# | Judul | Tahun | Pelaksana | Abstrak | Kategori | |
---|---|---|---|---|---|---|
281 | Penelitian Pembuatan Sol Ringan Untuk Sepatu Casual | 2004 | Dra.Sri Nadilah M.Sri.Wahyuni Sri Budiasih , Bsc A. Buchori, Bsc | Sepatu casual merupakan sepatu semi umum , bersifat sportif, merupakan sepatu informal atau sepatu santai yang memerlukan sol dengan persyaratan tertentu antara lain : ringan, fleksibel (lentur). Persyaratan ini sangat mempengaruhi sifat keenakan pakai dari sepatu casual. Untuk mendapatkan sol yang ringan maka sol yang digunakan adalah sol jenis mikroselular. Sol mikroselular di pasaran biasanya terbuat dari bahan karet sintetis. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan sol mikroselular yang mempunyai nilai positif dalam arti bisa memperbaiki sifat dari sol mikroselular yang ada di pasaran yaitu ringan, fleksibel, tidak mudah aus, mudah dan kuat pada proses pengeleman , maka dilakukan pembuatan kompon sol dengan memvariasikan kombinasi bahan baku karet alam (RSS) dengan karet sintetis SBR sebanyak 5 variabel, RSS dengan HSR sebanyak 5 variabel dan RSS dengan SBR dan HSR sebanyak 5 variabel. Dari ke 15 variabel kompon karet kemudian diuji sifat fisisnya dan dicari formula optimumnya. Dari ke 3 kombinasi, masing-masing diperoleh formula optimum yaitu A3 kombinasi RSS 70 phr dengan SBR 30 phr, formula B4 kombinasi RSS 85 phr dengan HSR 10 phr, dan formula C4 kombinasi RSS 50 phr dengan SBR 40 phr dan HSR 10phr. Bila dibandingkan dengan sol dari pasaran hasil ke 3 formula optimum lebih baik. | Desain | |
282 | Rekayasa Alat Otoklaf Untuk Vulkanisasi Karet | 2004 | Pramono, Bsc Asmongin Supriyadi Supriyanto. B. | Rekayasa pembuatan alat otoklaf untuk proses vulkanisasi karet ini dimaksudkan sebagai alat pendukung dalam melaksanakan fungsi proses vulkanisasi karet dengan menggunakan tekanan uap panas tertentu. Dari hasil uji coba alat otoklaf ini mempunyai tingkat kemampuan tekanan sampai 5 kg/cm2 dengan suhu lebih kurang 151 oC. Sedangkan secara optimal, operasional yang diperlukan proses vulkanisasi karet hanya mencapai tekanan 3,5 kg/cm2, sehingga alat ini mampu dan aman untuk digunakan. Adapun specifikasi teknis alat otoklaf sebagai berikut : Jenis : bejanan/tabung berdiri : Sistem pemanas uap; Tekanan maksimum : 5 kg/cm2; Suhu maksimum : 151,1 oC : Dimensi dudukan produk : (300 x 300 x 700 )mm; Diameter bejana luar : 520 mm : Dimensi ukuran alat : ( 520 x 1090 ) mm; Berat total : 90 kg. | Sistem Mutu | |
283 | Pembentukan Inkubator Bisnis Penyamak Kulit | 2004 | Ir. Titik Purwati Widowati, MP Drs. Suprapto, MM Sukaryono Thomas Tukirin | Program ini baru merupakan tahap embrio terhadap program inkubator yang digariskan Departemen Perindustrian dan Perdagangan, dengan tujuan terciptanya satu embrio pengusaha baru di bidang usaha pembuatan kulit pikel dari peserta inkubator. Sasaran program ini adalah menciptakan lapangan kerja bidang pengolahan kulit dan sebagai usaha optimalisasi pengembangan potensi usaha perkulitan di daerah. Pembentukan inkubator bisnis ini didahului dengan pra=inkubasi berupa penelitian pembuatan kulit pikel. Penelitian tersebut dilakukan atas dasar kondisi industri penyamakan kulit umumnya lebih suka membeli kulit pikel. Kulit pikel yang dikehendaki mempunyai warna putih terang dan berkualitas. Jenis agensia penghilang kapur (deliming agent) yang digunakan masing-masing ZA 2% (I). NH4Cl 2% (II) NaHSO 2% (III). ZA 1% dan NH4Cl 0,5% (IV) serta ZA 1% dan NH4Cl 1% (V). Setelah dievaluasi berdasar kualitas, warna dan tingkat penerimaan panelis, serta beban cemaran limbahnya, kulit pikel dengan perlakuan II (penggunaan NH4Cl 2%) paling dapat diterima konsumen. Formula pembuatan kulit pikel ini digunakan sebagai formula dasar dalam pelatihan pembentukan inkubator. Penyelenggaraan pelatihan inkubasi dilaksanakan 7 Juli sampai dengan 3 Oktober 2003, diikuti oleh lima peserta dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Setelah pelatihan selesai , peserta telah dapat mensortasi kulit mentah, mengawetkan kulit mentah, memproses kulit pikel dalam berbagai skala produksi dan mensortasi kulit pikel dengan baik. Pemasaran kulit pikel langsung ke industri penyamakan kulit mengalami kesulitan karena jumlah pikel yang dapat dipasok hanya sedikit. Industri penyamakan kulit menghendaki jumlah pasokan minimal untuk satu partai produksi mereka (minimal 1000 lembar). Selain umumnya industri-industri ini juga telah mempunyai pemasok yang tetap. Pengusaha kulit pikel pemula diharapkan berhubungan lebih dulu dengan pemasok lama, atau pemasok pikel lama yang tadinya tidak melakukan proses pembuatan kulit pikel sendiri itu yang ditingkatkan kemampuannya agar dapat melakukan proses pembuatan kulit pikel sendiri. Penjualan kulit pikel tidak dilakukan secara tunai, tetapi dengan cek mundur minimal 2 bulan. Hasil monitoring telah ada dua embrio dari hasil pelatihan. | Kulit | |
284 | Perluasan Scope Akreditasi Laboratorium Lingkungan Dan Akreditasi Lembaga Sertifikasi Produk | 2004 | Ir. Widari Ir. Puji Ediari S. R. Joko Susilo , B Sc. ST Endang Titiek. W, B.Sc, S.Pd | Perluasan scope Akreditasi Laboratorium Lingkungan dan Akreditasi Lembaga Sertifikasi Produk merupakan kegiatan untuk mempersiapkan berdirinya Lembaga Sertifikasi Produk dan Laboratorium Lingkungan yang terakreditasi di lingkungan Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik Yogyakarta. Kegiatan ini meliputi : Reasesmen Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi; Persiapan Akreditasi Laboratorium Lingkungan, dan Akreditasi Lembaga Sertifikasi Produk. Untuk mendirikan Lembaga Sertifikasi produk dibutuhkan auditor, PPC dan dukungan laboratorium uji yang terakreditasi. Untuk ini dilakukan konsultasi dalam rangka penyusunan dokumen dan pelatihan personel serta kalibrasi alat yang akan digunakan di laboratorium uji. Dalam rangka pemenuhan persyaratan laboratorium lingkungan terakreditasi dilakukan juga uji antar laboratorium (uji banding) dan uji profisiensi. | Kulit | |
285 | Pengembangan desain sepatu Casual dengan bahan dasar kulit kaki ayam dan kulit ikan pari. | 2005 | Ir. Puji Ediari Suryaningsih | Perkembangan model sepatu masa kini sangatlah dinamis, hal ini disebabkan oleh faktor komunikasi yang maju dengan pesat baik itu media cetak maupun elektronika dan yang serba komputerize. Ulah konsumen yang tidak mau dikatakan ketinggalan mode mendorong para desain menciptakan desain-desain yang kreatip terus menerus. ?Penemuan? bahan baku baru untuk pembuatan sepatu terus bermunculan dan yang tidak diduga sebelumnya oleh pelaku industri maupun konsumen itu sendiri memberikan inovasi tersendiri bagi desainer untuk mengembangkan desainnya. Kulit-kulit non-konvensional atau kulit-kulit eksotik misal : kulit ikan pari, kulit kaki ayam, kulit ikan kakap, bull frog, ikan kerapu mulai dikembangkan untuk desain sepatu. Daya pikat dari kulit ikan pari misalnya dari ?sisik? yang berupa bintik-bintik putih dengan bintik mahkota yang berada di tengah yang menebar pesona kemewahan bernilai tinggi, kulit kaki ayam yang bermotif eksotis dengan tekstur halusnya yang bergradasi dengan warna alamiahnya yang menawan mampu memberi nilai tambah yang sangat tinggi. Kali ini Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik mencoba kedua kulit tersebut ke desain sepatu kasual walau tidak menutup kemungkinan ke sepatu formal atau fesyen. Kegiatan ini nantinya menghasilkan sebuah katalog desain yang berisi gambar desain dari 10 desain sepatu dari kulit kaki ayam dan 10 desain sepatu dari kulit ikan pari sebagai hasil akhirnya. Katalog ini tampil berwarna dan dijilid spiral dengan cover glossy paper dan diharapkan dapat disebar luaskan ke pelaku industri persepatuan yang membutuhkan. | Desain | |
