# | Judul | Tahun | Pelaksana | Abstrak | Kategori | |
---|---|---|---|---|---|---|
61 | Pelatihan dalam rangka Penerapan SNI. Ukuran Luas Kulit. | 1999 | Rosma radjagukguk, BSc Marwito, BSc Riris simanungkalit, BSc | Pelatihan dalam rangka Penerapan SNI. Ukuran Luas Kulit. Kegiatan ini merupakan usaha untuk menerapkan standar kulit masak. Kegiatan desiminasi ini dilaksanakan di lima daerah tingkat I di daerah Pulau Jawa yaitu Daerah istimewa Yogyakarta, Dati I Propinsi Jawa Tengah, Dati I Propinsi Jawa Timur, Dati I Propinsi Jawa Barat, dan DKI Jakarta. Kegiatan desiminasi ini di daerah Istimewa Yogyakarta diselenggarakan pada tanggal 28 juli 1997 dengan peserta sebanyak 30 (tiga puluh) orang yang terdiri dari perajin barang kulit, penyamak kulit dan perajin sepatu. Pelaksanaan desiminasi di daerah Jawa Tengah dilaksanakan pada tanggal 11 Agustus 1997 dan diikuti oleh perajin kulit, penyamak kulit dan perajin sepatu yang berjumlah 30 (tiga Puluh) orang. Pelatihan di daerah Jawa Timur dilaksanakan pada tanggal 13 Agustus 1997 dengan peserta 30 (tiga puluh) orang yang terdiri dari perajin barang kulit, penyamak kulit, perajin sepatu dan garmen. Ketiatan desiminasi di Jawa Barat dilaksanakan pada tanggal 21 Oktober 1997 dan diikuti oleh perajin kulit, penyamak kulit, perajin garmen dan sepatu sebanyak 30 orang. Pelatihan di DKI. Jakarta diselenggarakan pada tanggal 23 Oktober 1997 dengan jumlah peserta sebanyak 30 orang yang terdiri dari perajin sepatu. Materi yang diberikan dalam pelatihan ini adalah SII. 0516-81 : Ukuran Luas Kulit Masak dengan metode diskusi. Pada kegiatan pelatihan ini para perajin sangat antusias dalam mengikuti diskusi karena pada kesempatan ini telah dapat dipertemukan pihak-pihak yang berkepentingan yaitu penyamak kulit (yang dalam hal ini dapat disebut sebagai penyalur bahan baku), dengan pengguna bahan kulit yaitu perajin sepatu, barang kulit dan perajin garmen. | Kulit | |
62 | Pengembangan Desain Acuan Sepatu Wanita | 2003 | Rosma Radjagukguk, B.Sc. Suko Praptomo, B.Sc. Poniman Sriyono | Pengembangan desain acuan sepatu wanita diawali dari pencarian data dari industri pembuatan acuan serta melihat perkembangan yang ada dipasaran saat ini. Hasil tersebut dikembangkan dengan dukungan yang didapat dari tinjauan Pustaka dengan membuat beberapa copy acuan sampai bentuk yang diinginkan. Adapun desain acuan tersebut dibuat 8 (delapan) macam yang semula direncanakan hanya 6 (enam) macam. Perubahan jumlah desain tersebut untuk mengikuti perkembangan desain acuan dipasaran. Jumlah acuan yang dibuat adalah 24 (dua puluh empat) pasang dengan perincian sebagai berikut : 1. Acuan bentuk lancip dengan tinggi hak 5 cm : 4 pasang 2. Acuan bentuk papak dengan tinggi hak 2 cm : 4 pasang 3. Acuan bentuk model buaya dengan tinggi hak 2 cm : 4 pasang 4. Acuan bentuk papak pipih dengan tinggi hak 5 cm : 4 pasang 5. Acuan bentuk papak miring dengan tinggi hak 2 cm: 2 pasang 6. Acuan bentuk lancip dengan tinggi hak 2 cm : 2 pasang 7. Acuan bentuk papak dengan tinggi hak 5 cm : 2 pasang 8. Acuan bentuk papak dengan tinggi hak 3 cm : 2 pasang Selanjutnya dari hasil pengembangan dibuat sepatu sebanyak 24 pasang yang terdiri dari bentuk vamp 6 (enam) model dan bentuk sandal 2 (dua) model. Diharapkan hasil pengembangan acuan sepatu wanita ini dapat dimasyarakatkan dan dikembangkan lebih lanjut untuk mendukung industri persepatuan, khusunya sepatu wanita. | Rekayasa | |
