# | Judul | Tahun | Pelaksana | Abstrak | Kategori | |
---|---|---|---|---|---|---|
81 | LAPORAN TEMU USAHA DALAM RANGKA PROMOSI KEMAMPUAN BBKKP | 2007 | Murjilah, SE, Indiyatsih | Kegiatan persiapan pendirian Lembaga Sertifikasi Ekolabel (LSE) bertujuan untuk menyipkan lembaga sertifikasi ekolabel dengan sasarn tersusunnya dokumen lembaga yang terdiri dari dokumen level I (panduan Mutu), dokumen level II (Prosedur kerja), dokumen level III (Instruksi Kerja) dan dokumen level IV (Format). Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah studi pustaka, mencari informasi tentang turan dan persyaratan pendirian lembaga sertifikasi ekolabel, persiapan infrastruktur, penyususnan dokumen lembaga, evaluasi dan penyusunan laporan. Hasil kegiatan persiapan pendirian lembaga sertifikasi ekolabel 9LSE) adalah Panduan Mutu yang berisi persyaratan yang harus dipenuhi dari pedoman KAN 801-2004, persyaratan umum Lembaga sertifikasi Ekolabel; Prosedur Kerja (Prosedur Kerja Pengendalian Dokumen, Pengendalian Rekaman, Evaluasi Sertifikasi, Evaluasi Ulang, Pengaturan Ulang, Pengaturan Penanganan Perubahan Persyaratan Sertifikasi, penanganan Permohonan sertifikasi, surveilen, penanganan Pertanggung gugatan); Instruksi Kerja dan Format serta dokumen Eksternal. | Kulit | |
82 | LAPORAN PERSIAPAN PENDIRIAN LEMBAGA SERTIFIKASI EKOLABEL (LANJUTAN) | 2008 | Ir. V. Sri Pertiwi Rumiyati, M.P., Ir. Meiyanti, Ir. Susilowati, Subandrio, S.E. | Kegiatan Persiapan Pendirian Lembaga Sertifikasi Ekolabel (Lanjutan) bertujuan menetapkan dokumen lembaga yang mencakup dokumen level I (Panduan Mutu), dokumen level II (Prosedur Kerja), Dokumen level III (Instruksi Kerja) dan Dokumen level IV (Format) serta menyiapkan lembaga Sertifikasi Ekolabel yang siap untuk diakreditasi dengan sasaran terwujudnya dokumen lembaga yang terdiri dari PM; PK; IK dan format serta terbentuknya lembaga sertifikasi yang siap untuk diakeditasi. . Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah studi pustaka, persiapan infrastruktur sertifikasi LSE. Studi lapangan, penyusunan pengelola lembaga, penyempurnaan dokumen PM; PK; IK dan format, Pelaksanaaan audit internal dan tinjauan manajemen, evaluasi dan pelaporan. Hasil kegiatan Persiapan Pendirian Lembaga Sertifikasi Ekolabel (Lanjutan) adalah terwujudnya dokumen Panduan Mutu yang berisi persyaratan yang harus dipenuhi dari pedoman KAN 801-2004, persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel; Prosedur Kerja; Instruksi Kerja; Format. Prosedur Kerja meliputi : Pengendalian Sub Kontrak, Audit Internal, Kaji Ulang Manajemen, Pengendalian Dokumen, Pengendalian Rekaman, Permohonan Sertifikasi, Persiapan Evaluasi, Evaluasi, Keputusan Sertifikasi, Penggunaan Sertifikat dan Tanda Ekolabel, Surveillance,Evaluasi Ulang, Pengaturan Kerahasiaan, Penanganan Perubahan Persyaratan Sertifikasi,Penanganan Pertanggunggugatan, Penanganan Keluhan, Banding, Perselisihan, Penilaian Unjuk Kerja dan Pelatihan sedangkan Instruksi Kerja Meliputi Kategori Ketidaksesuaian, Rapat Pembuka, Rapat Penutup, Panduan Teknis bagi Evaluator LSE untuk evaluasi Pemenuhan Persyaratan Kriteria Ekolabel Kategori Produk Kulit-Seksi Kulit Jadi, Panduan Tenis bagi Evaluator LSE untuk ealuasi Pemenuhan Persyaratan Kriteria Ekolabel Katergori Produk Kulit-seksi Sepatu Kasual dan Format Penulisan Dokumen. | Kulit | |
83 | LAPORAN PERLUASAN AKREDITASI LABORATORIUM PENGUJIAN DAN KALIBRASI | 2006 | Ir. E. Ratna Utarianingrum, M.Si., Ir. Ismiati, Rambat, S.Si., Asmongin | Kegiatan Perluasan Akreditasi Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi ini bertujuan untuk melaksanakan survelen dan perluasan skope Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi BBKKP serta pemeliharaan Sistem Manajemen Laboratorium sesuai ISO / IEC 17025-2005, dengan sasaran kegiatan peningkatan kinerja laboratorium melalui pemeliharaan akreditasi guna optimalisasi pelayanan kepada pelanggan. Kegiatan dilakukan melalui studi banding, uji banding antar personil dan uji banding antar laboratorium, uji profisiensi, kalibrasi peralatan kalibrasi, pelatihan kalibrasi dan sosialisasi ISO 17025 versi 2005, audit internal serta survelen dan verfikasi lapangan terhadap parameter uji yang diajukan pada perluasan skope tahun 2005 yaitu komoditi sepatu pengaman, karung plastik dan parameter uji udara. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa uji banding antar personil dan antar laboratorium secara umum didapatkan hasil yang memuaskan untuk parameter uji tembus uap air, kadar nitrogen dan kompon ban dalam. Sedangkan uji banding antar laboratorium dan uji profisiensi masih menunggu evaluasi. Hasil survelen menunjukkan bahwa Laboratorium telah menerapkan sistem manajemen mutu ISO/IEG 17025:2005, namufn perlu .pengembangan untuk tetap menjaga konsistensinya, terutama terkait dengan implemeritasi ISO/IEC 17025:2005. | Sistem Mutu | |
