# | Judul | Tahun | Pelaksana | Abstrak | Kategori | |
---|---|---|---|---|---|---|
221 | PENELITIAN PEMBUATAN KOMPON KARET UNTUK ROL MESIN PERCETAKAN | 1993 | Usodo, B.Sc, Drs.Ir. prayitno, M.Sc,Ir. Hadi Musthofa | <div align="justify"><span style="font-size:11pt;line-height:115%;font-family:Calibri, 'sans-serif';">Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan perbandingan terbaik penggunaan campuran karet alam dengan karet sintesis Nitril dalam pembuatan kompon karet untuk percetakan. Penelitian ini dilakukan dengan memvariasi perbandingan karet alam dengan karet nitril. Dari 100:0 ; 90: 10 ; 80:20 ; 70: 30 ; 60:40 ; 50:50 ; 40:60 ; 30:70 ; 20:80 dan 10: 90. Hasil pengujian baik fisika maupun kimia dengan menggunakan tolak ukur SII 2539-90, Rol karet percetakan, menunjukan bahwa hanya kompon dengan perbandingan karet alam dan karet sintesis 50:50 yang memenuhi persyaratan SII.</span><br /><span style="font-size:11pt;line-height:115%;font-family:Calibri, 'sans-serif';"> Kompon yang memenuhi persyaratan tersebut mempunyai sifat fisis tegangan putus 5,18 N/mm2; perpanjangan putus 446,91%; kekerasan shore A 32; pampat tetap 4,11% perubahan setelah pengusangan pada tegangan putus -23,36 %; <span> </span>pada perpanjangan putus -21,96%; Kekerasan 1,33% shore A; Perubahan volume dalam NaOH -2,41%; dalam oli 2,96%; dalam HCl -4,67% dan di dalam Isooktan 3,14%. </span></div> | Karet | |
222 | Penelitian Pembuatan Kompon Rol Karet Mesin Fleshing Industri Penyamakan Kulit. | 2002 | Ir. H. Hadi Mustofa Ir. Ismiati Sumarno, B.Sc | Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan komposisi kompon karet yang dapat memenuhi persyaratan Mutu Roll Karet Mesin Penyamakan Kulit. Penelitian ini dilakukan dengan memvariasi penggunaan bahan pengisi penguat hard clay 10 phr, 15 phr, 20 phr, 25 phr, dan 30 phr, dari lima macam kompon tersebut dilihat dari kekerasannya belum ada yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam SNI.06 ?1846 ? 1990, yang kekerasan mesin fleshing adalah sebesar 30 ? 35 shore A. Pada kompon ke VI dengan menambah penggunaan Napthenic Oil 20 phr, maka kekerasan dapat mendekati persyaratan yang ditetapkan. | Alas Kaki | |
223 | Penelitian pembuatan sandal etnik dari kulit sapi samak nabati | 2005 | Ir. Puji Ediari Suryaningsih | Pembuatan sandal etnik dari kulit samak nabati sebagai kegiatan Seksi Sarana riset Kulit dan Produk Kulit tahun 2004 ini menghasilkan 6 desain sandal berikut prototipenya. Adapun kesan etnik yang dipilih adalah yang ada ditanah air (Indonesia) sendiri, dengan pertimbangan untuk menggali potensi dalam negeri yang dapat memperkaya potensi seni dan budaya nasional. Kulit samak nabati yang digunakan untuk membuat sandal tersebut dalam desainnya dikombinasi dengan bahan lain terutama yang digunakan untuk bawahan (sol) nya, mengingat harga jual yang bisa cukup mahal apabila seluruhnya dari kulit, sehingga akan mengurangi minat konsumen menengah kebawah. Dari keenam pasang sandal etnik hasil kegiatan ini semoga dapat merangsang terciptanya desain-desain lain yang lebih baik dan lebih diminati. | Desain | |
