# | Judul | Tahun | Pelaksana | Abstrak | Kategori | |
---|---|---|---|---|---|---|
121 | KAJIAN STANDAR NASIONAL INDONESIA SEPATU PENGAMAN DAN KULIT UNTUK ATASAN SEPATU | 2008 | Niken Karsiati, Emi Sulistyo Astuti, Marsudi WiyonO, Herryanto | Niken Karsiati, Emi Sulistyo Astuti, Marsudi WiyonO, Herryanto | Standar | |
122 | LAPORAN SOSIALISASI HAKI | 2008 | Ir. Sotja Prajati | Pada tahun anggaran 2008 Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik (BBKKP) memiliki kegiatan Sosialisasi HKI yang dilaksanakan oleh Kelompok Kerja 0066E. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan penyuluhan sehingga masyarakat industri menjadi paham dan sadar akan pentingnya HKI serta dapat meningkatkan gairah industri untuk melakukan inovasi produk agar produk yang dihasilkan menjadi lebih baik. Sosialisasi dilakukan terhadap 30 industri prajin kulit selama 2 (dua) hari dengan pemakalah dari Ditjen HKI, Dep. Hukum dan HAM serta dari Kanwil Dept. Hukum dan HAM DIY. Dari 30 peserta, 2 orang dinyatakan sebagai peserta terbaik, yaitu : Yoi Yohanantoko (perajin barang kulit) dan Sujiyono, SE (perajin kerajinan kulit). Dari hasil evaluasi diketahui bahwa 12 orang peserta berminat untuk menindak lanjuti dengan permohonan pendaftaran merk atau disain industri. Disamping kegiatan sosialisasi HKI, kelompok kerja 0060E juga melakukan kegiatan berupa persiapan pendirian klinik konsultasi HKI yang ditandai dengan penerbitan SK Struktur Organisasi Klinik Konsultasi HKI-BBKKP, serta SK Pengelola Klinik Konsultasi HKI-BBKKP. Fungsi klinik tersebut adalah untuk mengfasilitasi industri dalam hal-hal yang berkaitan denga HKI. Namun keberadaan klinik HKI-BBKKP ini masih perlu dipromosikan. | Kulit | |
123 | LAPORAN PENGEMBANGAN DESAIN DAN KONTRUKSI SEPATU CASUAL DARI KULIT (LANJUTAN) | 2008 | Ir. Suliestiyah, Wrd, MM, Bambang Suroto, BA, Rosma Rajagukguk, B.Sc, SE, Hermit Sanjaya, A.Md | Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian tahun 2007 yaitu membuat desain sepatu casual dari kulit, pola sepatu casual dan Buku Panduan Pembuatan Pola Sepatu dengan Metode Copy of Last. Tahun 2008 dilanjutkan yang tujuannya untuk membuat sepatu casual dari kulit berdasarkan desain dan pola hasil penelitian tahun 2007. Kontruksi sepatu yang digunakan untuk membuat sepatu berdasarkan hasil survei di sentra sepatu IKM Jawa Timur (Sidoarjo, Mohokerto dan Magetan) sebanyak 47 responden. Dari hasil survei tersebut sebagian besar IKM sepatu yang ada di sentra Jawa Timur menggunakan konstruksi sepatu system lem (cemented). Kelemahan pokok yang ditemukan dari hasil survei adalah cara perakitan (assembling) bagian atas dan bagian bawah sepatu dengan cara pengeleman. Dalam penelitian ini dihasilkan 15 pasang sepatu casual dari kulit dengan menggunakan system pengeleman (cemented) serta 25 eksemplar Buku Panduan Petunjuk Teknis Cara Pembuatan Sepatu Casual. Dari hasil penelitian ini diharapkan segera disosialisasikan kepada IKM Sepatu terutama yang berada di sentra persepatuan di Jawa Timur yang tergabung dalam klaster industri alas kaki. Dengan disosialisasikannya hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas produk sepatu casual dari kulit dan diversifikasi desain yang dibuat oleh para IKM Sepatu sehingga akan meningkatkan daya saing produk tersebut dengan industri besar maupun produk impor (China, Vietnam, Korea) Kata Kunci : sepatu casual, konstruksi sepatu, cara pengeleman | Desain | |