84 | LAPORAN PENINGKATAN MUTU PRODUK KLASTER MENUJU PENERAPAN SNI ALAS KAKI | 2006 | Ir. Emiliana Kasmudjiastuti, Widodo, B.Sc, S.Sos., Rutini, B.Sc., Lourentius Triyono, SE. | Kegiatan peningkatan mutu produk klaster menuju penerapan SNI alas kaki bertujuan untuk peningkatan mutu produk alas kaki menuju penerapan SNI dan mensosialisasikan tentang mutu produk sepatu dan tata cara penerapan SNI ke klaster industri persepatuan. Kegiatan yang dilakukan meliputi studi pustaka, pengambilan sampel, pengujian produk, evaluasi hasil uji dan sosialisasi tentang mutu produk dan tata cara penerapan SNI. Sampel sepatu berupa sepatu pantofel pria dan sepatu pantofel sepatu wanita yang diambil masing-masing dari dua klaster industri persepatuan di Jawa Timur dan Jawa Barat. Standar yang diacu dalam pengujian adalah SNI 12-0073-1995, Sepatu Pria Model Pantofel dari Kulit Sistem Lem dan SNI 12-2942-1996, Sepatu Wanita Model Pantofel dari Kulit Sistem Lem. Pengambilan sampel, pengujian produk dan evaluasi hasil uji dilakukan dua tahap. Evaluasi tahap pertama masih ditemukan dua sampel dengan parameter uji Peel adhesion yang belum memenuhi persyaratan SNI. Setelah dilakukan pembinaan mutu produk dan sosislaisasi tata cara penerapan SNI selanjutnya dilakukan pengambilan sampel yang kedua setelah di uji dari parameter uji Peel adhesion memenuhi persyaratan SNI. Pembinaan mutu produk dan sosialisasi ke empat industri persepatuan (dua di Jawa Barat dan dua di Jawa Timur) memberikan manfaat bagi industri yang berupa pemahaman dan peningkatan mutu produk. | Standar | |
85 | LAPORAN PENINGKATAN MUTU PRODUK INDUSTRI MENUJU PENERAPAN SNI SEPATU PENGAMAN | 2007 | Ir. Emiliana Kasmudjiastuti, Rusman Saroso, Rutini, Poniman | Kegiatan peningkatan mutu produk industri menuju penerapan SNI sepatu pengaman bertujuan untuk peningkatan mutu produk sepatu pengaman menuju penerapan SNI dan mensosialisasikan mutu produk sepatu pengaman dan tata cara penerapan SNI ke industri persepatuan. Kegiatan yang dilakukan meliputi studi pustaka, pengambilan sampel, sosialisasi tentang mutu produk sepatu pengaman dan tata cara penerapan SNI, pengujian produk dan evaluasi hasil uji. Kegiatan sampling, pengujian dan evaluasi hasil uji dilakukan 2 (dua) kali dengan maksud agar industri sepatu pengaman dapat mengetahui dan atau meningkatkan mutu produknya serta diberi kesempatan untuk dapat memperbaiki mutu produknya berdasarkan evaluasi hasil uji yang dillakukan oleh laboratorium uji. Sampel sepatu berupa sepatu pengaman dengan sol PU sistem cetak injeksi dan sepatu pengaman dengan sol karet sistem cetak vulkanisasi serta sepatu pengaman sistem lem kombinasi jahit yang diambil dari 7 (tujuh) perusahaan yang ada di Jawa Barat dan Jakarta. Masing-masing perusahaan diambil 3 (tiga) pasang sepatu untuk diuji berdasarkan SNI 12-7079-2005, sepatu pengaman dari kulit dengan sol poliurethane dan atau termoplastik poliurethane sistem cetak injeksi, SNI 12-0111-1987, mutu sepatu pengaman dari kulit dengan sol karet sistem cetak vulkanisasi dan SNI 12-7037-2004, mutu dan cara uji sepatu pengaman dari kulit dengan sistem good year welt. Evaluasi hasil uji pada tahap pertama masih ditemukan beberapa parameter uji seperti penyerapan air pada sol dalam, kekuatan sobek pada sol luar, ketahanan terhadap minyak pelumas (terhadap sepatu pengaman sistem cetak injeksi) dan ketebalan kulit untuk bagian vamp, tegangan putus sol luar dan tegangan tarik 200 % (terhadap sepatu pengaman sistem cetak vulkanisasi). Setelah dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap mutu sepatu oleh industri yang bersangkutan berdasarkan evaluasi hasil uji tahap kedua telah memenuhi persyaratan. Dengan demikian ketiga industri tersebut telah dapat mempersiapkan diri untuk menerapkan SNI wajib. | Standar | |