63 | PEMBENTUKAN INKUBATOR BISNIS PEMBUATAN SEPATU | 2006 | Rosma Radjagukguk, B.Sc, SE., Murjilah, SE, Haris Nur Salam, A.Md., Junjung Ponco Purwandono, SE. | Rosma Radjagukguk, B.Sc, SE., Murjilah, SE, Haris Nur Salam, A.Md., Junjung Ponco Purwandono, SE. | Kulit | |
64 | ADSORPSI AMONIAK DALAM AIR LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN ABU TERBANG BAGAS | 2012 | Rihastiwi Setiya Murti Christiana Maria Herry Purwanti Ira Yuni Pantiwardhani Suyatini | <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:0cm;margin-bottom:.0001pt;margin-left:35.45pt;text-align:justify;line-height:normal;"><span lang="in" xml:lang="in">Telah dilakukan penelitian tentang Adsorpsi Amoniak dalam Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit menggunakan Abu Terbang Bagas.</span><span lang="in" xml:lang="in"> </span><span lang="in" xml:lang="in">Penelitian </span><span lang="in" xml:lang="in"><span> </span></span><span lang="in" xml:lang="in">ini bertujuan untuk menurunkan kadar N-Amoniak dalam limbah cair industri penyamakan kulit yaitu pada proses tersier, hal ini disebabkan pada proses <em>Deliming</em> (pembuangan kapur) menggunakan Ammonium Sulfat (NH4)<sub>2</sub>SO<sub>4.</sub> Penelitian ini dilakukan secara batch dan kontinyu dengan menggunakan abu terbang bagas yang<span> </span>diaktivasi dengan 0,4 M H<sub>3</sub>PO<sub>4</sub> dan tidak diaktivasi (dicuci dengan air). Penelitian secara batch dilakukan variasi berat abu terbang bagas dan waktu kontak. </span><span lang="in" xml:lang="in">Pada penelitian secara Batch menggunakan abu terbang bagas yang tidak diaktivasi didapatkan kondisi optimum berat abu terbang bagas 2 gram dengan<span> </span>waktu kontak 1 jam. Persamaan yang sesuai adalah Model Persamaan Freundlich. Pada penelitian secara Batch menggunakan<span> </span>abu<span> </span>terbang<span> </span>bagas yang diaktivasi menggunakan Asam pospat 0,4 M didapatkan kondisi optimum berat abu terbang bagas 1,5 gram dengan<span> </span>waktu<span> </span>kontak 3<span> </span>jam. Persamaan yang sesuai adalah Model Persamaan Freundlich. Pada penelitian secara kontinyu, efisiensi removal Amonia menggunakan abu terbang bagas yang tidak diaktivasi untuk kecepatan alir<span> </span>60 mL/menit<span> </span>44,44%<span> </span>dan<span> </span>untuk kecepatan alir 120 mL/menit 38,38% pada waktu kumulatif 420 menit. Efisiensi removal Amonia menggunakan abu terbang bagas yang<span> </span>diaktivasi dengan 0,4 M H<sub>3</sub>PO<sub>4</sub> untuk kecepatan alir<span> </span>60 mL/menit<span> </span>37,50%<span> </span>dan<span> </span>untuk kecepatan alir 120 mL/menit 33,07% pada waktu kumulatif 420 menit. Penelitian menggunakan abu terbang bagas yang diaktivasi dan tidak diaktivasi memberikan hasil tidak jauh berbed, untuk itu penelitian ke depan akan menggunakan abu terbang bagas yang tidak diaktivasi.</span></p> | Kulit | |