286 | Penyusunan Rencana Teknis | 2004 | Ir. Susilawati, M.Si Ir. Hasanul Arifin Lubis, MS Widodo , B.Sc. S.Sos Sri Hastuti Nawaningsih, S | Perencanaan teknis kegiatan di Balai Besar Kulit,Karet dan Plastik (BBKKP) disusun melalui langkah tahapan yang cukup panjang, mulai dari pembicaraan tingkat kelompok /seksi /fungsional , tingkat unit, rapat kerja di lingkup Perindustrian dan Perdagangan, rapat kerja di lingkup Badan Litbang Industri dan Perdagangan, rapat koordinasi dengan berbagai instansi terkait. Seluruh aktivitas perencanaan dan penyusunan program ini harus dikerjakan untuk tercapainya program yang terencana dengan baik, sehingga diharapkan dalam pelaksanaan program tersebut dapat terhindar dari kendala-kendala yang tidak diinginkan. Tujuan mempersiapkan data dan masukan untuk penyusunan rencana program kerja BBKKP sehingga berhasil guna dan berdaya guna. Sasaran kegiatan ini tersusunnya masukan untuk program kerja BBKKP tahun 2004 dari anggaran rutin, pembangunan dan pelayanan jasa teknis. Dari hasil kajian dalam upaya memecahkan permasalahan yang dihadapi dan pengembangan yang diharapkan dalam industri kulit, karet dan plastik dapat disimpulkan adalah : Kegiatan unggulan BBKKP 3 (tiga) tahun terakhir yang sangat mungkin untuk dikembangkan antara lain Pemanfaatan limbah industri penyamakan kulit; Pengembangan teknologi akrab lingkungan; Teknologi pembuatan kompon karet; Bahan-bahan alternatif untuk kompon karet dan Rekayasa alat untuk pemanfaatan limbah kulit, karet dan plastik. Hasil kajian industri kulit, karet dan plastik, ada beberapa indikator permasalahan yang harus segera ditindak lanjuti, yaitu Bahan baku dan bahan pembantu untuk industri kulit, karet dan plastik masih perlu penelitian, terutama untuk inovasi bahan baku non konvensional; Teknologi proses belum seluruhnya mengarah pada teknologi ramah lingkungan, Kompetensi SDM masih lemah, perlu peningkatan melalui pelatihan teknis, Industri belum seluruhnya menerapkan manajemen mutu untuk menghadapi tantangan global; Standar Nasional Indonesia bidang kulit, karet dan plastik masih terbatas terutama bagi SNI wajib. Sumber Daya Manusia (SDM) untuk desain sepatu masih terbatas. Masukan dari hasil temu usaha di daerah dan stakeholder yang akan menjadi program kerjasama adalah Pelatihan penyamakan dan pembuatan barang dari kulit kelinci berbulu, kulit ikan pari, kulit ikan kakap, kulit reptil, kulit ular; Pelatihan dan pengadaan mesin pengolah limbah plastik, chrome recovery dan thermoforming; Magang di BBKKP bagi pengrajin/masyarakat; Pelatihan persepatuan (desain dan teknologi proses). Secara intern BBKKP masih perlu peningkatan dalam hal kinerja personil; koordinasi antar bidang; peralatan laboratorium; jejaring usaha. Guna memperoleh masukan terbaru dari seluruh stakeholder BBKKP, maka Program Rencana Teknis perlu diadakan setiap tahunnya. Evaluasi keberhasilan program ini perlu disusun sistem monitoring yang terpadu. Program RAPBN (Rutin,Pembangunan dan Pelayanan Jasa Teknis) agar selalu berpedoman pada RENSTRA dan masukan dari Rencana Teknis. | Kulit | |
287 | Peningkatan Teknologi Pembuatan Barang Jadi Kulit Buaya (Sepatu Dan Tas) Di Irian Jaya | 1998 | Suramto Syamsuirsyam Rosma Radjagukguk | Peningkatan teknologi pembuatan barang jadi kulit buaya (sepatu dan tas) di Propinsi Dati I Irian Jaya bertujuan untuk memberikan pengetahuan di bidang teori dan praktek pembuatan pola dengan sistem copy of last. Menambah pengetahuan di bidang pembuatan sepatu dengan bahan kulit buaya dikombinasikan dengan kulit boks serta untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan teknis dalam teknologi pembuatan barangjadi berupa tas atau dompet dari kulit buaya, khususnya pada perajin atau calon perajin kulit di Propinsi Dati I Irian Jaya. Tempat pendidikan dan pelatihan dilaksanakan di Merauke Irian jaya selama 13 hari (tanggal 4 Nopember 1996 s/d 18 Nopember 1996) untuk pembuatan