# | Judul | Tahun | Pelaksana | Abstrak | Kategori | |
---|---|---|---|---|---|---|
141 | Desiminasi T eknologi Pengawetan dan Proses Penyamakan Kulit Sapi dan Domba di Sulawesi Selatan. | 1999 | Desiminasi T eknologi Pengawetan dan Proses Penyamakan Kulit Sapi dan Domba di Sulawesi Selatan. Kegiatan Desiminasi ini diselenggarakan di Ujung Pandang selama 10 (sepulult) hari dari tanggal 10 s/d 19 September 1997, diikuti oleh 20 orang peserta dari pengumpul, perajin dan penyuluh industri. Tujuan desiminasi untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan bimbingan teknologi pengawetan dan proses penyamakan kulit serta meningkatkan mutu kulit jadi di Sulawesi Selatan. Materi desiminasi berupa pelajaran teori (8 session) dan pelajaran praktek 55 session. Pelajaran teori terdiri dari : pengetahuan bahan dan peralatan, pengawetan kulit mentah, penyamakan kulit, finishing kulit, sedang pelajaran praktek terdiri dari : pengawetan, pengerjaan basah, penyamakan kulit, fmishing dan evaluasi. Dari hasil evaluasi akhir dapat disimpulkan bahwa pemahaman teori dan praktek cukup baik dengan semangat kerja yang tinggi sehingga desiminasi dapat berjalan lancar. Harapan peserta adanya tindak lanjut untuk pembuatan barang jadi sehingga diperoleh peningkatan nilai tambah yang cukup berati bagi pengembangan industri, khususnya untuk daerah Sulawesi Selatan. | Kulit | ||
142 | Desiminasi penyamakan kulit reptil di Samarinda (Kalimantan Timur). | 2000 | Desiminasi penyamakan kulit reptil di Samarinda (Kalimantan Timur). Kegiatan desiminasi ini diselenggarakan di Samarinda selama 10 (sepuluh) hari dari tanggal 18 Nopember s/d 28 Nopember 1998, diikuti oleh 25 orang pcserta dari pengrajin, putus sekolah dan para penyuluh perindustrian di daerah Samarinda. Tujuan desiminasi adalah penyampaian teknologi penyamakan kulit reptil yang banyak terdapat di daerah tersebut juga untuk meningkatkan pendapatan daerah dan devisa negara pada sektor perkulitan. Materi desiminasi berupa pelajaran teori 32 . session dan pelajaran praktek 93 session. Pelajaran teori terdiri dari pengetahuan bahan dan peralatan, teori pengawetan kulit mentah, teori penyamakan kulit, teori finishing. Sedangkan pelajaran praktek terdiri dari praktek penyamakan dan praktek finishing. Dari hasil evaluasi akhir dapat disimpulkan bahwa pemahaman teori dan praktek cukup baik dengan semangat kerja yang tinggi sehingga desiminasi dapat berjalan lancar. Harapan peserta adanya tindak lanjut untuk pembuatan barang jadi sehingga diperoleh peningkatan nilai tambah yang cukup berarti bagi pengembangan industri, khususnya untuk daerah Samarinda, Kalimantan Timur. | Kulit | ||
143 | Desiminasi pembuatan sepatu kulit untuk para pengajar penderita cacat dan atau penderita cacat. | 2000 | Rosma Raja Gukguk, BSc Riris Simanungkalit, BSc | Desiminasi pembuatan sepatu kulit untuk para pengajar penderita cacat dan atau penderita cacat. Kegiatan desiminasi ini merupakan usaha untuk meningkatkan kemampuan pengetahuan, ketrampilan dan ketrampilan para penderita cacat maupun para pengajarnya di bidang persepatuan juga berusaha menumbuhkan wira usaha haru di bidang pembuatan sepatu. Kegiatan desiminasi ini berupa pendidikan dan pelatihan terhadap 15 (lima belas) orang selama 10 (sepuluh) hari, dimulai tanggal 7 Juli sampai dengan 17 JuJi 1998, meliputi pelajaran teori dan praktek. pelajaran teori sebanyak 8 session yang terdiri dari : pengetahuan pola, pengetahuan grading, pengetahuan persepatuan. Sedangkan pelajaran praktek sebanyak 72 session yang terdiri dari praktek pembuatan pola, praktek pembuatan kudungan dan praktek pembuatan bawahan. Dalam pelaksanaan desiminasi ini para peserta dapat mengikuti seluruh materi pelajaran dengan baik, serta hasil praktek yang cukup memuaskan. Pada akhir pelaksanaan desiminasi, seluruh peserta dinyatakan memenuhi persyaratan yang ditentukan dan mendapatkan sertifikat. Dari hasil pelaksanaan desiminasi dapat disimpulkan bahwa para peserta memberikan tanggapan yang baik dan bersemangat untuk menindak lanjuti hasil dari desiminasi ini. | Kulit | |
