# | Judul | Tahun | Pelaksana | Abstrak | Kategori | |
---|---|---|---|---|---|---|
41 | Pemanfaatan Sulfinil Oil Untuk Proses Penyamakan Kulit | 2001 | Muchtar Lutfie, B.Sc Ir. Emiliana K Widhiati, B.Sc Ir. Widari | Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan sulfinil oil pada proses peminyakan terhadap sifat-sifat fisis kulit jaket dari kulit domba. Empat puluh lembar kulit domba awet garam basah yang berasal dari Yogyakarta disamak menjadi kulit Jaket dengan bahan peminyakan (fatliquoring)nya adalah 15 % minyak sintetis dari impor. Hasil uji fisika menunjukkan bahwa minyak sulfinil dari nabati dan minyak sulfinil dari hewani dapat dipakai untuk peminyakan (fatliquoring), dengan sifat fisis kulit jaket yang dihasilkannya memenuhi persyaratan SNI 06.0250.1989, Mutu dan cara Uji Kulit Sarung Tangan dan jaket dari Kulit Domba/Kambing. | Kulit | |
42 | Pembuatan Protease Rhizopus Sp.Amobil | 2003 | Ir. Titik Purwati Widowati Ir. Drs. Prayitno, Apt, Msc Dra Murwati Sri Sutyasmi, Bsc, ST | Penelitian ini bertujuan utama untuk membuat sediaan enzimatis Rhizopus sp dalam karier. Rhizopus sp ditumbuhkan dalam media sekam gandum kemudian diekstrak, difraksionasi menggunakan garam amonium sulfat serta diikat dalam karier. Ekstrak kasar enzim mempunyai aktifitas specifik 1,95 U/mg protein. Pemurnian parsial menggunakan amonium sulfat 20 % menunjukkan peningkatan aktifitas spesifik enzim 1,63 kali menjadi 3,18 U/mg protein. Pengikatan karier berupa serbuk kayu sonokeling pada fraksi amonium sulfat 20 % meningkatkan aktifitas enzim menjadi 100,53 U dari aktifitas crude enzyme 95,88 U. Sediaan enzimatis ini digunakan sebagai agensia bating. Proses bating dilakukan pada 12 tengahan lembar kulit kambing awet garam-basah. Hasil pembuatan preparat mikroskopis menunjukkan bahwa proses bating menyebabkan terjadinya serabut-serabut kolagen kulit, juga mengakibatkan terjadinya pengurangan kadar protein kulit. Proses bating menggunakan sediaan enzimatis Rhizopus sp amobil menghasilkan sifat fisis kulit kras yang tidak berbeda nyata dengan kulit yang diproses bating menggunakan agensia komersial dan memenuhi SII 0038-73 : Mutu dan cara uji kulit kras kecuali kemulurannya. Hasil uji kualitas limbah cair setelah proses bating menuunjukkan bahwa limbah hasil bating yang menggunakan sediaan rhizopus sp mempunyai nilai BOD, COD dan N-NH3 yang lebih kecil dibanding limbah hasil proses bating menggunakan agensia komersial, sedang nilai TSS-nya relatif sama. | Kulit | |
43 | Penerapan Dan Uji Coba Sol Tatak (Shock Insole) Yang Dapat Menyerap Bau Dan Keringat | 2001 | Ir. Hj. Siti Rochani Dra. Sri Nadilah, Apt. Asrilah, BSc. Sri wahyuni, BSc. | Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian skala laboratorium mengenai sol tatak yang dapat menyerap bau dan keringat yang telah dilaksanakan pada tahun anggaran 1998/1999 oleh Kelompok Kerja 6333 E / Proy.PPTIKKP/98-99, yaitu melakukan penerapan di Industri Karet dan di uji coba pemakaian formula sol tatak hasil penelitian yang terbaik pada 2 macam sepatu causal dan olah raga, dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas penyerapan bau dan keringat. Uji coba sol tatak satu lapis maupun dua lapis dilakukan dengan memvariasi waktu pemakaian 15 jam, 30 jam dan 45 jam, dilaksanakan oleh 6 responden (6 pasang sol tatak) untuk tiap jenis sepatu. Sol tatak hasil uji coba pemakaian diuji sifat fisisnya meliputi tegangan putus, perpanjangan putus, kekuatan bengkuk, kekerasan dan uji penyerapan bau dan keringat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian pembuatan sol tatak skala laboratorium dapat diterapkan pada skala industri, dah hasil uji coba pemakaian sepatu causal sampai dengan 45 jam penyerapan keringat tertinggi pada sol tatak 1 lapis : 3,4019 gram dan sol tatak 2 lapis : 4,9493. Pada sepatu olah raga penyerapan keringat tertinggi pada sol tatak 1 lapis 0,8766 gram dan sol tatak 2 lapis : 0,7156. Penyerapan bau pada sepatu causal sol tatak 1 lapis : 10,49 mg NH3/gr contoh, sol tatak 2 lapis : 14,26 mg NH3/gr contoh, sedangkan pada sepatu olah raga sol tatak 1 lapis : 9,30 mg NH3/gr contoh, sol tatak 2 lapis : 12,48 mg NH3/gr contoh | Desain | |