65 | Desiminasi Penyamakan Kulit Ikan Pari di Aceh | 2005 | RB Muryanto | Abstrak: Diseminasi atau Pelatihan Penyamakan Kulit ikan Pari di Aceh dilaksanakan selama 10 hari kerja, dimulai pada tanggal 6 ? 16 September 2004 di Langsa, Kabupaten Aceh Timur. Pelatihan ini terlaksana berkat kerjasama antara Proyek Pengembangan dan Pelayanan Teknologi Industri Kulit, Karet dan Plastik Yogyakarta dengan Dinas Perindustrian dan perdagangan Pemerintah Kabupaten Aceh Timur, Langsa. Pelatihan Penyamakan Kulit Ikan Pari di Aceh diikuti oleh 20 (dua puluh ) orang peserta yang terdiri dari masyarakat nelayan, pengumpul kulit, pengusaha dan penyuluh perindustrian. Pelatihan Penyamakan Kulit Ikan Pari di Aceh menggunakan metode teori , diskusi dan praktek. Bahan baku, bahan pembantu serta peralatan yang digunakan dalam pelatihan ini telah disediakan oleh panitia. Hasil pelatihan atau diseminasi ini diharapkan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan menumbuhkan perekonomian Kabupaten Aceh Timur pada khususnya dan Daerah Aceh pada umumnya. | Kulit | |
66 | Pelatihan Penyamakan Kulit Ikan Di Gunung Kidul | 2004 | R.B. Muryanto Wigiyanto R o s i d i | Pelatihan Penyamakan Kulit Ikan di Gunung Kidul dilaksanakan selama 5 (lima) hari pada tanggal 22 ? 26 Juli 2003 di Balai Karya Kemadang, Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunung Kidul, kerjasama antara Proyek Pengembangan dan Pelayanan Teknologi Industri Kulit, Karet dan Plastik dengan Dinas Perekonomian Kabupaten Gunung Kidul. Pelatihan diikuti oleh 15 (lima belas) orang peserta yang terdiri dari masyarakat nelayan dan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Gunung Kidul. Metode Pelatihan menggunakan metode teori, diskusi dan praktek. Bahan baku dan bahan pembantu serta peralatan untuk penyamakan disediakan oleh Panitia. Hasil dari Pelatihan ini telah dibentuk Kelompok Usaha Penyamakan Kulit Ikan dengan nama ? SARI SAMUDRA?, yang diharapkan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan menumbuhkan perekonomian Kabupaten Gunung Kidul. | Kulit | |
67 | Rekayasa Alat Pencacah Kulit untuk Persiapan Contoh Uji Kimiawi | 2015 | R. Jaka Susila, B.Sc., ST Drs. Sugeng Tri Rahayu Setyo Utami, M.Eng Ismail Umamit, A.Md Suparti, A.Md Syaiful Harjanto, ST | <p align="justify" style="margin-top:0in;margin-right:0in;margin-bottom:.0001pt;margin-left:21pt;text-align:justify;line-height:111%;" class="MsoNormal"><span>Standar Nasional Indonesia (SNI) ISO 4044:2013 menetapkan metode persiapan contoh uji kulit untuk analisis kimiawi dan berlaku untuk semua jenis kulit. Sesuai SNI ISO 4044:2013 untuk proses persiapan contoh uji kimiawi kulit digiling dalam alat pencacah untuk membentuk kulit giling atau “serbuk persiapan kulit”contoh uji yang dilakukan secara manual menggunakan cutter/pisau dan gunting bisa memerlukan waktu sekitar 2-3 jam/contoh uji. Kegiatan rekayasa bertujuan untuk membuat rancang bangun dan perekayasaan mesin pencacah kulit untuk persiapan contoh uji kimiawi. </span></p> <p align="justify" style="margin-bottom:.0001pt;line-height:3pt;" class="MsoNormal"><span> </span></p> <p align="justify" style="margin-top:0in;margin-right:0in;margin-bottom:.0001pt;margin-left:21pt;text-align:justify;line-height:110%;" class="MsoNormal"><span>Pada