224 | Penelitian Pembuatan Sol Ringan Untuk Sepatu Casual | 2004 | Dra.Sri Nadilah M.Sri.Wahyuni Sri Budiasih , Bsc A. Buchori, Bsc | Sepatu casual merupakan sepatu semi umum , bersifat sportif, merupakan sepatu informal atau sepatu santai yang memerlukan sol dengan persyaratan tertentu antara lain : ringan, fleksibel (lentur). Persyaratan ini sangat mempengaruhi sifat keenakan pakai dari sepatu casual. Untuk mendapatkan sol yang ringan maka sol yang digunakan adalah sol jenis mikroselular. Sol mikroselular di pasaran biasanya terbuat dari bahan karet sintetis. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan sol mikroselular yang mempunyai nilai positif dalam arti bisa memperbaiki sifat dari sol mikroselular yang ada di pasaran yaitu ringan, fleksibel, tidak mudah aus, mudah dan kuat pada proses pengeleman , maka dilakukan pembuatan kompon sol dengan memvariasikan kombinasi bahan baku karet alam (RSS) dengan karet sintetis SBR sebanyak 5 variabel, RSS dengan HSR sebanyak 5 variabel dan RSS dengan SBR dan HSR sebanyak 5 variabel. Dari ke 15 variabel kompon karet kemudian diuji sifat fisisnya dan dicari formula optimumnya. Dari ke 3 kombinasi, masing-masing diperoleh formula optimum yaitu A3 kombinasi RSS 70 phr dengan SBR 30 phr, formula B4 kombinasi RSS 85 phr dengan HSR 10 phr, dan formula C4 kombinasi RSS 50 phr dengan SBR 40 phr dan HSR 10phr. Bila dibandingkan dengan sol dari pasaran hasil ke 3 formula optimum lebih baik. | Desain | |
225 | PENELITIAN PEMBUATAN WASHABLE GARMENT | 2008 | Heru Budi Santoso, Dipl.Kim, SE, Suharjono, B.Sc, Kuwatno, Widodo | Heru Budi Santoso, Dipl.Kim, SE, Suharjono, B.Sc, Kuwatno, Widodo | Kulit | |
226 | PENELITIAN PENGARUH PEMINYAKAN DAN PENYAMAKAN ULANG PADA PEWARNAAN KULIT | 1993 | Ir. Titik Purwati Widowati, Hasan Basalamah, B.Sc, Heru Budi Susanto, Dipl. Kim | <p align="justify" style="text-align:justify;line-height:150%;" class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman', serif;">Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh proses peminyakan dan penyamakan ulang terhadap pewarnaan kulit kras. Penelitian dilakukan dengan variasi jenis bahan penyamak ulang dan jenis minyak. Bahan penyamak ulang yang digunakan adalah bahan penyamak krom, sintetik, dan nabati, sedang jenis minyak yang digunakan adalah minyak sintetik dan minyak alami. Masing-masing bahan tersebut diterapkan untuk kulit yang dilakukan pengecatan dasar warna merah, biru, dan beige. Kulit yang digunakan untuk setiap percobaan sebesar ¼ lembar dengan tiga kali ulangan.</span></p> <p align="justify" style="text-align:justify;line-height:150%;" class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman', serif;">Dari hasil percobaan, dilakukan pengamatan terhadap warna kulit, dan sifat ketahanan gosok basah dan keringnya. Kulit yang diproses menggunakan bahan penyamak ulang nabati mempunyai warna lebih tua, disbanding dengan kulit kedua lainnya. Kulit yang disamak ulang menggunakan bahan penyamak ulang sintan mempunyai warna paling muda. Sifat ketahan gosok kulit yang proses dengan bahan krom mempunyai sifat yang paling baik daripada kedua kulit lainnya. Sedangkan pemrosesan menggunakan minyak sintetik dihasilkan kulit dengan warna yang lebih muda dan ketahanan gosok yang lebih baik daripada kulit yang dilakukan peminyakan menggunakan minyak alami.</span></p> | Kulit | |
