# | Judul | Tahun | Pelaksana | Abstrak | Kategori | |
---|---|---|---|---|---|---|
41 | PENELITIAN KOMPON CINCIN KARET PERAPAT AIR BERSIH | 2007 | Dra. Sri Brataningsih Puji Lestari, Ir. Penny Setyowati, MT, Hernadi Surip, B.Sc, Pramono, B.Sc | Dra. Sri Brataningsih Puji Lestari, Ir. Penny Setyowati, MT, Hernadi Surip, B.Sc, Pramono, B.Sc | Karet | |
42 | PERSIAPAN AKREDITASI LABORATORIUM UJI KOMODITI KULIT DAN SEPATU | 1996 | Dra. Sri Mulati Ir. Ismiati Djajusman, B.Sc | <p align="left" style="text-align:center;" class="MsoNormal"> </p> <p class="MsoNormal"><span style="font-family:'Times New Roman';">Persiapan Akreditasi Laboratorium Uji Komoditi Kulit, Karet dan Plastik di lakukan dengan kegiatan antara lain pembenahan personal laboratorium dengan mengikuti kursus-kursus yang berkaitan dengan akreditasi, pembenahan peralatan laboratorium yaitu dengan kalibrasi secara menyeluruh, yaitu dari penanganan contoh uji masuk sampai dikeluarkannya Surat Tanda Uji (STU) ; termasuk dokumen-dokumen yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan-persyaratan untuk laboratorium penguji sesuai aturan DSN, antara lain : struktur organisasi laboratorium sebagai syarat mutlak, dimana Manajer puncak adalah kepala BBKKP. Disusun buku panduan mutu yang merupakan buku pedoman yang berisi semua kegiatan yang dilakukan dalam laboratorium uji komoditi Kulit, Karet, dan Plastik. Setlah semua dokumen dan persiapan selesai, kemudian mengisi blanko registrasi dan mengirim buku panduan mutu ke KAN untuk selanjutnya diadakan Pre Asesmen dan Asesmen, untuk mendapatkan Sertifikat Akreditasi. Pre Asesmen telah dilaksanakan pada tanggal 22 - 23 Nopember 1995 oleh Assesor dari KAIT atas nama KAN, sedangkan Asesmen direncanakan pada tanggal 19 – 20 Maret 1996.<span> </span></span></p> | Kulit | |
43 | Pemanfaatan limbah sekam padi dan serbuk sabut kelapa untuk pembuatan komposit plastik. | 2005 | Dra. Sri Nadilah | Penelitian Pemanfaatan Limbah Sekam Padi dan Serbuk Sabut Kelapa untuk Pembuatan Komposit Plastik bertujuan untuk mempelajari limbah serbuk sekam padi dan serbuk sabut kelapa sebagai bahan pengisi dan pengaruhnya terhadap sifat fisika komposit plastik. Limbah sekam padi dan serbuk sabut kelapa dikeringkan, kemudian di ?grinding? dengan ayakan nomor 0,25, diayak lagi untuk mendapatkan ukuran serbuk yang merata besarnya dengan ayakan plastik. Serbuk sekam padi dan serbuk sabut kelapa dicampur bersama plastik HDPE, Ca Stearat dan ZnO dengan jumlah serbuk sekam padi divariasi 25, 50, 75 dan 100 bagian, dan jumlah serbuk sabut kelapa divariasi : 15, 20, 25, dan 30 bagian, kedalam alat pencampur Rheocord 90 Haake, pada suhu 180o C selama 10 menit untuk kapasitas 200-250 gram. Komposit plastik yang terbentuk selanjutnya dicetak menjadi lembaran untuk contoh uji fisikanya. Hasil uji menunjukkan bahwa serbuk sekam padi dan serbuk sabut kelapa bisa digunakan sebagai bahan pengisi pada komposit plastik. Penambahan bahan pengisi menurunkan sifat kuat tarik, perpanjangan putus, kuat pegang skrup, dan kekerasan, tetapi tidak menurunkan stabilitas dimensi dan kerapatan masa sehingga komposit plastik tidak mudah retak, melintir atau bengkok dan tepat digunakan sebagai produk bahan bangunan. | Barang Kulit & Garmen | |