144 | Desiminasi pembuatan pellet dari sampah plastik sebagai bahan baku. | 2000 | Ir. Niken karsiati Sofyan karani, BSc | Desiminasi pembuatan pellet dari sampah plastik sebagai bahan baku. Kegiatan desiminasi ini diselenggarakan di 3 propinsi yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, Untuk propinsi Jawa Timur diselenggarakan di Sidoarjo pada tanggal 14 Oktober sampai dengan 15 Oktober 1998, selama 2 (dua) hari dengan peserta 20 (dua puluh) orang. Untuk Propinsi Jawa Tengah diselenggarakan di Surakarta pada tanggal 27 Oktober sampai dengan 28Oktober 1998, selama 2 (dua) hari dengan peserta 20 (dua puluh) orang. Untuk Propinsi D.I. Yogyakarta diselenggarakan di BBKKP pada tanggal 24 Nopember sampai dengan 25 Nopember 1998, selama 2 (dua) hari dengan peserta 20 (dua puluh) orang. Peserta di ketiga propinsi terdiri dari para pengepul plastik, penganggur dan penyuJuh perindustrian. Tujuan dari desiminasi ini ada1ah membuka pe!uang kerja baru untuk sektor industri plastik dan pengembangan industri barang p!astik yang berwawasan lingkungan. Materi pelajaran pada desiminasi ini meliputi pelajaran teori 7 session dan praktek 8 session. Dari hasil evaluasi akhir terlihat bahwa para peserta desiminasi dapat mengikuti kegiatan ini dengan baik sehingga semua peserta dinyatakan lulus dan mendapatkan sertifikat. Dalam pelaksanaan desiminasi dapat disimpulkan bahwa para peserta memberikan tanggapan yang balk dan bersemangat untuk membuka usaha baru di bidang plastik. | Barang Kulit & Garmen | |
145 | Pengembangan Teknologi Pengambilan Lemak dari Fleshing Industri Penyamakan Kulit untuk Pembuatan Sabun Mandi | 2010 | Drs. Ign Sunaryo Ir. Suliestiyah Wrd, MP Widodo Y. Edy Dahono, ST | Dari penelitian sebelumnya oleh Sunaryo, dkk. (2002), sabun yang dibuat dengan menggunakan bahan lemak dari fleshing, masih keruh belum jernih dan berbau amis (bau kulit mentah). Hal ini dikarenakan lemak dari fleshing tersebut belum disulfonasi, belum dimurnikan, dan masih asli. Oleh karena itulah penelitian pengembangan teknologi pengambilan lemak dari fleshing industry penyamakan kulit untuk pembuatan sabun mandi ini perlu dilaksanakan untuk mendapatkan cara pengambilan, penjernihan, dan penghilangan bau amis (bau kulit mentah) pada lemak fleshing. Agar bisa digunakan untuk membuat sabun mandi yang cerah dan tidak berbau amis. Limbah fleshing dari industry penyamakan kulit di Yogyakarta digunakan untuk penelitian ini. Setelah dicuci dan dinetralkan, limbah fleshing kemudian direbus untuk diambil lemaknya. Lemak fleshing terambil kemudian dimurnikan dengan 3 (tiga) variasi perlakuan yakni HNO_3 (15 ml, 20 ml dan 25 ml), H_2 SO_4 (20%, 25%, dan 30%) dan waktu pemanasan ( 10 menit dan 15 menit). Tujuan pemurnian ialah agar warna dan bau amis bisa hilang atau berkurang semaksimal mungkin. Lemak sebelum dan setelah dimurnikan diuji kandungan asam lemaknya, dan diuji secara kimia untuk mengetahui kadar air, lemak, kotoran, angka asam, angka penyabunan, angka Yod. Uji organoleptis juga dilaksanakan dengan dibantu oleh 10 orang Panelis terhadap 31 sampel lemak yang telah dimurnikan, terdiri dari 18 sampel lemak fleshing kulit domba/ kambing dan sisanya lemak fleshing kulit sapi. Dalam penelitian ini hanya difokuskan pada lemak fleshing kulit domba/ kambing. Sebagai kesimpulan, Tim/ Pokja 0044E telah mendapat pengembangan teknologi pengambilan lemak dari fleshing kulit domba/ kambing sebagai berikut. Cara : a. Proses diawali dengan pencucian dan penetralan fleshing, maka proses dilanjutkan dengan perebusan lemak dan pemurnian lemak fleshing. b. Timbang lemak fleshing. c. Masukkan dalam tabung/ gelas beker. d. Lelehkan lemak dengan pemanasan, sekitar 5 menit, suhu 65-〖90〗^0C. e. Tambahkan H_2 O_2 absolut sebanyak 1 ml. f. Tambahkan larutan As. Nitrat 2% volume 20 ml, 25 ml, dan 30 ml. g. Tambahkan larutan As. Sulfat dengan variasi 15%, 20%, dan 25% @ sebanyak 15 ml. f. Panaskan 5-10 menit. h. Cuci dengan larutan NaCl 10% dengan 3 kali pengulangan. i. Netralkan dengan NaOH 1 N sampai pH 7-8, kemudian dinginkan. | Kulit | |