227 | Penelitian Pengelolaan Limbah Cair Industri Karet Brown Crepe | 2016 | Sri Sutyasmi, B.Sc., S.T. Ir. Nursamsi Sarengat Rambat,S.Si, M.Sc Ike Setyorini, S.T. | <div align="justify">Industri karet brown crepe umumnya belum ada pengolahan limbah cair atau ada pengolahan limbah namun tidak berfungsi karena hanya lewat, padahal masih sangat kotor dan bau. Karakteristik limbah cair brown crepe menunjukkan bahwa limbah cair brown crepe masih perlu pengelolaan yang benar agar memenuhi baku mutu. Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi problem IPAL yang belum memadai/belum ada sehingga dapat dibuat contoh IPAL yang berfungsi secara efektif di Industri karet brown crepe sehingga dapat mengurangi dampak pencemaran limbah cair brown crepe. Percobaan yang dilakukan di laboratorium ada 3 yaitu percobaan 1 menggunakan cara pengendapan dengan alum dan polielectrolyte dilanjutkan dengan absorbsi arang tempurung kelapa, Percobaan 2 menggunakan sand filter (saringan pasir dengan absorben arang tempurung kelapa, carbon aktif dan zeolit. Percobaan 3 kombinasi dari percobaan 1 dan percobaan 2. Prototipe IPAL dibuat berdasarkan percobaan sebelumnya yang dilaksanakan di labotratorium.<span> </span>Hasil uji coba prototite IPAL brown crepe menunjukkan hasil yang memenuhi baku mutu kecuali pada parameter COD masih sedikit di atas baku mutu yang dipersyaratkan. </div> | Limbah | |
228 | PENELITIAN PENGEMBANGAN PLASTIK YANG DAPAT TERBIODEGRADASI | 2010 | Ir. Nursamsi Sarengat, Ir. Arum Yuniari, Ir. Siti Rochani, L. Triyono | Penelitian pembuatan plastik yang dapat terbiodegradasi bertujuan untuk melakukan pencampuran bahan plastik dengan polimer alam yang dapat terbiodegradasi di dalam tanah. Penelitian dilakukan dengan mencampur LDPE (Low Density Polyethylene) dengan pati dan maleat anhidrat. Variasi pati 20, 25, 30 dan 35 5 sedangkan variasi maleat anhidrat 2, 4, 6 phr. Pencampuran dilakukan di dalam banbury mixer secara pencampuran kering pada suhu 170 °C. Poliblend diuji secara biodegradasi dengan pemendaman dalam tanah selama 90 hari dan uji fotodegradasi dengan sinar ultra violet selama 30 hari. Sebelum dan sesudah perlakuan poliblend diuji sifat fisisnya, perubahan ikatannya dengan Fourier transform Infrared spectroscopy (FTIR) dan kondisi permukaannya, dengan Scanning Electrone Microscopy. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa formulasi terbaik untuk blend LDPE dan Pati yang terbiodegradasi adalah, LDPE/Pati 70/30 dengan, kadar maleat anhidrat 4 phr, asam stearat 5 phr, DCP 2 phr dan gliserol 5 phr mempunyai nilai kuat tarik sebelum perlakuan 136,01 kg/ perubahan sifat fisika sesudah biodegradasi selama 90 hari untuk kuat tarik 46,12%, kemuluran 14,50% dan berat sebesar 16,77%. Sedangkan perubahan sifat fisika sesudah photodegradasi selama 30 hari adalah : kuat tarik 20,45%, kemuluran 57,14% dan berat 0,33%. | Plastik | |