44 | Penerapan Pembuatan Karet Bantalan Mesin Kendaraan Bermotor Yang Memenuhi SNI | 1998 | Dra. Supraptiningsih A. Buchori Bsc H.J. Supardal | Penelitian penerapan ini bertujuan untuk mendapatkan karet bantalan mesin kendaraan bermotor yang memenuhi persyaratan SNI 06 ? 1540 ? 1989 karet bantalan mesin kendaraan bermotor ?Karet bantalan mesin kendaraan bermotor dibuat dari bahan karet alam (RSS) dan karet sintetis (SBR) dengan penambahan bahan-bahan pembantu (ingredient). Kompon karet bantalan mesin dibuat dengan formula tertentu dengan memveriasikan RSS/SBR : 50/50 : 60/40 : dan 70/30 bagian serta carbon black : 70; 80 dan 90 bagian, Kompon yang didapat sebanyak 9 kompon diuji sifat fisisnya meliputi: tegangan putus, perpanjangan putus, kekerasan, pampat tetap, aging tegangan putus dan perpanjangan putus serta pengembangan volume dan berat. Perhitungan Statistik menunjukkan bahwa variasi RSS/SBR dan carbon black sangat berpengaruh pada sifat fisis yang diuji. Kompon karet yang memenuhi persyaratan SNI 06-1540-1989 yaitu kompon dengan jumlah RSS/SBR 60/40 dengan carbon black 80 bagian dibuat/diterapkan menjadi barang jadi karet bantalan mesin di Industri karet Bandung. | Karet | |
45 | Penerapan Pembuatan Karet Bantalan Mesin Kendaraan Bermotor Yang Memenuhi SNI | 1998 | Dra. Supraptiningsih A. Buchori Bsc H.J. Supardal | Penelitian penerapan ini bertujuan untuk mendapatkan karet bantalan mesin kendaraan bermotor yang memenuhi persyaratan SNI 06 ? 1540 ? 1989 karet bantalan mesin kendaraan bermotor ?Karet bantalan mesin kendaraan bermotor dibuat dari bahan karet alam (RSS) dan karet sintetis (SBR) dengan penambahan bahan-bahan pembantu (ingredient). Kompon karet bantalan mesin dibuat dengan formula tertentu dengan memveriasikan RSS/SBR : 50/50 : 60/40 : dan 70/30 bagian serta carbon black : 70; 80 dan 90 bagian, Kompon yang didapat sebanyak 9 kompon diuji sifat fisisnya meliputi: tegangan putus, perpanjangan putus, kekerasan, pampat tetap, aging tegangan putus dan perpanjangan putus serta pengembangan volume dan berat. Perhitungan Statistik menunjukkan bahwa variasi RSS/SBR dan carbon black sangat berpengaruh pada sifat fisis yang diuji. Kompon karet yang memenuhi persyaratan SNI 06-1540-1989 yaitu kompon dengan jumlah RSS/SBR 60/40 dengan carbon black 80 bagian dibuat/diterapkan menjadi barang jadi karet bantalan mesin di Industri karet Bandung. | Karet | |
46 | PENERAPAN PEMBUATAN SLANG RADIATOR UNTUK KENDARAAN BERMOTOR YANG MEMENUHI SNI | 1996 | Dra. Supraptiningsih Dra. Murwati A. Buchori, B. Sc | <span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman';">Penelitian penerapan pembuatan slang radiator ini bertujuan untuk memperoleh komposisi slang radiator .Kendaraan bermotor yang memenuhi persyaratan.Penelitian dilakukan dengan memvariasikan smooth sheet/SBR(100/0; 85/15 ;70/30) dan china clay (75,100,125,)bag Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa perbadingan RSS / SBR sangat mempengarahui hasil uji tegangan putus dan kekerasan tetapi tidak mempengaruhi perpajangan putus.Kompon optimum dan memenuhi</span><span style="font-size:12pt;font-family:'Times New Roman';"> </span>persyaratan standar pada penelitian ini adalah <span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman';"></span> <p style="margin-right:.2in;line-height:normal;" class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;font-family:'Times New Roman';">Untuk cover :<span> </span>RSS/SBR<span> </span><span> </span>:<span> </span>85/15<span> </span>bag</span></p> <p style="margin:0in .2in .0001pt .5in;text-indent:.5in;line-height:normal;" class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;font-family:'Times New Roman';">China clay <span> </span><span> </span>:<span> </span>100 bag</span></p> <p style="margin-right:.2in;line-height:normal;" class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;font-family:'Times New Roman';">Untuk lining :<span> </span>RRS/SBR<span> </span><span> </span><span> </span>:<span> </span>85/15 bag</span></p> <p style="margin:0in .2in .0001pt .5in;text-indent:.5in;line-height:normal;" class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;font-family:'Times New Roman';">China clay<span> </span><span> </span><span> </span>:<span> </span>75 bag</span></p> <br /><span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman';"></span> | Standar | |