barang jadi sepatu serta selama 7 hari (tanggal 4 Nopember 1996 s/d tanggal 11 Nopember 1996) untuk pembuatan barang jadi tas/dompet, yang diikuti oleh 10 orang peserta pada masing-masing pelatihan. Materi pelajaran yang diberikan berupa teori dan praktek, yang dalam penyampaiannya disertai dengan diskusi. Hasil praktek yang dapat dikerjakan dalam pendidikan dan latihan barang jadi sepatu adalah setiap peserta dapat membuat 3 model/desain sepatu. Dengan metoda para peserta dibuat kelompok yang anggotanya terdiri 2 (dua) orang peserta, maka didapatkan sepatu sebanyak 15 pasang sepatu dengan rincian sebagai berikut : 5 pasang sepatu pria model derby, 5 pasang sepatu pria model pantofel serta 5 pasang sepatu model pump. Hasil praktek pada pelatihan barang jadi tas/dompet adalah menyelesaikan membuat pola serta membuat barang jadi kulit berupa barang bentuk tas wanita dan bentuk dompet pria. Rincian hasil pembuatan pola adalah setiap peserta menyelesaikan 2 (dua) buah tas wanita 2 (dua) buah dompet (pria/wanita) serta sebuah tas pria. Sedang pada praktek pembuatan barang jadi berupa tas yaitu satu kelompok terdiri 2 orang peserta menyelesaikan 1 (satu) buah tas wanita sedang untuk barang bentuk dompet seorang peserta 1 (satu) buah dompet pria | Karet | |
288 | Pengembangan Teknologi Papan Partikel/ Panil Dari Limbah Padatan (Lanjutan) | 2004 | Ir. V. Sri Pertiwi Rumiyati, MP. Ir. Hadi Mustofa Rusman Sarosa Rutini, B Sc | Pengembangan teknologi pembuatan papan partikel (Panil) dari limbah padat bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah limbah padat yang dihasilkan dari proses penyamakan kulit (limbah kayu bekas bahan penyamak nabati dan limbah shaving kulit wet blue), mendapatkan papan partikel yang memenuhi standar serta mengembangkan formulasi. Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam empat tahap yaitu pengecilan ukuran, pengeringan bahan, proses pembuatan papan partikel dan analisa kuantitatif yang meliputi bahan limbah kayu, limbah shaving, dan uji mutu papan partikel sesuai dengan SNI 03-2105-1996, Mutu Papan Partikel. Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu jenis bahan pengeras dan jumlah bahan water repellance yang ditambahkan. Variabel jenis bahan perekat terdiri atas tiga faktor yaitu amonium chlorida , amonium sulfat dan amonium nitrat, sedangkan variabel jumlah water repellance yang ditambahkan terdiri atas 3 faktor yaitu : 1,0%; 1,25% dan 1,50%. Kondisi pembuatan papan partikel menggunakan bahan perekat urea formaldehid dengan menggunakan kempa panas pada tekanan 150 bar, suhu 130oC waktu 2 kali 5 menit, sedangkan perekat phenol formaldehid dengan kondisi kempa panas pada tekanan 180 bar, suhu 150oC waktu 2 kali 5 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa papan partikel yang dibuat dari campuran limbah kayu dengan limbah shaving, pada prinsipnya memenuhi persyaratan sesuai dengan SNI 03-2105-1996, Mutu Papan Partikel, kecuali pengembangan tebal dan kuat pegang sekrup. Papan partikel hasil penelitian mempunyai tebal (8,82 ? 9,29) mm; kerapatan (0,81 ? 0,94) g/cm3; kadar air (9,54 ? 12,27)%; pengembangan tebal (19,44 ? 29,72%; kuat tarik tegak lurus (3,94 ? 9,28) kg/cm2; kuat lentur (62,05 ? 118,53) kg/cm2 dan kuat pegang sekrup ( 15,24 ? 30,89) kg. Kualitas papan partikel hasil penelitian lebih baik apabila dibandingkan dengan kualitas papan partikel yang ada di pasaran kecuali untuk parameter uji kuat pegang sekrup. Formula terbaik hasil penelitian untuk membuat papan partikel menggunakan perekat urea atau phenol formaldehid adalah : partikel kayu 80 bagian, limbah shaving 20 bagian, bahan pengeras amonium sulfat 1%, bahan water repellance 1,25% dan perekat phenol formaldehide 20%. | Standar | |