229 | PENELITIAN PENGGUNAAN KEMBALI AIR LIMBAH TEROLAH IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT DENGAN SISTEM WET LAND DAN ABSORBSI | 2012 | Heru Budi Santoso, SE Widodo Wahono, AMD | Industri penyamakan kulit menghasilkan air limbah yang sangat potensial mencemari lingkungan, sedangkan penggunaan air di industri penyamakan kulit sangat besar, yaitu kira-kira 45 m³ tiap ton kulit yang disamak. Sedangkan air limbah yang keluar sekitar 40 m³. Tujuan dari penelitian ini adalah memperbaiki kwalitas air limbah kulit dengan membuat bak saringan pasir dan simulasi di laboraturium agar air limbah terolah bisa digunakan kembali untuk proses penyamakan kulit sehingga dapat mengurangi penggunaan sumber daya air (SDA) dan mengatasi kekurangan air dimusim kemarau. Dari hasil uji air limbah yang sudah terolah manggunakan wetland dan absorbsi mempunyai kadar BOD, COD dan TSS sebesar 10,32mg/l, 409 mg/l dan 145 mg/l. Untuk itu air limbah terolah tersebut bisa digunakan untuk menyamak dengan terlebih dahulu diuji sesuai SNI 06-0649-1989 yaitu mengenai persyaratan air untuk penyamakan kulit. Hasil uji nyata nya adalah sebagai berikut: kesadahan jumlah: 0,0488°D, kadar besi: 2, 6704 mg/l NaCL: 2,2980 mg/l, bilangan permanganate: 4,8 mg/l, kekeruhan: 69,2 pH: dari 7,5. Dari hasil uji tersebut yang tidak memenuhi SNI 06-0649-1989 hanyalah kekeruhan yang dipersyaratkan adalah 50 mg/l, sehingga air limbah terolah bisa digunakan untuk penyamakan kembali. Hasil uji Kulit glace tersamak hampir semuanya memenuhi SNI hanya kadar abu dan kemuluran pada konsentrasi air limbah 0%, 25% dan 75% | Limbah | |
230 | PENELITIAN PENINGKATAN KETAHANAN KIKIS SOL KARET SEPATU KANVAS UNTUK OLAH RAGA | 1993 | Ir. Herminiwati, Ir. Any Setyaningsih, Ir. Kusumo Retno Winahyu, Hj. Supardal, B.Sc, Adi Slamet Supriyadi, Dra. Sri Brataningsih Puji Lestari, J.Sagiman | <p class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;line-height:115%;font-family:'Cambria Math', serif;">Dalam penelitian peningkatan ketahanan kikis sol karet sepatu kanvas untuk olah raga kini telah diteliti 12 formula kompon karet dengan bahan dasar karet alam dan telah diperoleh satu buah formula mempunyai ketahanan kikis yang tinggi serta memenuhi persyaratan sifat-sifat fisika lain sesuai SII.1406-85, Sepatu kanvas dengan sol karet untuk olahraga. Ketahanan kikis formula kompon tersebut adalah sebesar 5.52 mm3/kgm sedangkan menurut persyaratan SII.1406.85 ditetapkan sebesar maks. 1.0 mm3/kgm. Hasil uji terhadap sifat-sifat fisika formula kompon yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: tegangan putus 26.89 N/mm2, perpanjangan putus 736.67%, perpanjangan tetap 3.51%, ketahanan sobek 8.96 N/mm2, kekerasan 64.67 Shore A, bobot jenis 1.2 gr/cm3 dan ketahanan retak lentur 250 Kcs tidak retak. Adapun formula kompon terdiri dari karet 100 bagian, asam stearat 0.5 bagian , ZnO 0.5 bagian MgSiO2* 25 bagian, AlSiO2 25 bagian, Naphtenic Oil 9 Bagian, Paraffine Wax 0.5 Bagian , PBN 1 bagian, MBTS 1 bagian, DEG 2 bagian, TMT 1 bagian, TiO2 5 bagian dan Sulfur 2 bagian. Interaksi filler silikat dan naphtenic oil dapat meningkatkan ketahanan kikis sol karet sepatu kanvas untuk olahraga.</span></p> | Karet | |