146 | Pemanfaatan Serbuk Kulit Untuk Pembuatan Batu Bata Dan Batako | 1998 | Ir.Susilawati Hernadi Surip. Bsc | Dalam proses penyamakan kulit dihasilkan bermacam-macam limbah diantaranya limbah shaving dan buffing 20 ? 30 kg/ton kulit awet garaman. Penanganan limbah sampai saat ini hanya dibuang ke TPA dengan biaya rata-rata Rp 150,-/feet kulit yang dihasilkan. Penelitian pemanfaatan limbah industri penyamakan kulit untuk batu-bata dan batako dilaksanakan di DIY dengan bahan baku tanah liat dan limbah shaving + buffing berasal dari DKI, Jabar, Jateng, D.I.Yogyakarta dan Jatim. Pengujian fisis dan organoleptis dengan parameter SII 0281-78 untuk batako dan SII 0285 -80 untuk batu bata. Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua masuk kelas 25 kg/cm2 dan sifat unggulnya adalah lebih ringan kurang lebih 15 % dari batu bata biasa, jenis limbah tidak berpengaruh,,sedangkan jenis tanah liat dan cara proses sangat berpengaruh. Penerapan hasil penelitian dilaksanakan pada perajin batu-bata di daerah Jogonalan Kab. Klaten. Hasil uji batu bata penerapan menunjukkan angka kuat tekan terbaik yaitu 34,1540 kg/cm dan semuanya masuk dalam kelas 25 kg/cm2. Untuk dimanfaatkan sebagai bahan campuran pembuatan bahan batu bata, formulasi terbaik adalah 8 (delapan) bagian tanah liat dan 2 (dua) bagian limbah, sedangkan rata-rata yang ada dipasaran dibawah 20 kg/cm2. Formulasi terbaik untuk batako adalah satu bagian semen, delapan bagian pasir dan satu bagian limbah. Hasil uji kuat tekan batako rata-rata 19,5690 kg/cm2, sedangkan hasil uji rata-rata batako dipasaran 17 ? 20 kg/cm2 dan sifat unggulannya adalah tidak langsung hancur bila terkena benturan. | Limbah | |
147 | Pembuatan Blend PVC dan Nitril untuk O Ring | 2011 | Ir. Arum Yuniari, Ir. Nursamsi Sarengat | Blend PVC dan NBR merupakan thermoplastic elastomer yang dapat digunakan sebagai bahan baku seal O ring. Seal O ring adalah salah satu komponen dalam permesinan yang berfungsi sebagai penyekat untuk mencegah terjadinya kontaminasi dari ruang yang bertekanan dan berfluida. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui formulasi seal O ring dari blend PVC daqn NBR yang memenuhi persyaratan ASTM D 2000. Spesifikasi teknis seal O ring. Seal O ring dibuat dengan mencampur PVC dan NBR menggunakan two roll mill dengan suhu 60-85ºC. Proses vulkanisasi dilakukan pada suhu 160°C dan tekanan 150 kg/cm2. Adapun variasi dari penelitian adalah : NBR/PVC : 90/10; 85/15; 80/20; 75/25; 70/30 dan 65/35 phr, sebagai kompatibiliser digunakan maleat anhidrat dengan variasi : 4 dan 5 phr. Blend PVC dan NBR diuji sifat fisis meliputi tegangan putus, perpanjangan putus, kekerasan, pampat tetap sebelum dan sesudah aging dan perendaman dalam fuel. Uji morfologi dilakukan terhadap SEM maupun FTIR. Hasil uji menunjukan bahwa kompatibiliser maleat anhidrat mampu meningkatkan sifat fisis. Penambahan NBR meningkatkan swelling dan sifat fisis. Penambahan PVC meningkatkan ketahanan terhadap pengusangan. Microgarf SEM menunjukan permukaan campuran merata dan kompatibel. Analisa FTIR menunjukan terbentuk gugus fungsi OH pada panjang gelombang 3468 cm-1. Formulasi blend PVC dan NBR untuk seal O ring yang memenuhi persyaratan ASTM D 2000, adalah NBR 80 phr, PVC,20 phr, MAH 4 phr, DOP 25 phr, Ca stearat 3 phr, ZnO 3 phr, asam stearat 25 phr, MTQ 2 phr, MBTS 1 phr, TMT 0,5 phr, carbon black 40 phr, DCP 0,2 phr dan sulfur 1,5 phr. Kata kunci : NBR, PVC,maleat anhidrat, grafting, seal O ring. | Plastik | |
148 | PEMANFAATAN TANIN DARI KULIT KAYU TINGI (Ceriops tagal) SEBAGAI BAHAN PENYAMAK NABATI | 2013 | Ir. Titik Purwati Widowati, MP (Koordinator) Ir. Emiliana Kasmudjiastuti (Peneliti Utama) Sri Sutyasmi, B.SC, ST (Peneliti) Iwan Fajar Pahlawan, S.Pt (non aktif:study S2) | Bahan penyamak nabati adalah suatu bahan yang berasal dari tumbuhan yang berbeda konsentrasinya dalam bagian tanaman seperti buah, akar, daun, kayu, kulit kayu yang disebut dengan tanin. Tanin dapat mengubah kulit yang tadinya bersifat labil menjadi stabil. Indonesia kaya akan sumber daya alam yang banyak sekali menyimpan sumber tanin sebagai bahan penyamak nabati, salah satunya adalah pohon tingi ( <em>Cerios Tagal</em> ). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas tenin dari ektrak kulit kayu tingi sebagai bahan penyamak nabati dan untuk mengetahui kualitas kulit lapis dari kulit kambing yang disamak menggunakan ekstrak tanin dari tingi yang dikombinasi kan dengan alum. <br /><br /> Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam 3 (tiga) tahap yaitu penyamakan kulit lapis menggunakan tingi puder (perusahaan), ekstraksi kulit kayu tingi untuk mendapatkan larutan dan proses penyamakan kulit lapis menggunakan ekstrak larutan. Untuk tingi berupa puder, variasi yang dipakai adalah konsentrasi 15, 20, 25, dan 30%, penambahan alum dibuat tetap (4%), sehingga 4 perlakuan yaitu T15A, T20A, T25A, dan T30A. Sedangkan untuk tingi berupa ekstrak larutan variasi yang dipakai adalah dengan penambahan alum 4% dan 6% yang dilakukan sebelum dan sesudah penyamakan dan juga variasi penambahan mimosa, sehingga ada 8 perlakuan yaitu TA4, TA6, TMA4, TMA6, A4T, A6T, AT4M dan A6TM. Analisa yang digunakan meliputi pengujian sifat kimiawi, fisis dan SEM. Sifat kimiawi yang dianalisis meliputi uji derajad penyamakan, kadar tanin terikat, suhu kerut, pH, kadar zat larut dalam air dan kadar abu jumlah. Sifat fisis yang dianalisis meliputi uji penyamakan, kekuatan tarik, kemuluran dan ketahana gosok cat. Analisa data menggunakan statistik <em>T-Test</em> dan <em>One Way Anova</em>. Hasil uji derajad penyamakan, suhu kerut, dan kadar tanin terikat dianalisis menggunakan T-Test. Hasil uji kadar zat larutan dalam air, kadar abu jumlah, kekuatan tarik dan kemuluran dianalisis menggunakan <em>One Way Anova</em>. <br /><br /> Hasil penelitian menunjukan bahwa kulit kayu tingi dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyamak nabati dan efektif untuk digunakan sebagai bahan penyamak nabati baik berupa puder maupun berupa ekstrak larutan dengan menambahkan alum. Perlakuan yang paling optimal untuk menggunakan puder tingi adalah T15A (penggunaan tingi puder 15% diikuti penambahan alum 4%) dengan hasil : derajat penyamakan 52,43% ; kadar tanin terikat 23,7% ; suhu kerut 68°C; pH 4,64; kadar zat larut dalam air 1,4%; kadar abu jumlah 1,36%; penyamakan masak; kekuatan tarik 329,32 kg/cm<sup>2</sup> ; kemuluran 52,6% ; ketahanan gosok cat 4/5 (kering) dan 3 (basah). sedangkan yang paling optimal untuk penggunaan ekstrak larutan tingi adalah TA4 ( Penggunaan larutan tingi 200% 1°Be, 150% 3°Be, 100% 5°Be diikuti penambahan alum 4% ) dengan hasil : derajat penyamakan 96,37% ; kadar tanin terikat 35,85% ; suhu kerut 86°C; pH 3,78; kadar zat larut dalam air 0,89%; kadar abu jumlah 0,73%; penyamakan masak; kekuatan tarik 370,65 kg/cm<sup>2</sup> ; kemuluran 36,52% ; ketahanan gosok cat 5 (kering) dan 4 (basah). keduanya memenuhi persyaratan Ethiopia Standar ES 1185: 2005, <em>Leather - Lining Leather-Specification.</em> Hasil SEM (Scanning Electron Micreoscopic) menunjukan bahwa penggunaan alum pada penyamakan menggunakan tanin tingi dapat menaikan fiksasi dan dan penetrasi bahan penyamak nabati (tanin) kedalam jaringan kulit, sehingga struktur jaringan kulit nampak lebih kompak mengidentifikasikan proses penyamakan penggunakan tingi diikuti alum akan membentuk cross linking dengan kolagen. | Kulit | |
149 | Aplikasi Karet Mikroseluler untuk Sol Ringan Alas Kaki | 2010 | Ir. Herminiwati. MP Dra. Sri Brataningsih Puji Lestari M. Sholeh, ST, MT.Eng Suko Praptono, Bsc | Aplikasi karet mikroseluler untuk sol ringan alas kaki ini merupakan lanjutan dari penelitian pembuatan sol karet mikroseluler untuk sol ringan. Penelitian ini bertujuan untuk mengaplikasikan sol ringan hasil formulasi terbaik karet mikroseluler untuk pembuatan alas kaki yang berupa sandal dan sepatu anak. Sebagai pembanding, diambil sandal dan sepatu anak dari pasaran. Formula terbaik yang diaplikasikan dalam pembuatan sandal terdiri atas karet EVA 80 phr, karet alam 20phr, asam stearat 0.5 phr, zink oksida 1 phr, alumunium silikat 20 phr, blowing agent 2,5 phr, dicumyl peroksida 0,8 phr. Pengujian terhadap sandal dan sepatu anak meliputi uji ketahanan tembus air, uji ketahanan retak lentur, pampat tetap, bobot jenis, kuat rekat dan uji anti slip. Dalam aplikasinya diperoleh sol sandal maupun sepatu anak yang lebih baik dibanding pasaran, dengan nilai pampat tetap untuk sandal dan sepatu anak berturut- turut sebesar 40% dan 45,71%. Sedangkan pampat tetap sandal dan sepatu anak dari pasaran sebesar 49,23% dan 46,19%. Hasil uji anti slip menunjukkan bahwa sandal dan sepatu anak hasil penelitian mempunyai anti slip yang lebih baik dengan nilai 3,02 kgf (kondisi kering) dan 1,49 kgf (kondisi basah) untuk sandal dan sepatu anak 2,09 kgf (kondisi kering) dan 