47 | Penerapan Pembuatan Karpet Karet Sesuai SNI | 1998 | Dra. Supraptiningsih Dra. Sri Brataningsih Puji Lestari A. Buchori, B Sc | Telah dilakukan penelitian Penerapan Karpet Karet SNI 1000-89 A. Pada pra penerapan dibuat 9 formulasi dengan memvariasikan jumlah CaCO3 dan RSS/SBR. Variasi yang dibuat adalah CaCO3 90, 100, 110 bagian dan RSS/SBR 70/30, 80/20, 90/10 bagian. Kemudian dari 9 formulasi tersebut dibuat slab untuk diuji sifat fisik sesuai dengan metode SNI 1000-1989 A Karpet Karet, yaitu meliputi uji tebal, tegangan putus, perpanjangan putus, kerapatan massa, kekerasan, ketahanan pampat tetap dan ketahanan terhadap pengusangan dipercepat. Dari hasil pengujian setelah dibandingkan dengan SNI ternyata kompon V (variasi CaCO3 100 bagian dan RSS/SBR 80/20 bagian) yang memnuhi persyaratan SNI, kecuali pampat tetap . Hasil uji tersebut yaitu : tebal 3,663 mm, tegangan putus 889,1617 N/cm2; perpanjangan putus 386,666, kerapatan massa 1, 6189 g/cm3 ; kekerasan 70 shore A ; ketahanan pampat 500,310 N/cm2, pampat tetap 10,1881 % dan setelah pengusangan yang dipercepat hasil pengamatan tidak berubah warna dan sedikit retak. Untuk penerapan di industri digunakan kompon V tersebut. | Karet | |
48 | Workshop Hasil Litbang Bidang Pengendalian Pencemaran | 2004 | Dra. Supraptiningsih Ir. Primayanti | Dari hasil penyajian makalah dan diskusi serta kunjungan lapangan yang berjalan, Pokok-pokok kesimpulan Workshop Hasil Litbang Bidang pengendalian Pencemaran di Yogyakarta, 8 Oktober 2003 adalah sebagai berikut : 1.Penyebaran informasi hasil-hasil litbang dalam bidang pengendalian pencemaran kepada kalangan industri dan instansi terkait serta masyarakat masih dipandang perlu. 2.Aplikasi teknologi baru yang lebih berwawasan lingkungan seharusnya mendapat dukungan dari semua pihak yaitu pemerintah, pelaku industri dan masyarakat. | Kulit | |
49 | PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT MENGGUNKAN METODE ELEKTROFENTON | 2012 | Dra. Supraptiningsih, M.Si. Nurwahid Sahadi, A.Md. Wahyu Pradana A.,S.T. | Air limbah industri penyamakan kulit mengandung polutan organik yang sulit didegradasi secara biologis. Penanganan polutan organik ini dapat dilakukan dengan <em>advance oxidation processes</em>, diantaranya dengan metode elektrofenton. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kondisi operasi yang optimum pengolahan air limbah industri penyamakan kulit menggunakan elektrofenton.<br /> Penelitian dilakukan dalam dua tahapan yaitu proses fenton dan elektrofenton. Proses fenton dilakukan dengan variasi konsentrasi fero sulfat 0%, 0,04%,0,08%, 0,12%, 0,16% dan 0,20%, variasi konsentrasi hidrogen preoksida 0, 30 ppm, 60 ppm, 120 ppm, 180 ppm, 240 ppm dan 300 ppm, serta pH divariasikan 3, 4, 5, 6, dan 7. Proses elektrofenton dilakukan dengan variasi arus sebesar 1,13 A, 1,71 A, dan 2,02 A, waktu elektrolisis dan pengadukan 0,25 j, 1j, dan 2 j, serta jarak elektrode 2 cm dan 3 cm.<br /> Kondisi operasi optimum yang diperoleh untuk proses fenton yaitu pada konsentrasi FeSO4 = 0,2%, konsentrasi H2O2 = 120 ppm, dan pH = 4, sedangkan untuk proses elektrofenton pada kekuatan arus 1,13 A, waktu 2 j dan jarak elektrode 2 cm. Kondisi operasi optimum yang diperoleh belum mampu untuk menurunkan kadar COD limbah sampai dibawah baku mutu (COD awal ± 225 mg/L) | Kulit | |