231 | Penelitian Penyamakan kulit Ikan Nila yang Dapat Dicuci (washable) | 2010 | Drs. Ir. Prayitno Apt, MSc Ir. Emiliana Bambang Wirodono, BSc Nurwachid Sahadi, Amd | Telah dilakukan penelitian untuk mengolah kulit ikan nila dari hasil samping industri fillet ikan nila untuk dijadikan samak yang dapat dicuci. Untuk memenuhi criteria kulit yang dapat dicuci yaitu sesudah pencucian kulit tidak luntur dan tidak mengalami perubahan warna, kulit tidak mengalami perubahan dalam sifat fisika , kulit tetap lunak dan lemas serta tidak mengalami perubahan ukuran, maka penelitian dilakukan dengan pemilihan zat warna yang tahan terhadap pencucian dan bahan minyak yang dapat memberikan kelemasan baik sebelum maupun sesudah pencucian. Untuk itu dalam penelitian ini digunakan zat warna yang bersifat reaktif dan bahan peminyakan digunakan bahan minyak yang bersifat hidrophobik dikombinasikan dengan bahan minyak anionic. Konsentrasi zat warna dan bahan minyak baik yang hidrophobik maupun anionic divariasi masing-masing dalam 3 konsentrasi, sehingga dalam penelitian ini dilakukan dalam 27 perlakuan. Hasil penelitian menunjukan tidak ada kelunturan pada pencucian dan tidak ada warna, juga tahan terhadap keringat, ini dapat dilihat hasil uji menunjukan skala 5 gray scale, dan kulit tetap lemas setelah pengujian dengan nilai kelemasan antara 4-6. Dari uji fisika menunjukan kuat sobek semua perlakuan memenuhi persyaratan SNI 06-4593-1998 dengan nilai 19,81 kg/cm dan nilai tertinggi 47,70 kg/cm, untuk sifat jahit semua memenuhi persyaratan SNI, dengan nilai terendah 59,58 kg/cm dan tertinggi 98,57 kg/cm sedangkan untuk kuat tarik 15 perlakuan dapat memenuhi persyaratan SNI dengan nilai tertinggi 171,40 kg/cm2. Kemuluran kulit hasil penelitian sangat tinggi dengan kemuluran terendah 69,30% dan tertinggi 110,00%. Dari 27 perlakuan, perlakuan I memberikan hasil yang optimum. | Kulit | |
232 | Penelitian Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia Komoditi Kulit, Karet Dan Plastik | 2004 | Ir. Niken Karsiati Ir. Ismiyati Irene Sri Sukaeni, BSc Sofia Budiati Cahyani | Penelitian Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia Komoditi Kulit, Karet dan Plastik bertujuan untuk mendapatkan tiga Rancangan Standar Nasional Indonesia dari komoditi Kulit, Karet dan Plastik yaitu : Lembaran PVC Penutup Lantai , Seal Karet Rem Kendaraan Bermotor Roda Empat, dan Cara Uji Tahan Luntur Warna Kulit Terhadap Keringat. Penyusunan tersebut melalui tahapan : studi pustaka terhadap standar nasional maupun internasional dan didukung dengan hasil pengujian mutu ketiga produk tersebut. Penyusunan RSNI ini sudah melalui tahap pembahasan dalam Rapat teknis maupun Rapat Pra Konsensus yang diselenggarakan di BBKKP pada bulan Oktober 2003, dan telah disetujui oleh peserta sidang yang terdiri dari produsen, konsumen, lembaga IPTEK dan instansi pemerintah terkait. | Kulit | |
