# | Judul | Tahun | Pelaksana | Abstrak | Kategori | |
---|---|---|---|---|---|---|
41 | PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PROSES BBKKP | 2013 | Ir. Zakiyudin, MA. Ir. V. Sri Pertiwi Rumiyati MP. Sita Azizah Wahyuni, S.T. Rambat, S.Si Subandriyo, S.E Agung Nugroho Supramono, A.Md Noor Relawati MS Indiyatsih, A.Md. Suraji | <p class="MsoNormal">Pembuatan Sistem Informasi Proses BBKKP yang difokuskan pada pembuatan System Informasi Manajemen (SIM), bertujuan membangun Informasi Manajemen (SIM). SIM merupakan pintu utama sebuah rumah bagi semua system informasi internal di BBKKP guna menuju era <em>One Gate Information System</em> di internal BBKKP. Semua system informasi internal BBKKP akan masuk ke dalam SIM sehingga dengan sekali <em>log in</em> di SIM, user bisa mengakses ke semua system informasi sesuai dengan hak aksesnya. Pengembangan SIM meliputi Sistem Informasi Laboraturium (SIL), Sistem Informasi Sertifikasi SMM ISO 9001 oleh LSSMM YOQA (SIS-YOQA), terdiri atas 2 (dua) kegiatan, yakni pembuatan basis data user untuk proses <em>login</em> dan proses integrasi dengan semua system informasi, serta pembuatan tampilan (<em>layout</em>) atau antarmuka (<em>interface</em>) dari SIM yang menyajikan data dan informasi dari setiap system informasi.<span></span></p> | Sistem Informasi | |
42 | PEMBUATAN KULIT JAKET RAMAH LINGKUNGAN MENGGUNAKAN BAHAN PENYAMAK NABATI | 2013 | Sri Waskito BSc. SE (Koordinator) Drs. Ir. Prayitno Apt,MSc (Peneliti Utama) | <span>Penelitian pembuatan kulit jaket ramah lingkungan dilakukan dengan menggantikan bahan penyamak khrom yang pada umumnya dilakukan untuk penyamakan kulit untuk saat ini dengan menggantikan dengan bahan penyamak yang akrab lingkungan. Dalam penelitian ini digunakan bahan samak nabati, salah satu kekurang bahan penyamak nabati dibanding dengan bahan penyamak khrom adalah sifat elaksitas dan kelemasan dari kulit yang dhasilkan. Untuk memperbaiki kekurangan ini maka perlu dicari bahan pembantu penyamak yang dapat memperbaiki sifat elastisitas dan kelamasan kulit jadi yang dihasilkan, dalam penelitian ini digunakan kombinasi minyak sintetis dan minyak alami. Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini berupa kulit pickle domba setelah dilakukan pencucian berturut-turut direbating, bleaching, direpikcle baru dilakukan penyamakan dengan auxilary tanning dan bahan penyamak nabati Mimosa. Mimosa digunakan dalam proses penyamakan sebesar 20% dari berat kulit pickle, dengan lama pemutaran drum sekitar 4 jam 30 menit, didiamkan semalam dan dilakukan pengecekan terhadap suhu kerut, suhu kerut dikehendaki diatas </span>75°C<span>, bila suhu kerut belum tercapai dilakukan penambahan bahan penyamak Mimosa dan dilakukan pemutaran sampai suhu kerut tercapai yang menandakan kulit sudah masak. Kemudian dilakukan shaving untuk mendapatkan ketebalan sampai 0,6 mm baru di wetting back, striping dan netralisasi. Proses selanjutnya adalah retanning dengan menggunakan bahan retanning dari turunan formaldehyde dan jenis polymeric retanning agent. Dilakukan dengan proses peminyakan dengan konsentrasi minyak yang divariasi 13% kombinasi 18% minyak sintetis dan 5% minyak alami; 14% kombinasi 6,5% minyak sintetis dan 7,5% minyak alami; 15% kombinasi 5% minyak sintetis dan 10% minyak alami; 16% kombinasi 3,5% minyak sintetis dan 12,5% minyak alami; 17% kombinasi 2% minyak sintetik dan 15% minyak sintetis. Dilanjutkan dying dan fixsasi, setelah ageing semalam dan dikeringkan dilakukan finishing. Hasil percobaan kemudian dilakukan pengujian organoleptis maupun fisis sesuai SIN 4593 – 2011, kulit jaket domba/kambing. Hasil uji selanjutnya dianalisis statistik yaitu dengan analisis variance untuk menentukan angka F dilanjutkan dengan analisa LSD, dengan menggunakan taraf kepercayaan 95%. Dari hasil analisa statistic diketahui dengan bahan penyamak Mimosa 20, dan fatliquoring 15% dengan kombinasi minyak sinthetis 6,5% dan minyak alami 8,5% menghasilkan kulit jaket yang memenuhi persyaratan SNI.</span> | Kulit | |
43 | PENELITIAN ISOLATOR KARET UNTUK PERALATAN DAPUR ( COOKWARE ) | 2013 | Muhammad Sholeh, M. Eng. Dra. Supraptiningsih,MSi Ir. Herminiwati, MP Ir. Arum Yuniari Ir.Sugihartono, MSi | <p class="MsoNormal"><span>Kegiatan in house research ini berjudul Penelitian Isolator Karet untuk Peralatan Dapur ( <em>cookware </em>). Tujuan penelitian ini adalah membuat formula isolator pegangan alat rumah tangga dari karet yang tahan panas. Penelitian ini dilakukan dengan membuat kompon karet skala laboratory. Dilakukan variasi pada jumlah limbah riklim yang digunakan dan jumlah sulfur. Bahan baku adalah bahan karet alam pale crepe dan karet sintetis SBR (<em>styrene butadiene rubber</em>). Bahan baku dan bahan pembantu ditimbang sesuai masing-masing