86 | LAPORAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PEMBUATAN ACUAN SEPATU DARI PLASTIK | 2006 | Ir. V. Sri Pertiwi Rumiyati, M.P., Pramono, B.Sc., Suko Praptono, B.Sc., Parsono | Kegiatan pengembangan teknologi pembuatan acuan sepatu dari plastik bertujuan untuk mengembangkan pembuatan acuan sepatu dari bahan campuran antara High Density Polietilen (HDPE) dengan plastik riklim. Bahan plastik dicetak menjadi bakalan acuan menggunakan mesin extruder dengan kondisi proses untuk bahan campuran antara HDPE dengan plastik riklim adalah suhu barrel 160 C dan suhu nozzel 170 C. Bakalan acuan yang diperoleh dibubut (grading) menggunakan mesin bubut (shoe last machine) sesuai dengan model dan ukuran yang diinginkan kemudian hasil acuan plastik yang diperoleh diuji sifat organoleptis, fisis dan umur pakainya. Bahan yang digunakan untuk penelitian adalah campuran antara plastik HDPE murni dengan plastik riklim perbandingan 70:30 dapat digunakan untuk membuat acuan plastik dengan kondisi proses suhu barrel 160 C, suhu nozzle 170 C, dan tekanan (putaran) motor 6-7 ampere. Hasil pengujian sifat fisis tertinggi untuk uji pukul takik adalah 21,11 kg cm/cm dan terendah 18,78 kg cm/cm; hasil uji kuat tarik tertinggi 264,94 kg/cm persegi dan terendah 171,32 kg/cm persegi. Hasil uji organoleptis acuan plastik menunjukkan bahwa permukaan contoh acuan baik, tidak berlubang. Pemotongan acuan bagian atas dan pemasangan plat rapi untuk acuan plastik sistem sorong maupun engsel. Pemasangan dudukan kancing shock pada cuan sistem sorong kencang dan tidak kocak, sedangkan pemasangan engsel pada acuan plastik sistem engsel kencang, tidak kocak dan acuan tidak mudah dibengkukkan dengan tangan. Hasil uji umur pakai acuan plastik sistem sorong maupun engsel secara keseluruhan baik, kedudukan kancing shock maupun engsel tetap kencang, tidak kocak dan tidak berubah. | Plastik | |
87 | PENGEMBANGAN PUSAT PELATIHAN PERSEPATUAN BERBASIS KOMPETENSI (P3BK) | 2010 | SRI WASKITO, B.Sc, SE, VITA KURNIAWATI, A.Md, HIMAWAN HENDRA SANTOPO, B.Sc, SE, HARIS NURSALAM, A.Md,MA | Kegiatan Pengembangan Pusat Pelatihan Persepatuan Berbasis Kompetensi (P3BK) bertujuan untuk membuat Modul / Buku Pelatihan Persepatuan Berbasis Kompetensi sebanyak 12 buku dan membuat 1 buku rencana kebutuhan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk berdirinya Pusat Pelatihan Persepatuan Berbasis Kompetensi (P3BK) BBKKP. Materi yang digunakan dalam kegiatan berupa 12 judul Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) bidang sepatu / alas kaki dan 12 judul buku program dan buku informasi Pusat Pelatihan Persepatuan Berbasis Kompetensi. Metode yang digunakan meliputi beberapa tahapan yaitu studi pustaka, studi banding & konsultasi, evaluasi data dan penyusunan modul pelatihan persepatuan berbasis kompetensi. Hasil kegiatan berupa 12 buku modul buku kerja dan 12 buku penilaian dan 1 buku rencana kebutuhan sarana dan prasarana untuk Pusat Pelatihan Persepatuan Berbasis Kompetensi (P3BK) BBKKP. 12 judul modul buku kerja dan buku penilaian tersebut adalah memilih bahan, memilih / memodifikasi acuan sepatu, membuat pola sistem manual, grading pola komponen sepatu / alas kaki sistem manual, memotong bahan kulit (Leather) secara manual, merakit dan menjahit bagian atas sepatu / alas kaki (Shoe Upper), lasting (pengopenan) secara manual, lasting (pengopenan) bagian depan sepatu / alas kaki dengan mesin, merakit sol sistem lem, merakit sol system cetak vulkanisasi, menerapkan pengendalian mutu dalam proses pembuatan sepatu / alas kaki dan melaksanakan pemeriksaan mutu sepatu / alas kaki. | Alas Kaki | |
88 | LAPORAN PENGEMBANGAN METODE UJI PARAMETER EKOLABEL DAN VALIDASI UJI PARAMETER UDARA | 2008 | C. Yuwono Sumasto, ST, Christiana Maria H P, A.Md, Sofia Budiati Cahyani, Tisnowati, B.Sc | Kegiatan Pengembangan Metode Uji Parameter Ekolabel dan Validasi Uji Parameter Udara bertujuan untuk mendapatkan metode uji, meningkatkan kemampuan laboratorium dan sumber daya manusia penguji untuk melakukan pengujian parameter udara dan pengujian ekolabel yaitu formaldehid, mengoptimalkan penggunaan instrument yang ada di laboratorium serta mendapatkan hasil uji yang mempunyai validitas tinggi. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengembangan metode uji parameter ekolabel yaitu formaldehid dan zat warna azo dalam kulit tersamak serta validasi metode uji parameter udara yaitu NH3, NO2, SO2, Oksidan. Pengembangan metode uji dilakukan dengan memperhatikan kondisi (peralatan) laboratorium yang ada, validasi dilakukan dengan langkah-langkah menurut kaidah validasi metode yakni : konfirmasi identitas, selektifitas dan spesifitas, dan daerah kerja, linieritas, limit detekti dan limit kuantifikasi, ripitabilitas dan reprodusibilitas, akurasi dan kebenaran, perolehan kembali srta ketidakpastian. Hasil pengembangan metode uji untuk kadar formaldehid telah dapat diterapkan serta divalidasi untuk memastikan kehandalan metode. Validasi parameter udara ambient untuk uji NH3 yaitu : selektivitas pada ë 630nm, daerah kerja dari 0-0,6 ppm, IDL 0,0107 ppm, linieritan (r) 0,9985, ripitabilitas 0,0052 ppm, reprodusibilitas 0,00134 ppm, recovery 88,63%, ruggednes/robustnes 11,37 dan ketidakpastian pengujian 10.21 ± 0.006979. parameter uji NO2 yaitu : selektivitas