50 | PERSIAPAN AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BBKKP (LANJUTAN) | 2008 | Dra. Supraptiningsih, M.Si., Ir. Dwi Wahini Nurhayati, M.Eng, R. Jaka Susila, B.Sc., S.T., Agustin S | Dra. Supraptiningsih, M.Si., Ir. Dwi Wahini Nurhayati, M.Eng, R. Jaka Susila, B.Sc., S.T., Agustin S | Kulit | |
51 | LAPORAN PERSIAPAN AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BBKKP | 2007 | Dra. Supraptiningsih, M.Si., Sunarso, SE., Drs. Sugeng, R. Jaka Susila, B.Sc, ST | Tujuan dari kegiatan team kelompok kerja 149E adalah mempersiapkan BBKKP untuk menuju akreditasi pranata penelitian dan pengembangan, sedangkan sasaran kegiatan adalah membuat dokumen yang mendukung penerapan sistem pranata penelitian dan pengembangan. Pada kegiatan tahun pertama (2007) dokumen yang dibuat adalah dokumen level I (manual Mutu). Kegiatan yang telah dilakukan untuk persiapan tersebut antara lain pelatihan tentang audit internal dan pranata penelitian dan pengembangan bagi para pejabat struktural dan peneliti. Hasil pelatihan digunakan untuk penyusunan dokumen level I oleh team, sehingga telah tersusun dokumen manual Mutu Pranata Penelitian dan Pengembangan BBKKP. Manual mutu berisi tentang kebijakan-kebijakan untuk penerapan sistem pranata penelitian dan pengembangan yang ditetapkan oleh pihak manajemen BBKKP Yogyakarta. Telah dilakukan juga audit internal terhadap bidang yang terkait dengan penerapan sistem pranata penelitian dan pengembangan. Hasil audit internal dijadikan bahan untuk kaji ulang manajemen. | Standar | |
52 | Penelitian Pembuatan Sol Ringan Untuk Sepatu Casual | 2004 | Dra.Sri Nadilah M.Sri.Wahyuni Sri Budiasih , Bsc A. Buchori, Bsc | Sepatu casual merupakan sepatu semi umum , bersifat sportif, merupakan sepatu informal atau sepatu santai yang memerlukan sol dengan persyaratan tertentu antara lain : ringan, fleksibel (lentur). Persyaratan ini sangat mempengaruhi sifat keenakan pakai dari sepatu casual. Untuk mendapatkan sol yang ringan maka sol yang digunakan adalah sol jenis mikroselular. Sol mikroselular di pasaran biasanya terbuat dari bahan karet sintetis. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan sol mikroselular yang mempunyai nilai positif dalam arti bisa memperbaiki sifat dari sol mikroselular yang ada di pasaran yaitu ringan, fleksibel, tidak mudah aus, mudah dan kuat pada proses pengeleman , maka dilakukan pembuatan kompon sol dengan memvariasikan kombinasi bahan baku karet alam (RSS) dengan karet sintetis SBR sebanyak 5 variabel, RSS dengan HSR sebanyak 5 variabel dan RSS dengan SBR dan HSR sebanyak 5 variabel. Dari ke 15 variabel kompon karet kemudian diuji sifat fisisnya dan dicari formula optimumnya. Dari ke 3 kombinasi, masing-masing diperoleh formula optimum yaitu A3 kombinasi RSS 70 phr dengan SBR 30 phr, formula B4 kombinasi RSS 85 phr dengan HSR 10 phr, dan formula C4 kombinasi RSS 50 phr dengan SBR 40 phr dan HSR 10phr. Bila dibandingkan dengan sol dari pasaran hasil ke 3 formula optimum lebih baik. | Desain | |