formulasi. Pencampuran dilakukan dengan mesin kompending, kemudian dipress dengan mesin press. Kondisi pengepresan adalah suhu </span>150°C<span>, tekanan 170 MPa, dan waktu 120 menit. Pengujian yang dilakukan terhadap kompon hasil pra penelitian adalah uji perambatan panas, uji ketahanan panas, uji pengusangan kekerasan, dan uji specific grafity. Kompon hasil hasil pra penelitian memiliki sifat fisis Spgr 1,38 (kompon dengan riklim) dan 1,35 (kompon tampa riklim). Hasil uji perambatan panas menujukan nilai kenaikan panas </span>6°C<span> dalam waktu 180 menit (kompon dengan riklim), sedangkan kompon tanpa riklim menunjukan kenaikan </span>7°C<span>. kekerasan sebelum aging 91 shoreA dan sesudah aging 89 shore A (komponen dengan riklim), sedangkan kompon tanpa riklim mempunyai kekerasan sebelum aging 92 shore A dan sesudah aging 86 shore A.</span></p> | Karet | |
44 | PENGOLAHAN LIMBAH PADAT INDUSTRI KARET REMAH ( CRUMB RUBBER ) UNTUK PEMBUATAN KOMPOS | 2013 | Ir. Valentina Sri Pertiwi Rumiyati, MP Dra. Supartiningsih, MSi Ir. Nursamsi Sarengat | <p class="MsoNormal"><span>Penelitian ini berjudul Pengolahan Limbah Padat Industri Karet Remah ( <em>Crumb Rubber</em>) untuk Pembuatan Kompos. Tujuan penelitian adalah membuat formula kompos untuk pupuk tanaman. Hasil pupuk kompos dibandingkan dengan SNI 2803:2010 Pupuk NPK Padat. <br /></span></p> <p class="MsoNormal"><span>Penelitian dilakukan dengan pembuatan kompos skak laboratory. Dilakukan variasi pada jumlah limbah dan jumlah bekatul. Bahan baku limbah padat <em>crumb rubber</em> ditimbang sesuai masing-masing formulasi. Pencampuran dilakukan dengan penambahan bekatul sesuai formulasi, larutan gula tetes sebanyak 20 ml, dan EM4 sebanyak 20 ml. Air ditambahkan sesuai campuran mempunyai kelembaban 40-60%. Larutan gula (tetes) dibuat dengan melarutkan 500 g gula pasir dalam 500 ml air. Proses pembalikan dan penyiraman dilakukan seminggu 2 kali. Cek suhu dilakukan setiap hari pada 10 hari pertama, selanjutnya cek suhu 1 kali seminggu. Kompos matang pada hari ke 40. <br /></span></p> <p class="MsoNormal"><span>Kompos hasil penelitian bila dibandingkan dengan SNI 2803:2010 Pupuk NPK Padat serta Peraturan Menteri Pertanian No: 70/Permentan/SR-140/10/2010 tentang Pupuk Organik, maka kompos terbaik dan memenuhi persyaratan adalah kompos dengan formula bekatul 20 bagian dan limbah padat <em>crumb rubber</em> 100 bagian, 90 bagian dan 80 bagian. Kompos tersebut memiliki beberapa ciri antara lain berwarna coklat tua agak hitam mirip dengan warna tanah, tidak larut dalam air, C/N ratio sebesar 20,74 - 25,44, suhu kurang lebih sama dengan suhu lingkungan, dan tidak berbau.</span></p> | Karet | |
45 | DESAIN DAN PENERAPAN ORNAMEN KONTEMPORER PADA SEPATU KULIT DENGAN TEKNIK EMBOSS | 2013 | Hardjaka, A.Md., M.Sn. (Koordinator) Ir. Suliestyah Wrd (Peneliti Utama) | <p class="MsoNormal"><span>Penelitian ini merupakan penelitian teknik produksi pada penerapan Desain dan Ornamen Kontemporer pada Sepatu Kulit Dengan Teknik Emboss yang bertujuan untuk membuat sepatu wanita dan pria dari kulit yang berornamen kontemporer dengan teknik emboss untuk keperluan fashion. Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif untuk membuka wacana baru dalam perspektif teknologi emboss pada sepatu melalui dari berbagai referensi baik tertulis serta sumber rekaman lainnya. </span><span><br /></span></p> <p class="MsoNormal"><span>Pemaparan hasil penelitian ini dibedakan dalam dua kelompok besar, yaitu pembahasan dalam lingkup desain dan pembahasan dalam lingkup realisasi. Dalam lingkup desain, dipaparkan suatu proses desain dari suatu situasi pengembangan desain sepatu semi boot yang menjelaskan proses dan hasil pengembangan desain, perencanaan sederhana dari hasil desain, sedangkan dalam ranah realisasi mencakup : penelitian awal teknik emboss yang akan diterapkan pada embossing pada kulit ; pemecahan yang paling memungkinkan dari hasil penelitian awal yaitu pemilihan teknik emboss yang tepat; hingga gambar kerja yang siap menjelaskan seluruh proses dari desain, teknik emboss hingga pembuatan sepatu. Sedangkan lingkup realisasi yaitu prose penerapan emboss dan pembuatan sepatu.</span> </p> | Kulit | |