1,92 kgf (kondisi basah). Sementara anti slip sandal dan sepatu dari pasaran mempunyai nilai 3,04 kgf (kondisi kering) dan 2,69 (kondisi basah) untuk sandal serta 1,92 kgf (kondisi kering) dan 1,34 kgf (kondisi basah) untuk sepatu anak. Kuat rekat bagian atas sandal dan sepatu anak hasil penelitian lebih baik disbanding pada sandal dan sepatu anak di pasaran. Sol sandal dan sepatu anak baik penelitian maupun pasaran mempunyai ketahanan tembus air yang baik, demikian pula ketahanan retak lenturnya. Formula terbaik hasil penelitian dalam aplikasinya untuk pembuatan sandal dan sepatu anak mempunyai sifat fisis yang baik dibanding pasaran. Penggunaan karet alam dan filer penguat dapat meningkatkan sifat fisis sol. | Alas Kaki | |
150 | LAPORAN ALIH TEKNOLOGI PENYAMAKAN KULIT IKAN DI MALUKU UTARA | 2007 | Drs. Suradal | Alih teknologi penyamakan kulit ikan di Maluku dilaksanakan selama 6 (enam) hari tanggal 26 sampai dengan tanggal 31 Maret 2007, pelaksanaan alih teknologi ini dilaksanakan kerjasama antara BBKKP dengan Balai Riset dan Standardisasi Industri (Baristand) Ambon, Maluku. Pelatihan diikuti oleh 15 (lima belas) orang peserta, terdiri dari pengumpul kulit, keluarga nelayan, pedagang dan pembina industri yang berada di Wilayah Maluku. Metode alih teknologi yang dilaksanakan adalah teori/diskusi dan praktek yang meliputi 20% teori/diskusi dan 80% praktek. Fasilitas yang disediakan untuk alih teknologi ini dibebankan kepada BBKKP melalui panitia dengan anggaran DIPA tahun 2007 antara lain, maklaah/hand out, perlengkapan/ATK peserta, bahan baku, bahan pembantu, peralatan praktek, konsumsi selama pelaksanaan diseminasi/pelatihan, uang saku selama pelaksanaan alih teknologi dan sertifikasi peserta. Hasil dari alih teknologi diharapkan mampu meningkatkan ketrampilan, pendapatan dari masyarakat di wilayah Maluku pada umumnya. | Kulit | |
151 | LAPORAN ALIH TEKNOLOGI PEMBUATAN SEPATU KULIT DI JAWA BARAT | 2006 | Drs. Surada | Alih Teknologi Penibuatan Sepatu Kulit di Jawa Barat dilaksanakan selama 6 ( enam ) hari tanggal 11 September 2006 sampai dengan tanggal 16 September 2006. Alih Teknologi ini dilaksanakan Kerjasarna antara Balai Besar Barang Kulit, Karet dan Plastik, dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Jawa Barat. Alih Teknologi ini di ikuti oleh 15 (lima belas) orang peserta, yang dibagi dalam 5 kelompok, masing masing kelompok terdiri dari 3 peserta. Adapun peserta terdiri dari industri persepatuan dan Perajin sepatu yang ada di wilayah Jawa Barat. Metode Alih Teknologi yang dilaksanakan adalah teori / diskusi / presentasi dan praktek yang meliputi 20% teori / diskusi dan 80% praktek. Fasilitas yang disediakan untuk alih teknologi ini di tanggung oleh Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik melalui Panitia dengan Anggaran DIP A tahun 2006 antara lain, makalah / hand out, perlengkapan / ATK peserta, bahan praktek, peralatan praktek, konsumsi, uang saku, transport selama pelaksanaan alih teknologi dan sertifikat peserta. Hasil dari alih teknologi ini diharapkan mampu meningkatkan ketrampilan dan daya saing produk dan akirmya meningkatkan pendapatan dan sehingga industri dapat ber operasi secara kontinyu. | Kulit | |
152 | LAPORAN ALIH TEKNOLOGI PEMBUATAN SEPATU DENGAN MESIN PRES SOL HASIL REKAYASA DI MATARAM NUSA TENGGARA BARAT | 2008 | Supriyadi, SE | Alih Teknologi Pembuatan Sepatu dengan Alat Press Hasil Rekayasa di Mataram NTB merupakan kegiatan DIPA tahun 2008 Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik. Alih Teknologi berlangsung selama 6 (enam) hari dimulai dari tanggal 21 April s/d 26 April 2008 bertempat di showroom Pusaka Jl. TGH Faisal No. 14 Sweta, Cakaranegara, Mataram, NTB. Materi yang diberikan sebanyak 55 jam pelajaran (JPL) yaitu 20% JPL Teori dan 80% JPL praktik. Jumlah peserta sebanyak 15 orang berasal dari 15 orang perajin yang ada di Mataram dengan pendidika minimal SMP. Materi teori terdiri dari Pengetahuan Bahan dan Alat, Pengetahuan Disain dan Sepatu, Teknologi Pembuatan Pola, Teknologi Pembuatan Sepatu, Perhitungan Tekno Ekonomi, sedangkan praktik yang dilaksanakan yaitu Praktik Pembuatan Pola dan Pembuatan Sepatu Kulit. Hasil evaluasi peserta selama kegiatan berlangsung sebagai berikut : 93% peserta menyatakan sangat bermanfaat, materi yang disampaikan 80% sangat membantu tugas atau dapat diterapkan ditempat kerja, dalam menyampaikan materi 80% peserta menyatakan menarik, lama waktu penyelenggaraan 47% peserta menyatakan terlalu singkat, dan 80% peserta menyatakan perlu dilanjutkan. | Alas Kaki | |