289 | Pengembangan Pemanfaatan Limbah Serbuk Sabut Kelapa (Coco Dust) Untuk Pembuatan Bantalan Karet | 2004 | Ir. Penny Setyowati Ir. Anny Setyaningsih Hernadi Surip, B Sc S u m a r n o, BA | Pengembangan pemanfaatan limbah serbuk sabut kelapa (cocodust) untuk pembuatan bantalan karet bertujuan untuk mengolah limbah cocodust menjadi produk yang lebih bermanfaat dan mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi. Secara garis besar prinsip dari pengolahan ini adalah mencampur cocodust sebagai bahan selulose dengan karet lateks sebagai bahan perekat, kemudian dicetak disertai dengan pengepresan , setelah itu dijemur, dilanjutkan proses vulkanisasi untuk mematangkan karet lateks pada suhu 100o C selama 2 ? 4 jam. Penelitian/pengembangan dilakukan dengan variasi perbandingan cocodust : kompon lateks berturut-turut 1 : 0,5 ; 1 : 1 ; 1 : 1,5 dan 1 : 2. Hasilnya berupa lembaran/bantalan cocodust berkaret dan diuji sifat fisikanya meliputi : kerapatan (g/cm3), kadar air (%), kuat lentur (kg/cm2), kuat tarik tegak lurus (kg/cm2), pengembangan tebal (%), kemampuan dipaku, pampat tetap (%), kuat pegang sekrup (kg) dan kemampuan menyerap suara (%). Hasil yang optimum dicapai pada perbandingan 1 : 1 dan 1 : 1,5 digunakan untuk bahan peredam (eternit peredam) dan pada perbandingan 1 : 2 untuk supporting material pada bantalan furnitur. | Alas Kaki | |
290 | Pengembangan Formulasi Kompon Pada Pembuatan Karet Ebonit | 2003 | Ir. Penny Setyowati,M.T. Ir. Kusumo Retno Winahyu Sunarti Rahayu, B.Sc. Subardi | Pengembangan formulasi kompon pada pembuatan karet ebonit merupakan kegiatan pembuatan kompon karet ebonit dengan variasi penggunaan sulfur 30 ? 50 phr dan optimasi penggunaan karet reklaim yang dinyatakan sebagai perbandingan RSS/reklaim pada 80/20, 70/30 dan 60/40 Phr/Phr. Karet ebonit yang dihasilkan diaplikasikan untuk lempeng PCB atau isolator listrik dan tutup hak sepatu wanita. Penggunaan sulfur 30 phr dan perbandingan RSS/reklaim 20/80 menghasilkan vulkanisat dengan hasil uji memenuhi klasifikasi kelompok 2 versi ASTM D2135 yaitu tegangan putus = 32,341 Mpa, perpanjangan putus = 40 %, kekerasan shore A = 87,8 dan pukul takik = 10,7 Nm/m. | Alas Kaki | |
291 | Penerapan teknologiproses unhairing dan bating dengan enzim protease pads Industri Penyamakan Kulit di Sukaregang Garut | 1999 | Penerapan teknologi proses unhairing (penghilangan bulu) dan bating (pengkikisan protein) dengan enzim protease pada industri penyamakan kulit sentra industri Sukaregang Garut, bertujuan untuk rnemasyarakatkan dan menerapkan alih teknologi proses penyamakan kulit serta mencari alternatif bahan pembantu yang ramah lingkungan. Pelaksanaan kegiatan tersebut dikerjakan oleh para penyamak di sentra industri Sukaregang Garut. Kulit yang digunakan untuk proses adalah kulit sapi, kulit domba dan kambing awet garam. Kulit sapi diproses menjadi kulit atasan sepatu dan kulit domba kambing masing-masing menjadi kulit jaket dan glase. Proses penghilangan kulit dan pengikisan protein dikerjakan secara enzimatis menggunakan enzim protease. Konsentrasi enzim yang digunakan untuk proses pembuangan bulu kulit sapi adalah 5% dan kulit domba/kambing 3% dari berat'kotor, dengan aktivitas enzim per ml 0,0914 unit. Untuk proses pengkikisan protein digunakan enzim protease 2% untuk kulit glase dan 4% untuk kulit jaket dengan aktivitas enzim per ml 0,1125 unit. Resep proses yang lainnya sesuai dengan resep baku pembuatan kulit atasan sepatu, jaket dan glase. Hasil kulit yang didapat lebih bersih pada kulit pikel dan warna lebih cerah pada kulit wetblue. Limbah yang dihasilkan mutunya lebih baik dibanding dengan cara biasa dengan ditunjukkan bahwa kualitas limbah yang dihasilkan menurun 1-13 kali ditinjau dari parameter uji serta kulit yang diproses memenuhi persyaratan SNI (proses pengapuran). Enzim protease..produksi BPPT layak digunakan sebagai bahan penghilang bulu dan pengkikisan protein yang mampu menurunkan limbah penyamakan kulit. | Kulit | ||