124 | LAPORAN ALIH TEKNOLOGI PEMBUATAN SEPATU DENGAN MESIN PRES SOL HASIL REKAYASA DI MATARAM NUSA TENGGARA BARAT | 2008 | Supriyadi, SE | Alih Teknologi Pembuatan Sepatu dengan Alat Press Hasil Rekayasa di Mataram NTB merupakan kegiatan DIPA tahun 2008 Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik. Alih Teknologi berlangsung selama 6 (enam) hari dimulai dari tanggal 21 April s/d 26 April 2008 bertempat di showroom Pusaka Jl. TGH Faisal No. 14 Sweta, Cakaranegara, Mataram, NTB. Materi yang diberikan sebanyak 55 jam pelajaran (JPL) yaitu 20% JPL Teori dan 80% JPL praktik. Jumlah peserta sebanyak 15 orang berasal dari 15 orang perajin yang ada di Mataram dengan pendidika minimal SMP. Materi teori terdiri dari Pengetahuan Bahan dan Alat, Pengetahuan Disain dan Sepatu, Teknologi Pembuatan Pola, Teknologi Pembuatan Sepatu, Perhitungan Tekno Ekonomi, sedangkan praktik yang dilaksanakan yaitu Praktik Pembuatan Pola dan Pembuatan Sepatu Kulit. Hasil evaluasi peserta selama kegiatan berlangsung sebagai berikut : 93% peserta menyatakan sangat bermanfaat, materi yang disampaikan 80% sangat membantu tugas atau dapat diterapkan ditempat kerja, dalam menyampaikan materi 80% peserta menyatakan menarik, lama waktu penyelenggaraan 47% peserta menyatakan terlalu singkat, dan 80% peserta menyatakan perlu dilanjutkan. | Alas Kaki | |
125 | PENINGKATAN MUTU PRODUK KLASTER SEPATU OLAHRAGA MENUJU PENERAPAN SNI | 2008 | Ir. Emiliana Kasmudjiastuti, Rusman Saroso, Rutini, B.Sc, L. Triyono, SE | Ir. Emiliana Kasmudjiastuti, Rusman Saroso, Rutini, B.Sc, L. Triyono, SE | Kulit | |
126 | PENERAPAN TEKNOLOGI DAUR ULANG LIMBAH KROM | 2008 | Sri Waskito, B.Sc, SE, Totok Marjiyanto, ST, Prayitno, SE, Thomas Tukirin | Sri Waskito, B.Sc, SE, Totok Marjiyanto, ST, Prayitno, SE, Thomas Tukirin | Kulit | |
127 | ALIH TEKNOLOGI PENYAMAKAN KULIT KONVENSIONEL DI PADANG PANJANG SUMATERA BARAT | 2008 | Ir. V. Sri Pertiwi Rumiyati, M.P., Sutarti Rahayu, B.Sc, Amir Hamzah, S.T., Wahono, A.Md. | Ir. V. Sri Pertiwi Rumiyati, M.P., Sutarti Rahayu, B.Sc, Amir Hamzah, S.T., Wahono, A.Md. | Kulit | |
128 | LAPORAN RECOVERY CHROMIUM DAN COLLAGEN PROTEIN DARI LIMBAH CHROME SHAVING INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT | 2008 | Sri Sutyasmi, B.Sc, ST, Drs. Ign. Sunaryo, Ir. Puji Ediari Suryaningsih,Y. Edi Dahono, ST | Limbah pada berupa serutan kulit samak krom (chrome shavings) hingga sekarang belum dimanfaatkan secara optimal dan hanya sebagian kecil yang digunakan sebagai bahan campuran pembuatan eternit dan leather board dan sisanya dalam volume yang besar dibuang ditempat pembuangan akhir/landfill. Hidrolisa yang mendalam terhadap protein kolagen atau polipeptida dapat digunakan sebagai bahan pembuatan kosmetik. Serutan kulit yang mengandung krom setelah dihidrolisa, dapat digunakan untuk pembuatan makanan ternak karena standard kandungan krom jauh lebih rendah dibanding untuk bahan makanan. Metode yang dapat digunakan untuk mengisolasi/memisahkan protein kolagen dari limbah kulit, misalnya metode thermohidrolisis, hidrolisis dengan asam, hidrolisis dengan alkali, dan hidrolisis dengan ensim. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan cara hidrolisa yang efisien untuk memisahkan krom dan protein kolagen dalam serutan samak krom. Serutan kulit samak krom (chrome shavings) ditimbang sebanyak 50 gram, kemudian dicuci, dan ditambah dengan alkali (NaOH) atau ditambah dengan asam (H2SO4) pekat dengan variasi 2,5%; 3,5%; 4,5% dan 5,5% dan penambahan aquadest sebesar 600%. Selanjutnya dipanaskan dengan variasi suhu 80 0C, 90 0C, 100 0C dengan lama pemanasan juga divariasi dari 1 jam, 2 jam dan 3 jam. Hasil hidrolisa dipisahkan antara protein kolagen dan kromnya dengan cara disaring. Protein kolagen dengan ensim dilakukan dengan proses hidrolisa dengan alkali dan ensim secara terusan (1 langkah) dengan proses sebagai berikut : limbah serutan kulit, ditimbang, dicuci, dihidrolisa dengan ensim dan alkali sebagai berikut : aquadest 800%, suhu hidrolisa 90 – 95 0C, waktu hidrolisa 2-3 jam, alkali (MgO) = 4-6%, kemudian suhu diturunkan hingga 40-45 0C, selanjutnya ditambahkan ensim (pepsin) 0,2-0,5% dengan waktu hidrolisa 1-2 jam. Kemudian disaring, dipekatkan dan dipuderkan. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari ketiga cara hidrolisa untuk mengambil kembali krom dan protein kolagen yang praktis dan sederhana ialah dengan menggunakan NaOH 4,5%, suhu 80 0C, waktu 1 jam, yang dapat menghasilkan krom 5,08% dari berat serutan kulit (shavings) dan protein 6,64%. Mengingat pentingnya arti penelitian ini bagi penyelesaian masalah di industri, maka disarankan agar penelitian ini bisa dilanjutkan sampai ke perancangan alat untuk hidrolisa agar bisa diterapkan di industri. Disamping itu krom dan protein hasil pengambilan kembali (recovery) dari serutan kulit (shavings) industri penyamakan kulit sebaiknya dicoba untuk dimanfaatkan. | Kulit | |
129 | LAPORAN PENGEMBANGAN METODE UJI PARAMETER EKOLABEL DAN VALIDASI UJI PARAMETER UDARA | 2008 | C. Yuwono Sumasto, ST, Christiana Maria H P, A.Md, Sofia Budiati Cahyani, Tisnowati, B.Sc | Kegiatan Pengembangan Metode Uji Parameter Ekolabel dan Validasi Uji Parameter Udara bertujuan untuk mendapatkan metode uji, meningkatkan kemampuan laboratorium dan sumber daya manusia penguji untuk melakukan pengujian parameter udara dan pengujian ekolabel yaitu formaldehid, mengoptimalkan penggunaan instrument yang ada di laboratorium serta mendapatkan hasil uji yang mempunyai validitas tinggi. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengembangan metode uji parameter ekolabel yaitu formaldehid dan zat warna azo dalam kulit tersamak serta validasi metode uji parameter udara yaitu NH3, NO2, SO2, Oksidan. Pengembangan metode uji dilakukan dengan memperhatikan kondisi (peralatan) laboratorium yang ada, validasi dilakukan dengan langkah-langkah menurut kaidah validasi metode yakni : konfirmasi identitas, selektifitas dan spesifitas, dan daerah kerja, linieritas, limit detekti dan limit kuantifikasi, ripitabilitas dan reprodusibilitas, akurasi dan kebenaran, perolehan kembali srta ketidakpastian. Hasil pengembangan metode uji untuk kadar formaldehid telah dapat diterapkan serta divalidasi untuk memastikan kehandalan metode. Validasi parameter udara ambient untuk uji NH3 yaitu : selektivitas pada ë 630nm, daerah kerja dari 0-0,6 ppm, IDL 0,0107 ppm, linieritan (r) 0,9985, ripitabilitas 0,0052 ppm, reprodusibilitas 