233 | PENELITIAN SKALA PRODUKSI EKONOMIS PENYAMAKAN KULIT TAS KOPER DENGAN SISTEM COUNTER CURRENT (SKALA KECIL) | 1993 | Ir. Susilawati, Muchtar Lutfie, B.Sc, Ir. Agit Punto Yuwono | <div align="justify"><span style="font-size:11pt;line-height:115%;font-family:Calibri, 'sans-serif';">Penelitian ini bertujuan membuat perhitungan tekno ekonomi dari skala ekonomis penyamakan secara counter current untuk menghasilkan kulit tas koper yang memenuhi SII 0241-79 “Mutu dan cara uji kulit sapi untuk kulit tas koper”. Sebagai pembanding dilakukan pula perhitungan untuk proses non counter current. Urutan proses dan resep yang digunakan untuk proses counter current adalah hasil pengembangan seksi Percobaan Balai Pengembangan barang Kulit, sedangkan untuk proses non counter current dari Kelompok Proses Balai Penelitian Barang Kulit, keduanya disempurnakan dengan hasil studi pustaka. Pengujian dengan tolak ukur SII 0241-79 menyatakan bahwa kulit yang dihasilkan semuanya memenuhi persyaratan. Perhitungan secara tekno ekonomi mendapatkan hasil harga pokok Rp 2.312,67/ sqft untuk proses counter current, dan Rp 2.636,305/ sqft untuk proses non counter current, sedangkan harga di pasaran bagi proses counter current adalah Rp 2.400,00/ sqft. Kapasitas minimum yang disarankan untuk proses counter current adalah 100 lembar kulit mentah, disarankan pula bahwa proses counter current ini tepat untuk dilaksanakan oleh industry penyamakan kulit skala kecil, dengan memanfaatkan jasa UPT atau BBKKP untuk proses pembelahan dan perataan kulit.</span></div> | Kulit | |
234 | Penerapan Dan Uji Coba Sol Tatak (Shock Insole) Yang Dapat Menyerap Bau Dan Keringat | 2001 | Ir. Hj. Siti Rochani Dra. Sri Nadilah, Apt. Asrilah, BSc. Sri wahyuni, BSc. | Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian skala laboratorium mengenai sol tatak yang dapat menyerap bau dan keringat yang telah dilaksanakan pada tahun anggaran 1998/1999 oleh Kelompok Kerja 6333 E / Proy.PPTIKKP/98-99, yaitu melakukan penerapan di Industri Karet dan di uji coba pemakaian formula sol tatak hasil penelitian yang terbaik pada 2 macam sepatu causal dan olah raga, dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas penyerapan bau dan keringat. Uji coba sol tatak satu lapis maupun dua lapis dilakukan dengan memvariasi waktu pemakaian 15 jam, 30 jam dan 45 jam, dilaksanakan oleh 6 responden (6 pasang sol tatak) untuk tiap jenis sepatu. Sol tatak hasil uji coba pemakaian diuji sifat fisisnya meliputi tegangan putus, perpanjangan putus, kekuatan bengkuk, kekerasan dan uji penyerapan bau dan keringat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian pembuatan sol tatak skala laboratorium dapat diterapkan pada skala industri, dah hasil uji coba pemakaian sepatu causal sampai dengan 45 jam penyerapan keringat tertinggi pada sol tatak 1 lapis : 3,4019 gram dan sol tatak 2 lapis : 4,9493. Pada sepatu olah raga penyerapan keringat tertinggi pada sol tatak 1 lapis 0,8766 gram dan sol tatak 2 lapis : 0,7156. Penyerapan bau pada sepatu causal sol tatak 1 lapis : 10,49 mg NH3/gr contoh, sol tatak 2 lapis : 14,26 mg NH3/gr contoh, sedangkan pada sepatu olah raga sol tatak 1 lapis : 9,30 mg NH3/gr contoh, sol tatak 2 lapis : 12,48 mg NH3/gr contoh | Desain | |