153 | LAPORAN ALIH TEKNOLOGI PEMBUATAN BARANG KULIT DI PANGKAL PINANG, BANGKA BELITUNG | 2009 | Ir. V. Sri Pertiwi Rumiyati, MP | Alih teknologi pembuatan barang kulit di Pangkal Pinang, Bangka Belitung dilaksanakan di kota Pangkal Pinang selama 5 (lima) hari dari tangal 18 s/d 22 Agustus 2009. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, meningkatkan nilai tambah industri kulit konvensional dan menumbuh kembangkan entrepeneur. Sedangkan sasaran kegiatan ini adalah untuk mewujudkan 20 tenaga terampil bidang pembuatan barang kulit, tumbuhnya entrepeneur bidang kerajinan kulit dan terwujudnya peningkatan nilai tambah industri kulit jadi. Jumlah peserta 20 orang berasal dari daerah/desa sekitar Kota Pangkal Pinang. Materi yang disampaikan berupa teori 14,7 % dan praktek 85,3 % dengan instruktur dari BBKKP Yogyakarta yang kompeten bidang kerajinan pembuatan barang kulit. Hasil yang didapat dari peserta selama pelatihan adalah meningkatkan SDM baik secara teori maupun praktek dalam hal pembuatan barang kulit (utamanya pembuatan dompet pria dan gantungan kunci) dari kulit ikan pari. Berdasarkan hasil evaluasi dapat disimpulkan bahwa para peserta sangat antusias dalam mengikuti proses belajar mengajar khususnya untuk materi praktek, terbukti hampir seluruh peserta menginginkan agar pelatihan dilanjutkan dengan waktu yang lebih lama agar dapat lebih mendalami ilmu yang diserap. | Kulit | |
154 | LAPORAN ALIH TEKNOLOGI PEMBUATAN BARANG KULIT | 2008 | Sutarti Rahayu, B.Sc | Alih teknologi pembuatan barang kulit dengan sistem tatah tembus di Daerah Istimewa Yogyakarta dilaksanakan di dusun Tukluk, Desa Semin, Kecamatan Semin, Kabupaten Gunungkidul selama 6 (enam) hari dari tanggal 10 sampai dengan 15 Maret 2008. Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan minat perajin dalam menekuni pembuatan barang kulit dengan sistem tatah tembus, meningkatkan sumber daya manusia, menciptakan keanekaragaman produk dan meningkatkan pendapatan perajin di wilayah sekitarnya. Sedangkan sasaran kegiatan ini adalah perajin barang kulit di Daerah Istimewa Yogyakarta untuk memperoleh peningkatan ketrampilan dalam pembuatan barang kulit dengan sistem tatah tembus. Jumlah peserta sebanyak 15 orang berasal dari daerah disekitarn Kecamatan Semin. Materi yang disampaikan berupa teori 15% dan praktek 85% dengan instruktur personil dari Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik yang kompeten dibidang pembuatan barang kulit, khususnya tatah tembus/sungging. Hasil yang didapat dari peserta selama kegiatan adalah dua jenis produk yaitu kap lampu dan kipas. Berdasarkan hasil evaluasi, peserta memahami materi yang diberikan oleh instruktur. Instruktur menguasai materi yang disampaikan dan peserta mengharapkan adanya tindak lanjut dari kegiatan ini. | Kulit | |
155 | Alih Teknologi Pembuatan Barang Kulit Dari Kulit Ikan Di Kabupaten Batang Jawa Tengah | 2010 | Ir. V. Sri Pertiwi Rumiyati, MP Sri Budiasih, B.Sc Dwi Ningsih, ST Bambang Suseno, SE | Alih Teknologi Pembuatan Barang Kulit dari Kulit Ikan di Kabupaten Batang, Jawa Tengah dilaksanakan di desa masin, Kecamatan Warungasem, Kabupaten batang selama enam hari dari tanggal 17 s.d 22 Mei 2010. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan sumber daya manusia dibidang teknologi pembuatan barang kulit khususnya kulit ikan dan meningkatkan nilai tambah produk kulit khususnya kulit ikan di Kabupaten Batang Jawa Tengah, sedangkan sasaran kegiatan ini adalah terwujudnya 15 orang perajin yang berkemampuan dan terampil dalam pembuatan barang kulit dari kulit ikan di Kabupaten Batang, Jawa Tengah dan terwujudnya peningkatan nilai jual kulit ikan. Jumlah peserta sebanyak 15 orang berasal dari daerah / desa Masin, kecamatan Warungasem, Kabupaten Batang. Materi yang disampaikan berupa teori 17% dan praktek 83% dengan instruktur dari Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik, Yogyakarta yang kompeten di bidang kerajinan pembuatan barang kulit. Hasil yang didapat dari peserta selama pelatiahan adalah meningkatnya sumber daya manusia baik secara teori maupun praktek dalam hal pembuatan barang kulit terutama pembuatan dompet pria, gantungan kunci, ikat pinggang, dan tas wanita dari kulit ikan. Berdasarkan hasil evaluasi dapat disimpulkan bahwa para peserta sangat antusias dalam mengikuti proses belajar mengajar khususnya materi praktek, terbukti hampIr seluruh peserta menginginkan agar pelatihan dilanjutkan dengan waktu pelatihan yang lebih lama agar dapat lebih mendalami ilmu yang diserap. | Barang Kulit & Garmen | |