0,00134 ppm, recovery 88,63%, ruggednes/robustnes 11,37 dan ketidakpastian pengujian 10.21 ± 0.006979. parameter uji NO2 yaitu : selektivitas pada ë550 nm, daerah kerja dari 0 – 0,64 ppm, IDL 0,0029 ppm, linieritas (r) 0,9997, ripitabilitas 0,0031 ppm, reprodusibilitas 0,001152 ppm, recovery 90,63%, ruggednes/robustnes 9,37 dan ketidakpastian pengujian 5.832 ±0.10525. Parameter uji SO2 yaitu : selektivitas pada ë560 nm, daerah kerja dari 0 – 0,6867 ppm, IDL 0,0343 ppm, linieritas (r) 0,9999, ripitabilitas 0,0058 ppm, reprodusibilitas 0,00115 ppm, recovery 93,25%, ruggednes.robustnes 6,75 dan ketidakpastian pengujian 12.040 ± 0.07432. Parameter uji Ox yaitu : selektivitas pada ë352 nm, daerah kerja dari 0 – 0,2529 ppm, IDL 0,00257 ppm, linieritas (r) 0,9986, ripitabilitas 0,0092 ppm, reprodusibilitas 0,0006 ppm, recovery 101,7 ruggednes/robustnes -1,70 dan ketidakpastian pengujian 4.707 ±0.1326. Metode uji formaldehid yang telah dikembangkan kemudian juga dilakukan validasi dengan hasil : selektivitas pada ë 412 nm, daerah kerja dari 0 – 3,0 ppm, IDL 0,0015 ppm, linieritas (r) 0,9990, ripitabilitas 0,0055 [[m, reprodusibilitas 0.0657 ppm, recovery 91,78%, ruggednes/robustnes 8,22 dan ketidakpastian pengujian 44.50 ±0.2428. Hasil validasi parameter uji udara ambien dan formaldehyde dengan metoda-metoda tersebut diatas dapat diterima karena sesuai dengan kriteria yang dipersyaratkan yaitu selektifitas (panjang gelombang) untuk masing-masing parameter dapat dideteksi oleh alat dan memberikan nilai yang spesifik, daerah kerja sesuai dengan metode acuan, linieritas (r) minimal 0,995. Dari hasil pengembangan dan validasi metode dapat disimpulkan metode uji hasil pengembangan yang diacu dari ISO/TS 17226; 2003 dan DIN 53315; 1996 dapat diterapkan pada laboratorium untuk pengujian parameter formaldehid dengan memberikan validitas yang tinggi, metode uji parameter udara yang ada (SNI adopsi) dapat diterapkan pada laboratorium untuk pengujian parameter udara ambien. Pengembangan metode uji zat warna azo dapat dilaksanakan sudah pada tahap penyusunan metode uji sebagai acuan dalam penerapan metode uji didalam laboratorium, untuk selanjutnya agar penerapan metode uji mendapatkan hasil yang baik perlu dilakukan validasi terhadap metode uji yang telah dikembangkan. | Kulit | |
130 | LAPORAN ALIH TEKNOLOGI PEMBUATAN BARANG KULIT | 2008 | Sutarti Rahayu, B.Sc | Alih teknologi pembuatan barang kulit dengan sistem tatah tembus di Daerah Istimewa Yogyakarta dilaksanakan di dusun Tukluk, Desa Semin, Kecamatan Semin, Kabupaten Gunungkidul selama 6 (enam) hari dari tanggal 10 sampai dengan 15 Maret 2008. Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan minat perajin dalam menekuni pembuatan barang kulit dengan sistem tatah tembus, meningkatkan sumber daya manusia, menciptakan keanekaragaman produk dan meningkatkan pendapatan perajin di wilayah sekitarnya. Sedangkan sasaran kegiatan ini adalah perajin barang kulit di Daerah Istimewa Yogyakarta untuk memperoleh peningkatan ketrampilan dalam pembuatan barang kulit dengan sistem tatah tembus. Jumlah peserta sebanyak 15 orang berasal dari daerah disekitarn Kecamatan Semin. Materi yang disampaikan berupa teori 15% dan praktek 85% dengan instruktur personil dari Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik yang kompeten dibidang pembuatan barang kulit, khususnya tatah tembus/sungging. Hasil yang didapat dari peserta selama kegiatan adalah dua jenis produk yaitu kap lampu dan kipas. Berdasarkan hasil evaluasi, peserta memahami materi yang diberikan oleh instruktur. Instruktur menguasai materi yang disampaikan dan peserta mengharapkan adanya tindak lanjut dari kegiatan ini. | Kulit | |