46 | PEMBUATAN KARET KOPLING ( RUBBER CLUTCH DUMPER ) DARI CAMPURAN KARET ALAM DAN EPDM | 2013 | Muhammad Sholeh, M.Eng (Koordinator) Ihda Novia Indrajati, MT (Peneliti Utama) | <p class="MsoNormal">Sepeda motor matic semakin diminati terbukti dengan permintaan yang semakin meningkat. Kebiasaan menggantung kecepatan pada saat bermanuver berimbas pada kerja kopling dan secara langsung berkaitan dengan karet peredam kopling (<em>rubber clutch dumper</em>) yang berfungsi sebagai bantalan alur mengembang dan menutupnya kampas kopling. Bila terkena panas berlebih maka material karet pada karet peredam menjadi mudah rusak. <br /></p> <p class="MsoNormal">Penelitian ini bertujuan untuk membuat karet peredam kopling dari campuran karet alam (NR) dan EPDM. Teknik pencampuran yang digunakan adalah modifikasi teknik reaktif, dimana kompon EPDM dan karet alam dibuat secara terpisah menggunakan <em>two roll mill</em>. Sebelum dicampur dengan kompon NR, terlebih dahulu kompon EPDM dipanaskan dengan waktu berbasis pada waktu scorchnya ( t<sub>s2 </sub>). Bahan-bahan yang digunakan adalah EPDM Kalten 4551A, pale crepe, ZnO, aflux 42, HAF black, GPF black, minyak jarak, paraffin wax, MBTS, ZDEC, sulfur, maleic anhydride (MAH) dan dicumyl peroxide (DCP). Variasi yang dipilih adalah waktu pemanasan awal dan rasio MBTS/ZDEC. Variasi waktu pemanasan awal meliputi 0,75t<sub>s2</sub>, sedangka variasi rasio MBTS/ZDEC terdiri dari rasio 1,6/0,0; 1,5/0,1; 1,4/0,2; 1,3/0,3 dan 1,2/0,4. Pengujian yang dilakukan meliputi karakteristik vulkanisasi (Rheometer), morfologi dengan SEM, karakteristik gugus fungsi dengan FTIR, difraksi sinar-x dengan XRD, sifat mekanik (tegangan putus, kekuatan sobek, kekerasan, perpanjang putus, ketahanan pegas pantul dan ketahanan pampat tetap) serta ketahanan ozon. <br /></p> <p class="MsoNormal">Morfologi campuran dengan akselerator tunggal (hanya MBTS) kurang homogen bila dibanding dengan akselerator ganda (MBTS/ZDEC). Pola difraksi sinar-x menunjukan dominasi daerah amorf pada campuran NR/EPDM. Pasangan akselerator MBTS dan ZDEC memberikan perimbangan pada waktu <em>scorch</em> dan kecepatan vulkanisasi, sehingga dapat berlangsung lebih cepat. Jumlah ZDECD semakin besar pada waktu pemanasan awal yang sama memberikan nilai tegangan putus yang bervariatif. Pada kekuatan sobek, penambahan ZDEC pada awalnya menaikan kekuatan sobek namun pemambahan lebih lanjut menurunkan kekuatan sobek. Kenaikan konsentrasi ZDEC menurunkan perpanjangan putus. Kekerasan memberikan nilai yang serupa dengan kenaikan jumlah ZDEC. Ketahanan pegas pantul pada campuran dengan akselerator tunggal (hanya MBTS) lebih tinggi daripada akselerator ganda (MBTS dan ZDEC). Kenaikan jumlah ZDEC menurunkan ketahanan pegas pantul. Ketahanan pampat tetap menurun dengan kenaikan jumlah ZDEC dalam campuran NR/EPDM. Waktu pemanasan awal tidak mempengaruhi tegangan putus, kekerasan dan ketahanan pegas pantul. Perpanjangan putus dan kekuatan sobek pada waktu pemanasan awal 0,75t<sub>s2</sub> lebih tinggi daripada 0,5t<sub>s2</sub>, demikian pula dengan ketahanan pampat tetap. Pengusangan menyebabkan perubahan sifat mekanin sebagai akibat oksidasi yang menyebabkan pemutusan rantai menjadi segmen lebih kecil dan pembentukan ikatan silang lanjutan. <br /></p> <p class="MsoNormal">Campuran dengan kombinasi akselerator MBTS/ZDEC dan waktu pemanasan awal 0,75t<sub>s2</sub> memberikan ketahanan ozon baik dibuktikan dengan hasil tidak retak setelah pengujian selama 72 jam pada<span><span></span></span><span> </span><span>70°C dengan konsentrasi ozon 40 pphm. Fomulasi terbaik dipilih rasio MBTS/ZDEC 1,2/0,4 dengan waktu pemanasan awal 0,75t<sub>s2.</sub></span> </p> | Karet | |
47 | PEMBUATAN BUSA LATEKS KARET ALAM MENGGUNAKAN SABUN CASTOR OIL DAN PRACIPITATED CALCIUM CARBONATE ( PCC ) | 2013 | Ir. Syakir Hasyimi, M.Si. Ihda Novia Indrajati, MT Dra. Sri Brataningsih Puji Lestari Rihastiwi Setia Murti, S.T Muhammad Sholeh, M.Eng Indiah Ratna Dewi, S.Si Subardi | <p class="MsoNormal">Lateks karet alam adalah komoditif alam yang sangat bernilai ekonomis dan merupakan sektor industri yang sangat strategis. Lateks karet alam dapat diproduksi menjadi barang-barang seperti benang, lem, bantalan karpet, barang tipis dengan teknologi celup, cinderamata, ataupun busa lateks. Salah satu komoditi lateks karet alam yang banyak dibutuhkan oleh industri baik nasional maupun internasional adalah busa lateks. Busa lateks sangat tahan lama dan dapat memberikan tingkat kenyamanan yang tinggi saat pemakaian, serta dapat menopang beban dengan sangat baik, meskipun digunakan secara berulang-ulang dalam waktu yang sangat lama. Pembentukan dan stabilitas busa dapat dibentuk dengan penambahan bahan kimia seperti sabun, saponin dan gelatin. Promoter busa yang digunakan adalah sabun karboksilat, baik oleat, resinoleat ataupun sabun <em>castor oil</em>. Busa lateks<span> </span>yang umum diperdagangkan berwarna putih, sehingga bahan pengisi yang ditambahkan adalah bahan pengisi yang tidak hitam, seperti silica, kaolin dan kasium karbonat (CaCO<sub>3</sub>). Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan busa dari lateks karet alam menggunakan sabun <em>Castrol oil</em> dan <em>Pracipited calcium Carbonate. </em></p> <p class="MsoNormal">Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lateks karet alam dengan KKK 60%, Ionol, Sulfur, ZDEC, Nano Pracipited calcium Carbonate (PCC), TiO<sub>2</sub>, DPG, ZnO, NSF, castor oil, NaOH, etanol, NaCl, dan aquadest. Kegiatan penelitian dibagi menjadi tahapan aktivasi pembuatan sabun dari castor oil, desain dan trial formulasi, penelitian dan analisa data. Data hasil pengujian dibandingkan dengan SNI 06-099-1989 Karet Busa Lateks Tipe Medium dan ASTM D1055-09. Standard Specification for Flexible Celluler Materials – Lateks Foam untuk menentukan formulasi terbaik.</p> <p class="MsoNormal">Hasil penelitian menunjukan teknologi pembuatan busa lateks belum memiliki keterulangan proses produksi yang baik, dan sifat fisik busa lateks yang dihasilkan belum dapat diuji.<br /></p> | Karet | |