292 | Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan Pada Industri | 2004 | Ir. Arum Yuniari Ir. Sotja Prajati Ir. Siti Rochani Ir.Emiliana Kasmudjiastuti | Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan pada Industri dilaksanakan terhadap salah satu Industri Penyamakan Kulit di Daerah Istimewa yogyakarta dengan didahului sebelum pembuatan dokumen Manual Lingkungan, Prosedur Lingkungan, Instruksi Kerja dan Formulir dibantu oleh Konsultan Lingkungan. Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik mempunyai Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Lingkungan Yogya Environment Certification Assurance (JECA) yang dapat memberikan sertifikat Sistem Manajemen Lingkungan kepada organisasi untuk lingkup sektor industri kulit dan produk kulit, produk karet dan plastik , produk makanan , minuman dan tembakau , bahan kimia, produk kimia dan serat. Dalam kaitannya dengan penerapan ISO 14001 pada industri kulit serta untuk mengetahui kesesuaiannya maka perlu dilakukan audit oleh Lembaga Sertifikasi. Disamping itu untuk mengetahui kinerja sebuah Lembaga Sertifikasi maka pada saat dilakukan audit pada Industri, disaksikan oleh Komite Akreditasi Nasional (witness) | Kulit | |
293 | Penerapan penggunaan belerang lokal untuk vulkanisasi sol karet | 2000 | Ir.Hj. Siti Rochani Dra. Supraptiningsih Ir. Any Setyaningsih | Penerapan penggunaan belerang lokal untuk vulkanisasi sol karet bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan belerang lokal pada vulkanisasi sol karet. Prapenerapan secara laboratoris dilakukan dengan memvariasikan jenis dan jum]ah belerang (sulfur) sebagai bahan pemvulkanisasi. Jenis belerang yang dipergunakan adalah belerang lokal, belerang impor dan belerang kimia farma dengan jumlah yang bervariasi 8 antara 1,5 sampai dengan 4 bagian berat untuk setiap 100 bagian berat karet, sehingga didapatkan 18 variasi formulasi. Dari hasil pra penerapan dipilih 3 buah formulasi yang terbaik untuk dilakukan penerapan di Industri karet di Bandung. Pengujian hasi! penerapan sol karet menunjukkan bahwa penggunaan bahan pemvulkanisasi belerang lokal cukup efektif untuk vulkanisasi sol karet. | Alas Kaki | |
294 | Pengembangan Teknologi Pewarnaan Kulit Samak Nabati Di Daerah Istimewa Yogyakarta | 1999 | Widhiati ,B Sc Ir. Emi Sulistyo Astuti Suhardjono B Sc | Penerapan Pengembangan Teknologi Pewarnaan Kulit Samak Nabati di Daerah Istimewa Yogyakarta ini bertujuan untuk meningkatkan daya tarik konsumen terhadap produk kulit, khususnya tas dari kulit samak nabati dan untuk meningkatkan kualitas kulit samak nabati. Bahan yang digunakan untuk terapan ini adalah kulit sapi samak nabati sebanyak 17 sides, dengan rincian : 1 side diuji kemasakan, 2 sides pra terapan dan 2 sides untuk terapan dengan 2 macam warna (kuning dan coklat), karena pada saat ini warna yang disukai pengrajin adalah warna kuning dan coklat, 12 sides untuk pra terapan yang masing-masing side dibelah menjadi 2 tengahan (24 tengahan side) yang diproses menjadi kras warna. Pengambilan sampel dilakukan secara acak, sesuai dengan jumlah perlakuan . Kemudian kulit tersebut diberi perlakuan penyelesaian (finishing). Pengecatan tutup dilakukan dengan 3 variasi, setiap variasi dengan menggunakan warna kuning dan coklat. Kemudian kulit diuji meliputi kuat rekat cat tutup, ketahanan gosok cat, kenampakan cat, kenampakan rajah kulit dan kualitas kulit. Data hasil pengujian dihitung secara statistik dengan analisa varians. Dalam perhitungan menunjukkan bahwa kuat rekat cat tutup, ketahanan gosok cat dan kualitas tidak ada beda nyata, tetapi berbeda nyata pada uji kenampakan. Dari keseluruhan hasil uji yang meliputi : kekuatan rekat cat tutup, ketahanan gosok cat tutup, kenampakan rajah kulit dan kualitas kulit, maka bisa disimpulkan hasil yang paling baik adalah variasi II dengan formula sebagai berikut : Lapisan I : pigmen 40, RA 2357 100, RU 3986 30, Fi 50 15, Penetrator 10, Air 805, Lapisan II : LS 1, Super thinner gloss 3, LD 40 gram. | Kulit | |