pada ë550 nm, daerah kerja dari 0 – 0,64 ppm, IDL 0,0029 ppm, linieritas (r) 0,9997, ripitabilitas 0,0031 ppm, reprodusibilitas 0,001152 ppm, recovery 90,63%, ruggednes/robustnes 9,37 dan ketidakpastian pengujian 5.832 ±0.10525. Parameter uji SO2 yaitu : selektivitas pada ë560 nm, daerah kerja dari 0 – 0,6867 ppm, IDL 0,0343 ppm, linieritas (r) 0,9999, ripitabilitas 0,0058 ppm, reprodusibilitas 0,00115 ppm, recovery 93,25%, ruggednes.robustnes 6,75 dan ketidakpastian pengujian 12.040 ± 0.07432. Parameter uji Ox yaitu : selektivitas pada ë352 nm, daerah kerja dari 0 – 0,2529 ppm, IDL 0,00257 ppm, linieritas (r) 0,9986, ripitabilitas 0,0092 ppm, reprodusibilitas 0,0006 ppm, recovery 101,7 ruggednes/robustnes -1,70 dan ketidakpastian pengujian 4.707 ±0.1326. Metode uji formaldehid yang telah dikembangkan kemudian juga dilakukan validasi dengan hasil : selektivitas pada ë 412 nm, daerah kerja dari 0 – 3,0 ppm, IDL 0,0015 ppm, linieritas (r) 0,9990, ripitabilitas 0,0055 [[m, reprodusibilitas 0.0657 ppm, recovery 91,78%, ruggednes/robustnes 8,22 dan ketidakpastian pengujian 44.50 ±0.2428. Hasil validasi parameter uji udara ambien dan formaldehyde dengan metoda-metoda tersebut diatas dapat diterima karena sesuai dengan kriteria yang dipersyaratkan yaitu selektifitas (panjang gelombang) untuk masing-masing parameter dapat dideteksi oleh alat dan memberikan nilai yang spesifik, daerah kerja sesuai dengan metode acuan, linieritas (r) minimal 0,995. Dari hasil pengembangan dan validasi metode dapat disimpulkan metode uji hasil pengembangan yang diacu dari ISO/TS 17226; 2003 dan DIN 53315; 1996 dapat diterapkan pada laboratorium untuk pengujian parameter formaldehid dengan memberikan validitas yang tinggi, metode uji parameter udara yang ada (SNI adopsi) dapat diterapkan pada laboratorium untuk pengujian parameter udara ambien. Pengembangan metode uji zat warna azo dapat dilaksanakan sudah pada tahap penyusunan metode uji sebagai acuan dalam penerapan metode uji didalam laboratorium, untuk selanjutnya agar penerapan metode uji mendapatkan hasil yang baik perlu dilakukan validasi terhadap metode uji yang telah dikembangkan. | Kulit | |
89 | Pengembangan pemantauan enzim kulit untuk penyamakan kulit | 2005 | Drs. Ign. Sunaryo Kasmin Neinggolan, B.Sc,Sutarti Rahayu, B.Sc.Widodo, B.Sc., S.Sos | Kegiatan Pengembangan Pemanfaatan Enzim untuk Penyamakan kulit ini merupakan kelanjutan dari kegiatan serupa yang pernah dilaksanakan. Adapun maksud dari kegiatan ini ialah untuk mencari peluang baru pemanfaatan enzim, (khususnya Enzim A) di Industri Penyamaakan kulit; mengetahui pengaruh enzim terhadap struktur jaringan dan kwalitas kulit, serta mensosialisasikan proses bioteknologi kepada industri penyamakan kulit. Di samping itu digunakan juga Enzim B sebagai produk baru yang juga diproduksi di dalam negeri . Sedangkan enzim C yang merupakan produk import, diuji untuk sekedar sebagai pembanding dari segi kwalitas aktifitas enzimnya. Hal ini perlu dilaksanakan untuk mencapai suatu sasaran yakni terwujudnya industri penyamaakan kulit yang berwawasan lingkungan. Lingkup kegiatan ini meliputi studi pustaka untuk memperkuat teori; percobaan-percobaan proses secara enzimatis skala laboratorium untuk membekali pengetahuan serta pengalaman sebagai pra personil, pengujian?pengujian laboratories untuk mengetahui kualitas enzim, kulit, serta air limbah. Hasil uji kondisi optimal enzim menunjukkan bahwa Enzim C mempunyai nilai aktivitas paling tinggi, dengan kisaran pH 6?9, suhu 30o ? 45oC. Sedangkan Enzim A mempunyai aktivitas paling rendah. Rendahnya nilai enzim produk dalam negeri ini menyebabkan Tim mengalami kesulitan untuk mengembangkan pemanfaatannya di industri penyamakan kulit. Hasil pengujian kulit setelah diproses menunjukkan bahwa berdasarkan parameter kekuatan tarik dan kemuluran, ternyata semua kulit bisa memenuhi persyaratan SNI. Hasil uji air limbah membuktikan bahwa proses secara enzimatis dapat menekan beban pencemaran yang jauh lebih besar dibanding proses biasa dengan natrium sulfida. Bekal pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama kegiatan di laboratorium, digunakan sebagai dasar untuk aplikasi proses secara enzimatis di industri. Ada empat industri yang bersedia untuk melakukan uji coba, yakni PT Budi Makmurjayamurni di Yogyakarta, PT. Rajawali Nusindo di Jawa Timur, PD. Sumber Kulit di Magetan dan PT. Lembah Tidar di Magelang. Pada umumnya industri menyatakan bahwa pemakaian enzim untuk proses penyamakan mempunyai manfaat yang besar dalam menjaga pelestarian lingkngan. | Kulit | |