kegiatan rekayasa ini telah dibuat satu unit alat pencacah kulit untuk persiapan contoh uji kimiawi dengan dua kali pemotongan, pemotongan awal dengan sistem pemotong susunan pisau disk dan pemotongan kedua oleh susunan pisau planar. Sistem penggerak menggunakan motor 1 phase, 1 HP. Uji coba alat dilakukan dengan bahan kulit ikan nila tebal 0,46 mm; kulit sapi tebal 1,55 mm; kulit atasan sepatu PDL tebal 2,4 mm. </span></p> | Rekayasa | |
68 | Rekayasa Mesin Pengikis Mutiara Kulit Ikan Pari untuk pembuatan barang jadi kulit | 2017 | R. Jaka Susila | Karena kulit ikan pari keras sehingga di[perlukan mesin jahit yang kuat.Untuk memuadahkan proses penjahitan perlu dilakukan pengikisan u tuk menghilangkanbutiran mutiara pada bagian yang akan di jahit. Saat ini belum ada peralatan yang sesuai untuk menghilangkan butiran mutiara kulit ikan pari sehingga pengrajin menghadapi kendala pada waktu menjahit kulit ikan pari. Pengrajin mencoba untuk menghilangkan butiran mutiara kulit ikan pari secara manual akan tetapi hasilnya kurang sem[purna dan membutuhkan waktu yang lam. Rekayasa Mesin Pengikis Mutiara kulit ikan pari untuk pembuatan barang jadi kulittelah menghasilkan satu unit prototipe mesin pengikis mutiara kulit ikan pari dengan motor listrik 1 phase, daya total 1170 watt dapat mengikis mutiara kulit ikan pari sehingga dapat di jahit saat akan dibuat barabg jadi kulit. Pengikisan dapat dilakukan dengan arah lurus dan melengkung berlawanan arah jarum jam (arah cembung) | Rekayasa | |
69 | KAJIAN SNI KULIT TAHAN AIR DAN KULIT SARUNG TANGAN SERTA PEBNDUKUNGNYA | 2010 | Puji Ediari Suryaningsih, Emi Sulistiyo Astuti, Marsudi Wiyono, Mochamad Nurhafiq | Kegiatan berjudul Kajian SNI Kulit Tahan Air dan Kulit Sarung Tangan serta Pendukungnya bertujuan untuk melakukan kajian terhadap SNI kulit tahan air, kulit sarung tangan, sarung tangan Golf, cara uji penyerapan air dan cara uji tembus uap air pada kulit. Adapun SNI yang dikaji ulang meliputi SNI 06-0777-1996, Kulit sarung tangan Golf samak krom dari dombadan kambing, SNI 12-0897-1989, Sarung tangan Golf dari kulit, SNI 06-0997-1989, Cara uji penyerapan air kulit tersamak, SNI 06-4587-1998, Cara uji tembus uap air pada kulit jadi serta melakukan kajian ketahanan air pada kulit tahan air. Secara umum keempat judul SNI yang dikaji perlu direvisi meskipun substansi cara uji penyerapan air dan cara uji tembus uap air sama. Hasil kajian SNI terwujud sebagai draft RSNI 1 kecuali Kulit tahan air berupa parameter tahan air yang dapat dityambahkan ke dalam SNI-SNI kulit untuk bagian atas alas kaki yang sudah ada. RSNI hasil kajian harus diteruskan prosesnya supaya resmi menjadi SNI baru melalui Pusat Standarusasi dan Panitia Teknis Kulit, Produk kulit dan Alas Kaki (59.02). | Standar | |
