# | Judul | Tahun | Pelaksana | Abstrak | Kategori | |
---|---|---|---|---|---|---|
61 | PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENYAMAKAN KULIT SOL SISTEM SAMA CEPAT | 1995 | Ir. Suliestiyah Wrd. Hasan Basalamah, B. Sc Soediyono,B.sc Darmawan,B.Sc | <p align="center" style="margin-right:.2in;text-align:center;line-height:normal;" class="MsoNormal"><span style="font-family:'Times New Roman';">Pengembangan teknologi penyamakan kulit sol sistem sama cepat </span></p> <p style="margin-right:.2in;line-height:normal;" class="MsoNormal"><span style="font-family:'Times New Roman';">(rapid tanning for sole leather) betujuan untuk membuat kulit sol yang fleksibel (lentur), tidak berbau dengan yang cepat untuk keperluan industri sepatu. Bahan yang digunakan untuk proses pengembangan yaitu : kulit sapi Bali mentah kering sebanyak 11 (sebelas) lembar. Proses penyamakannya menggunakan bahan penyamak kominasi sama nabati dan sama krom dengan variasi : 24%, 28% dan 32% untuk bahan penyamak nabati (ekstra mimosa) dan 2%<span> </span>untuk bahan penyamak krom. Sebelum diadakan pengembangan utama dilaksanakan pra pengembangan lebih dahulu untuk menetukan variasi penggunaan bahan penyamak krom. Hasil kulit sol yang diperoleh dari proses pengembangan di uji secara organoleptis, kimia dan fisis kemudian di bandingkan dengan persyaratan uji yang terdapat dalam SII 0019-79 : “Mutu dan cara uji kulit sol sapi”. Hasilnya menunjukan bahwa penyamakan kulit sol sistim sama cepat yang menggunakan bahan penyamak nabati 28% dan 32% hasil uji fisis dan kimia sesuai persyaratan uji pada SII 0019-97. Dari hasil pengembangan diambil kesimpulan bahwa penggunaan bahan penyamak nabati (ekstrak mimosa) 28% dan 32% kombinasi dengan bahan penyamak krom 2% menghasilkan kulit sol yang memenuhi syarat SII 0019-79 serta tidak berbau dan fleksibel (lentur). Ditinajau dari segi biaya maka penggunaan bahan penyamak nabati 28% adalah paling ekonomis untuk digunakan dalam proses penyamakan kulit sol sistim sama cepat yang di kombinasikan dengan bahan penyamak krom 2%.</span></p> | Kulit | |
62 | PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENYAMAKAN KULIT SOL SISTEM SAMA CEPAT | 1991 | Darmawan, B. Sc Soediyono, B. Sc Hasan Basalamah, B. Sc Ir. Suliestiyah Wrd. | <p align="center" style="margin-right:.2in;text-align:center;line-height:normal;" class="MsoNormal"><span style="font-family:'Times New Roman';">Pengembangan teknologi penyamakan kulit sol sistem sama cepat </span></p> <p style="margin-right:.2in;line-height:normal;" class="MsoNormal"><span style="font-family:'Times New Roman';">(rapid tanning for sole leather) betujuan untuk membuat kulit sol yang fleksibel (lentur), tidak berbau dengan yang cepat untuk keperluan industri sepatu. Bahan yang digunakan untuk proses pengembangan yaitu : kulit sapi Bali mentah kering sebanyak 11 (sebelas) lembar. Proses penyamakannya menggunakan bahan penyamak kominasi sama nabati dan sama krom dengan variasi : 24%, 28% dan 32% untuk bahan penyamak nabati (ekstra mimosa) dan 2%<span> </span>untuk bahan penyamak krom. Sebelum diadakan pengembangan utama dilaksanakan pra pengembangan lebih dahulu untuk menetukan variasi penggunaan bahan penyamak krom. Hasil kulit sol yang diperoleh dari proses pengembangan di uji secara organoleptis, kimia dan fisis kemudian di bandingkan dengan persyaratan uji yang terdapat dalam SII 0019-79 : “Mutu dan cara uji kulit sol sapi”. Hasilnya menunjukan bahwa penyamakan kulit sol sistim sama cepat yang menggunakan bahan penyamak nabati 28% dan 32% hasil uji fisis dan kimia sesuai persyaratan uji pada SII 0019-97. Dari hasil pengembangan diambil kesimpulan bahwa penggunaan bahan penyamak nabati (ekstrak mimosa) 28% dan 32% kombinasi dengan bahan penyamak krom 2% menghasilkan kulit sol yang memenuhi syarat SII 0019-79 serta tidak berbau dan fleksibel (lentur). Ditinajau dari segi biaya maka penggunaan bahan penyamak nabati 28% adalah paling ekonomis untuk digunakan dalam proses penyamakan kulit sol sistim sama cepat yang di kombinasikan dengan bahan penyamak krom 2%.</span></p> | Kulit | |