90 | LAPORAN PENGOLAHAN LUMPUR DENGAN SANITARY LANDFILL (TAHAP II) | 2007 | Sri Sutyasmi | Kegiatan penelitian ini dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari penelitian tahun 2006. Tujuan kegiatan penelitian ini ialah untuk mewujudkan prototipe Sanitary Landfill hasil penelitian tahun 2006 dan mengaplikasikannya untuk pengeloaan lumpur industri penyamakan kulit, sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi masalah pengeloaan lumpur industri penyamakan kulit. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di unit proses penyamakan dan pengolahan limbah kulit, di dususn Nganyang, Siti Mulyo, Piyungan Bantul, Yogyakarta. Lumpur yang diolah/dikelola adalah lumpur dari IPAL unit proses penyamakandan pengolahan limbah kulit , tersebut. Lumpur dianalisa terlebih dahulu untuk mengetahui karakterisasinya, TCLP,LD 50, logam berat. Lumpur yang akan ditimbun dalam landfill ini mengandung logam berat seperti Cd - 2,80mg/kg; Pb - 13,10 mg/kg; Cr - 1160 mg/kg. apabila kandungan Cd dan Pb tersebut dibandingkan dengan data dalam Ketentuan Teknis ( tabel 6), maka ini berarti bahwa lumpur tersebut sebenarnya bisa dibuang kedalam landfill kategori III. Namun berhubung kandungan krom dalam lumpur tersebut adalah 1.160 mg/kg, yang berarti kurang dari 2500 mg/kg dan lebih besar dari 250 mg/kg, maka demi keamanan lumpur tersebut ditimbun dilandfill kategori II. Dari hasil pengjian LC50 96 lam sebesar 0,4% dengan sifat toksisitas yang akut. Efek perlakuan awal terhadap limbah diduga mengakibatkan reaksi yang akut jika bersinggungan dengan perairan. Hasil penelitian LD 50 untuk limbah lumpur, menunjukan tidak terjadi kematian yang mencapao 50%, hanya ada kecenderungan menurunkan berat cacing sebagai hewan uji. Dengan demikian limbah lumpur dapat dinyatakan cukup aman dan tidak toksik untuk dipapar dilingkungan padat. Produksi lumpur kering setelah diolah disaringan pasir ialah sebesar + 20 karung = 300 kg per minggu = 14.400 kg dalam satu tahun. Landfill didesain untuk dioperasikan selama 5 - 6 tahun tahun yang dapat menampung lumpur sebanyak 84.000 kg. Sehingga volume landfill yang dibuat minimal 56 m3 dengan ukuran 4,832 x 6,5 x 3,5 m3 . Dari kegiatan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa telah diperoleh suatu prototipe Sanitary landfill yang sesuai dengan persyaratan dan dapat digunakan untuk kebutuhan sendiri atau diaplikasikan ke IPK yang lain. Denagan terwujudnya prototipe landfill ini, diharapkan unit proses penyamakan dan pengolahan limbah kulit, di Sitimulyo, piyungan, Bantul Yogyakarta dapat mengatasi masalah lingkungan yang diakibatkan oleh lumpur. | Kulit | |
91 | Aplikasi Precipitated Calcium Carbonate untuk Komponen Elektronika | 2011 | Ir. Dwi Wahini Nurhajati, M Eng., Dra. Sri Brataningsih Pudji Lestari | Kegiatan penelitian “ Aplikasi Precipitated Calcium Carbonate ( PCC ) unuk komponen elektronika” yang telah dilaksanakan selama 10 bulan telah diperoleh 5 formulasi komposit PVC/NPCC. Komposit PVC/NPCC diproses dengan menggunakan laboplastomill dilakukan pada suhu 165ºC dengan torsi 50 rpm dan waktu 10 menit. Hasil mikograf SEM menunjukan bahwa parikel filler NPCC dialam matrik PVC terdistribusi secara homogeny. Hasil FTIR komposit PVC/NPCC menunjukan adanya gugus PVC, aditif dan NPCC. Hasil pengujian komposit PVC/NPCC menunjukan bahwa peningkatan jumlah NPCC menaikkan kekerasan, kuat tarik, berat jenis, ketahanan pukul takik, ketahanan terhadap panas dan suhu awal dekomposisi, namun menurunkan sifat perpanjangan putus. Hasil uji sifat elektrik dan ketahanan terhadap percikan api semua komposit yang dibuat telah memenuhi persyaratan SNI 04-6504-2011, namun ketahanan terhadap panas belum dapat memenuhi persyaratan SNI 04-6504-2011; lampu swa-balast untuk pelayanan pencahayaan umum – persyaratan keselamatan. Komposit terbaik ditinjau dari sifat ketahanan panas adalah komposit yang berisi NPCC 15 phr dan dicetak menjadi komponen elektronika. | Plastik | |
92 | Pembuatan Cetakan Souvenir Plastik Sistem Injection Molding Dengan Mesin CNC BBKKP | 2010 | Sri Waskito, BSc., SE Sujarwoko Tri Rahayu Setyo Utami Pramono | Kegiatan pembuatan Cetakan Souvenir Plastik Sistem Injection molding dengan mesin CNC BBKKP bertujuan untuk membuat cetakan souvenir plastik sistem Injection molding yang mempunyai presisi baik dengan mesin CNC BBKKP. Bahan untuk pembuatan cetakan/mold berupa MS Plate S$%C, bahan pembuatan Elektrode proses EDM berupa tembaga dan bahan untuk uji coba injection molding berupa resin plastic Polipropilena. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini melalui beberapa tahapan yaitu tahap studi pustaka, studi banding, pembuatan desain souvenir, pembuatan cetakan dan uji coba cetakan dengan mesin Injection Molding BBKKP. Hasil kegiatan yang dilaksanakan berupa satu unit cetakan souvenir plastic system injection molding dengan mesin CNC BBKKP dengan ukuran Cavity plate dan core plate (panjang x lebar = 270x250 mm) untuk souvenir plastic dengan logo Kementrian Perindustrian dan logo BBKKP. Cetakan telah diuji coba menggunakan mesin injection molding BBKKP dengan bahan resin plastic polipropilena dan PVC. | Plastik | |