44 | Validasi metode uji pengujian Cr +6 dalam kulit. | 2005 | Ir. Ratna Utarianingrum | Penelitian mengenai validasi metode uji chrome hexavalen dalam kulit bertujuan untuk membuktikan bahwa metode uji tersebut mempunyai sensitivitas yang tinggi dan dapat memberikan hasil uji yang valid. Dalam penelitian ini yang digunakan bahan uji adalah kulit samak krome, sedangkan metode uji yang dipakai adalah colorimetri dipherylcarbazide dengan penambahan gas inert (Nitrogen) untuk menghilangkan udara dan colorimetri diphenylecarbazide tanpa penambahan gas inert. Hasil validasi manunjukan bahwa metode uji colorimetri diphenylcarbazide tanpa penambahan gas inert menghasilkan data uji dengan sebaran yang homogen dan hasil uji optimal hasil ini dudukung oleh analisa statistik dengan Robust Test dengan Z Score adalah -0,7238 sampai 0,5387 menurut ISO Guide dinyatakan memuaskan. | Alas Kaki | |
45 | Penelitian mutu sol karet cetak | 2005 | Ir. Niken Karsiati | Penelitian mutu sol karet cetak bertujuan untuk mendapatkan data hasil uji mutu sol karet cetak yang beredar di pasaran dan untuk melakukan pengkajian terhadap SNI 12-0778-1989 ?Sol karet cetak?. Tahapan penelitian meliputi penelusuran pustaka standar, sampling, penyiapan contoh uji, pengujian, evaluasi data pengujian, dan pengkajian SNI berdasarkan pedoman BSN 8-2000 dan Pedoman KAN 14-2001. Berdasarkan hasil uji mutu diketahui bahwa sol karet cetak yang beredar di pasaran masih memenuhi persyaratan SNI, sedangkan hasil kaji ulang dapat direkomendasikan bahwa SNI 12-0778-1989 ?Sol Karet Cetak? perlu direvisi. | Alas Kaki | |
46 | Pemanfaatan Cashew Nut Shell Liquid (CNSL) Sebagai Substitusi Bahan Baku Dan Bahan Pembantu Karet | 2004 | Ir. Herminiwati, M.P. Ir. Dwi Wahini Nurhayati, M.Eng Dra. Sri Brataningsih Puji Lestari A s r i | Penelitian Pemanfaatan Cashew Nut Shell Liquid (CNSL )Sebagai Substitusi Bahan Baku dan Bahan Pembantu Karet bertujuan untuk memanfaatkan CNSL sebagai bahan substitusi karet dalam pembuatan kampas rem dan sebagai bahan bantu proses (plasticizer) dalam pembuatan sol sepatu. Formula untuk pembuatan kampas rem terdiri dari serta asbestos 44,0 ? 65,0 bagian, friction dust 10 bagian , barium sulfat 13,5 ? 15 bagian, heksamin 1,0 bagian dan binder 34,25 bagian. Formula binder terdiri dari CNSL masak 225,0 bagian, fenol 23,5 bagian, paraformaldehid 18,0 bagian, NaOH 2,5 bagian dan aquadest 12,0 bagian. Binder dibuat dengan cara memanaskan CNSL terlebih dulu pada suhu 120oC selama 1 jam kemudian didinginkan sampai suhu lebih kurang 50oC. Selanjutnya masukkan berturut-turut formaldehid, NaOH yang telah dilarutkan dengan aquadest, dan fenol. Pencampuran dilakukan sambil terus diaduk dan kemudian dipanaskan pada suhu 150oC selama 30 menit. Untuk pembuatan sepatu dengan plasticizer CNSL digunakan formula yang terdiri dari karet alam RSS 100 phr, karbon black 50 phr, minyak minarex B 0-10 phr, CNSL masak 0 ? 