53 | Pengembangan Teknologi Pengambilan Lemak dari Fleshing Industri Penyamakan Kulit untuk Pembuatan Sabun Mandi | 2010 | Drs. Ign Sunaryo Ir. Suliestiyah Wrd, MP Widodo Y. Edy Dahono, ST | Dari penelitian sebelumnya oleh Sunaryo, dkk. (2002), sabun yang dibuat dengan menggunakan bahan lemak dari fleshing, masih keruh belum jernih dan berbau amis (bau kulit mentah). Hal ini dikarenakan lemak dari fleshing tersebut belum disulfonasi, belum dimurnikan, dan masih asli. Oleh karena itulah penelitian pengembangan teknologi pengambilan lemak dari fleshing industry penyamakan kulit untuk pembuatan sabun mandi ini perlu dilaksanakan untuk mendapatkan cara pengambilan, penjernihan, dan penghilangan bau amis (bau kulit mentah) pada lemak fleshing. Agar bisa digunakan untuk membuat sabun mandi yang cerah dan tidak berbau amis. Limbah fleshing dari industry penyamakan kulit di Yogyakarta digunakan untuk penelitian ini. Setelah dicuci dan dinetralkan, limbah fleshing kemudian direbus untuk diambil lemaknya. Lemak fleshing terambil kemudian dimurnikan dengan 3 (tiga) variasi perlakuan yakni HNO_3 (15 ml, 20 ml dan 25 ml), H_2 SO_4 (20%, 25%, dan 30%) dan waktu pemanasan ( 10 menit dan 15 menit). Tujuan pemurnian ialah agar warna dan bau amis bisa hilang atau berkurang semaksimal mungkin. Lemak sebelum dan setelah dimurnikan diuji kandungan asam lemaknya, dan diuji secara kimia untuk mengetahui kadar air, lemak, kotoran, angka asam, angka penyabunan, angka Yod. Uji organoleptis juga dilaksanakan dengan dibantu oleh 10 orang Panelis terhadap 31 sampel lemak yang telah dimurnikan, terdiri dari 18 sampel lemak fleshing kulit domba/ kambing dan sisanya lemak fleshing kulit sapi. Dalam penelitian ini hanya difokuskan pada lemak fleshing kulit domba/ kambing. Sebagai kesimpulan, Tim/ Pokja 0044E telah mendapat pengembangan teknologi pengambilan lemak dari fleshing kulit domba/ kambing sebagai berikut. Cara : a. Proses diawali dengan pencucian dan penetralan fleshing, maka proses dilanjutkan dengan perebusan lemak dan pemurnian lemak fleshing. b. Timbang lemak fleshing. c. Masukkan dalam tabung/ gelas beker. d. Lelehkan lemak dengan pemanasan, sekitar 5 menit, suhu 65-〖90〗^0C. e. Tambahkan H_2 O_2 absolut sebanyak 1 ml. f. Tambahkan larutan As. Nitrat 2% volume 20 ml, 25 ml, dan 30 ml. g. Tambahkan larutan As. Sulfat dengan variasi 15%, 20%, dan 25% @ sebanyak 15 ml. f. Panaskan 5-10 menit. h. Cuci dengan larutan NaCl 10% dengan 3 kali pengulangan. i. Netralkan dengan NaOH 1 N sampai pH 7-8, kemudian dinginkan. | Kulit | |
54 | Penerapan Teknologi Bersih Di Industri Penyamakan Kulit Di Daerah Istimewa Yogyakarta. | 2003 | Drs. Ign. Sunaryo Ir. Hadi Musthofa Heryanto, Bsc. R. Jaka Susila, ST | Salah satu langkah untuk menekan timbulnya limbah dari industri ialah dengan malaksanakan system teknologi bersih. Hal ini dikarenakan system teknologi bersih berorientasi kepada kegiatan yang bersifat housekeeping, penghematan sumber daya alam dan bahan baku penggantian dan atau mengolah bahan berbahaya menjadi tidak bahaya, proses daur ulang serta pemakaian kembali bahan-bahan sisa/limbah yang terambil kembali. Kegiatan penerapan teknologi bersih ini bertujuan untuk mendapatkan teknologi bersih yang tepat guna serta memasyarakatkannya ke industri penyamakan kulit di DIY. Di samping itu juga untuk memberikan bekal pengetahuan dan pengalaman praktis tentang teknologi bersih yang dipilihnya. Adapun sasaran yang ingin dicapai antara lain berupa peningkatan pelaksanaan proses produksi yang ramah lingkungan serta meningkatnya usaha pelestarian lingkungan di kalangan industri penyamakan kulit. Kegiatan penerapan teknologi bersih yang bisa dilaksanakan meliputi pengembangan teknologi proses buang bulu ramah lingkungan, chrome recovery, proses penyamakan, pengujian air limbah serta kulit jadi dan kandungan krom dalam tanaman. Kegiatan tersebut dilaksanakan di BBKKP dan di industri. Dari kegiatan tersebut telah diperoleh metode proses buang bulu ramah lingkungan yakni gabungan antara metode ensimatis dengan metode sirolime (untuk kulit sapi sama sekali tidak digunakan Na2S). Lumpur dari UPAL PT. Fajar makmur dapat dimanfaatkan untuk pembuatan kompos, namun karena di dalam tanaman yang dipupuk dengan kompos tersebut mengandung krom, maka disarankan agar kompos digunakan untuk pemupukan tanaman hias saja atau tanaman tahunan. Komitmen manajemen sangat diperlukan untuk keberhasilan pelaksanaan penerapan teknologi bersih di industri penyamakan kulit. | Standar | |