156 | ALIH TEKNOLOGI KULIT NON KONVENSIONAL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA | 2011 | Heru Budi Susanto Wahono Suhodo Widodo | Alih Teknologi Kulit non-Konvensional di Daerah Istimewa Yogyakarta dilaksanakan berkenaan akhir ahir ini industri kulit mengalami penurunan kapasitas produksi dikarenakan kurangnya pasokan bahan baku kulit konvensional, bahkan banyak yang gulung tikar karena tidak mendapatkan pasokan bahan baku kulit mentah, untuk itu kegiatan ini diharapkan dapat memberikan alternatif/diversivikasi bahan baku kulit. Kegiatan ini dilaksanakan selama 6 (enam) hari dari tanggal 15 juni sampai degan 21 juni 2011 bertempat di Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik Yogyakarta dengan peserta sebanyak 15 orang, berasal dari Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, dan Kota Yogyakarta, bertujuan untuk memasyarakatkan teknologi penyamakan kulit non konvensional, mengurangi ketergantungan terhadap kulit konvensional dan menumbuhkan wira usaha baru dibidang penyamakan kulit nn konvensional. Sasaran dari kegiatan ini adalah masyarakat industri penyamakan kulit konvensional dan non konvensional, terwujudnya 15(lima belas) orang yang dapat menyamak kulit non konvensional dan terwujudnya pengurangan ketergantungan terhadap bahan baku kulit konvensional. Materi yang disampaikan berupa teori 17 % dan praktek 83 % dengan pengajar dari Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik. Hasil yang diperoleh dari peserta selama pelatihan adalah meningkatnya sumberdaya manusia yang menguasai secara teori dan praktek penyamakan kulit non konvensional. Berdasarkan hasil evaluasi dapat disimpulkan bahwa peserta sangat antusias dan sungguh sungguh mengikuti kegiatan ini, terbukti pesera menghendaki perlu ada pelatihan lanjutan dengan materi yang berbeda, ada bantuan alat dan komunikasi yang berkelanjutan dengan instansi penyelenggara dan bimbingan dari pemerintah untuk penerapannya di dunia usaha. | Kulit | |
157 | LAPORAN PENGEMBANGAN LABORATORIUM PENGUJIAN SESUAI ISO 17025 VERSI 2005. | 2007 | Ir. E. Ratna Utarianingrum, M.Si., Tri Rahayu Setyo Utami, ST, Rihastiwi Setiya Murti, S.Si., Rambat | Alat press sol sepatu adalah alat yang digunakan sebagai alat bantu pada pembuatan sepatu alas kaki lainnya. Untuk mengetahui kualitas dari alat tersebut maka perlu dilakukan uji coba untuk membuat produk sepatu atau alas kaki lainnya di beberapa sentra pengrajin. Kemudian hasil produknya di uji berdasarkan di uji berdasarkan SNI 12-0566-1989 (uji sole adhesion test) dan SNI 12-1529-1989 (uji peel adhesion test). Dari hasil uji diketahui, untuk uji adhesion test sepatu buatan sentra Mojokerto, sentra Cibaduyut dan BBKKP ternyata dari jenis sol kulit, sol fiber dan sol TPR hasilnya baik/rata serta memenuhi standar SNI yang dipersyaratkan sebesar 137 N/cm dan untuk bagian belakang sebesar 350 N/cm. Sedang untuk uji peel test jenis sol kulit dan sol fiber hasil ujinya juga baik/rata juga memenuhi SNI yang dipersyaratkan sebesar 13 N/cm, namun untuk jenis sol TPR hasil ujinya belum memenuhi SNI yang dipersyaratkan sebesar 13 N/cm tetapi tingkat kerataannya sudah baik. Sehinga alat ini sudah layak digunakan oleh para pengrajin sepatu dan alas kaki yang lain. Adapun spesifikasi teknis alat ini adalah : nama alat : mesin/alat press sol sepatu, type alat : press sol sepatu mekanik, jenis : press sol untuk hak rendah (casual),kedalaman sol max : 50 mm, sistem press : kantong membran dilengkapi dengn kontol tekanan dan waktu, kapasitas : 100 s/d 120 pasang/hari dimensi ukuran; alat press : (60x35x65) cm, meja dudukan alat : (80x80x70) cm, berat total : 90 kg. | Sistem Mutu | |