63 | Pengembangan Teknologi Pengambilan Lemak dari Fleshing Industri Penyamakan Kulit untuk Pembuatan Sabun Mandi | 2010 | Drs. Ign Sunaryo Ir. Suliestiyah Wrd, MP Widodo Y. Edy Dahono, ST | Dari penelitian sebelumnya oleh Sunaryo, dkk. (2002), sabun yang dibuat dengan menggunakan bahan lemak dari fleshing, masih keruh belum jernih dan berbau amis (bau kulit mentah). Hal ini dikarenakan lemak dari fleshing tersebut belum disulfonasi, belum dimurnikan, dan masih asli. Oleh karena itulah penelitian pengembangan teknologi pengambilan lemak dari fleshing industry penyamakan kulit untuk pembuatan sabun mandi ini perlu dilaksanakan untuk mendapatkan cara pengambilan, penjernihan, dan penghilangan bau amis (bau kulit mentah) pada lemak fleshing. Agar bisa digunakan untuk membuat sabun mandi yang cerah dan tidak berbau amis. Limbah fleshing dari industry penyamakan kulit di Yogyakarta digunakan untuk penelitian ini. Setelah dicuci dan dinetralkan, limbah fleshing kemudian direbus untuk diambil lemaknya. Lemak fleshing terambil kemudian dimurnikan dengan 3 (tiga) variasi perlakuan yakni HNO_3 (15 ml, 20 ml dan 25 ml), H_2 SO_4 (20%, 25%, dan 30%) dan waktu pemanasan ( 10 menit dan 15 menit). Tujuan pemurnian ialah agar warna dan bau amis bisa hilang atau berkurang semaksimal mungkin. Lemak sebelum dan setelah dimurnikan diuji kandungan asam lemaknya, dan diuji secara kimia untuk mengetahui kadar air, lemak, kotoran, angka asam, angka penyabunan, angka Yod. Uji organoleptis juga dilaksanakan dengan dibantu oleh 10 orang Panelis terhadap 31 sampel lemak yang telah dimurnikan, terdiri dari 18 sampel lemak fleshing kulit domba/ kambing dan sisanya lemak fleshing kulit sapi. Dalam penelitian ini hanya difokuskan pada lemak fleshing kulit domba/ kambing. Sebagai kesimpulan, Tim/ Pokja 0044E telah mendapat pengembangan teknologi pengambilan lemak dari fleshing kulit domba/ kambing sebagai berikut. Cara : a. Proses diawali dengan pencucian dan penetralan fleshing, maka proses dilanjutkan dengan perebusan lemak dan pemurnian lemak fleshing. b. Timbang lemak fleshing. c. Masukkan dalam tabung/ gelas beker. d. Lelehkan lemak dengan pemanasan, sekitar 5 menit, suhu 65-〖90〗^0C. e. Tambahkan H_2 O_2 absolut sebanyak 1 ml. f. Tambahkan larutan As. Nitrat 2% volume 20 ml, 25 ml, dan 30 ml. g. Tambahkan larutan As. Sulfat dengan variasi 15%, 20%, dan 25% @ sebanyak 15 ml. f. Panaskan 5-10 menit. h. Cuci dengan larutan NaCl 10% dengan 3 kali pengulangan. i. Netralkan dengan NaOH 1 N sampai pH 7-8, kemudian dinginkan. | Kulit | |
64 | Pengembangan Teknologi Papan Partikel/ Panil Dari Limbah Padatan (Lanjutan) | 2004 | Ir. V. Sri Pertiwi Rumiyati, MP. Ir. Hadi Mustofa Rusman Sarosa Rutini, B Sc | Pengembangan teknologi pembuatan papan partikel (Panil) dari limbah padat bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah limbah padat yang dihasilkan dari proses penyamakan kulit (limbah kayu bekas bahan penyamak nabati dan limbah shaving kulit wet blue), mendapatkan papan partikel yang memenuhi standar serta mengembangkan formulasi. Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam empat tahap yaitu pengecilan ukuran, pengeringan bahan, proses pembuatan papan partikel dan analisa kuantitatif yang meliputi bahan limbah kayu, limbah shaving, dan uji mutu papan partikel sesuai dengan SNI 03-2105-1996, Mutu Papan Partikel. Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu jenis bahan pengeras dan jumlah bahan water repellance yang ditambahkan. Variabel jenis bahan perekat terdiri atas tiga faktor yaitu amonium chlorida , amonium sulfat dan amonium nitrat, sedangkan variabel jumlah water repellance yang ditambahkan terdiri atas 3 faktor yaitu : 1,0%; 1,25% dan 1,50%. Kondisi pembuatan papan partikel menggunakan bahan perekat urea formaldehid dengan menggunakan kempa panas pada tekanan 150 bar, suhu 130oC waktu 2 kali 5 menit, sedangkan perekat phenol formaldehid dengan kondisi kempa panas pada tekanan 180 bar, suhu 150oC waktu 2 kali 5 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa papan partikel yang dibuat dari campuran limbah kayu dengan limbah shaving, pada prinsipnya memenuhi persyaratan sesuai dengan SNI 03-2105-1996, Mutu Papan Partikel, kecuali pengembangan tebal dan kuat pegang sekrup. Papan partikel hasil penelitian mempunyai tebal (8,82 ? 