131 | LAPORAN PENGOLAHAN KEMBALI LIMBAH SOL ETHYLENEN VINYL ACETATE (EVA) UNTUK SOL SEPATU | 2007 | Ir. Dwi Wahini Nurhajati, M.Eng., Sri Budiasih, B.Sc., Sismaryanto, B.Sc, L. Triyono, S.E. | Telah dilakukan penelitian untuk mengolah kembali limbah sol EVA yang berbentuk serbuk untuk dijadikan sol sepatu dengan dicampur bahan karet. Pada kegiatan penelitian ini serbuk limbah sol EVA dicampur dengan karet RSS ataupun karet krep dengan perbandingan tertentu. Pada penelitian ini jumlah serbuk limbah sol EVA yang ditambahkan divariasi 20, 40, 60, 80 dan phr, sedangkan bahan kimia karet yang ditambahkan dibuat tetap. Kompon sol dibuat menggunakan mesin two-roll mills. Kompon yang diperoleh dibuat bentuk lembaran (slab) untuk pengujian dan divulkanisasi pada suhu 150 C selama waktu 7 menit untuk slab setebal 2 mm. Slab diuji dengan parameter uji mengacu SNI.12-0778-1989 : sol karet cetak. hasil uji menunjukkan sifat fisis kompon sol berbahan baku karet RSS yang berisi serbuk limbah sol EVA sampai dengan phr masuk klasifikasi klas A, kecuali sifat tegangan putus, ketahanan sobek untuk kandungan serbuk EVA>60 phr, dan ketahanan kikis yang masuk klas B. Sedangkan sifat fisis kompon sol berbahan baku karet crepe yang berisi serbuk limbah sol EVA sampai dengan 100 phr masuk klasifikasi klas A, kecuali tegangan putus untuk kompon dengan kandungan serbuk EVA>40 phr, danketahanan kikis untuk kompon dengankandungan serbuk EVA>20 phr yang masuk klas B, sedang sifat ketahanan sobek untuk kandungan serbuk EVA>80 phr masuk klas C. | Plastik | |
132 | LAPORAN PERSIAPAN AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BBKKP | 2007 | Dra. Supraptiningsih, M.Si., Sunarso, SE., Drs. Sugeng, R. Jaka Susila, B.Sc, ST | Tujuan dari kegiatan team kelompok kerja 149E adalah mempersiapkan BBKKP untuk menuju akreditasi pranata penelitian dan pengembangan, sedangkan sasaran kegiatan adalah membuat dokumen yang mendukung penerapan sistem pranata penelitian dan pengembangan. Pada kegiatan tahun pertama (2007) dokumen yang dibuat adalah dokumen level I (manual Mutu). Kegiatan yang telah dilakukan untuk persiapan tersebut antara lain pelatihan tentang audit internal dan pranata penelitian dan pengembangan bagi para pejabat struktural dan peneliti. Hasil pelatihan digunakan untuk penyusunan dokumen level I oleh team, sehingga telah tersusun dokumen manual Mutu Pranata Penelitian dan Pengembangan BBKKP. Manual mutu berisi tentang kebijakan-kebijakan untuk penerapan sistem pranata penelitian dan pengembangan yang ditetapkan oleh pihak manajemen BBKKP Yogyakarta. Telah dilakukan juga audit internal terhadap bidang yang terkait dengan penerapan sistem pranata penelitian dan pengembangan. Hasil audit internal dijadikan bahan untuk kaji ulang manajemen. | Standar | |