158 | LAPORAN UJI COBA ALAT PRESS SOL SEPATU HASIL REKAYASA UNTUK INDUSTRI KECIL MENENGAH (IKM) | 2006 | Supriyadi, SE., Bambang Wiradono, B.Sc., Poniman, Waskito Sidi | Alat press sol sepatu adalah alat yang digunakan sebagai alat bantu pada pembuatan sepatu alas kaki lainnya. Untuk mengetahui kualitas dari alat tersebut maka perlu dilakukan uji coba untuk membuat produk sepatu atau alas kaki lainnya di beberapa sentra pengrajin. Kemudian hasil produknya di uji berdasarkan di uji berdasarkan SNI 12-0566-1989 (uji sole adhesion test) dan SNI 12-1529-1989 (uji peel adhesion test). Dari hasil uji diketahui, untuk uji adhesion test sepatu buatan sentra Mojokerto, sentra Cibaduyut dan BBKKP ternyata dari jenis sol kulit, sol fiber dan sol TPR hasilnya baik/rata serta memenuhi standar SNI yang dipersyaratkan sebesar 137 N/cm dan untuk bagian belakang sebesar 350 N/cm. Sedang untuk uji peel test jenis sol kulit dan sol fiber hasil ujinya juga baik/rata juga memenuhi SNI yang dipersyaratkan sebesar 13 N/cm, namun untuk jenis sol TPR hasil ujinya belum memenuhi SNI yang dipersyaratkan sebesar 13 N/cm tetapi tingkat kerataannya sudah baik. Sehinga alat ini sudah layak digunakan oleh para pengrajin sepatu dan alas kaki yang lain. Adapun spesifikasi teknis alat ini adalah : nama alat : mesin/alat press sol sepatu, type alat : press sol sepatu mekanik, jenis : press sol untuk hak rendah (casual),kedalaman sol max : 50 mm, sistem press : kantong membran dilengkapi dengn kontol tekanan dan waktu, kapasitas : 100 s/d 120 pasang/hari dimensi ukuran; alat press : (60x35x65) cm, meja dudukan alat : (80x80x70) cm, berat total : 90 kg. | Rekayasa | |
159 | PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT MENGGUNKAN METODE ELEKTROFENTON | 2012 | Dra. Supraptiningsih, M.Si. Nurwahid Sahadi, A.Md. Wahyu Pradana A.,S.T. | Air limbah industri penyamakan kulit mengandung polutan organik yang sulit didegradasi secara biologis. Penanganan polutan organik ini dapat dilakukan dengan <em>advance oxidation processes</em>, diantaranya dengan metode elektrofenton. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kondisi operasi yang optimum pengolahan air limbah industri penyamakan kulit menggunakan elektrofenton.<br /> Penelitian dilakukan dalam dua tahapan yaitu proses fenton dan elektrofenton. Proses fenton dilakukan dengan variasi konsentrasi fero sulfat 0%, 0,04%,0,08%, 0,12%, 0,16% dan 0,20%, variasi konsentrasi hidrogen preoksida 0, 30 ppm, 60 ppm, 120 ppm, 180 ppm, 240 ppm dan 300 ppm, serta pH divariasikan 3, 4, 5, 6, dan 7. Proses elektrofenton dilakukan dengan variasi arus sebesar 1,13 A, 1,71 A, dan 2,02 A, waktu elektrolisis dan pengadukan 0,25 j, 1j, dan 2 j, serta jarak elektrode 2 cm dan 3 cm.<br /> Kondisi operasi optimum yang diperoleh untuk proses fenton yaitu pada konsentrasi FeSO4 = 0,2%, konsentrasi H2O2 = 120 ppm, dan pH = 4, sedangkan untuk proses elektrofenton pada kekuatan arus 1,13 A, waktu 2 j dan jarak elektrode 2 cm. Kondisi operasi optimum yang diperoleh belum mampu untuk menurunkan kadar COD limbah sampai dibawah baku mutu (COD awal ± 225 mg/L) | Kulit | |
160 | Pembuatan Acuan Sepatu Multi Toe | 2017 | Tri Kanthi Rochmadianto, S. Sn. Hardjaka, A. Md. Haris Nur Salam, A. Md., S. Pd. Ahmad Bion, A. Md. Sugiyanto, A. Md. TK. | Acuan menurut kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cetakan, dalam ilmu persepatuan adalah alat untuk mengukur bentuk sepatu. Acuan merupakan sarana penting pada proses pembuatan sepatu terutama untuk kenyamanan sepatu untuk kaki. Acuan sepatu dapat dibuat dari bahan kayu, logamdan plastik. Acuan sebagai sarana yang penting untuk pembuatan sepatu perluadanaya inovasi yang mampu memberikan nilai tambah. Dalam kegiatan ini pengembangan acuan terutama teknologi acuan sangat diperlukan untuk memberikan teknologi yang inovatif sehingga dapat diwujudkan suatu bentuk nilai tambah pada acuan tersebut. Acuan sepatu multi toe diharapkan dapat memberikan nilai tambah dengan adanya inovasi teknologi pada konstruksi acuan sepatu multi toe. Untuk itu perlu dianalisa teknologi pembuatan acuan sepatu multi toe ini , yang mana dari hasil analisa tersebut dapat digunakan sebagai dasar dapalam pembuatan acuan sepatu multi toe. | - |