9,29) mm; kerapatan (0,81 ? 0,94) g/cm3; kadar air (9,54 ? 12,27)%; pengembangan tebal (19,44 ? 29,72%; kuat tarik tegak lurus (3,94 ? 9,28) kg/cm2; kuat lentur (62,05 ? 118,53) kg/cm2 dan kuat pegang sekrup ( 15,24 ? 30,89) kg. Kualitas papan partikel hasil penelitian lebih baik apabila dibandingkan dengan kualitas papan partikel yang ada di pasaran kecuali untuk parameter uji kuat pegang sekrup. Formula terbaik hasil penelitian untuk membuat papan partikel menggunakan perekat urea atau phenol formaldehid adalah : partikel kayu 80 bagian, limbah shaving 20 bagian, bahan pengeras amonium sulfat 1%, bahan water repellance 1,25% dan perekat phenol formaldehide 20%. | Standar | |
65 | Pengembangan Taknologi Pembuatan Sepatu Dari Kulit Ikan Pari | 2004 | Ir. Suramto Rosma Radjagukguk, B Sc Suko Praptono, B Sc P o n i m a n | Judul kegiatan ini adalah Pengembangan Teknologi Pembuatan Sepatu Dari Kulit Ikan Pari bertujuan untuk diversifikasi bahan baku atasan sepatu, peningkatan nilai tambah ikan pari dan mendapatkan teknologi pembuatan sepatu dari kulit ikan pari. Sebagai langkah awal desain yang dibuat mulai dari faktor pengerjaan yang diperkirakan paling mudah / simpel sampai yang diperkirakan mempunyai kesulitan cukup dalam pengerjaan pembuatan sepatu, dari kulit ikan pari dengan posisi sebagai atasan sepatu yang tidak diopen sampai diopen pada bagian samping sepatu. Dipilih dua jenis sepatu yaitu untuk kelompok pria dan kelompok wanita masing-masing sejumlah 5 (lima) macam desain dan dibuat menjadi masing-masing 9 (sembilan) pasang sepatu. Bahan atasan yang digunakan dikombinasikan dengan bahan kulit boks dengan posisi kulit ikan pari yang ditumpangi. Kesulitan yang dihadapi dan perlu mendapat perhatian adalah pada penyesetan kulit ikan pari yang berbentuk melengkung kedalam (cekung), sehingga disarankan desain yang dibuat agar lebih landai, begitu pula pada bagian-bagian yang banyak kerutan perlu untuk dihindari pada penggunaan kulit ikan pari ini. | Desain | |
66 | Pengembangan Sistem Informasi Pemetaan Industri Kulit dan Produk Kulit di Indonesia | 2010 | Supriyadi. SE Bambang Tunasmoyo, S.Pd Sita Azizah Wahyuni, ST Supramono, Amd | <p align="left">Pengembangan sistem informasi pemetaan kulit dan produk kulit di Indonesia dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan informasi data-data tentang industri penyamakan kulit dan produk kulit imitasi yang berupa alas kaki. Tujuannya adalah membuat sistem layanan informasi tentang industry penyamakan kulit dan produk alas kaki dengan bahan baku kulit dan kulit imitasi, yang cepat, efektif serta mudah dipahamidan mampu menyajikan informasi secara optimal bagi stakeholder. Data-data yang ditampilkan dalam sistem informasi pemetaan ini dieroleh dari hasil survey dan di beberapa daerah di puau Jawa, Biro Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta , dan Asosiasi Penyamakan Kulit (APKI) maupun dari Asosiasi Persepatuan Indonesia (APRISINDO) serta data-data dari internet. Pelaksanaan Pembuatan sistem informasi ini menggunakan Macromedia Flash 8, Microsoft Wordd, Solid Converter PDF, Converter gpdf2swf, Microsoft Powerpoint, dan Plugin iSpring Free. Metode Pembuatannya adalah memanfaatkanMacromedia Flash 8 untuk menghasilkan file EXE (executable) yang komunikatif dan informatif. Model sistem informasi yang dihasilkan ini berbentuk CD interaktif yang dapat juga digunakan sebagai sarana promosi BBBKKP.</p> | Kulit | |
67 | PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI HASIL RISET | 2006 | Ir. Syakir Hasyimi, M.Si, Budiwiyono, S.Kom, Bambang Tunasmoyo, BA, Sita Azizah Wahyuni, ST | Ir. Syakir Hasyimi, M.Si, Budiwiyono, S.Kom, Bambang Tunasmoyo, BA, Sita Azizah Wahyuni, ST | Kulit | |