48 | PEMANFAATAN TANIN DARI KULIT KAYU TINGI (Ceriops tagal) SEBAGAI BAHAN PENYAMAK NABATI | 2013 | Ir. Titik Purwati Widowati, MP (Koordinator) Ir. Emiliana Kasmudjiastuti (Peneliti Utama) Sri Sutyasmi, B.SC, ST (Peneliti) Iwan Fajar Pahlawan, S.Pt (non aktif:study S2) | Bahan penyamak nabati adalah suatu bahan yang berasal dari tumbuhan yang berbeda konsentrasinya dalam bagian tanaman seperti buah, akar, daun, kayu, kulit kayu yang disebut dengan tanin. Tanin dapat mengubah kulit yang tadinya bersifat labil menjadi stabil. Indonesia kaya akan sumber daya alam yang banyak sekali menyimpan sumber tanin sebagai bahan penyamak nabati, salah satunya adalah pohon tingi ( <em>Cerios Tagal</em> ). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas tenin dari ektrak kulit kayu tingi sebagai bahan penyamak nabati dan untuk mengetahui kualitas kulit lapis dari kulit kambing yang disamak menggunakan ekstrak tanin dari tingi yang dikombinasi kan dengan alum. <br /><br /> Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam 3 (tiga) tahap yaitu penyamakan kulit lapis menggunakan tingi puder (perusahaan), ekstraksi kulit kayu tingi untuk mendapatkan larutan dan proses penyamakan kulit lapis menggunakan ekstrak larutan. Untuk tingi berupa puder, variasi yang dipakai adalah konsentrasi 15, 20, 25, dan 30%, penambahan alum dibuat tetap (4%), sehingga 4 perlakuan yaitu T15A, T20A, T25A, dan T30A. Sedangkan untuk tingi berupa ekstrak larutan variasi yang dipakai adalah dengan penambahan alum 4% dan 6% yang dilakukan sebelum dan sesudah penyamakan dan juga variasi penambahan mimosa, sehingga ada 8 perlakuan yaitu TA4, TA6, TMA4, TMA6, A4T, A6T, AT4M dan A6TM. Analisa yang digunakan meliputi pengujian sifat kimiawi, fisis dan SEM. Sifat kimiawi yang dianalisis meliputi uji derajad penyamakan, kadar tanin terikat, suhu kerut, pH, kadar zat larut dalam air dan kadar abu jumlah. Sifat fisis yang dianalisis meliputi uji penyamakan, kekuatan tarik, kemuluran dan ketahana gosok cat. Analisa data menggunakan statistik <em>T-Test</em> dan <em>One Way Anova</em>. Hasil uji derajad penyamakan, suhu kerut, dan kadar tanin terikat dianalisis menggunakan T-Test. Hasil uji kadar zat larutan dalam air, kadar abu jumlah, kekuatan tarik dan kemuluran dianalisis menggunakan <em>One Way Anova</em>. <br /><br /> Hasil penelitian menunjukan bahwa kulit kayu tingi dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyamak nabati dan efektif untuk digunakan sebagai bahan penyamak nabati baik berupa puder maupun berupa ekstrak larutan dengan menambahkan alum. Perlakuan yang paling optimal untuk menggunakan puder tingi adalah T15A (penggunaan tingi puder 15% diikuti penambahan alum 4%) dengan hasil : derajat penyamakan 52,43% ; kadar tanin terikat 23,7% ; suhu kerut 68°C; pH 4,64; kadar zat larut dalam air 1,4%; kadar abu jumlah 1,36%; penyamakan masak; kekuatan tarik 329,32 kg/cm<sup>2</sup> ; kemuluran 52,6% ; ketahanan gosok cat 4/5 (kering) dan 3 (basah). sedangkan yang paling optimal untuk penggunaan ekstrak larutan tingi adalah TA4 ( Penggunaan larutan tingi 200% 1°Be, 150% 3°Be, 100% 5°Be diikuti penambahan alum 4% ) dengan hasil : derajat penyamakan 96,37% ; kadar tanin terikat 35,85% ; suhu kerut 86°C; pH 3,78; kadar zat larut dalam air 0,89%; kadar abu jumlah 0,73%; penyamakan masak; kekuatan tarik 370,65 kg/cm<sup>2</sup> ; kemuluran 36,52% ; ketahanan gosok cat 5 (kering) dan 4 (basah). keduanya memenuhi persyaratan Ethiopia Standar ES 1185: 2005, <em>Leather - Lining Leather-Specification.</em> Hasil SEM (Scanning Electron Micreoscopic) menunjukan bahwa penggunaan alum pada penyamakan menggunakan tanin tingi dapat menaikan fiksasi dan dan penetrasi bahan penyamak nabati (tanin) kedalam jaringan kulit, sehingga struktur jaringan kulit nampak lebih kompak mengidentifikasikan proses penyamakan penggunakan tingi diikuti alum akan membentuk cross linking dengan kolagen. | Kulit | |