70 | LAPORAN FASILITASI LsP ALAS KAKI DAN VERIFIKASI TUK SEPATU DAN ALAS KAKI (LANJUTAN) | 2009 | Puji Ediari S., rs. Dwi Asdono Basuki, Endang Retnowati, Vita Kurniawati | Fasilitasi Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) AK dan Verifikasi Tempat Uji Kompetensi Alas Kaki yang dilaksanakan pada Tahun ke-3 (2009) adalah melengkapi Dokumen LSP terutama Dokumen Level 1, 2 dan 3. Ada 29 judul SKKNI yang telah dikonvensikan dan telah disahkan oleh MENAKERTRANS, 5 judul diantaranya telah di uji cobakan di TUK Alas kaki BBKKP pada Tahun 2008. Tim Kelompok Kerja 0149 E sudah mendaftarkan LSP AK ke BNSP untuk di lisensi namun proses lisensi akan dilakukan BNSP jika seluruh persyaratannya sudah di serahkan. Hingga laporan ini di buat, materi uji kompetensi masih harus dilengkapi lagi. Pekerjaan ini mempunyai kesulitan yang timbul karena harus dikerjakan oleh orang-orang yang berkompeten di Bidang Teknis Persepatuan yang jumlahnya sedikit. | Alas Kaki | |
71 | LAPORAN TEMU USAHA DAN KONSULTASI HASIL LITBANG DI SURABAYA | 2006 | Priyo Budi Basuki, SH | Kegiatan Temu Usaha dan Konsultasi Hasil Litbang bertujuan untuk mendukung industri yang diharapkan akan diperoleh gambaran permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh industri, baik yang telah dijalani maupun tantangan jangka panjang disamping itu juga sebagai sarana penyebarluasan informasi hasil-hasil Litbang dan kemampuan Balai yang diharapkan dapat diserap dan diaplikasikan oleh industri, khususnya industri atau usaha kecil-menengah. Pelaksanaan Temu Usaha dan Konsultasi Hasil Litbang dalam bentuk seminar sehari yang dilaksanakan pada tanggal 16 Mei 2006 bertempat di Gedung Pusat Pelatihan dan Pengembangan Eksport Daerah (PSED), Jalan Kedung Doro No. 86 Surabaya. Yang diikuti oleh lima puluh (50) orang peserta dari asosiaasi industri kulit, karet dan plastik, aparat pembina, unsur pejabat fungsional Disperindag Kota, Kabupaten, dan Lembaga Pendidikan/Perguruan Tinggi serta Instansi terkait. Kegiatan dimulai dengan penyampaian materi dari para nara sumber masing-masing berjudul Kebijakan Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Timur dalam Rangka Pengelolaan Sumber Daya Alam yang tersedia. Rencana pengembangan industri dan permasalahannya di propinsi Jawa Timur, peran dan kemampuan BBKKP dalam memberikan layanan bagi Industri Kulit, Karet dan Plastik. Diskusi dilakukan dua arah dimulai pertanyaan-pertanyaan dari peserta dan penjelasan yang disampaikan nara sumber. Pada tempat yang sama digelar sebuah stand pameran mini yang menampilkan hasil-hasil Litbang BBKKP dan brosur tentang kemampuan BBKKP. Dari kegiatan temu usaha dan konsultasi hasil Litbang di Jawa Timur diperoleh hasil dari industri terkait menginginkan peran dari BBKKP untuk melakukan pengujian atas produk-produk dari UKM yang mengikuti pengadaan barang di Propinsi Jawa Timur agar barang-barang yang diperoleh sesuai dengan standart yang diharapkan. Dengan melihat brosur mengenai kemampuan BBKKP banyak peserta yang berminat untuk mengikuti pelatihan yang diadakan BBKKP. | Kulit | |
72 | Pemantauan Dan Evaluasi | 2004 | Priyo Budi Basuki, SH Drs. S u r a d a l H a r d o n o, SH | Dalam identifikasi permasalahan yang terdapat dalam industri persepatuan, daur ulang sampah plastik, vulkanisir ban dan penyamakan kulit menunjukkan bahwa sebagian besar permasalahannya menyangkut non teknis, yaitu permasalahan diluar kewenangan Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik seperti masalah penurunan penjualan, pemasaran dan modal. Pelatihan/ diseminasi yang