295 | Penerapan Pembuatan Hard Rubber Lining yang memenuhi Persyaratan Mutu | 1999 | Penerapan pembuatan hard rubber lining dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan kondisi proses pelapisan karet pada logam sehingga menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan. Dan empat formula hard rubber lining setelah diproses menjadi kompon dan dilakukan pengujian sifat fisik yang meliputi uji kekerasan, kuat tarik, kemuluran dan kuat rekat antara kompon dan logam, terpilih satu formula yang dijadikan formula kompon standar untuk diterapkan di perusahaan. Hasil penerapan kompon standar hard rubber lining di perusahaan yang diproses dalam autoclave dengan temperarut 145 ?c, tekanan 3,21 kg/cm2dan waktu proses 3-4 jam, hasil ujinya memenuhi persyaratan. | Alas Kaki | ||
296 | Penelitian Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia Komoditi Kulit, Karet Dan Plastik | 2004 | Ir. Niken Karsiati Ir. Ismiyati Irene Sri Sukaeni, BSc Sofia Budiati Cahyani | Penelitian Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia Komoditi Kulit, Karet dan Plastik bertujuan untuk mendapatkan tiga Rancangan Standar Nasional Indonesia dari komoditi Kulit, Karet dan Plastik yaitu : Lembaran PVC Penutup Lantai , Seal Karet Rem Kendaraan Bermotor Roda Empat, dan Cara Uji Tahan Luntur Warna Kulit Terhadap Keringat. Penyusunan tersebut melalui tahapan : studi pustaka terhadap standar nasional maupun internasional dan didukung dengan hasil pengujian mutu ketiga produk tersebut. Penyusunan RSNI ini sudah melalui tahap pembahasan dalam Rapat teknis maupun Rapat Pra Konsensus yang diselenggarakan di BBKKP pada bulan Oktober 2003, dan telah disetujui oleh peserta sidang yang terdiri dari produsen, konsumen, lembaga IPTEK dan instansi pemerintah terkait. | Kulit | |
297 | Penerapan Teknologi Proses Unhairing Ramah Lingkungan | 2001 | Ir. Titik Purwati Widowati, MP Ir. Puji Ediari Suryaningsih Ir. Hadi Mustofa | Penelitian penerapan teknologi unhairing ramah lingkungan pada industri penyamakan kulit ini bertujuan untuk mencari alternatif bahan proses unhairing yang ramah lingkungan berupa protease Rhizopus sp. dan mensyaratkan teknologi proses unhairing yang ramah lingkungan kepada industri penyamakan kulit. Penelitian ini meliputi percobaan produksi protease, percobaan unhairing secara enzimatis dan penerapan proses unhairing ramah lingkungan di industri. Hasil penelitian menunjukkan cara produksi protease tampak menghasilkan jamur yang paling kompak dan merata. Percobaan unhairing secara enzimatis menggunakan kombinasi aktivitas enzim 0,7 U/cm2 dan Na2S 1 % sudah dapat merontokkan bulu kulit kambing serta kulit mempunyai permeabilitas udara yang baik sehingga tidak perlu dilakukan proses bating dalam tahapan proses selanjutnya. Berdasarkan fotomikrograf, penggunaan protease Rhizopus sp sebagai agensia unhairing mengakibatkan bulu tercabut sampai kepangkal bulunya, sedangkan penggunaan Na2S hanya mengakibatkan pemutusan bulu. Limbah cair yang dihasilkan oleh proses unhairing secara kombinasi enzim dan Na2S kualitasnya lebih baik dibandingkan limbah cair yang dihasilkan oleh proses unhairing secara konvensional, diantaranya hanya mempunyai kandungan sulfida sekitar 15 % nya. Sifat fisik dan organoleptis kecuali kemulurannya memenuhi persyaratan SNI 06.-0234-1989, Mutu dan cara Uji Kulit Glace kambing. Proses unhairing ramah lingkungan menggunakan Rhizopus sp ini telah diterapkan di industri dengan hasil baik | Standar | |