49 | PEMBUATAN KOMPOSIT PLASTIK UNTUK TOE CAP YANG MEMENUHI PERSYARATAN SNI SEPATU PENGAMAN | 2013 | Hardjaka, A.Md., M.Sn (Koordinator) Ir. Dwi Wahini Nurhajati, M.Eng (Peneliti Utama) Ir. Sugiharto, MS (Peneliti) Ike Setyorini, ST (Peneliti) | Di Indonesia toe caps dari plastik ataupun komposit masih merupakan produk impor, karena itu perlu dilakukan penelitian untuk membuat <em>toe cap</em> dari plastik ataupun komposit. Pada penelitian ini formula komposit plastik untuk toe cap dirancang menggunakan plastik ABS dan PC. Tujuan penalitian ini adalah mempelajari pengaruh perbandingan jumlah plastik dan nanofiller terhadap sifat fisis dan morfologi komposit untuk <em>toe cap</em>. Pada penelitian ini perbandingan ABS/PC yang dipakai adalah 100/0; 90/10; 80/20; 70/30. Selain itu juga digunakan nanofiller NPCC yang jumlahnya divariasi sebanyak 2,5 dan 5 phr (phr = per haundred resin). Komposit plastik dibuat dengan menggunakan mesin Laboplastomill pada suhu 200°C waktu 10 menit. <br /><br /> Hasil mikrograf SEM menunjukkan bahwa bahan penyusun komposit tercampur homogen dan tidak terlihat NPCC teraglomerasi. Hasil FTIR komposit plastik menunjukkan adanya paduan dari bahan penyusun komposit. Komposit plastik hasil penelitian terbaik ditinjau dari sifat kuat tarik adalah komposit yang berisi ABS/PC = 90/10 tanpa nanofiller dengan hasil uji kuat tarik 471,09 kg/cm<sup>2</sup>, perpanjangan putus 4,01%, ketahanan pukul 3,480 J/m<sup>2</sup> , densitas 1,18 g/cm<sup>3</sup> , dan kekerasan 85 Shore D. Penambahan nanofiller NPCC tidak memperlihatkan perbaikan sifat fisis yang signifikan. Ditinjau dari sifat ketahanan pukul maka semua komposit hasil penelitian dapat diaplikasikan sebagai bahan baku toe cap sepatu pengaman. | Plastik | |
50 | PEMBUATAN SOL SEPATU DARI LATEKS KARET ALAM | 2013 | Ir. Syakim Hasimi, M. Si. (Koordinator) Ir. Herminiwati, MP (Peneliti Utama) | Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan di industri sepatu Bunut Kab. Asahan Sumut. Sol sepatu biasanya dibuat dari bahan karet padat namun sol Bunut yang dibuat dari lateks karet alam memiliki keunggulan kenyamanan pakai dan keawetannya. Sol lateks ini biasanya digunakan untuk membuat sepatu yang memerlukan kelenturan seperti sepatu mokasin dan sepatu kanvas. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh teknologi proses pembuatan sol sepatu dari lateks karet alam dan memperoleh formulasi terbaik sol sepatu dari lateks karet alam.<br /> Metode pembuatan sol lateks karet alam adalah secara proses fluida. Parameter uji berdasarkan pada sifat fisik yang meliputi tegangan putus, perpanjangan putus kekerasan, ketahanan retak lentur, ketahanan, sobek, ketahanan kikis dan bobot jenis sesuai SNI sepatu kanvas untuk umum.<br /><br /> Berdasarkan sifat tegangan putus sebesar 48,39 kg/cm<sup>2</sup> , perpanjangan putus sebesar 444,6%, kekerasan sebesar 52,317 shore A, ketahanan retak lentur yang paling baik dan tidak retak, bobot jelis sebesar 1,06 g/cm<sup>3</sup> dan ketahanan sobek sebesar 36,284 kg/cm<sup>2</sup> , maka formula terbaik sol lateks terdiri atas lateks (KKK 60%) 100 phr, sulfur 3 phr, ZnO 3 phr, ZDBC 0,8 phr, lonol 2 phr, Lesitin 0,5 phr, NPCC 5 phr dan CaCO<sub>3</sub> 20 phr. | Karet | |
51 | OPTIMALISASI PARAMETER TERUKUR PADA OPEN MILL | 2013 | Ir. Syakir Hasyimi , M.Si. (Koordinator) Ir. Widari (Peneliti Utama) | Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi dari penggunaan <em>Open Mill</em> yakni untuk mengetahui nilai temperatur kompon saat proses penggilingan dan kecepatan putar penggiling saat beroperasi sehingga mendapatkan mekanisme yang tepat untuk menjaga temperatur komponen pada rentan tertentu. Adapun percobaan dilakukan dengan menggunakan alat sensor temperatur dan kecepatan tanpa sentuh terhadap objek yang diamati. Pemantauan temperatur kompon saat proses penggilingan digunakan sensor merk Raytek tipe CI3A dan untuk penampil temperatur digunakan modul mikrokontroler merk Arduino Uno R3 yang dilengkapi <em>Characteter LCD</em>. Pemantauan kecepatan putar penggiling digunakan <em>proximity sensor</em> merk Omron dan untuk penampil kecepatan digunakan <em>Meter Display</em> merk Omron. Pengendalian temperatur kompon dilakukan dengan membuka dan menutup kran air yang salurannya masuk ke dalam putar penggiling. Hasil pemantauan temperatur kompon, kecepatan putar penggiling dan kran air di integrasikan pada satu sistem pengolah data yang dapat dengan mudah dioperasikan oleh operator. | Karet | |