telah dilaksanakan oleh Balai Besar Kulit, karet dan Plastik melalui Proyek Pengembangan dan Pelayanan Teknologi Industri Kulit, Karet dan Plastik telah memberikan manfaat yang besar bagi perkembangan industri kecil persepatuan, daur ulang sampah plastik, vulkanisir ban dan penyamakan kulit. Berdasarkan hasil monitoring, identifikasi permasalahan dan manfaat diseminasi maka perlu diadakan pembinaan lebih lanjut dengan strategi yang lebih tepat. Perlu diadakan pelatihan/diseminasi lanjutan dengan materi yang lebih banyak dan waktu yang lebih lama. Perlu adanya kemudahan bagi industri kecil khususnya untuk memperoleh bahan baku dalam proses produksi. Guna kepentingan pengembangan lebih lanjut, perlu diadakan pembinaan baik mengenai proses produksi, teknologi dan aspek ekonomi oleh Balai Besar Kulit, karet dan Plastik maupun oleh Instansi terkait diwilayah masing-masing industri kecil berdomisili. | Kulit | |
73 | Rekayasa Alat Thermoforming Untuk Pengemas Makanan | 2003 | Pramono. Bsc. Asmongin Supriyadi Supriyanto B | Dalam perekayasaan alat thermoforming untuk pengemas makanan telah dibuat 1 unit alat thermoforming dengan dimensi ukuran masing-masing komponen yang dibuat antara lain : (1) Kerangka/body alat, bahan yang digunakan besi siku ukuran (30x30x3)mm; P= 41 cm , L = 31 cm, T = 61 cm ; sistem penyambungan dengan memakai sistem las. (2) Box bagian atas, dibuat dari bahan plat besi dengan ketebalan 2 mm. P = 40 cm dan L = 30 cm, untuk penyambungan dengan sistem las; berfungsi sebagai tempat elemen pemanas bentuk spiral, dilengkapi plat screen sekaligus sebagai pengaman elemen. (3) Klem penjepit lembaran plastik, terbuat dari bahan aluminium dibuat sebanyak dua buah dengan sistem engsel, masing-masing ukuran : T = 1 cm, P = 40 cm, L = 31 cm ; setiap permukaan plat (frame) diberi lapisan penyekat permanen dari bahan silicon, dengan maksud sebagai penjepit bahan lembaran plastik, agar tidak terjadi kebocoran sewaktu proses pemanasan diatas elemen pemanas berlangsung. (4). Box bagian bawah, bahan yang dipakai plat besi ukuran tebal + 2 cm, P = 40 cm, L = 30 cm. Box ini berfungsi sebagai dudukan cetakan yang langsung dihubungkan dengan pompa vakum (pompa penghisap). (5). Penutup body berfungsi sebagai pengaman dan penampilan alat, bahan yang digunakan plat besi ukuran tebal = 2 mm, dipotong sesuai bidang ukuran, untuk sisi muka dan belakang : (53 x 41) cm dan sisi penutup samping kanan dan kiri : (60 x 30) cm.. (6). Alat pemanas menggunakan elemen pemanas listrik : 220 volt, 1 phase, 2000 watt. Diameter elemen 3/8 inchi bentuk spiral, panjang 140 cm. (7). Cetakan/Mould dibuat dari bahan gibs, berfungsi sebagai pembentuk hasil produk dan dibuat empat model cetakan yang berbeda. (8). Kelengkapan alat yang ada pada alat thermoforming yaitu : (a) boks panel listrik, (b) engsel pembuka/penutup penjepit (klem) plastik bagian atas/bawah,(c)dudukan boks bagian atas pada posisi terbuka, (d) pegangan /handle penjepit dan boks bagian atas, (e) klem penguat/kancing penjepit. | Barang Kulit & Garmen | |