10 phr, asam stearat 0,5 phr, zink oksida 5 phr, parafin wax 0,5 phr, MBTS 1 phr, antioksidan 1 phr, dan belerang 2 phr. Proses komponding dilakukan dengan two roll mill, sedangkan vulkanisasi dilakukan pada suhu 150oC dan tekanan 150 kg/cm2. Kampas rem diuji berdasarkan SNI 09-2775-1992; cara Uji Massa Jenis Kampas Rem Cakram dan Kampas Rem Teromol untuk Kendaraan Bermotor, SNI 09-2663-1992 : Cara Uji Ketahanan terhadap Air, Larutan garam, Minyak pelumas, dan Cairan rem untuk Kendaraan Bermotor, dan SNI 09-2774 -1992 : Test Procedure of Porosity for Brake Linings and Pads of Automobiles. Sol sepatu diuji berdasarkan SNI 12 ? 0172 ? 1987 : Sepatu Kanvas untuk umum. CNSL dapat digunakan untuk substitusi bahan baku karet dalam pembuatan kampas rem kendaraan bermotor dan formulasi terbaik terdiri dari serat asbestos 58 bagian, friction dust 10 bagian, barium sulfat 13,5 bagian, heksamin 1 bagian, dan binder 34,25 bagian. Hasil uji formulasi kampas rem terbaik berturut -turut adalah massa jenis 1,50; porositas 12,99%; ketahanan terhadap air 2,50%; ketahanan terhadap larutan garam 2,20%; ketahanan terhadap oli 1,84%; ketahanan terhadap minyak rem 1,58%. Selain itu CNSL juga dapat digunakan untuk plasticizer dalam pembuatan sol sepatu dan formulasi terbaik terdiri dari karet alam RSS 100 phr, karbon black 50 phr, CNSL masak 5 phr, asam stearat 0,5 phr, zink oksida 5 phr, parafin wax 0,5 phr, MBTS 1 phr, antioksidan 1 phr, dan belerang 2 phr. Sifat fisis formulasi sol terbaik berturut-turut adalah kekerasan 62,33 Shore A, tegangan putus 136,4 kg/cm2, perpanjangan putus 198,29%, ketahanan sobek 63,56 kg/cm2, bobot jenis 1,136 g/cm3, perpanjangan tetap 6,40%, ketahanan kikis Grasselli 0,7111mm3/kgm dan tidak retak pada uji ketahanan retak lentur 150kcs. | Alas Kaki | |
47 | Pemanfaatan jenis tumbuhan lokal sebagai pengganti bahan penyamak nabati asal impor. | 2000 | Ir. Sri Pertiwi Rumiyati,MP Sri Waskito B.Sc Rusman Saroso | Penelitian pemanfaatan jenis tumbuhan lokal sebagai pengganti bahan penyamak nabati asal impor bertujuan untuk mengetahui jenis tanaman lokal yang mengandung zat penyamak nabati dan dapat digunakan sebagai bahan penyamak. Jenis tanaman untuk penelitian adalah tanaman bakau - bakau, biji pinang dan gambir. Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam 3 (tiga) tahap yaitu : (1) Ekstraksi zat penyamak nabati. (2) Proses penyamakan kulit tas koper sistim samak cepat proses samak kombinasi krom ? nabati, dan krom - sintan - nabati dengan bahan penyamak dari bakau-bakau, biji pinang dan gambir; (3) Analisa kuantitatif bahan penyamak nabati serta uji mutu kulit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan zat penyamak (tannin) dalam bakau ? bakau, biji pinang dan gambir berturut-turut adalah 15,5 g/l; 11,62 g/l; 30,00 g/l. Bahan penyamak tersebut dapat digunakan sebagai alternatif sebagai pengganti bahan penyamak nabati asal impor. Mutu kulit tas koper yang dihasilkan relatif sama dengan mutu kulit tas koper samak kombinasi dengan bahan penyamak asal impor (mimosa). Mutu kulit tersebut memenuhi persyaratan SNI. 06-0335-1989, Mutu dan cara uji kulit sapi untuk tas kopor. | Kulit | |
48 | Pemanfaatan kulit ikan pari untuk lapis furniture | 2005 | Ir. Widari Bambang Suroto, B.Sc Abuchori, B.Sc Agustin Suraswati, BE | Penelitian pemanfaatan kulit ikan pari untuk lapis furniture merupakan kegiatan Kelompok Kerja 6301 B, dengan tujuan memperoleh teknologi yang tepat dan sesuai untuk persiapan furniture menggunakan kulit ikan pari. Dan sasarannya adalah furniture yang dilapisi kulit ikan pari. Pada proses penyamakan menggunakan kulit ikan pari awet garam sedangkan furniture yang digunakan adalah meja samping dan kursi. Pada pengujian kelekatan antara kulit ikan pari dan kayu menggunakan tiga jenis lem yaitu lem A, E, dan F. Kulit lekat lem tertinggi diperoleh dari penggunaan E sebesar 3,951 Kg/Cm dan terendah adalah lem A 1.887/Kg/Cm. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa dengan teknologi yang tepat dan sesuai, kulit ikan pari dapat dimanfaatkan sebagai lapis furniture. | Kulit | |