55 | Pengembangan pemantauan enzim kulit untuk penyamakan kulit | 2005 | Drs. Ign. Sunaryo Kasmin Neinggolan, B.Sc,Sutarti Rahayu, B.Sc.Widodo, B.Sc., S.Sos | Kegiatan Pengembangan Pemanfaatan Enzim untuk Penyamakan kulit ini merupakan kelanjutan dari kegiatan serupa yang pernah dilaksanakan. Adapun maksud dari kegiatan ini ialah untuk mencari peluang baru pemanfaatan enzim, (khususnya Enzim A) di Industri Penyamaakan kulit; mengetahui pengaruh enzim terhadap struktur jaringan dan kwalitas kulit, serta mensosialisasikan proses bioteknologi kepada industri penyamakan kulit. Di samping itu digunakan juga Enzim B sebagai produk baru yang juga diproduksi di dalam negeri . Sedangkan enzim C yang merupakan produk import, diuji untuk sekedar sebagai pembanding dari segi kwalitas aktifitas enzimnya. Hal ini perlu dilaksanakan untuk mencapai suatu sasaran yakni terwujudnya industri penyamaakan kulit yang berwawasan lingkungan. Lingkup kegiatan ini meliputi studi pustaka untuk memperkuat teori; percobaan-percobaan proses secara enzimatis skala laboratorium untuk membekali pengetahuan serta pengalaman sebagai pra personil, pengujian?pengujian laboratories untuk mengetahui kualitas enzim, kulit, serta air limbah. Hasil uji kondisi optimal enzim menunjukkan bahwa Enzim C mempunyai nilai aktivitas paling tinggi, dengan kisaran pH 6?9, suhu 30o ? 45oC. Sedangkan Enzim A mempunyai aktivitas paling rendah. Rendahnya nilai enzim produk dalam negeri ini menyebabkan Tim mengalami kesulitan untuk mengembangkan pemanfaatannya di industri penyamakan kulit. Hasil pengujian kulit setelah diproses menunjukkan bahwa berdasarkan parameter kekuatan tarik dan kemuluran, ternyata semua kulit bisa memenuhi persyaratan SNI. Hasil uji air limbah membuktikan bahwa proses secara enzimatis dapat menekan beban pencemaran yang jauh lebih besar dibanding proses biasa dengan natrium sulfida. Bekal pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama kegiatan di laboratorium, digunakan sebagai dasar untuk aplikasi proses secara enzimatis di industri. Ada empat industri yang bersedia untuk melakukan uji coba, yakni PT Budi Makmurjayamurni di Yogyakarta, PT. Rajawali Nusindo di Jawa Timur, PD. Sumber Kulit di Magetan dan PT. Lembah Tidar di Magelang. Pada umumnya industri menyatakan bahwa pemakaian enzim untuk proses penyamakan mempunyai manfaat yang besar dalam menjaga pelestarian lingkngan. | Kulit | |
56 | Penelitian Penyamakan kulit Ikan Nila yang Dapat Dicuci (washable) | 2010 | Drs. Ir. Prayitno Apt, MSc Ir. Emiliana Bambang Wirodono, BSc Nurwachid Sahadi, Amd | Telah dilakukan penelitian untuk mengolah kulit ikan nila dari hasil samping industri fillet ikan nila untuk dijadikan samak yang dapat dicuci. Untuk memenuhi criteria kulit yang dapat dicuci yaitu sesudah pencucian kulit tidak luntur dan tidak mengalami perubahan warna, kulit tidak mengalami perubahan dalam sifat fisika , kulit tetap lunak dan lemas serta tidak mengalami perubahan ukuran, maka penelitian dilakukan dengan pemilihan zat warna yang tahan terhadap pencucian dan bahan minyak yang dapat memberikan kelemasan baik sebelum maupun sesudah pencucian. Untuk itu dalam penelitian ini digunakan zat warna yang bersifat reaktif dan bahan peminyakan digunakan bahan minyak