52 | ADSORPSI AMONIAK DALAM AIR LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN ABU TERBANG BAGAS | 2012 | Rihastiwi Setiya Murti Christiana Maria Herry Purwanti Ira Yuni Pantiwardhani Suyatini | <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:0cm;margin-bottom:.0001pt;margin-left:35.45pt;text-align:justify;line-height:normal;"><span lang="in" xml:lang="in">Telah dilakukan penelitian tentang Adsorpsi Amoniak dalam Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit menggunakan Abu Terbang Bagas.</span><span lang="in" xml:lang="in"> </span><span lang="in" xml:lang="in">Penelitian </span><span lang="in" xml:lang="in"><span> </span></span><span lang="in" xml:lang="in">ini bertujuan untuk menurunkan kadar N-Amoniak dalam limbah cair industri penyamakan kulit yaitu pada proses tersier, hal ini disebabkan pada proses <em>Deliming</em> (pembuangan kapur) menggunakan Ammonium Sulfat (NH4)<sub>2</sub>SO<sub>4.</sub> Penelitian ini dilakukan secara batch dan kontinyu dengan menggunakan abu terbang bagas yang<span> </span>diaktivasi dengan 0,4 M H<sub>3</sub>PO<sub>4</sub> dan tidak diaktivasi (dicuci dengan air). Penelitian secara batch dilakukan variasi berat abu terbang bagas dan waktu kontak. </span><span lang="in" xml:lang="in">Pada penelitian secara Batch menggunakan abu terbang bagas yang tidak diaktivasi didapatkan kondisi optimum berat abu terbang bagas 2 gram dengan<span> </span>waktu kontak 1 jam. Persamaan yang sesuai adalah Model Persamaan Freundlich. Pada penelitian secara Batch menggunakan<span> </span>abu<span> </span>terbang<span> </span>bagas yang diaktivasi menggunakan Asam pospat 0,4 M didapatkan kondisi optimum berat abu terbang bagas 1,5 gram dengan<span> </span>waktu<span> </span>kontak 3<span> </span>jam. Persamaan yang sesuai adalah Model Persamaan Freundlich. Pada penelitian secara kontinyu, efisiensi removal Amonia menggunakan abu terbang bagas yang tidak diaktivasi untuk kecepatan alir<span> </span>60 mL/menit<span> </span>44,44%<span> </span>dan<span> </span>untuk kecepatan alir 120 mL/menit 38,38% pada waktu kumulatif 420 menit. Efisiensi removal Amonia menggunakan abu terbang bagas yang<span> </span>diaktivasi dengan 0,4 M H<sub>3</sub>PO<sub>4</sub> untuk kecepatan alir<span> </span>60 mL/menit<span> </span>37,50%<span> </span>dan<span> </span>untuk kecepatan alir 120 mL/menit 33,07% pada waktu kumulatif 420 menit. Penelitian menggunakan abu terbang bagas yang diaktivasi dan tidak diaktivasi memberikan hasil tidak jauh berbed, untuk itu penelitian ke depan akan menggunakan abu terbang bagas yang tidak diaktivasi.</span></p> | Kulit | |
53 | ADSORPSI AMONIAK DALAM AIR LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN ABU TERBANG BAGAS | 2012 | Christiana Maria Herry Purwanti Ira Yuni Pantiwardani Suyati | No Write | Kulit | |
54 | ADSORPSI AMONIAK DALAM AIR LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN ABU TERBANG BAGAS | 2013 | Christiana Maria Herry Purwanti Ira Yuni Pantiwardani Suyati | No Read | Kulit | |
55 | ALIH TEKNOLOGI KULIT NON KONVENSIONAL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA | 2011 | Heru Budi Susanto Wahono Suhodo Widodo | Alih Teknologi Kulit non-Konvensional di Daerah Istimewa Yogyakarta dilaksanakan berkenaan akhir ahir ini industri kulit mengalami penurunan kapasitas produksi dikarenakan kurangnya pasokan bahan baku kulit konvensional, bahkan banyak yang gulung tikar karena tidak mendapatkan pasokan bahan baku kulit mentah, untuk itu kegiatan ini diharapkan dapat memberikan alternatif/diversivikasi bahan baku kulit. Kegiatan ini dilaksanakan selama 6 (enam) hari dari tanggal 15 juni sampai degan 21 juni 2011 bertempat di Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik Yogyakarta dengan peserta sebanyak 15 orang, berasal dari Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, dan Kota Yogyakarta, bertujuan untuk memasyarakatkan teknologi penyamakan kulit non konvensional, mengurangi ketergantungan terhadap kulit konvensional dan menumbuhkan wira usaha baru dibidang penyamakan kulit nn konvensional. Sasaran dari kegiatan ini adalah masyarakat industri penyamakan kulit konvensional dan non konvensional, terwujudnya 15(lima belas) orang yang dapat menyamak kulit non konvensional dan terwujudnya pengurangan ketergantungan terhadap bahan baku kulit konvensional. Materi yang disampaikan berupa teori 17 % dan praktek 83 % dengan pengajar dari Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik. Hasil yang diperoleh dari peserta selama pelatihan adalah meningkatnya sumberdaya manusia yang menguasai secara teori dan praktek penyamakan kulit non konvensional. Berdasarkan hasil evaluasi dapat disimpulkan bahwa peserta sangat antusias dan sungguh sungguh mengikuti kegiatan ini, terbukti pesera menghendaki perlu ada pelatihan lanjutan dengan materi yang berbeda, ada bantuan alat dan komunikasi yang berkelanjutan dengan instansi penyelenggara dan bimbingan dari pemerintah untuk penerapannya di dunia usaha. | Kulit | |