49 | Penelitian Pemanfaatan Lemak Fleshing Untuk Sabun | 2002 | Sri Sutyasmi, B.Sc, S.T Drs. Ign, Sunaryo Ir. Widari | Penelitian pembuatan sabun dengan menggunakan lemak dari limbah fleshing dari industri penyamakan kulit ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah fleshing : membantu mengatasi masalah pencemaran lingkungan serta mencari alternatif lain sebagai bahan dasar sabun. Adapun sasaran yang ingin dicapai ialah teratasinya masalah pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah fleshing. Limbah fleshing yang diambil dari salah satu industri penyamakan kulit di Yogyakarta, diambil lemaknya dengan tiga cara yakni dengan cara steam, rebus, dan kukus. Ternyata dengan cara steam dapat diperoleh lemak yang terbanyak dibanding cara rebus maupun kukus. Lemak yang diperoleh tersebut mempunyai angka penyabunan cukup tinggi yakni rata-rata 200,95%, angka asam kecil rata-rata 1,72, angka asam lemak bebas kecil 0,86, dan lemak tak tersabunkan juga kecil 1,44. Penelitian pembuatan sabun dilakukan dengan menggunakan lemak untuk pembuatan sabun mandi dan sabun cuci. Variasi yang dibuat untuk setiap jenis sabun ialah variasi penggunaan lemak dan NaOH. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa lemak dari limbah fleshing dapat digunakan untuk pembuatan sabun. Dengan demikian dapat mengatasi masalah pencemaran lingkungan seperti timbulnya bau busuk, pemandangan tak sedap, dll. Baik sabun mandi maupun sabun cuci hasil penelitian, hampir semuanya dapat memenuhi SNI, kecuali alkali bebas (untuk sabun mandi) dan lemak tak tersabunkan (untuk sabun cuci). Kwalitas sabun hasil penelitian tidak jauh berbeda dengan kwalitas sabun yang dibeli di pasar. Berdasarkan atas hasil penelitian tersebut kiranya bisa disarankan agar limbah fleshing dimanfaatkan seoptimal mungkin, sehingga penelitian ini bisa dikembangkan lebih lanjut untuk menghasilkan produk-produk lain. | Standar | |
50 | Penerapan Teknologi Proses Unhairing Ramah Lingkungan | 2001 | Ir. Titik Purwati Widowati, MP Ir. Puji Ediari Suryaningsih Ir. Hadi Mustofa | Penelitian penerapan teknologi unhairing ramah lingkungan pada industri penyamakan kulit ini bertujuan untuk mencari alternatif bahan proses unhairing yang ramah lingkungan berupa protease Rhizopus sp. dan mensyaratkan teknologi proses unhairing yang ramah lingkungan kepada industri penyamakan kulit. Penelitian ini meliputi percobaan produksi protease, percobaan unhairing secara enzimatis dan penerapan proses unhairing ramah lingkungan di industri. Hasil penelitian menunjukkan cara produksi protease tampak menghasilkan jamur yang paling kompak dan merata. Percobaan unhairing secara enzimatis menggunakan kombinasi aktivitas enzim 0,7 U/cm2 dan Na2S 1 % sudah dapat merontokkan bulu kulit kambing serta kulit mempunyai permeabilitas udara yang baik sehingga tidak perlu dilakukan proses bating dalam tahapan proses selanjutnya. Berdasarkan fotomikrograf, penggunaan protease Rhizopus sp sebagai agensia unhairing mengakibatkan bulu tercabut sampai kepangkal bulunya, sedangkan penggunaan Na2S hanya mengakibatkan pemutusan bulu. Limbah cair yang dihasilkan oleh proses unhairing secara kombinasi enzim dan Na2S kualitasnya lebih baik dibandingkan limbah cair yang dihasilkan oleh proses unhairing secara konvensional, diantaranya hanya mempunyai kandungan sulfida sekitar 15 % nya. Sifat fisik dan organoleptis kecuali kemulurannya memenuhi persyaratan SNI 06.-0234-1989, Mutu dan cara Uji Kulit Glace kambing. Proses unhairing ramah lingkungan menggunakan Rhizopus sp ini telah diterapkan di industri dengan hasil baik | Standar | |