68 | PENGEMBANGAN PUSAT PELATIHAN PERSEPATUAN BERBASIS KOMPETENSI (P3BK) | 2010 | SRI WASKITO, B.Sc, SE, VITA KURNIAWATI, A.Md, HIMAWAN HENDRA SANTOPO, B.Sc, SE, HARIS NURSALAM, A.Md,MA | Kegiatan Pengembangan Pusat Pelatihan Persepatuan Berbasis Kompetensi (P3BK) bertujuan untuk membuat Modul / Buku Pelatihan Persepatuan Berbasis Kompetensi sebanyak 12 buku dan membuat 1 buku rencana kebutuhan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk berdirinya Pusat Pelatihan Persepatuan Berbasis Kompetensi (P3BK) BBKKP. Materi yang digunakan dalam kegiatan berupa 12 judul Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) bidang sepatu / alas kaki dan 12 judul buku program dan buku informasi Pusat Pelatihan Persepatuan Berbasis Kompetensi. Metode yang digunakan meliputi beberapa tahapan yaitu studi pustaka, studi banding & konsultasi, evaluasi data dan penyusunan modul pelatihan persepatuan berbasis kompetensi. Hasil kegiatan berupa 12 buku modul buku kerja dan 12 buku penilaian dan 1 buku rencana kebutuhan sarana dan prasarana untuk Pusat Pelatihan Persepatuan Berbasis Kompetensi (P3BK) BBKKP. 12 judul modul buku kerja dan buku penilaian tersebut adalah memilih bahan, memilih / memodifikasi acuan sepatu, membuat pola sistem manual, grading pola komponen sepatu / alas kaki sistem manual, memotong bahan kulit (Leather) secara manual, merakit dan menjahit bagian atas sepatu / alas kaki (Shoe Upper), lasting (pengopenan) secara manual, lasting (pengopenan) bagian depan sepatu / alas kaki dengan mesin, merakit sol sistem lem, merakit sol system cetak vulkanisasi, menerapkan pengendalian mutu dalam proses pembuatan sepatu / alas kaki dan melaksanakan pemeriksaan mutu sepatu / alas kaki. | Alas Kaki | |
69 | PENGEMBANGAN PROSES PENYAMAKAN KULIT KAMBING UNTUK MEMBUAT KULIT NAPPA SEBAGAI BAHAN PAKAIAN | 1991 | Sudiyono, B.Sc, andjar Siswati, Rusman Saroso | <div align="justify"> <p style="text-align:justify;line-height:150%;" class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman', serif;">Kelompok kerja ini bertugas menangani pengembangan penggunaan formaldehida sebagai pengganti sebagian dari bahan penyamak krom pada proses penyamakan kulit nappa untuk bahan pakaian dari kulit kambing.</span></p> <p style="text-align:justify;line-height:150%;" class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman', serif;">Kegiatannya dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:</span></p> <p style="text-align:justify;text-indent:-.25in;line-height:150%;" class="MsoListParagraphCxSpFirst"><span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman', serif;"><span>-<span style="font:7pt 'Times New Roman';"> </span></span></span><span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman', serif;">Memproses 40 lembar kulit kambing awet garaman basah menjadi kulit pikel</span></p> <p style="text-align:justify;text-indent:-.25in;line-height:150%;" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman', serif;"><span>-<span style="font:7pt 'Times New Roman';"> </span></span></span><span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman', serif;">Memproses 4 lembar kulit kambing pikel untuk pengembangan pendahuluan. Menyamak masing-masing 18 lembar kulit kambing pikel dengan formaldehida 5,0% dan 6,0% (larutan 40%). Setiap 3 lembar kulit samak formalin disamak ulang dengan bahan penyamak krom (dengan 0,5%, 1,0%, dan 1,5% krom oksida), dengan satu kali ulangan. Kemudian proses dilanjutkan sampai menjadi kulit keras.</span></p> <p style="text-align:justify;text-indent:-.25in;line-height:150%;" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman', serif;"><span>-<span style="font:7pt 'Times New Roman';"> </span></span></span><span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman', serif;">Setelah kulit kambing dicat tutup menjadi kulit nappa untuk bahan pakaian, lalu dilakukan pengujian.</span></p> <p style="text-align:justify;line-height:150%;" class="MsoListParagraphCxSpLast"><span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman', serif;">Uji fisis meliputi pencucian kering (dry cleaning), tembus uap air, kekuatan tarik, kemuluran, kekuatan jahit dan kekuatan sobek. Uji kimiawi meliputi kadar abu, kadar krom oksida, kadar minyak/lemak, pH dan kadar formaldehida.</span></p> <p style="text-align:justify;line-height:150%;" class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman', serif;">Setelah analisa statistic dari data hasil uji, dapat disimpulkan bahwa tidak ada satupun variasi perlakuan yang sepenuhnya memenuhi syarat untuk bahan pakaian. Sekalipun begitu, yang terbaik hasil uji fisisnya adalah penyamakan dengan kombinasi 6,0% formaldehida dan 1,5% krom oksida, dan yang paling hemat penggunaan bahan kimianya dengan sifat fisis yang tidak jauh berbeda adalah penyamakannya dengan kombinasi 5,0% formaldehida dan 0,5% krom oksida.</span></p> </div> | Kulit | |