133 | LAPORAN PERSIAPAN PENDIRIAN LEMBAGA SERTIFIKASI EKOLABEL (LSE) | 2007 | Ir. V. Sri Pertiwi Rumiyati, M.P., Ir. Meiyanti., Sutarti Rahayu, B.Sc., Subandrio, S.E. | Kegiatan persiapan pendirian Lembaga Sertifikasi Ekolabel (LSE) bertujuan untuk menyipkan lembaga sertifikasi ekolabel dengan sasarn tersusunnya dokumen lembaga yang terdiri dari dokumen level I (panduan Mutu), dokumen level II (Prosedur kerja), dokumen level III (Instruksi Kerja) dan dokumen level IV (Format). Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah studi pustaka, mencari informasi tentang turan dan persyaratan pendirian lembaga sertifikasi ekolabel, persiapan infrastruktur, penyususnan dokumen lembaga, evaluasi dan penyusunan laporan. Hasil kegiatan persiapan pendirian lembaga sertifikasi ekolabel 9LSE) adalah Panduan Mutu yang berisi persyaratan yang harus dipenuhi dari pedoman KAN 801-2004, persyaratan umum Lembaga sertifikasi Ekolabel; Prosedur Kerja (Prosedur Kerja Pengendalian Dokumen, Pengendalian Rekaman, Evaluasi Sertifikasi, Evaluasi Ulang, Pengaturan Ulang, Pengaturan Penanganan Perubahan Persyaratan Sertifikasi, penanganan Permohonan sertifikasi, surveilen, penanganan Pertanggung gugatan); Instruksi Kerja dan Format serta dokumen Eksternal. | Standar | |
134 | PENANGANAN LIMBAH LABORATORIUM DI BBKKP TAHAP II | 2007 | Sri Waskito, B.Sc, SE, Prayitno, SE, Christiana Maria Herry Purwanti, Junjung Ponco Purwandono, SE | Sri Waskito, B.Sc, SE, Prayitno, SE, Christiana Maria Herry Purwanti, Junjung Ponco Purwandono, SE | Kulit | |
135 | LAPORAN TEKNOLOGI PENGELEMAN DAN APLIKASI LEM UNTUK ALAS KAKI (II) | 2007 | Ir. Arum Yuniari, Ir. Herminiwati M.P., Dra. Murwati., Suko Praptono B.Sc.. | Sepatu dan alas kaki merupakan salah satu komoditi andalan ekspor Indonesia. Kualitas sepatu sangat ditentukan oleh kekuatan rekat antara bagian atas sepatu dan sol yang dipengaruhi oleh lem. Penelitian teknologi pengeleman dan aplikasi lem dari hasil penelitian tahap I (tahun 2006) pembuatan lem untuk sepatu dan alas kaki. Lem yang diaplikasikan adalah lem sintetik berbahan baku chloroprene rubber dan lem berbahan baku karet alam. Lem bahan baku karet sintetik menggunakan tackifier phenolic resin sebanyak 45 bagian dengan formula sebagai berikut : chloroprene rubber 100 bagian, BHT 2 bagian, MgO 4 bagian, ZnO 5 bagian sedangkan lem berbahan baku karet alam tackifier yang digunakan coumaron resin 5 bagian dengan formula sebagai berikut : karet alam 100 bagian, calcium silikat 5 bagian, coumaron resin 5 bagian, Zinc Oxide 10 bagian, asam stearat 2 bagian, AOSP 2 bagian, MBTS 0,8 bagian, TMTD 0,2 bagian dan belerang 2 bagian. Dalam penelitian ini sol yang divariasi adalah sol karet dan sol plastik. bahan atasan yang divariasi adalah kulit, kulit imitasi dan kain (webbing), sedangkan suhu pengeleman untuk lem sintetik 55 C-60 C dan suhu pengeleman lem berbahan baku karet alam 165 C-175 C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lem sintetik sesuai diaplikasikan untuk pembuatan sandal dengan sol EVA dan atasan kulit imitasi memberikan nilai peel test tertinggi yaitu 2600 gr/cm, juga sesuai bila lem sintetik diaplikasikan pada sepatu dengan sol karet dan atasan kulit adapun nilai peel test 1000 gr/cm dan nilai sole adhesion bagian ujung 8 kg, bagian samping dalam 6 kg, bagian luar 6 kg, bagian belakang 30 kg. Nilai ini memenuhi persyaratan SNI 12-2942-1992 sepatu wanita dari kulit model pantopel sistem lem. Viskositas lem sintetik yang dihasilkan 6500 centipoise dengan teknologi pengeleman sistem lem press dingin menggunakan suhu 55 C dengan waktu 10-15 menit. Lem berbahan baku karet alam sesuai diaplikasikan untuk pembuatan sepatu ABRI dinas lapangan memberikan nilai peel test 1553,54 gr/cm, nilai sole adhesion adalah bagian ujung 58 kg, bagian samping 57 kg, samping luar 57 kg dan bagian belakang 89 kg dan memenuhi pesyaratan | Alas Kaki | |