74 | Perekayasaan alat teknologi vulkanisir ban | 2000 | Pramono, Bsc Asmongin Supriyadi | Perekayasaan alat teknologi vulkanisir ban Perekayasaan alat teknologi vulkanisir ban bertujuan membuat alat teknologi vulkanisir ban sepeda motor. Dalam perekayasaan alat teknologi ban untuk kendaraan bermotor khusus roda dua, telah dibuat 2 (dua) unit alat cetak vulkanisir ban dengan ukuran ring 17 - 225/250 dan ring 18 - 250/275. Adapun masing-masing komponen yang dibuat antara lain cetakan kembangan ban, dibuat dari bahan aluminium dengan ketebalan lebih kurang 10 mm. Ukuran diamter luar 635 mm, diameter dalam 422 mm, diameter lingkaran kembangan 70 mm. Mantel cetakan dibuat dari bahan besi lunak tahan karat dan tahan panas. Ukuran diamter luar 725 mm, diamter dalam 635 mm, tinggi (t) 45 mm/0,5 belahan. Tanki pemanas (ketel air) dibuat dari bahan pipa galvanik dengan tebal 1O mm, ukuran diamter tangki 33 cm, tinggi 35 cm dilengkapi alat pengaman otomatic valve dan pengontrol volume air minimum. Dudukan cetakan dibuat dari bahan baja profil U 6 cm, ukuran p 85 cm, 1 35 cm. Clamping cetakan dibuat dari bahan besi as dengan 0 lebih kurang 32 mm, ukuran 0 30 mm, p 30 cm. Penyangga dibuat ciari bahan besi profil U 14 cmm, tebal 4 mm, ukuran 146 cm, t 39 cm. Landasan casis dibuat dari bahan besi profil U 8 cm, dengan ukuran p 100 cmm, t 60 cm. Pengungkit cetakan dibuat dari bahan besi as 0 40 mm, ukuran 0 38 mm, p 53 cm. Tangki minyak dibuat dari bahan pipa galvanik tebal 10 mm, ukuran 0 42 cm, t 63 cm. Untuk ke!engkapan alat-alat bantu telah dibuat dudukan pengasar dengan bahan besi profil U 30 mm, ukuran p 60 cm, l 30 cm, t 100 cm. Meja pemotong kompon, bahan dari besi L ukuran 5/5 mm. Ukuran meja p 150 cm, l 90 cm, t 80 cm. Sedangkan untuk memindahkan pengasaran telapak ban yang akan divulkanisir, telah dibuat mata pisau gerinda dari bahan plat baja. | Sistem Mutu | |
75 | Rekayasa Alat Otoklaf Untuk Vulkanisasi Karet | 2004 | Pramono, Bsc Asmongin Supriyadi Supriyanto. B. | Rekayasa pembuatan alat otoklaf untuk proses vulkanisasi karet ini dimaksudkan sebagai alat pendukung dalam melaksanakan fungsi proses vulkanisasi karet dengan menggunakan tekanan uap panas tertentu. Dari hasil uji coba alat otoklaf ini mempunyai tingkat kemampuan tekanan sampai 5 kg/cm2 dengan suhu lebih kurang 151 oC. Sedangkan secara optimal, operasional yang diperlukan proses vulkanisasi karet hanya mencapai tekanan 3,5 kg/cm2, sehingga alat ini mampu dan aman untuk digunakan. Adapun specifikasi teknis alat otoklaf sebagai berikut : Jenis : bejanan/tabung berdiri : Sistem pemanas uap; Tekanan maksimum : 5 kg/cm2; Suhu maksimum : 151,1 oC : Dimensi dudukan produk : (300 x 300 x 700 )mm; Diameter bejana luar : 520 mm : Dimensi ukuran alat : ( 520 x 1090 ) mm; Berat total : 90 kg. | Sistem Mutu | |
76 | Rekayasa Alat Pengasar Mekanik Ban Roda Dua Untuk Proses Vulkanisir | 2002 | Pramono, B.Sc Asmongin Supriyadi | Rekayasa pembuatan alat pengasar mekanik ban sepeda motor roda dua untuk proses vulkanisir ban ini dimaksudkan unutk penyempurnaan alat bantu/pendukung dalam proses pembuatan ban vulkanisir. Alat pengasar mekanik ini mempunyai fungsi ganda yaitu disamping untuk mengasarkan juga sebagai penyesetan. Hasil dari uji coba, ternyata tingkat kerataannya sudah cukup baik begitu juga dengan hasil pengasarannya. Adapun alat ini mempunyai spesifikasi teknis : Type : R 17-225/250, motor penggerak pisau : motor indusksi 2HP, 220/280 V, 50Hz, 2850 rpm, 3 phase, motor penggerak ban : motor induksi ? HP, 110/220V, 50 Hz, 1400 rpm, 1 phase, Ratio gear box 1 : 50, Rtio putaran ban dan pisau 1 : 30, Pisau : pincott ex Australia 4 buah. Kapasitas : 5 buah/jam. Berat alat 200 kg dan Dimensi alat : ( 80X60X105)cm. | Sistem Mutu | |