298 | Penelitian Pemanfaatan Lemak Fleshing Untuk Sabun | 2002 | Sri Sutyasmi, B.Sc, S.T Drs. Ign, Sunaryo Ir. Widari | Penelitian pembuatan sabun dengan menggunakan lemak dari limbah fleshing dari industri penyamakan kulit ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah fleshing : membantu mengatasi masalah pencemaran lingkungan serta mencari alternatif lain sebagai bahan dasar sabun. Adapun sasaran yang ingin dicapai ialah teratasinya masalah pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah fleshing. Limbah fleshing yang diambil dari salah satu industri penyamakan kulit di Yogyakarta, diambil lemaknya dengan tiga cara yakni dengan cara steam, rebus, dan kukus. Ternyata dengan cara steam dapat diperoleh lemak yang terbanyak dibanding cara rebus maupun kukus. Lemak yang diperoleh tersebut mempunyai angka penyabunan cukup tinggi yakni rata-rata 200,95%, angka asam kecil rata-rata 1,72, angka asam lemak bebas kecil 0,86, dan lemak tak tersabunkan juga kecil 1,44. Penelitian pembuatan sabun dilakukan dengan menggunakan lemak untuk pembuatan sabun mandi dan sabun cuci. Variasi yang dibuat untuk setiap jenis sabun ialah variasi penggunaan lemak dan NaOH. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa lemak dari limbah fleshing dapat digunakan untuk pembuatan sabun. Dengan demikian dapat mengatasi masalah pencemaran lingkungan seperti timbulnya bau busuk, pemandangan tak sedap, dll. Baik sabun mandi maupun sabun cuci hasil penelitian, hampir semuanya dapat memenuhi SNI, kecuali alkali bebas (untuk sabun mandi) dan lemak tak tersabunkan (untuk sabun cuci). Kwalitas sabun hasil penelitian tidak jauh berbeda dengan kwalitas sabun yang dibeli di pasar. Berdasarkan atas hasil penelitian tersebut kiranya bisa disarankan agar limbah fleshing dimanfaatkan seoptimal mungkin, sehingga penelitian ini bisa dikembangkan lebih lanjut untuk menghasilkan produk-produk lain. | Standar | |
299 | Pemanfaatan kulit ikan pari untuk lapis furniture | 2005 | Ir. Widari Bambang Suroto, B.Sc Abuchori, B.Sc Agustin Suraswati, BE | Penelitian pemanfaatan kulit ikan pari untuk lapis furniture merupakan kegiatan Kelompok Kerja 6301 B, dengan tujuan memperoleh teknologi yang tepat dan sesuai untuk persiapan furniture menggunakan kulit ikan pari. Dan sasarannya adalah furniture yang dilapisi kulit ikan pari. Pada proses penyamakan menggunakan kulit ikan pari awet garam sedangkan furniture yang digunakan adalah meja samping dan kursi. Pada pengujian kelekatan antara kulit ikan pari dan kayu menggunakan tiga jenis lem yaitu lem A, E, dan F. Kulit lekat lem tertinggi diperoleh dari penggunaan E sebesar 3,951 Kg/Cm dan terendah adalah lem A 1.887/Kg/Cm. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa dengan teknologi yang tepat dan sesuai, kulit ikan pari dapat dimanfaatkan sebagai lapis furniture. | Kulit | |
300 | Pemanfaatan jenis tumbuhan lokal sebagai pengganti bahan penyamak nabati asal impor. | 2000 | Ir. Sri Pertiwi Rumiyati,MP Sri Waskito B.Sc Rusman Saroso | Penelitian pemanfaatan jenis tumbuhan lokal sebagai pengganti bahan penyamak nabati asal impor bertujuan untuk mengetahui jenis tanaman lokal yang mengandung zat penyamak nabati dan dapat digunakan sebagai bahan penyamak. Jenis tanaman untuk penelitian adalah tanaman bakau - bakau, biji pinang dan gambir. Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam 3 (tiga) tahap yaitu : (1) Ekstraksi zat penyamak nabati. (2) Proses penyamakan kulit tas koper sistim samak cepat proses samak kombinasi krom ? nabati, dan krom - sintan - nabati dengan bahan penyamak dari bakau-bakau, biji pinang dan gambir; (3) Analisa kuantitatif bahan penyamak nabati serta uji mutu kulit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan zat penyamak (tannin) dalam bakau ? bakau, biji pinang dan gambir berturut-turut adalah 15,5 g/l; 11,62 g/l; 30,00 g/l. Bahan penyamak tersebut dapat digunakan sebagai alternatif sebagai pengganti bahan penyamak nabati asal impor. Mutu kulit tas koper yang dihasilkan relatif sama dengan mutu kulit tas koper samak kombinasi dengan bahan penyamak asal impor (mimosa). Mutu kulit tersebut memenuhi persyaratan SNI. 06-0335-1989, Mutu dan cara uji kulit sapi untuk tas kopor. | Kulit |