56 | REKAYASA ALAT SISTEM PERINGATAN DINI KADAR GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S) UNTUK INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT MELALUI MEDIA SMS (TAHAP I) | 2012 | Drs. Ir. Prayitno, Apt., M.Sc. Sri Sutyasmi, B.Sc., S.T. Wahyu Pradana Arsitika, S.T. | Diantara limbah penyamakan kulit yang mengganggu adalah limbah dalam bentuk gas. Gas tersebut diantaranya yaitu hidrogen sulfida. Pada kadar tertentu, gas-gas tersebut dapat membahayakan manusia. Untuk itu, diperlukan adanya pemantauan gas hidrogen sulfida pada industri penyamakan kulit dengan alat yang memadai. Saat ini sudah terdapat sensor gas hidrogen sulfida dari bahan semikonduktor tin dioxide (SnO2) yang dapat mendeteksi kadar gas hidrogen sulfida dan mengimplementasikannya dalam bentuk tegangan listrik. Tujuan kegiatan perekayasaan ini adalah untuk membuat alat sistem peringatan dini kadar gas hidrogen sulfida untuk industri penyamakan kulit melalui media SMS. Sistem dari alat ini adalah mengolah pembacaan dari sensor gas hidrogen sulfida, kemudian akan ditampilkan melalui LCD dan dikirimkan melalui media SMS kepada pihak terkait. Komponen utama dalam perancangan detektor gas ini antara lain: sensor gas, mikrokontroller, LCD, dan modul GSM. Sensor gas hidrogen sulfida akan mendeteksi kadar gas hidrogen sulfida dan diwujudkan dengan tegangan listrik yang berbeda-beda sesuai dengan kadar gas yang terdeteksi. Mikrokontroller juga akan menampilkan nilai-nilai tersebut pada LCD. Dan mikrokontroller pula yang akan mengatur pengiriman SMS kepada pihak terkait apabila kadar gas hidrogen sulfida yang terdeteksi melewati ambang tertentu. LCD berfungsi untuk menerima instruksi dari mikrokontroller dengan jaringan GSM, sehingga SMS dapat dikirimkan. Kegiatan perekayasaan ini dimulai dengan melakukan studi pustaka, perancangan sistem pendeteksian, pengujian masing-masing komponen, integrasi sistem dan selanjutnya dilakukan pengujian awal sistem yang telah dibuat. Hasil kegiatan yang telah dicapai adalah rancangan awal prototype detektor gas hidrogen sulfida pada industri penyamakan kulit, telah diperoleh komposisi yang tepat antara Arduino Uno dan GPRS Stehield dan telah diperoleh prototype alat deteksi gas hidrogen sulfida (H2S). | Rekayasa | |
57 | PELATIHAN PEMBUATAN BARANG JADI DARI KULIT SAPI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA | 2012 | Drs. Sugeng R. Jaka Susila, B.Sc., ST Ismail Umamit | Pelatihan Pembuatan Barang Jadi dari Kulit Sapi di Daerah Istimewa Yogyakarta dilaksanakan di Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik selama enam hari dari tanggal 15 s.d 20 Oktober 2012. kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia di bidang teknologi pembuatan barang kulit dari kulit sapi, sedangkan sasran kegitan ini adalah terwujudnya 20 orang pengrajin yang berkemampuan dan terampil dalam pembuatan barang kulit dari kulit sapi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah peserta sebanyak20 orang berasal dari daerah Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul. Materi yang disampaikan berupa teori 20 % dan praktek 80 % dengan instruktur dari Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik Yogyakarta yang kompeten di bidang kerajinan pembuatan barang kulit. Hasil yang didapat dari peserta selama pelatihan adalah meningkatnya kompetensi sumber daya manusia baik secara teori maupun praktek dalam hal pembuatan barang kulit terutama pembuatan tas dari kulit sap. Berdasarkan hasil evaluasi dapat disimpulkan bahwa para peserta sangat antusias dalam mengikuti proses belajar mengajar, khususnya untukmateri praktek, terbukti hampir seluruh peserta meginginkan agar pelatihan dilanjutkan dengan waktu pelatihan yang lebih lama agar dapat mendalami ilmu yang diserap. | Kulit | |
58 | PENELITIAN PENGGUNAAN KEMBALI AIR LIMBAH TEROLAH IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT DENGAN SISTEM WET LAND DAN ABSORBSI | 2012 | Heru Budi Santoso, SE Widodo Wahono, AMD | Industri penyamakan kulit menghasilkan air limbah yang sangat potensial mencemari lingkungan, sedangkan penggunaan air di industri penyamakan kulit sangat besar, yaitu kira-kira 45 m³ tiap ton kulit yang disamak. Sedangkan air limbah yang keluar sekitar 40 m³. Tujuan dari penelitian ini adalah memperbaiki kwalitas air limbah kulit dengan membuat bak saringan pasir dan simulasi di laboraturium agar air limbah terolah bisa digunakan kembali untuk proses penyamakan kulit sehingga dapat mengurangi penggunaan sumber daya air (SDA) dan mengatasi kekurangan air dimusim kemarau. Dari hasil uji air limbah yang sudah terolah manggunakan wetland dan absorbsi mempunyai kadar BOD, COD dan TSS sebesar 10,32mg/l, 409 mg/l dan 145 mg/l. Untuk itu air limbah terolah tersebut bisa digunakan untuk menyamak dengan terlebih dahulu diuji sesuai SNI 06-0649-1989 yaitu mengenai persyaratan air untuk penyamakan kulit. Hasil uji nyata nya adalah sebagai berikut: kesadahan jumlah: 0,0488°D, kadar besi: 2, 6704 mg/l NaCL: 2,2980 mg/l, bilangan permanganate: 4,8 mg/l, kekeruhan: 69,2 pH: dari 7,5. Dari hasil uji tersebut yang tidak memenuhi SNI 06-0649-1989 hanyalah kekeruhan yang dipersyaratkan adalah 50 mg/l, sehingga air limbah terolah bisa digunakan untuk penyamakan kembali. Hasil uji Kulit glace tersamak hampir semuanya memenuhi SNI hanya kadar abu dan kemuluran pada konsentrasi air limbah 0%, 25% dan 75% | Limbah | |