93 | Penerapan Penggunaan Bahan Kulit untuk Pengembangan Desain Furniture | 1999 | Ir. Suramto Bambang suroto, BA Dian dwi antari, Bsc | Kegiatan ini dengan judul penggunaan bahan kulit untuk pengembangan desain furniture bertujuan sebagai penganekaragaman produk barang kulit dari bahan kulit yang dipakai sebagai elemen produk furniture serta untuk menambah dan memacu kreatifitas perajin kulit serta sebagai peningkatan kemampuan dari personel. Sasaran yang dibuat berupa model/protipe 4 buah kursi, Sebuah meja, 2 buah tempat majalah serta 2 buah kap lampu. Metode yang digunakan dimulai dengan perancangan desain furniture yang menggunakan bahan kulit sebagai elemen hias yan dominan sekaligus fungsional. Kemudian gambar tekniknya baik pada kerangka furniture maupun pada bahan kulitnya kemudian direalisasikan pada barang jadi berupa model atau prototipenya. Pengerjaan kerangka furniture diserahkan pada perajin permebelan, sedang perancangan desain, pengerjaan bahan kulit maupun perakitan antara kerangka dan kulit dilaksanakan oleh anggota kelompok kerja. Teknologi perakitan menggunakan beberapa sistem antara lain dengan kaitan, lem atau tempel maupun teknik jahit. Guna menambah keindahan, kulit yang digunakan diberikan motif hias dengan hias tatah tembus, tatah timbul maupun pewarna. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa dengan bahan kulit dapat memberikan tambahan nilai estetika dari produk furniture. | Plastik | |
94 | LAPORAN PEMBUATAN KULIT JADI DENGAN BERBAGAI TYPE FINISH UNTUK ATASAN SEPATU (UPPER LEATHER) | 2007 | Ir. Puji Ediari Suryaningsih, Heryanto, B.Sc., Mursulasno, Kasmin Nainggolan, B.Sc | Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh aneka type finish kulit jadi dari kulit ikan kakap, kerapu, dan pari untuk atasan sepatu. Kulit-kulit ikan tersebut diatas dan juga kulit ikan nila (gift) merupakan limbah (hasil samping) dari industri fillet ikan yang umumnya diekspor. Kulit jadi hasil kegiatan diuji secara fisis untuk menentukan kelayakannya sebagai bahan sepatu. Type finish yang diterapkan pada kulit ikan dalam kegiatan ini adalah sentuhan (perlakuan) khusus untuk meningkatkan penampilannya. Type finish yang dapat diterapkan untuk meningkatkan penampilankulit jadinya adalah pada kulit ikan kakap dengan memangkas kantong-kantong bekas sisiknya pada kulit ikan pari dengan mengamplas bagian batu-batu mutiaranya. Hasil uji fisis kulit-kulit jadi yang dianggap memiliki type finish, perlakuan setrika, dan perlakuan penyamakan (variasi bahan penyamak) dari semua jenis ikan ternyata tidak ada yang memenuhi kualitasnya, sebagai bahan atasan jika dibandingkan dengan SNI Kulit Glace Kambing No. 06-0257-1989. Kulit ikan kakap cukup kuat tapi terlalu mulur sedangkan kulit ikan kerapu kurang kuat dan terlalu mulur; demikian juga kulit ikan pari meskipun cukup kuat tapi kaku atau kurang mulur. Adapun hasil uji kulit ikan nila gift ternyata justru paling baik yaitu cukup kuat dan kemulurannya memenuhi persyaratan. Oleh karena kulit yang akan dibuat sepatu adalah kulit ikan kakap, kerapu, dan pari, maka kulit jadi hasil kegiatan ini hanya dipakai sebagai aksen (ornamen) sepatu baik untuk sepatu pria (15 pasang) maupun sepatu wanita (15 pasang). Dengan demikian perlu tindak lanjut terhadap pemanfaatan kulit ikan nila gift yang ternyata dapat memenuhi syarat sebagai bahan atasan sepatu. | Kulit | |
95 | KAJIAN SNI KULIT TAHAN AIR DAN KULIT SARUNG TANGAN SERTA PEBNDUKUNGNYA | 2010 | Puji Ediari Suryaningsih, Emi Sulistiyo Astuti, Marsudi Wiyono, Mochamad Nurhafiq | Kegiatan berjudul Kajian SNI Kulit Tahan Air dan Kulit Sarung Tangan serta Pendukungnya bertujuan untuk melakukan kajian terhadap SNI kulit tahan air, kulit sarung tangan, sarung tangan Golf, cara uji penyerapan air dan cara uji tembus uap air pada kulit. Adapun SNI yang dikaji ulang meliputi SNI 06-0777-1996, Kulit sarung tangan Golf samak krom dari dombadan kambing, SNI 12-0897-1989, Sarung tangan Golf dari kulit, SNI 06-0997-1989, Cara uji penyerapan air kulit tersamak, SNI 06-4587-1998, Cara uji tembus uap air pada kulit jadi serta melakukan kajian ketahanan air pada kulit tahan air. Secara umum keempat judul SNI yang dikaji perlu direvisi meskipun substansi cara uji penyerapan air dan cara uji tembus uap air sama. Hasil kajian SNI terwujud sebagai draft RSNI 1 kecuali Kulit tahan air berupa parameter tahan air yang dapat dityambahkan ke dalam SNI-SNI kulit untuk bagian atas alas kaki yang sudah ada. RSNI hasil kajian harus diteruskan prosesnya supaya resmi menjadi SNI baru melalui Pusat Standarusasi dan Panitia Teknis Kulit, Produk kulit dan Alas Kaki (59.02). | Standar | |