70 | PENGEMBANGAN PRODUK BARANG-BARANG CINDERAMATA DARI KULIT UNTUK EKSPOR (BONEKA KECIL, TEMPAT PERHIASAN MEJA KANTOR/ MAKAN, MASCOT) | 1991 | Th. Widiarti, B.Sc, F.B. Trisyono, B.Sc, Wigiyanto | <div align="justify"><span style="font-size:12pt;line-height:115%;font-family:'Times New Roman', serif;">Penelitian Pengembangan Produk Barang-barang Cinderamata dari Kulit untuk Ekspor bertujuan untuk membuat desain barang-barang cinderamata yang selanjutnya akan diberikan kepada pengrajin yang memerlukan. Barang-barang cinderamata dibuat dengan kualitas baik dari segi desain, mutu bahan maupun pengerjaan dalam rangka menggalakkan dan meningkatkan ekspor non migas serta untuk memanfaatkan kulit-kulit sisa dari industry besar. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Barang Kulit, Balai Besar penelitian dan Pengembangan Industri Barang Kulit, Karet, dan plastic Yogyakarta. Sasaran barang yang dibuat meliputi 3 buah boneka, 4 buah tempat hiasan meja kantor/makan serta 2 buah mascot. Dalam realisasinya dicoba dibuat : Prajurit Lombok Abang, Prajurit Manggala Yuda, Prajurit Daeng serta Pengantin Putri jawa gaya Surakarta. Tempat hiasan meja kantor/ makan berupa vas bunga kering, tempat sendok, tempat surat, tempat pensil model 01, tempat pensil model 02, tempat pensil model 03, alas meja makan model 01 dan alas meja makan model 02 serta bentuk hiasan ayam. Untuk mascot ialah dengan model gambar Kresni, model gambar Woro Srikandi serta bentuk gerobak. Dari hasil pengamatan ternyata barang cinderamata dapat dibuat mempergunakan kulit sisa garment yang relative luasnya kecil, misalnya untuk pakaian dari boneka, pembungkus profil sehingga dapat memberikan nilai tambah. Begitu pula kulit tas dengan dikombinasikan bahan-bahan lain dapat menghasilkan suatu barang dengan daya tarik sendiri.</span></div> | Barang Kulit & Garmen | |
71 | Pengembangan Penyamakan Kulit Ramah Lingkungan (Bebas Khrom) dengan Bahan Penyamak Nabati untuk Kulit Bagian Atas Sepatu (Shoe Upper) | 2016 | Ir. Emiliana Kasmudjiastuti Dr. Sc. Bidhari Pidhatika, ST, M.Sc Iwan Fajar Pahlawan, S.Pt Gresy Griyanitasari, S.Pt | <div align="justify">Penyamakan menggunakan chrome (III) disinyalir akan terbentuk chrome (VI) bersifat karsinogenik yang dapat membahayakan kesehatan manusia (tidak ramah lingkungan). Penyamakan nabati dianggap sebagai pilihan ramah lingkungan (bebas krom) yang cocok untuk menggantikan penyamakan krom. Namun, penyamakan nabati memiliki beberapa kekurangan karena stabilitas terhadap panas rendah disbanding samak krom. Oleh karena itu perlu kombinasi bahan penyamak nabati dengan Aluminium, yang diharapkan akan<span> </span>menghasilkan kulit dengan stabilitas hidrotermal yang tinggi (suhu kerut meningkat).<br /><br /> Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh jenis dan kadar bahan penyamak nabati (Mimosa, Chesnut dan Quebracho) dan jumlah aluminium terhadap peningkatan suhu kerut<span> </span>kulit<span> </span>tersamak dan mengetahui kualitas kulit<span> </span>bagian atas sepatu dari kulit sapi. Variasi dilakukan terhadap jenis bahan penyamak (Mimosa, Chesnut dan Quebracho), kadar bahan penyamak (15, 20, 25%) dan<span> </span>kadar Alum (3, 6 dan 9%), sehingga jumlah perlakuan yang dilakukan pada penelitian ini adalah 28 termasuk kontrol.<br /><br /> Pengujian yang dilakukan meliputi uji kimia (kadar nitrogen, kadar zat kulit mentah, kadar tanin terikat dan derajat penyamakan); uji fisis (suhu kerut, tebal, kekuatan sobek, ketahanan gosok cat, kekuatan tarik, kemuluran, ketahanan bengkuk, ketahanan letup, penyerapan air dan WVP, SEM, dan DSC.