59 | PEMBUATAN KARET WIPER MOBIL MENGGUNAKAN BAHAN PENGISI PRECIPITATED CALCIUM CARBONATE (PCC) TERAKTIVASI | 2012 | Ike Setyowati, ST Indiah Ratna Dewi, S.Si Rangga Kistiwoyo, ST | Karet wiper merupakan komponen kendaraan bermotor roda empat atau lebih yang vital karena menyangkut keselamatan pengemudinya. Material karet wiper rawan terkena deteriorasi akibat cuaca, akibatnya menjadi keras, kaku dan tidak fleksibel. Hal ini dapat menyebabkan pandangan pengemudi menjadi terganggu. Dengan meningkatnya produksi mobil, juga dengan pergeserab gaya hidup, maka komponen ini menjadi meningkatkebutuhannya. Penelitian-penelitian terdahulu telah dilakukan untuk mengupayakan produk karet wiper yang berkualitas prima. Berbagai jenis karet digunakan dengan metoda pelapisan dengan zat tertentu untuk menghasilkan performa penyapuan (wiping) yang maksimal. Namun, dengan berjalannya waktu lapisan tersebut semakin menipis dan akhirnya habis. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk menghasilkan karet wiper dengan performa yang prima pada jangka waktu yang panjang. Precipitated calcium carbonate (PCC) digunakan pada komponen yang terbuat dari Polyvinyl Chloride (PVC) dapat memberikan surface gloss yang baik dan apabila digunakan dalam bentuk yang aktif dapat meningkatkan sifat fisis vulkanisat, jugadengan ketahanan terhadap cuaca. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah karet alam (pale crepe), precipitated calcium carbonat (PCC), impor (DIACAL) dan lokal (Surabaya), carbon black (HAF dan GPF), aflux 42, ZnO, TMQ, 6PPD, paraffin wax, paraffinic oil, PVI, MBTS, DPG dan sulfur, Kegiatan penelitian dibagi menjadi tahapan aktivasi PCC lokal, desain dan trial formulasi, penelitian dan analisa data. Data hasil pengujian dibandingkan dengan ASTM D 2000 untuk menentukan formulasi terbaik. Hasil penelitian menunjukkan kekerasan vulkanisat belum memenuhi persyaratan ASTM D 2000 untuk karet wiper (wiper blade). Sifat lain yang nilainya masih tinggi adalah ketahanan pampat tetap. Sifat fisis lainnya memberikan kecenderungan yang sama, baik PCC DIACAL maupun Lokal. Pemilihan formulasi terbaik dilakukan dengan mengesampingkan persyaratan kekerasan. Pertimbangan didasarkan pada perpanjangan putus, tegangan putus, kekuatan sobek dan ketahanan pampat. Diperoleh 2 (dua) formulasi terbaik, yaitu WB9 dan WB10. | Karet | |
60 | PELATIHAN TATAH TEMBUS DAN SUNGGING UNTUK BARANG KULIT DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA | 2012 | Drs. Sugeng Dra. Murwati Dian Dwi Antari, B.Sc. SE | Pelatihan Tatah Tembus dan Sungging untuk Barang Kulit di Daerah Istimewa Yogyakarta dilaksanakan di Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik Yogyakarta selama 5 hari dari tanggal : 26 s/d 30 Maret 2012. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia di bidang teknologi pembuatan barang kulit, khususnya kulit perkamen dan meningkatkan nilai tambah produk kulit khususnya kulit perkamen di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan sasaran dari kegiatan ini adalah terwujudnya 15 orang pengrajin yang berkemampuan dan terampil dalam pembuatan barang kulit dari kulit perkamen di Daerah Istimewa Yogyakarta dan terwujudnya peningkatan nilai jual dari kulit perkamen. Jumlah peserta sebanyak 15 orang berasal dari 3 lokasi yaitu ; kodya Yogyakarta, Gendeng, Kasihan dan Pucung, Wukisari, Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Materi yang disampaikan berupa teori 20 % (Pengetahuan tatah tembus, pengetahuan bahan dan alat, pengetahuan tatah sungging dan kewirausahaan), praktek 80 % ( Praktek pembuatan pola kipas, praktek menatah kipas, praktek menyungging kipas, finishing pemasangan ragangan kipas, praktek pembuatan pola kap lampu, praktek menatah kap lampu, praktek menyungging kap lampu dan finishing pemasangan kap lampu), dengan instruktur dari Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik Yogyakarta dan praktisi dari Kasihan, bantul, Yogyakarta yang kompeten di bidang tatah tembus dan sungging untuk barang kulit. Berdasarkan hasil evaluasi dapat disimpulkan bahwa 15 peserta telah mempunyai kemampuan dan ketrampilan dalam membuat barang kulit tatah tembus dan sungging yang berupa kap lampu dan kipas dengan mutu yang baik. Seluruh peserta sangat antusias dalam mengikuti proses belajar mengajar, baik berupa materi teori maupun praktek, dan seluruh peserta menginginkan agar pelatihan dilanjutkan dengan waktu yang lebih lama. | Kulit |