96 | Pengembangan Teknologi Proses Dan Penerapan Lateks Alam Iradiasi Kopolimer (Laik) Sebagai Lem Pada Pembuatan Sepatu Kanv | 1998 | Ir. Penny Setyowati Dra. Sri Nadilah Dra. Murwati | Kegiatan ? Pengembangan teknologi proses dan penerapan lateks alam iradiasi kopolimer (LAIK) sebagai lem pada pembuatan sepatu kanvas ? meliputi tahap pra penerapan dilanjutkan dengan tahap penerapan di industri sepatu. Pada tahap pra penerapan dilaboratorium dilakukan percobaan perekatan antara lembaran karet dengan kanvas menggunakan 6 jenis lem LAIK yaitu M33LK, M43LK, M50lk, M33LI, M43LI dan M50LI. Kondisi perekatan bervariasi : dipres dengan tekanan 4 kg/cm2 pada suhu kamar (pres dingin) selama 2 menit, suhu 100o C selama 10 detik, suhu 120oC selama 10 detik dan suhu 150oC selama 10 detik. Pada tahap pra penerapan ini, hasil kuat rekat antara karet kanvas yang optimum dicapai oleh lem LAIK M43Lk pada kondisi pengepresan 100 oC sebesar 17,96 N/6 mm. Selanjutnya hasil optimum tersebut diterapkan di industri sepatu PT.Kompas Mas, kondisi menyesuaikan dengan kondisi pabrik yaitu vulkanisasi otoklaf 110o C ? 12oC, menghasilkan kuat rekat antar foksing ? kanvas = 16,763 N/mm. Hasil tersebut sedikit lebih tinggi baik dibandingkan dengan kuat rekat sepatu kanvas menggunakan lateks kebun biasa (LA) serta memenuhi persyaratan mutu SNI. 12-0172-1987 ? Sepatu Kanvas untuk Umum?. | Karet | |
97 | PEMBUATAN KARET WIPER MOBIL MENGGUNAKAN BAHAN PENGISI PRECIPITATED CALCIUM CARBONATE (PCC) TERAKTIVASI | 2012 | Ike Setyowati, ST Indiah Ratna Dewi, S.Si Rangga Kistiwoyo, ST | Karet wiper merupakan komponen kendaraan bermotor roda empat atau lebih yang vital karena menyangkut keselamatan pengemudinya. Material karet wiper rawan terkena deteriorasi akibat cuaca, akibatnya menjadi keras, kaku dan tidak fleksibel. Hal ini dapat menyebabkan pandangan pengemudi menjadi terganggu. Dengan meningkatnya produksi mobil, juga dengan pergeserab gaya hidup, maka komponen ini menjadi meningkatkebutuhannya. Penelitian-penelitian terdahulu telah dilakukan untuk mengupayakan produk karet wiper yang berkualitas prima. Berbagai jenis karet digunakan dengan metoda pelapisan dengan zat tertentu untuk menghasilkan performa penyapuan (wiping) yang maksimal. Namun, dengan berjalannya waktu lapisan tersebut semakin menipis dan akhirnya habis. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk menghasilkan karet wiper dengan performa yang prima pada jangka waktu yang panjang. Precipitated calcium carbonate (PCC) digunakan pada komponen yang terbuat dari Polyvinyl Chloride (PVC) dapat memberikan surface gloss yang baik dan apabila digunakan dalam bentuk yang aktif dapat meningkatkan sifat fisis vulkanisat, jugadengan ketahanan terhadap cuaca. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah karet alam (pale crepe), precipitated calcium carbonat (PCC), impor (DIACAL) dan lokal (Surabaya), carbon black (HAF dan GPF), aflux 42, ZnO, TMQ, 6PPD, paraffin wax, paraffinic oil, PVI, MBTS, DPG dan sulfur, Kegiatan penelitian dibagi menjadi tahapan aktivasi PCC lokal, desain dan trial formulasi, penelitian dan analisa data. Data hasil pengujian dibandingkan dengan ASTM D 2000 untuk menentukan formulasi terbaik. Hasil penelitian menunjukkan kekerasan vulkanisat belum memenuhi persyaratan ASTM D 2000 untuk karet wiper (wiper blade). Sifat lain yang nilainya masih tinggi adalah ketahanan pampat tetap. Sifat fisis lainnya memberikan kecenderungan yang sama, baik PCC DIACAL maupun Lokal. Pemilihan formulasi terbaik dilakukan dengan mengesampingkan persyaratan kekerasan. Pertimbangan didasarkan pada perpanjangan putus, tegangan putus, kekuatan sobek dan ketahanan pampat. Diperoleh 2 (dua) formulasi terbaik, yaitu WB9 dan WB10. | Karet | |