<br /><br /> Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan Alum (tawas) setelah penyamakan baik menggunakan<span> </span>bahan penyamak<span> </span>Mimosa, Quebracho,<span> </span>maupun Chesnut ternyata mampu menaikkan suhu kerut, meskipun Aluminium yang digunakan bukan Aluminium Sulfat yang di ligand dengan asam tartrat dan asam sitrat. Perlakuan optimal pada penelitian ini adalah penggunaan 20% Mimosa + 3%Alum, dengan<span> </span>hasil sebagai berikut: suhu kerut 95,67 ºC (konvensional) dan 115 ºC (menggunakan alat DSC); derajat penyamakan 55,89%; tebal 55,89 mm; kekuatan sobek 45,46kg/cm; ketahanan gosok cat 4/5 (kering,basah); penyerapan air 79,01 dan 84,51% (2 jam dan 24 jam); ketahanan letup 1708,68 Psi; kekuatan tarik<span> </span>179,45 kg/cm2 ; kemuluran<span> </span>50,81 %; ketahanan bengkuk : nerf dan cat tidak retak; WVP 6,18 mg/cm2.jam. Pengamatan secara mikroskopi menggunakan SEM, menunjukkan bahwa struktur jaringan yang tadinya berongga menjadi kompak, setelah penambahan Alum (tawas). </div> | Kulit | |
72 | PENGEMBANGAN PEMBUATAN SOL KARET UNTUK SEPATU PENGAMAN | 2009 | Arum Yuniari, Rusman Saroso, Nurwahid Sahadi, Subardi | <p align="justify">Pengembangan pembuatan sol karet sepatu pengaman bertujuan untuk melakukan pengmbangan formulasi sol karet sepatu pengaman dengan sasaran mendapatkan sol karet untuk sepatu pengaman yang memenuhi persyarat SNI 0111 : 2009, sepatu pengaman dari kulit dengan sol karet cetak vulkanisasi. Sol karet sepatu pengaman dibuat dengan campuran bahan baku karet alam (pale crepe) dan karet sintetis (Nitril Butadine Rubber) dengan variasi 50/50; 60/40: 70/30; 80/20 phr. Sebagai bahan pengisi digunakan carbon black dengan variasi 40; 50; dan 60 phr proses compounding menggunakan peralatan two roll mill, sedang prose pembuatan slab menggunakan mesin hidraulic pressdengan waktu sesuai hasil uji dari rheometer. Hasil uji menunjukkan bahwa vulkanisat sol karet untuk sepatu pengaman dengan kualitas terbaik terdiri dari ratio pale crepe dan NBR 80/20, carbon black 40 phr,mempunyai nilai tegangan putus 16,81 N/mm2, ketahanan sobek 11,68 N/mm,bobot jenis 1,12 g/cm3, ketahanan kikis 58,51 mm3, kekerasan 71,60 shore A, ketehanan terhadap perluasan sobeklan 30.000 kali adlah1,15 mm dan ketahananan terhadap minyak pelumas 65,44 %. Vulkanisat sol karet untuk sepatu pengaman yang dihasilkan sudah memenuhi persyaratan SNI 0111: 2009, sepatu pengaman dari kulit dengan sol karet sistem cetak vulkanisasi, kecuali untuk parameter ketahanan terhadap minyak pelumas.</p> | Karet | |
73 | Pengembangan pembuatan lem untuk industri barang kulit. | 2000 | Ir. Hadi Musthofa Ir. Penny Setyowati Drs. Suprapto | Kegiatan Pengembangan pembuatan lem untuk industri barang kulit bertujuan untuk mendapatkan lem untuk industri kecil menengah (lKM) barang kulit dengan harga murah dan memenuhi persyaratan. Bahan dasar pembuatan lem untuk barang kulit berupa kulit affal yang diproses melalui beberapa tahap yaitu : perendaman/pencucian dalam air selama 48 jam ; ?Curing? dalam larutan kapur (100 gram kapur dalam 1 liter air) dengan waktu bervariasi antara 2 sampai dengan 4 minggu; pencucian kapur ekstraksi 3 tingkat pada suhu 55 - 65 % sampai diperoleh kepekatan ekstrak mencapai 5 - 10 %, pengentalan pada suhu 65 oC sampai kepekatan 40 %, dituang dalam cetakan dan dikeringkan/dijemur sampai kering. Hasil lem yang kering disebut ancur/kak. Apabila lem kulit tersebut akan digunakan untuk pengeleman barang kulit, ancur/kak di!arutkan da!am air 80 oC dengan perbandingan 60 gram ancurl" dilarutkan dalam 120 cc air. Untuk menguji kekuatan rekatnya, lem ancur yang sudah dicairkan/dilarutkan dalam air digunakan untuk pengeleman kulit meliputi kulit tegler, kulit boks dan split. Hasil kekuatan rekat seluruhnya rnemenuhi persyaratan mutu SNI. 12-0073-1987 " Mutu sepatu harian umum pria dari kulit model pantofel sistim lem " dan kekuatan rekat tertinggi dicapai pada curing selama 4 minggu. Dari perhitungan biaya, harga lem ancur diperkirakan Rp. 6.350,- per liter dan bila dibandingkan dengan harga lem Prima D di pasaran sebesar Rp. 18.500,- per liter, harga lem ancur masih jauh lebih murah. | Karet | |