77 | PENELITIAN DAN PENERAPAN SOL KARET SEPATU KANVAS UNTUK OLAH RAGA PADA INDUSTRI | 1994 | PENELITIAN DAN PENERAPAN SOL KARET SEPATU KANVAS UNTUK OLAH RAGA PADA INDUSTRI Ir. Any Setyaningsi Ir. Arum Yuniari A. Buchori, B.Sc | <p style="margin-right:.2in;line-height:normal;" class="MsoNormal"><span style="font-family:'Times New Roman';"><span> </span>Peneliti penerapan sol karet sepatu kanvas untuk olah raga bertujuan mendapatkan sol karet sepatu kanvas untuk olah raga dan yang memenuhi persyaratan SII 1406-85. Dalam penelitian sol dicetak dengan variasi waktu 4, 5, 6, 7, 8 menit dan tekanan145, 150, 155 kg/cm² pada suhu 150 ºC sehingga diperoleh 15 variasi sol cetak. Kemudian di lakukan sifat fisisnya meliputi tegangan putus, perpanjangan putus, ketahanan sobek,perpanjangan tetap,kekerasan, ketahanan kikis, bobot jenis dan ketahanan retak luntur. Hasil uji dihitung secara statistik dengan metode factorial, dari hasil perhitungan tersebut diperoleh hasil optimum sol karet yang dicetak dengan tekanan 150 kg/cm2, waktu 6 menit pada suhu 150 ºC. sol karet cetak tersebut telah memenuhi persyaratan SII. 1406-85<span> </span>“Sol Karet Cetak Kanvas Untuk Olah Raga”.</span></p> | Karet | |
78 | KAJI ULANG SNI PRODUK SEPATU DAN PENDUKUNGNYA | 2006 | Niken Karsiati, Marsudi Wiyono, Rusman Saroso, Irene Sri Sukaeni | Niken Karsiati, Marsudi Wiyono, Rusman Saroso, Irene Sri Sukaeni | Standar | |
79 | LAPORAN KAJI ULANG SNI KOMODITI KULIT DAN KARET | 2009 | Niken Karsiati, Emi Sulistyo Astuti, Marsudi Wiyono, Sofia Budiati Cahyani | Kaji ulang SNI komoditi kulit dan karet, bertujuan untuk melakukan kajian terhadap isi dokumen Sni sebanyak 5 judul dan melakukan pengujian mutu produk sebagai dasar untuk menentukan persyaratan mutu dalam penyusunan draft RSNI 1, lima judul SNI tersebut adalah :1. SNI 06-0567-1989, Kulit kras sapi samak krom nabati 2. SNI 06-3535-1994, Kulit wet blue sapi 3. SNI 06-3536-1994, Kulit kras domba kambing 4. SNI 06-3538-1994, Kulit wet blue domba kambing 5. SNI 12-1000-1989, Karpet karet Kaji ulang dilakukan terhadap dokumen SNI berdasakan ISO guide 7 dan pedoman BSN 8-2000,serta hasil survei ke industri dan instansi terkait. Berdasarkan data hasil pengujian dan kajian SNI, maka kelim judul SNI tersebut perlu direvisidan disusun draft RSNI nya. Untuk RSNI kulit wet blue sapi dan RSNI kulit kras sapi telah dibahas dalam rapat teknis, prakon dan rakon di Jakarta, sedangkan untuk 3 judul RSNI lainnya kan diusulkan ke Pustan - BPPI melaui panitya teknisterkait untuk dilakukan pembahasannya tahun depan. | Standar | |
80 | KAJIAN SNI PRODUK KULIT DAN PENDUKUNGNYA | 2007 | Niken Karsiati, Emi Sulistyo Astuti, Marsudi Wiyono, Marjito | Niken Karsiati, Emi Sulistyo Astuti, Marsudi Wiyono, Marjito | Standar |