51 | Penelitian Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia Komoditi Kulit, Karet Dan Plastik | 2004 | Ir. Niken Karsiati Ir. Ismiyati Irene Sri Sukaeni, BSc Sofia Budiati Cahyani | Penelitian Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia Komoditi Kulit, Karet dan Plastik bertujuan untuk mendapatkan tiga Rancangan Standar Nasional Indonesia dari komoditi Kulit, Karet dan Plastik yaitu : Lembaran PVC Penutup Lantai , Seal Karet Rem Kendaraan Bermotor Roda Empat, dan Cara Uji Tahan Luntur Warna Kulit Terhadap Keringat. Penyusunan tersebut melalui tahapan : studi pustaka terhadap standar nasional maupun internasional dan didukung dengan hasil pengujian mutu ketiga produk tersebut. Penyusunan RSNI ini sudah melalui tahap pembahasan dalam Rapat teknis maupun Rapat Pra Konsensus yang diselenggarakan di BBKKP pada bulan Oktober 2003, dan telah disetujui oleh peserta sidang yang terdiri dari produsen, konsumen, lembaga IPTEK dan instansi pemerintah terkait. | Kulit | |
52 | Penerapan Pembuatan Hard Rubber Lining yang memenuhi Persyaratan Mutu | 1999 | Penerapan pembuatan hard rubber lining dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan kondisi proses pelapisan karet pada logam sehingga menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan. Dan empat formula hard rubber lining setelah diproses menjadi kompon dan dilakukan pengujian sifat fisik yang meliputi uji kekerasan, kuat tarik, kemuluran dan kuat rekat antara kompon dan logam, terpilih satu formula yang dijadikan formula kompon standar untuk diterapkan di perusahaan. Hasil penerapan kompon standar hard rubber lining di perusahaan yang diproses dalam autoclave dengan temperarut 145 ?c, tekanan 3,21 kg/cm2dan waktu proses 3-4 jam, hasil ujinya memenuhi persyaratan. | Alas Kaki | ||
53 | Pengembangan Teknologi Pewarnaan Kulit Samak Nabati Di Daerah Istimewa Yogyakarta | 1999 | Widhiati ,B Sc Ir. Emi Sulistyo Astuti Suhardjono B Sc | Penerapan Pengembangan Teknologi Pewarnaan Kulit Samak Nabati di Daerah Istimewa Yogyakarta ini bertujuan untuk meningkatkan daya tarik konsumen terhadap produk kulit, khususnya tas dari kulit samak nabati dan untuk meningkatkan kualitas kulit samak nabati. Bahan yang digunakan untuk terapan ini adalah kulit sapi samak nabati sebanyak 17 sides, dengan rincian : 1 side diuji kemasakan, 2 sides pra terapan dan 2 sides untuk terapan dengan 2 macam warna (kuning dan coklat), karena pada saat ini warna yang disukai pengrajin adalah warna kuning dan coklat, 12 sides untuk pra terapan yang masing-masing side dibelah menjadi 2 tengahan (24 tengahan side) yang diproses menjadi kras warna. Pengambilan sampel dilakukan secara acak, sesuai dengan jumlah perlakuan . Kemudian kulit tersebut diberi perlakuan penyelesaian (finishing). Pengecatan tutup dilakukan dengan 3 variasi, setiap variasi dengan menggunakan warna kuning dan coklat. Kemudian kulit diuji meliputi kuat rekat cat tutup, ketahanan gosok cat, kenampakan cat, kenampakan rajah kulit dan kualitas kulit. Data hasil pengujian dihitung secara statistik dengan analisa varians. Dalam perhitungan menunjukkan bahwa kuat rekat cat tutup, ketahanan gosok cat dan kualitas tidak ada beda nyata, tetapi berbeda nyata pada uji kenampakan. Dari keseluruhan hasil uji yang meliputi : kekuatan rekat cat tutup, ketahanan gosok cat tutup, kenampakan rajah kulit dan kualitas kulit, maka bisa disimpulkan hasil yang paling baik adalah variasi II dengan formula sebagai berikut : Lapisan I : pigmen 40, RA 2357 100, RU 3986 30, Fi 50 15, Penetrator 10, Air 805, Lapisan II : LS 1, Super thinner gloss 3, LD 40 gram. | Kulit | |