74 | Pengembangan pembuatan cetakan dari karet/lateks untuk proses cetak tuang plastik termoset. | 2005 | Ir. Penny Setyowati, MT | Kegiatan in-house research dengan judul ?Pengembangan Pembuatan Cetakan dari Karet Lateks untuk Proses Cetak Tuang Plastik Termoset? bertujuan untuk memanfaatan karet lateks sebagai bahan cetakan pengganti karet silicon yang masih merupakan komoditi impor dan harganya mahal. Adapun tahapan kegiatan litbang ini meliputi penyusuanan desain formulasi kompon lateks dengan mengunakan 2 jenis filler yaitu kaolin dan CaCo3 masing-masing divariasi berturut-turut 20, 30, dan 40 bagian berat (bb). Sedangkan bahan aditip lain dibuat tetap terdiri dari ZnO (bahan penggiat dan pengeg?l) 1 bb, Pilnox TDQ 1bb,TMT 0,75 bb, NSF 2 bb dan belerang 2 bb. Masing-masing kompon diberi notasi berdasarkan jenis filler dan jumlahnya yaitu Al, All, dan AllI untuk filler kaolin 20, 30 dan 40 bb serta BI, BII dan BIII untuk untuk filler CaCO3 20, 30, dan 40 bb. Untuk keperluan uji fisik masing-masing kompon lateks dibuat lembaran dengan tebal sekitar 2 mm dan divulkanisasi pada suhu 100 0C dalam waktu 10 menit dengan menggunakanan udara panas ( dioven). Uji sifat fisik mengacu pada SNI 06-1301-1989 ?Sarung Tangan Karet?. Berdasar hasil uji fisik yang dicapai serta pertimbangan optimalisasi penggunaan filler, maka vulkanisat yang menghasilkan sifat-sifat fisik optimal yaitu tegangan putus 211, 294 kg/cm2, perpanjangan putus 733,33%, perubahan perpanjangan putus setelah pengusangan -2,18%, perubahan perpanjangan putus setelah pengusangan -4,54%, ketahanan sobek 154,97 kg/cm2, permanent set ( perpanjangan tetap 200%) mencapai 3,87% dan ketahahan retak lentur 150 kcs menghasilkan cuplikan yang tetap baik tidak retak. Kompon lateks dengan formulasi AII ( kandungan kaolin 30 bb) diuji coba untuk pembuatan prototip cetakan produk-produk cinderamata dengan cara pengacuan celup/pelapisan dan hasilnya cukup baik, namun permukaan bagian dalam kurang halus dan mengkilat seperti cetakan karet silikon. Selanjutnya cetakan tersebut digunakan untuk mencetak produk cinderamata dari bahan plastik poliester tidak jenuh dengan cara sistem cetak tuang . | Alas Kaki | |
75 | Pengembangan pemantauan sisa fleshing untuk industri | 2005 | Sri Sutyasmi, B.Sc, ST Ir. Puji Ediari S.Herryanto, B.Sc Sri iasih, B.Sc | Abstrak:Sisa Fleshing merupakan limbah pada kulit yang volumenya sangat besar dan mudah membusuk, namun masih banyak mengandung protein dan lemak. Dari penelitian yang lalu sudah diteliti mengenai Pemanfaatan sisa fleshing untuk pakan ternak dan lemaknya untuk sabun. Saat ini penelitian dikembangkan untuk industri lain khususnya industri penyamakan kulit yang mana lemaknya digunakan untuk fat liquoring (peminyakan) dan fleshingnya dimanfaatkan untuk kompos. Lemak yang digunakan untuk fat liquoring disulfonasi terlebih dahulu dengan penambahan asam sulfat sebesar 25%, kemudian dicuci dengan air garam 10% (3 kali pencucian)dan dinetralkan dengan NaOH 1 N. Minyak sulfonasi mempunyai kadar lemak 30?40 % dan digunakan untuk fat liquoring (peminyakan) kulit dengan variasi 4 % dan 6%. Kontrol menggunakan minyak sintetis sebesar 5%. Kulit yang digunakan untuk penelitian ini adalah kulit kambing mentah yang dijadikan kulit glace. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variasi memenuhi SNI 06 ? 3536 ? 1994, Mutu dan Cara Uji Kulit Crast Domba/kambing. Sedangkan sisa fleshing yang tersisa dimanfaatkan untuk kompos. Pembuatan kompos menggunakan resep 85%,60%,45% dan 30% sisa fleshing, yang ditambah dengan 13,8% sekam padi, 0,2% bekatul, 1% kapur, 50ml/kg ( campuran kompos ) P.Bio. Sedangkan tanah yang digunakan unutuk kompos ini adalah sebesar prosentase sisanya. Yaitu 0%, 15%,30% dan 45%. Hasil uji kompos memenuhi persyaratan yaitu mempunyai C/N ratio yang mendekati tanah. Hasil perhitungan ekonomi harga pokok minyak sulfonasi flesing adalah Rp.3.200,-/kg dan harga minyak sintetis di pasaran adalah Rp.30.000,-/kg. Sedangkan harga pokok kompos hasil perhitungan ekonomi adalah Rp.275,- dan harga kompos dipasarkan adalah Rp. 600,-/kg. | Standar | |