136 | LAPORAN ALIH TEKNOLOGI PENYAMAKAN KULIT IKAN DI MALUKU UTARA | 2007 | Drs. Suradal | Alih teknologi penyamakan kulit ikan di Maluku dilaksanakan selama 6 (enam) hari tanggal 26 sampai dengan tanggal 31 Maret 2007, pelaksanaan alih teknologi ini dilaksanakan kerjasama antara BBKKP dengan Balai Riset dan Standardisasi Industri (Baristand) Ambon, Maluku. Pelatihan diikuti oleh 15 (lima belas) orang peserta, terdiri dari pengumpul kulit, keluarga nelayan, pedagang dan pembina industri yang berada di Wilayah Maluku. Metode alih teknologi yang dilaksanakan adalah teori/diskusi dan praktek yang meliputi 20% teori/diskusi dan 80% praktek. Fasilitas yang disediakan untuk alih teknologi ini dibebankan kepada BBKKP melalui panitia dengan anggaran DIPA tahun 2007 antara lain, maklaah/hand out, perlengkapan/ATK peserta, bahan baku, bahan pembantu, peralatan praktek, konsumsi selama pelaksanaan diseminasi/pelatihan, uang saku selama pelaksanaan alih teknologi dan sertifikasi peserta. Hasil dari alih teknologi diharapkan mampu meningkatkan ketrampilan, pendapatan dari masyarakat di wilayah Maluku pada umumnya. | Kulit | |
137 | APLIKASI LEMBARAN KULIT SINTETIK DARI PVC UNTUK ATASAN SEPATU | 2007 | Ir. Siti Rochani, Dra. Sri Nadilah, Apt., Mohammed Sholeh ST., Ir. Hadi Mustofa | Ir. Siti Rochani, Dra. Sri Nadilah, Apt., Mohammed Sholeh ST., Ir. Hadi Mustofa | Kulit | |
138 | ALIH TEKNOLOGI PENYAMAKAN DAN PEMBUATAN BARANG KULIT DARI KULIT CAKAR AYAM DI ACEH | 2007 | Drs. Suradal | Drs. Suradal | Kulit | |
139 | KAJIAN SNI PRODUK KULIT DAN PENDUKUNGNYA | 2007 | Niken Karsiati, Emi Sulistyo Astuti, Marsudi Wiyono, Marjito | Niken Karsiati, Emi Sulistyo Astuti, Marsudi Wiyono, Marjito | Standar | |
140 | LAPORAN PEMBUATAN KULIT MOTIF REPTIL DARI KULIT SAPI KUALITAS RENDAH UNTUK ATASAN SEPATU | 2007 | Ir. Widari, Muhammad Nurhafiq, ST., Thomas Tukirin, Sofia Budiati Cahyani | Penelitian pembuatan kulit motif dari kulit sapi kualitas rendah untuk atasan sepatu bertujuan meningkatkan nilai tambah kulit mentah menjadi kulit jadi untuk atasan sepatu yang berkualitas dan dapat mendukung klaster industri persepatuan. Sebagai bahan baku adalah kulit kras sapi tanpa cat dasar kualitas rendah sebanyak 60 side. Variasi perlakuan pada cara pemberian motif yaitu menggunakan plate; plate dan brushing serta variasi penggunaan liquid dyes (LD) pada larutan finishing, sebanyak 50 bagian; 75 bagian dan 100 bagian. Jadi ada 9 variasi perlakuan dan kontrol, masing-masing menggunakan 6 side kulit kras sapi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan pengujian fisis, kulit jadi dari semua variasi perlakuan dan kontrol , memenuhi persyaratan untuk kulit atasan sepatu. Biaya produksi untuk pembuatan sepatu wanita adalah Rp. 97.500,-/pasang dan sepatu pria Rp. 135.000,-/pasang. | Kulit |