yang bersifat hidrophobik dikombinasikan dengan bahan minyak anionic. Konsentrasi zat warna dan bahan minyak baik yang hidrophobik maupun anionic divariasi masing-masing dalam 3 konsentrasi, sehingga dalam penelitian ini dilakukan dalam 27 perlakuan. Hasil penelitian menunjukan tidak ada kelunturan pada pencucian dan tidak ada warna, juga tahan terhadap keringat, ini dapat dilihat hasil uji menunjukan skala 5 gray scale, dan kulit tetap lemas setelah pengujian dengan nilai kelemasan antara 4-6. Dari uji fisika menunjukan kuat sobek semua perlakuan memenuhi persyaratan SNI 06-4593-1998 dengan nilai 19,81 kg/cm dan nilai tertinggi 47,70 kg/cm, untuk sifat jahit semua memenuhi persyaratan SNI, dengan nilai terendah 59,58 kg/cm dan tertinggi 98,57 kg/cm sedangkan untuk kuat tarik 15 perlakuan dapat memenuhi persyaratan SNI dengan nilai tertinggi 171,40 kg/cm2. Kemuluran kulit hasil penelitian sangat tinggi dengan kemuluran terendah 69,30% dan tertinggi 110,00%. Dari 27 perlakuan, perlakuan I memberikan hasil yang optimum. | Kulit | |
57 | Daur Ulang Limbah Cair Terolah Industri Penyamakan Kulit dengan Metoda Wetland | 2011 | Drs. Ir. Prayitno Apt, MSc., Drs. Ign. Sunaryo, | Telah dilakukan penelitian untuk mengolah limbah cair terolah industry penyamakan kulit dengan metode wetland. Penelitian ini dilakukan dengan membangun dua buah taman tanaman air yang masing –masing memiliki dimensi yang sama, yaitu : ( panjang x lebar x dalam) adalah (3 x 1 x 1) m3 atau identik dengan volume sekitar 3 m3. Media pengisi taman tanaman air dibuat sam yaitu lapisan paling bawah koral diameter ± 10 cm dengan ketebalan 0,3 m, lapisan 2 kerikil dengan diameter ± 3 cm ketebalan 0,3 m dan lapisan ijuk dengan ketebalan ± 10 cm dan lapisan paling atas berupa pasir dengan ketebalan 0,3 m, system aliran menggunakan system upflow. Tanaman yang digunakan adlah bamboo air ( equisetum hyemale), dan melati air ( Echinodorus palaefolius var, Latifolius) perlakuan operasional dengan memvariasi debit aliran masing untuk bamboo air 0,72d0; 1,080 dan 1,440 m3/d sedangkan untuk tanaman air 0,432; 0,576 dan 1,440 m3/d, efektivitas kerja wetland diukur dengan penurunan kadar BOD, COD dan N-Amonia, TSS, S dan Khrom. Pda kondisi terahir untuk mengetahui efektivitas penggunaan limbah yang telah diolah dengan wetland dilakukan untuk menyamak kulit dan dilihat kualitasnya dari kulit samak yang dihasilkan untuk jaket dengan kekuatan tarik dan kemuluran serta kandungan khrom oksida. | Limbah | |
58 | REKAYASA ALAT SISTEM PERINGATAN DINI KADAR GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S) UNTUK INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT MELALUI MEDIA SMS (TAHAP I) | 2012 | Drs. Ir. Prayitno, Apt., M.Sc. Sri Sutyasmi, B.Sc., S.T. Wahyu Pradana Arsitika, S.T. | Diantara limbah penyamakan kulit yang mengganggu adalah limbah dalam bentuk gas. Gas tersebut diantaranya yaitu hidrogen sulfida. Pada kadar tertentu, gas-gas tersebut dapat membahayakan manusia. Untuk itu, diperlukan adanya pemantauan gas hidrogen sulfida pada industri penyamakan kulit dengan alat yang memadai. Saat ini sudah terdapat sensor gas hidrogen sulfida dari bahan semikonduktor tin dioxide (SnO2) yang dapat mendeteksi kadar gas hidrogen sulfida dan mengimplementasikannya dalam bentuk tegangan listrik. Tujuan kegiatan perekayasaan ini adalah untuk membuat alat sistem peringatan dini kadar gas hidrogen sulfida untuk industri penyamakan kulit melalui media SMS. Sistem dari alat ini adalah mengolah pembacaan dari sensor gas hidrogen sulfida, kemudian akan ditampilkan melalui LCD dan dikirimkan melalui media SMS