyl menyebabkan penurunan tegangan putus dan perpanjangan putus tetapi meningkatkan kekerasan dan ketahanan kikis. Vulkanisat karpet karet dengan sulfur 2,5 phr, nilai swelling rendah. Vulkanisat karpet karet dari campuran RSS/butyl dengan sulfur 2,5 phr mempunyai sifat fisika dan ketahanan ozon kurang baik.</p> | Karet | |
38 | Pembuatan Karet Tahan Peluru untuk Keperluan Militer (Rompi Anti Peluru) | 2014 | Ir. V. Sri Pertiwi Rumiyati., MP (Koordinator) Ike Setyorini., ST (Peneliti Utama) Ihda Novia Indrajati, M.T (Peneliti) | <div align="justify">Kegiatan penelitiaan Pembuatan Karet Tahan Peluru untuk Keperluan Militer dimaksudkan untuk memperoleh substitusi serat sintetis yang selama ini digunakan sebagai material tahan peluru. Serat alam dan karet alam dikombinasikan membentuk suatu komposit yang memiliki sifat-sifat khusus yang diharapkan mampu digunakan sebagai material tahan peluru yang baru. Serat alam yang digunakan adalah serat sabut kelapa yang sudah diperlakukan secara alkali untuk meningkatkan kompatibilitas terhadap matriks (karet alam). <br /> Hasil vulkanisat diuji balistik meliputi aspek kemampuan terhadap tembus peluru dan tusukan senjata tajam. Komposit hasil penelitian ini belum mampu menahan tembakan pistol caliber 9 mm dari jarak 5 meter akan tetapi baru mampu terhadap tusukan senjata tajam dan bacokan.</div> | Karet | |
39 | PENINGKATAN SIFAT KETAHANAN PANAS NANO KOMPOSIT PVC UNTUK KOMPONEN ELETRONIKA | 2013 | Ir. Niken Karsiati (Koordinator) Ir. Arum Yuniarti (Peneliti Utama) Dra. Sri Brataningsih Puji Lestari (Peneliti) | <p class="MsoNormal"><span>Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh perbandingan PVC/LDPE dan <em>flame retardant</em> terhadap sifat ketahanan panas, sifat mekanik, sifat elektrik, morphologi dan analisa gugus fungsi. Pembuatan nano komposit PVC untuk elektronika dilakukan menggunakan laboplastomill pada suhu </span>215°C<span>, kecepatan torsi 50 rpm dan waktu 10 menit. Komposisi PVC dibuat tetap , kandungan LDPE divariasi 15;20;25 dan 30 phr. <em>Flame retardant</em> jumlahnya divariasi 30 dan 35 phr. Hasil pengujian menunjukan bahwa ketahanan panas nanokomposit PVC untuk elektronika masih belum memenuhi persyaratan SNI terkait elektronika seperti SNI 04-3892. 1-2006 : tusuk kontak dan kontak kontak untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya – Bag I : Persyaratan dan SNI 04-6504-2011 : Lampu swaballast untuk pelayanan umum - persyaratan keselamatan. Nilai ketahanan panas nanokomposit terbaik adalah 4,3 mm. Sifat mekanik nanokomposit terbaik pada penggunaan <em>flame retardant</em> 35 phr. Resistansi isolasi nanokomposit tidak menyala. Morphologi nanokomposit diamati dengan <em>Scanning Electron Microscope</em> (SEM) tampak campuran homogen dan LDPE terdispersi pada matriks PVC. Analisa gugus fungsi nanokomposit dengan FTIR menunjukan terbentuknya gugus fungsi polyene dan carbonyl.</span></p> | Plastik | |
40 | RANCANG BANGUN KOLOM ADSORPSI UNTUK EFFLUENT IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN ADSORBEN ABU TERBANG BAGAS | 2013 | Sri Waskito, B.Sc., SE Riahastiwi Setiya Murti, S.Si Christiana Maria Herry Purwanti, ST R. Jaka Susila, B.Sc, ST | <p class="MsoNormal"><span>Perekayasaan alat ini bertujuan untuk membuat unit kolom adsorpsi pada proses tersier IPAL industry penyamakan kulit untuk menurunkan kadar amoniak. Perancangan ini menggunakan 4 (empat) kolom adsorbsi yang masing-masing berisi material penyerap polutan yang terdiri dari zeolite, arang batok kelapa dan abu terbang bagas. Adapun kolom yang dibuat mempunyai spesifikasi sebagai berikut : Tinggi kolom = 150 cm, diameter kolom 30,48 cm, material pralon P VC, tipe kolom portabel, effluent IPL NH<sub>3</sub> = 10-35 mg/L NH<sub>3</sub>. Uji kinerja telah dilakukan dengan pengecekan kebocoran dan pengaturan debit 6 liter/menit dan 4 liter/menit. Kegiatan rancang bangun kolom adsorpsi untuk effluent IPAL Industri penyamakan kulit menggunakan abu terbang bagas telah menghasilkan 1 (satu) unit kolom adsorpsi yang mampu mereduksi warna limbah dari coklat kehijauan menjadi bening tidak berwarna. Efisiensi total kolom adsorpsi didapat 98,04%. <br /></span></p> | Limbah |