235 | Penerapan ISO 9000 | 1999 | Sutarti rahayu, Bsc Rutini, Bsc Sugiyono | Penerapan ISO 9000 Kegiatan Desiminasi penerapan ISO 9000 dilaksanakan selama 10 (sepuluh) hari dari tanggal 18 s/d 29 Nopember 1997 di Yogyakarta. Jumlah peserta pada penerapan ISO 9000 ini ada 30 orang dengan perincian : 5 orang dari instansi pemerintah (kantor Departemen), 25 orang dari perajin/pengusaha kulit dan plastik yang berorientasi ekspor. Materi pelatihan meliputi : kebijakan Deperindag 2 session, pemahaman ISO 9000 4 session, pendalaman ISO 9000 5 session, teori dokumentasi 4 session, whorkshop penyusunan dokumen PSM 9 session, workshop penyusunan dokumen IK. 7 session, workshop penyusunan dokumen PM 6. session, rumah tangga perusahaan 3 session, motivasi 9 session, audit internal 27 session, dan evaluasi 4 session. Selama pelatihan berlangsung ternyata partisipasi peserta sangat tinggi dan tekun dalam mengikuti pelajaran dan dari basil evaluasi terhadap peserta semua peserta masuk kategori cukup dan baik. | Kulit | |
236 | Penerapan Kondisi Proses Bahan HDPE terhadap Mutu Barang Plastik pacta Mesin Injection Moulding. | 1999 | Penerapan Kondisi Proses Bahan HDPE terhadap Mutu Barang Plastik pacta Mesin Injection Moulding. Kegiatan penerapan kondisi proses bahan high density polyethylene (HDPE) terhadap mutu barang plastik pada mesin injection moulding bertujuan untuk mendapatkan mutu barang plastik yang baik dengan kondisi proses yang optimal. Hasil penelitian menunjukkan waktu injeksi, kecepatan injeksi dan tekanan injeksi mempengaruhi sifat kuat tarik dan sifat kemuluran bahan plastik high density polyethylene, tetapi tidak mempengaruhi sifat kekerasan bahan plastik high density polyethylene. Makin singkat waktu injeksi, kecepatan injeksi dan tekanan injeksi sitar kuat tarik makin kecil dan sifat kemuluran makin besar. Sifat kuat tarik dan sitar kemuluran yang baik dicapai pada kondisi proses sebagai berikut : waktu injeksi 10 detik, tekanan injeksi 90 kg/cm2, kecepatan injeksi 90% dari kapasitas putaran injeksi mesin dan subu injeksi 200 ? C. | Barang Kulit & Garmen | ||
237 | Penerapan Pembuatan Hard Rubber Lining yang memenuhi Persyaratan Mutu | 1999 | Penerapan pembuatan hard rubber lining dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan kondisi proses pelapisan karet pada logam sehingga menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan. Dan empat formula hard rubber lining setelah diproses menjadi kompon dan dilakukan pengujian sifat fisik yang meliputi uji kekerasan, kuat tarik, kemuluran dan kuat rekat antara kompon dan logam, terpilih satu formula yang dijadikan formula kompon standar untuk diterapkan di perusahaan. Hasil penerapan kompon standar hard rubber lining di perusahaan yang diproses dalam autoclave dengan temperarut 145 ?c, tekanan 3,21 kg/cm2dan waktu proses 3-4 jam, hasil ujinya memenuhi persyaratan. | Alas Kaki | ||
238 | Penerapan Pembuatan Karet Bantalan Mesin Kendaraan Bermotor Yang Memenuhi SNI | 1998 | Dra. Supraptiningsih A. Buchori Bsc H.J. Supardal | Penelitian penerapan ini bertujuan untuk mendapatkan karet bantalan mesin kendaraan bermotor yang memenuhi persyaratan SNI 06 ? 1540 ? 