98 | Sarung Tangan Karet anti alergi Berbasis Lateks Karet Alam Terdeproteinasi | 2017 | Indiah Ratna Dewi, S.Si. Muhammad Sholeh, M.Eng. Dona Rahmawati, S.TP. Endang Susianai, ST. Dr. Rer. nat Noviyan Darmawan, M.Sc. | Karet alam (NR) dari spesies Hevea brasilliensis adalah salah satu sumber daya alamterbarukan yang sangat berharga. NR memiliki banyak sifat yang unggul, namun juga memiliki kelemahan dalam sifat-sifat tertentu, seperti ketahanan terhadap minyak dan ketahanana terhadap cuaca. Keberadaaan ikatan ganda C=C pada rantai monomer Isoprenamenyebabkan NR mudah terdegradasi ketika permukaanya terpapar langung oleh sinar matahari, ozon, radiasi sinar UV dan udara, khususnya pada udara yang tinggi sehingga dilakukan modifikasi kimia terhadap NR untuk mengurangi kelemahannya. Namun keberadaan protein dalam NR dapat mengganggu efektivitas modifikasi kimia tersebut. Protein dapat bertindak sebagai pemburu radikal bebas dan dapat menghilangkan spesies radikal bebasyang ada pada mekanisme reaksi modifikasi. Protein yang terdapat pada permukaan NR juga dapat menimbulkan alergi sehingga protein dalam NR perlu di hilangkan. Proses deproteinasi lateks tinggi ammonia (HA – NR) menggunakan enzim proteolitik (1; 1,5; 2; 2,5% b/b), Urea (0,05; 0,1; 0,15;% b/b) dan gabungan keduanya(enzim 1%, urea 0,05% variasi waktu) ditambah dengan surfaktan SDS dan Sentrifuse 3500 rpm selama 3 x 60 menit sehingga menghasilkan karet yang terdeproteinasi (DPNR). Dilakukan pengujian protein dengan metode Kjeldahl, lateks hasil deproteinasi DPNR yang paling optimumdibuat film lateks. Dilakukan variasi konsentrasi koagulan (10; 20; 30%) dan waktu pencelupan (10; 20; 30 detik). Pada pembuatan film lateks dilakukan variasi pada jumlah bahan pengisi nano (0, 1, 2, 3, 4 dan 5%) Film yang hasilkan dilakukan pengujian kuat tarik dan perpanjangan putus. Dari hasil penelitian didapatkan hasil deproteinasi paling optimum adalah kombinasi enzin 1% -urea 0,05%, inkubasi 120 menitdalam suhu ruangKonsentrasi koagulan 20% dan waktu pencelupan 20 detik menghasilkan film dengan kuat tarik dan perpanjangan putus tertinggi. Film lateks tanpa penambahan bahan nano (NPCC=0) menghasilkan nilai kuat tarik dan perpanjangan putus tertinggi. Lateks DPNR dengan hasil terbaik pada uji kuat tarik dan perpenjangan putusnya kemudian dijadikan sebagai bahan untuk pembuatan sarung tangan karet anti alergi. Sarung tangan karet ditambah dengan anti bakteri ekstrak sirih dan ion Ag+. | Karet | |
99 | Rekayasa Mesin Pengikis Mutiara Kulit Ikan Pari untuk pembuatan barang jadi kulit | 2017 | R. Jaka Susila | Karena kulit ikan pari keras sehingga di[perlukan mesin jahit yang kuat.Untuk memuadahkan proses penjahitan perlu dilakukan pengikisan u tuk menghilangkanbutiran mutiara pada bagian yang akan di jahit. Saat ini belum ada peralatan yang sesuai untuk menghilangkan butiran mutiara kulit ikan pari sehingga pengrajin menghadapi kendala pada waktu menjahit kulit ikan pari. Pengrajin mencoba untuk menghilangkan butiran mutiara kulit ikan pari secara manual akan tetapi hasilnya kurang sem[purna dan membutuhkan waktu yang lam. Rekayasa Mesin Pengikis Mutiara kulit ikan pari untuk pembuatan barang jadi kulittelah menghasilkan satu unit prototipe mesin pengikis mutiara kulit ikan pari dengan motor listrik 1 phase, daya total 1170 watt dapat mengikis mutiara kulit ikan pari sehingga dapat di jahit saat akan dibuat barabg jadi kulit. Pengikisan dapat dilakukan dengan arah lurus dan melengkung berlawanan arah jarum jam (arah cembung) | Rekayasa | |
100 | KAJIAN STANDAR NASIONAL INDONESIA PRODUK KARET | 2012 | Ir. Syakir Hasyimi, M.Si Ir. Emi Sulistyo Astuti, MP Indriyani Prastiwi Hariyani, ST | Kajian Standar Nasional Indonesia (SNI) produk karet, bertujuan untuk melakukan pengkajian Standar Nasional Indonesia terhadap isi dokumen SNI produk karet sebanyak 5 (lima) judul dan melakukan pengujian mutu produk sebagai salah satu dasar untuk menentukan persyaratan mutu dalam penyusunan draft Rancangan SNI. Lima judul SNI produk karet tersebut adalah : SNI Lembaran karet cetak untuk sol, SNI Lis karet kaca kendaraan bermotor, SNI Packing karet tutup tangki bahan bakar kendaraan bermotor, SNI Karet pegangan setang (grip handle) sepeda motor, SNI Karet bantalan kaki (rubber step) sepeda motor. Kajian dilakukan terhadap dokumen SNI berdasar ISO Guide 7, Pedoman BSN dan hasil survey ke industri, pasaran terhadap produk lembaran karet cetak untuk sol,lis karet kaca kendaraan bermotor, packing karet tutup tangki bahan bakar kendaraan bermoto, karet pegangan setang (grip handle) sepeda mototr, dan karet bantalan kaki (rubber step) sepeda motor. Berdasar kajian dokumen SNI dan data hasil pengujian produk di laboratorium, dan Pedoman KAN 14-2001 tentang Spesifikasi SNI untuk penilaian kesesuaian, maka terhadap kelima judul dokumen SNI produk karet yaitu SNI Lembaran karet cetak untuk sol, SNI Lis karet kaca kendaraan bermotor, SNI Packing karet tutup tangki bahan bakar kendaraan bermotor, SNI Karet pegangan setang (grip handle) sepeda motor, SNI Karet bantalan kaki (rubber step) sepeda motor perlu direvisi dan disusun draft RSNI nya. | Standar |