54 | Penerapan penggunaan belerang lokal untuk vulkanisasi sol karet | 2000 | Ir.Hj. Siti Rochani Dra. Supraptiningsih Ir. Any Setyaningsih | Penerapan penggunaan belerang lokal untuk vulkanisasi sol karet bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan belerang lokal pada vulkanisasi sol karet. Prapenerapan secara laboratoris dilakukan dengan memvariasikan jenis dan jum]ah belerang (sulfur) sebagai bahan pemvulkanisasi. Jenis belerang yang dipergunakan adalah belerang lokal, belerang impor dan belerang kimia farma dengan jumlah yang bervariasi 8 antara 1,5 sampai dengan 4 bagian berat untuk setiap 100 bagian berat karet, sehingga didapatkan 18 variasi formulasi. Dari hasil pra penerapan dipilih 3 buah formulasi yang terbaik untuk dilakukan penerapan di Industri karet di Bandung. Pengujian hasi! penerapan sol karet menunjukkan bahwa penggunaan bahan pemvulkanisasi belerang lokal cukup efektif untuk vulkanisasi sol karet. | Alas Kaki | |
55 | Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan Pada Industri | 2004 | Ir. Arum Yuniari Ir. Sotja Prajati Ir. Siti Rochani Ir.Emiliana Kasmudjiastuti | Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan pada Industri dilaksanakan terhadap salah satu Industri Penyamakan Kulit di Daerah Istimewa yogyakarta dengan didahului sebelum pembuatan dokumen Manual Lingkungan, Prosedur Lingkungan, Instruksi Kerja dan Formulir dibantu oleh Konsultan Lingkungan. Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik mempunyai Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Lingkungan Yogya Environment Certification Assurance (JECA) yang dapat memberikan sertifikat Sistem Manajemen Lingkungan kepada organisasi untuk lingkup sektor industri kulit dan produk kulit, produk karet dan plastik , produk makanan , minuman dan tembakau , bahan kimia, produk kimia dan serat. Dalam kaitannya dengan penerapan ISO 14001 pada industri kulit serta untuk mengetahui kesesuaiannya maka perlu dilakukan audit oleh Lembaga Sertifikasi. Disamping itu untuk mengetahui kinerja sebuah Lembaga Sertifikasi maka pada saat dilakukan audit pada Industri, disaksikan oleh Komite Akreditasi Nasional (witness) | Kulit | |
56 | Penerapan teknologiproses unhairing dan bating dengan enzim protease pads Industri Penyamakan Kulit di Sukaregang Garut | 1999 | Penerapan teknologi proses unhairing (penghilangan bulu) dan bating (pengkikisan protein) dengan enzim protease pada industri penyamakan kulit sentra industri Sukaregang Garut, bertujuan untuk rnemasyarakatkan dan menerapkan alih teknologi proses penyamakan kulit serta mencari alternatif bahan pembantu yang ramah lingkungan. Pelaksanaan kegiatan tersebut dikerjakan oleh para penyamak di sentra industri Sukaregang Garut. Kulit yang digunakan untuk proses adalah kulit sapi, kulit domba dan kambing awet garam. Kulit sapi diproses menjadi kulit atasan sepatu dan kulit domba kambing masing-masing menjadi kulit jaket dan glase. Proses penghilangan kulit dan pengikisan protein dikerjakan secara enzimatis menggunakan enzim protease. Konsentrasi enzim yang digunakan untuk proses pembuangan bulu kulit sapi adalah 5% dan kulit domba/kambing 3% dari berat'kotor, dengan aktivitas enzim per ml 0,0914 unit. Untuk proses pengkikisan protein digunakan enzim protease 2% untuk kulit glase dan 4% untuk kulit jaket dengan aktivitas enzim per ml 0,1125 unit. Resep proses yang lainnya sesuai dengan resep baku pembuatan kulit atasan sepatu, jaket dan glase. Hasil kulit yang didapat lebih bersih pada kulit pikel dan warna lebih cerah pada kulit wetblue. Limbah yang dihasilkan mutunya lebih baik dibanding dengan cara biasa dengan ditunjukkan bahwa kualitas limbah yang dihasilkan menurun 1-13 kali ditinjau dari parameter uji serta kulit yang diproses memenuhi persyaratan SNI (proses pengapuran). Enzim protease..produksi BPPT layak digunakan sebagai bahan penghilang bulu dan pengkikisan protein yang mampu menurunkan limbah penyamakan kulit. | Kulit | ||