1989 karet bantalan mesin kendaraan bermotor ?Karet bantalan mesin kendaraan bermotor dibuat dari bahan karet alam (RSS) dan karet sintetis (SBR) dengan penambahan bahan-bahan pembantu (ingredient). Kompon karet bantalan mesin dibuat dengan formula tertentu dengan memveriasikan RSS/SBR : 50/50 : 60/40 : dan 70/30 bagian serta carbon black : 70; 80 dan 90 bagian, Kompon yang didapat sebanyak 9 kompon diuji sifat fisisnya meliputi: tegangan putus, perpanjangan putus, kekerasan, pampat tetap, aging tegangan putus dan perpanjangan putus serta pengembangan volume dan berat. Perhitungan Statistik menunjukkan bahwa variasi RSS/SBR dan carbon black sangat berpengaruh pada sifat fisis yang diuji. Kompon karet yang memenuhi persyaratan SNI 06-1540-1989 yaitu kompon dengan jumlah RSS/SBR 60/40 dengan carbon black 80 bagian dibuat/diterapkan menjadi barang jadi karet bantalan mesin di Industri karet Bandung. | Karet | |
239 | Penerapan Pembuatan Karet Bantalan Mesin Kendaraan Bermotor Yang Memenuhi SNI | 1998 | Dra. Supraptiningsih A. Buchori Bsc H.J. Supardal | Penelitian penerapan ini bertujuan untuk mendapatkan karet bantalan mesin kendaraan bermotor yang memenuhi persyaratan SNI 06 ? 1540 ? 1989 karet bantalan mesin kendaraan bermotor ?Karet bantalan mesin kendaraan bermotor dibuat dari bahan karet alam (RSS) dan karet sintetis (SBR) dengan penambahan bahan-bahan pembantu (ingredient). Kompon karet bantalan mesin dibuat dengan formula tertentu dengan memveriasikan RSS/SBR : 50/50 : 60/40 : dan 70/30 bagian serta carbon black : 70; 80 dan 90 bagian, Kompon yang didapat sebanyak 9 kompon diuji sifat fisisnya meliputi: tegangan putus, perpanjangan putus, kekerasan, pampat tetap, aging tegangan putus dan perpanjangan putus serta pengembangan volume dan berat. Perhitungan Statistik menunjukkan bahwa variasi RSS/SBR dan carbon black sangat berpengaruh pada sifat fisis yang diuji. Kompon karet yang memenuhi persyaratan SNI 06-1540-1989 yaitu kompon dengan jumlah RSS/SBR 60/40 dengan carbon black 80 bagian dibuat/diterapkan menjadi barang jadi karet bantalan mesin di Industri karet Bandung. | Karet | |
240 | Penerapan Pembuatan Karet Peredam Kejut (Shock Absorber) pada Kendaraan Bermotor Roda Dua. | 1999 | Ir. Penny Setyowati Dra. Murwati Dra. Sri nadilah | Penerapan Pembuatan Karet Peredam Kejut (Shock Absorber) pada Kendaraan Bermotor Roda Dua. Penerapan pembuatan karet peredam kejut (shock absorber) pada kendaraan bermotor roda dua bertujuan untuk mendapatkan formulasi kompon karet untuk peredam kejut (shock absorber) dengan mutu sesuai syarat mutu SNI. 09-3767 1995, "Karet Peredam pada Rumah Kopling Kendaraan Bermotor Roda Dua". Pembuatan kompon karet peredam kejut dilakukan dengan memvariasikan jumlah perbandingan menggunakan RSS dan EPDM 100/0 phr (kode F I), 90/10 phr' (kode F II), 80/20 phr (kode F III), 70/30 phr (F IV), 60/40 pm (kode F V). Kompon karet yang dihasilkan diuji sifat fisikanya, kemudian dianalisa secara statistik untuk menentukan formulasi optimum. Dari analisa sifat fisika diperoleh hasil bahwa fonnulasi F IV merupakan formulasi optimum dalam arti F IV menghasilkan sifat fisika yang terbaik. Bila dibandingkan dengan peredam kejut dari pasaran, F IV hasil laboratorium maupun F IV hasil penerapan, secara garis besar sifat-sifat fisikanya lebih baik dan secara keseluruhan memenuhi syarat mutu SNI.09-3767-1995. | Alas Kaki |