kepada pihak terkait. Komponen utama dalam perancangan detektor gas ini antara lain: sensor gas, mikrokontroller, LCD, dan modul GSM. Sensor gas hidrogen sulfida akan mendeteksi kadar gas hidrogen sulfida dan diwujudkan dengan tegangan listrik yang berbeda-beda sesuai dengan kadar gas yang terdeteksi. Mikrokontroller juga akan menampilkan nilai-nilai tersebut pada LCD. Dan mikrokontroller pula yang akan mengatur pengiriman SMS kepada pihak terkait apabila kadar gas hidrogen sulfida yang terdeteksi melewati ambang tertentu. LCD berfungsi untuk menerima instruksi dari mikrokontroller dengan jaringan GSM, sehingga SMS dapat dikirimkan. Kegiatan perekayasaan ini dimulai dengan melakukan studi pustaka, perancangan sistem pendeteksian, pengujian masing-masing komponen, integrasi sistem dan selanjutnya dilakukan pengujian awal sistem yang telah dibuat. Hasil kegiatan yang telah dicapai adalah rancangan awal prototype detektor gas hidrogen sulfida pada industri penyamakan kulit, telah diperoleh komposisi yang tepat antara Arduino Uno dan GPRS Stehield dan telah diperoleh prototype alat deteksi gas hidrogen sulfida (H2S). | Rekayasa | |
59 | PERSIAPAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI SISTIM MUTU | 1996 | Drs. Ir. Prayitno, M. Sc. Drs. Tjahjo Wartono Ir. Suramto | <p style="margin-right:.2in;line-height:normal;" class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;font-family:'Times New Roman';">Persiapan Akreditasi Laboraturium Uji Komoditi Kulit, Karet dan Plastik dilakukan dengan kegiatan antara lain pembenahan personal Laboraturium dengan mengikuti kursus-kursus yang berkaitan dengan ekreditasi, pembenahan peralatan Laboraturium yaitu dengan kalibrasi alat-alat dan mesin uji, dan pembenahan administrasi secara menyeluruh,yaitu dari penggunaan contoh<span> </span>uji masuk sampai dikeluarkannya Surat Tanda<span> </span>Uji (STU); termasuk dokumen-dokumen yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan-persyaratan<span> </span>umu laboraturium penguji sesuai acuhan Dsn , antara lain: stuktur Manajer puncak adalah kepala BBKKP.Disusun buku paduan mutu yang merupakan buku pedoman yang berisi semua kegiatan yang dilakukan dalam laboraturium uji komonditi Kulit,Karet dan Plastik.Setelah semua dokumen dan persiapan selesai, kemudian mengisi blankon registrasi dan mengirim buku paduan mutu KAN untuk selanjutnya diadakan pre Asesmen dan Asesmen telah dilaksanakan pada tanggal 22 -23 November 1995 oleh Asesor dari KAIT atas nama KAN, sedangkan Asemen direncanakan pada tanggal 19-20 Maret 1996.</span></p> <p style="margin-right:.2in;line-height:normal;" class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;font-family:'Times New Roman';"> </span></p> | Sistem Mutu | |
60 | Penelitian Ekstraksi Keratin dari Limbah Buang Bulu pada Proses Penyamakan Kulit Domba | 2016 | Drs. Ir.Prayitno, Apt,M.Sc Ir. Sugihartono, MS Ir. Emiliana Kasmudjiastuti Gresy Griyanitasari, S.Pt Dona Rahmawati, S.TP | Penelitian ekstraksi keratin dari limbah penyamakan kulit domba dilakukan dengan pertama-tama mengumpulkan bahan baku bulu yang diambil dari laboratorium proses kulit di sitimulyo dan dar bulu domba hasil proses pending. Hydrolisa keratin dihidrolisa dengan perhydrol 50 5 setelah sebelumnya dibengkakan dengan basa NaOH, Larutan basa saat hidrolisa diturunkan pHnya sampai pada Ph 4 - 5 untuk mengendapkan keratin, kemudian dilakukan pengeringan pada suhu 450 C. Keratin yng diperoleh digunakan untuk pembuatan body lotion. Pengujian dilakukan terhadap kadar protein, kadar air untuk randemennya dan FTIR<span lang="fi" xml:lang="fi"></span> | Limbah |