57 | Pengembangan Formulasi Kompon Pada Pembuatan Karet Ebonit | 2003 | Ir. Penny Setyowati,M.T. Ir. Kusumo Retno Winahyu Sunarti Rahayu, B.Sc. Subardi | Pengembangan formulasi kompon pada pembuatan karet ebonit merupakan kegiatan pembuatan kompon karet ebonit dengan variasi penggunaan sulfur 30 ? 50 phr dan optimasi penggunaan karet reklaim yang dinyatakan sebagai perbandingan RSS/reklaim pada 80/20, 70/30 dan 60/40 Phr/Phr. Karet ebonit yang dihasilkan diaplikasikan untuk lempeng PCB atau isolator listrik dan tutup hak sepatu wanita. Penggunaan sulfur 30 phr dan perbandingan RSS/reklaim 20/80 menghasilkan vulkanisat dengan hasil uji memenuhi klasifikasi kelompok 2 versi ASTM D2135 yaitu tegangan putus = 32,341 Mpa, perpanjangan putus = 40 %, kekerasan shore A = 87,8 dan pukul takik = 10,7 Nm/m. | Alas Kaki | |
58 | Pengembangan Pemanfaatan Limbah Serbuk Sabut Kelapa (Coco Dust) Untuk Pembuatan Bantalan Karet | 2004 | Ir. Penny Setyowati Ir. Anny Setyaningsih Hernadi Surip, B Sc S u m a r n o, BA | Pengembangan pemanfaatan limbah serbuk sabut kelapa (cocodust) untuk pembuatan bantalan karet bertujuan untuk mengolah limbah cocodust menjadi produk yang lebih bermanfaat dan mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi. Secara garis besar prinsip dari pengolahan ini adalah mencampur cocodust sebagai bahan selulose dengan karet lateks sebagai bahan perekat, kemudian dicetak disertai dengan pengepresan , setelah itu dijemur, dilanjutkan proses vulkanisasi untuk mematangkan karet lateks pada suhu 100o C selama 2 ? 4 jam. Penelitian/pengembangan dilakukan dengan variasi perbandingan cocodust : kompon lateks berturut-turut 1 : 0,5 ; 1 : 1 ; 1 : 1,5 dan 1 : 2. Hasilnya berupa lembaran/bantalan cocodust berkaret dan diuji sifat fisikanya meliputi : kerapatan (g/cm3), kadar air (%), kuat lentur (kg/cm2), kuat tarik tegak lurus (kg/cm2), pengembangan tebal (%), kemampuan dipaku, pampat tetap (%), kuat pegang sekrup (kg) dan kemampuan menyerap suara (%). Hasil yang optimum dicapai pada perbandingan 1 : 1 dan 1 : 1,5 digunakan untuk bahan peredam (eternit peredam) dan pada perbandingan 1 : 2 untuk supporting material pada bantalan furnitur. | Alas Kaki | |
59 | Pengembangan Teknologi Papan Partikel/ Panil Dari Limbah Padatan (Lanjutan) | 2004 | Ir. V. Sri Pertiwi Rumiyati, MP. Ir. Hadi Mustofa Rusman Sarosa Rutini, B Sc | Pengembangan teknologi pembuatan papan partikel (Panil) dari limbah padat bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah limbah padat yang dihasilkan dari proses penyamakan kulit (limbah kayu bekas bahan penyamak nabati dan limbah shaving kulit wet blue), mendapatkan papan partikel yang memenuhi standar serta mengembangkan formulasi. Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam empat tahap yaitu pengecilan ukuran, pengeringan bahan, proses pembuatan papan partikel dan analisa kuantitatif yang meliputi bahan limbah kayu, limbah shaving, dan uji mutu papan partikel sesuai dengan SNI 03-2105-1996, Mutu Papan Partikel. Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu jenis bahan pengeras dan jumlah bahan water repellance yang ditambahkan. Variabel jenis bahan perekat terdiri atas tiga faktor yaitu amonium chlorida , amonium sulfat dan amonium nitrat, sedangkan variabel jumlah water repellance yang ditambahkan terdiri atas 3 faktor yaitu : 1,0%; 1,25% dan 1,50%. Kondisi pembuatan papan partikel menggunakan bahan perekat urea formaldehid dengan menggunakan kempa panas pada tekanan 150 bar, suhu 130oC waktu 2 kali 5 menit, sedangkan perekat phenol formaldehid dengan kondisi kempa panas pada tekanan 180 bar, suhu 150oC waktu 2 kali 5 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa papan partikel yang dibuat dari campuran limbah kayu dengan limbah shaving, pada prinsipnya memenuhi persyaratan sesuai dengan SNI 03-2105-1996, Mutu Papan Partikel, kecuali pengembangan tebal dan kuat pegang sekrup. Papan partikel hasil penelitian mempunyai tebal (8,82 ? 9,29) mm; kerapatan (0,81 ? 0,94) g/cm3; kadar air (9,54 ? 12,27)%; pengembangan tebal (19,44 ? 29,72%; kuat tarik tegak lurus (3,94 ? 9,28) kg/cm2; kuat lentur (62,05 ? 118,53) kg/cm2 dan kuat pegang sekrup ( 15,24 ? 30,89) kg. Kualitas papan partikel hasil penelitian lebih baik apabila dibandingkan dengan kualitas papan partikel yang ada di pasaran kecuali untuk parameter uji kuat pegang sekrup. Formula terbaik hasil penelitian untuk membuat papan partikel menggunakan perekat urea atau phenol formaldehid adalah : partikel kayu 80 bagian, limbah shaving 20 bagian, bahan pengeras amonium sulfat 1%, bahan water repellance 1,25% dan perekat phenol formaldehide 20%. | Standar | |
60 | Peningkatan Teknologi Pembuatan Barang Jadi Kulit Buaya (Sepatu Dan Tas) Di Irian Jaya | 1998 | Suramto Syamsuirsyam Rosma Radjagukguk | Peningkatan teknologi pembuatan barang jadi kulit buaya (sepatu dan tas) di Propinsi Dati I Irian Jaya bertujuan untuk memberikan pengetahuan di bidang teori dan praktek pembuatan pola dengan sistem copy of last. Menambah pengetahuan di bidang pembuatan sepatu dengan bahan kulit buaya dikombinasikan dengan kulit boks serta untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan teknis dalam teknologi pembuatan barangjadi berupa tas atau dompet dari kulit buaya, khususnya pada perajin atau calon perajin kulit di Propinsi Dati I Irian Jaya. Tempat pendidikan dan pelatihan dilaksanakan di Merauke Irian jaya selama 13 hari (tanggal 4 Nopember 1996 s/d 18 Nopember 1996) untuk pembuatan barang jadi sepatu serta selama 7 hari (tanggal 4 Nopember 1996 s/d tanggal 11 Nopember 1996) untuk pembuatan barang jadi tas/dompet, yang diikuti oleh 10 orang peserta pada masing-masing pelatihan. Materi pelajaran yang diberikan berupa teori dan praktek, yang dalam penyampaiannya disertai dengan diskusi. Hasil praktek yang dapat dikerjakan dalam pendidikan dan latihan barang jadi sepatu adalah setiap peserta dapat membuat 3 model/desain sepatu. Dengan metoda para peserta dibuat kelompok yang anggotanya terdiri 2 (dua) orang peserta, maka didapatkan sepatu sebanyak 15 pasang sepatu dengan rincian sebagai berikut : 5 pasang sepatu pria model derby, 5 pasang sepatu pria model pantofel serta 5 pasang sepatu model pump. Hasil praktek pada pelatihan barang jadi tas/dompet adalah menyelesaikan membuat pola serta membuat barang jadi kulit berupa barang bentuk tas wanita dan bentuk dompet pria. Rincian hasil pembuatan pola adalah setiap peserta menyelesaikan 2 (dua) buah tas wanita 2 (dua) buah dompet (pria/wanita) serta sebuah tas pria. Sedang pada praktek pembuatan barang jadi berupa tas yaitu satu kelompok terdiri 2 orang peserta menyelesaikan 1 (satu) buah tas wanita sedang untuk barang bentuk dompet seorang peserta 1 (satu) buah dompet pria | Karet |