76 | Pengembangan pemantauan enzim kulit untuk penyamakan kulit | 2005 | Drs. Ign. Sunaryo Kasmin Neinggolan, B.Sc,Sutarti Rahayu, B.Sc.Widodo, B.Sc., S.Sos | Kegiatan Pengembangan Pemanfaatan Enzim untuk Penyamakan kulit ini merupakan kelanjutan dari kegiatan serupa yang pernah dilaksanakan. Adapun maksud dari kegiatan ini ialah untuk mencari peluang baru pemanfaatan enzim, (khususnya Enzim A) di Industri Penyamaakan kulit; mengetahui pengaruh enzim terhadap struktur jaringan dan kwalitas kulit, serta mensosialisasikan proses bioteknologi kepada industri penyamakan kulit. Di samping itu digunakan juga Enzim B sebagai produk baru yang juga diproduksi di dalam negeri . Sedangkan enzim C yang merupakan produk import, diuji untuk sekedar sebagai pembanding dari segi kwalitas aktifitas enzimnya. Hal ini perlu dilaksanakan untuk mencapai suatu sasaran yakni terwujudnya industri penyamaakan kulit yang berwawasan lingkungan. Lingkup kegiatan ini meliputi studi pustaka untuk memperkuat teori; percobaan-percobaan proses secara enzimatis skala laboratorium untuk membekali pengetahuan serta pengalaman sebagai pra personil, pengujian?pengujian laboratories untuk mengetahui kualitas enzim, kulit, serta air limbah. Hasil uji kondisi optimal enzim menunjukkan bahwa Enzim C mempunyai nilai aktivitas paling tinggi, dengan kisaran pH 6?9, suhu 30o ? 45oC. Sedangkan Enzim A mempunyai aktivitas paling rendah. Rendahnya nilai enzim produk dalam negeri ini menyebabkan Tim mengalami kesulitan untuk mengembangkan pemanfaatannya di industri penyamakan kulit. Hasil pengujian kulit setelah diproses menunjukkan bahwa berdasarkan parameter kekuatan tarik dan kemuluran, ternyata semua kulit bisa memenuhi persyaratan SNI. Hasil uji air limbah membuktikan bahwa proses secara enzimatis dapat menekan beban pencemaran yang jauh lebih besar dibanding proses biasa dengan natrium sulfida. Bekal pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama kegiatan di laboratorium, digunakan sebagai dasar untuk aplikasi proses secara enzimatis di industri. Ada empat industri yang bersedia untuk melakukan uji coba, yakni PT Budi Makmurjayamurni di Yogyakarta, PT. Rajawali Nusindo di Jawa Timur, PD. Sumber Kulit di Magetan dan PT. Lembah Tidar di Magelang. Pada umumnya industri menyatakan bahwa pemakaian enzim untuk proses penyamakan mempunyai manfaat yang besar dalam menjaga pelestarian lingkngan. | Kulit | |
77 | Pengembangan Pemanfaatan Limbah Serbuk Sabut Kelapa (Coco Dust) Untuk Pembuatan Bantalan Karet | 2004 | Ir. Penny Setyowati Ir. Anny Setyaningsih Hernadi Surip, B Sc S u m a r n o, BA | Pengembangan pemanfaatan limbah serbuk sabut kelapa (cocodust) untuk pembuatan bantalan karet bertujuan untuk mengolah limbah cocodust menjadi produk yang lebih bermanfaat dan mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi. Secara garis besar prinsip dari pengolahan ini adalah mencampur cocodust sebagai bahan selulose dengan karet lateks sebagai bahan perekat, kemudian dicetak disertai dengan pengepresan , setelah itu dijemur, dilanjutkan proses vulkanisasi untuk mematangkan karet lateks pada suhu 100o C selama 2 ? 4 jam. Penelitian/pengembangan dilakukan dengan variasi perbandingan cocodust : kompon lateks berturut-turut 1 : 0,5 ; 1 : 1 ; 1 : 1,5 dan 1 : 2. Hasilnya berupa lembaran/bantalan cocodust berkaret dan diuji sifat fisikanya meliputi : kerapatan (g/cm3), kadar air (%), kuat lentur (kg/cm2), kuat tarik tegak lurus (kg/cm2), pengembangan tebal (%), kemampuan dipaku, pampat tetap (%), kuat pegang sekrup (kg) dan kemampuan menyerap suara (%). Hasil yang optimum dicapai pada perbandingan 1 : 1 dan 1 : 1,5 digunakan untuk bahan peredam (eternit peredam) dan pada perbandingan 1 : 2 untuk supporting material pada bantalan furnitur. | Alas Kaki | |
78 | Pengembangan Pemanfaatan Lahan Untuk Buangan Limbah Krom Di Sitimulyo | 2003 | Ir. Pudji Ediari Suryaningsih Dra. Sri Mulati Ir. Suramto Ir.Ratna Utarianingrum | Kegiatan Kelompok Kerja 6301.B pada pokoknya adalah merealisasi sebagian tertentu lahan dalam kawasan Laboratorium Pengembangan Proses Penyamakan Kulit di Sitimulyo untuk pembuangan limbah padat yang mengandung krom. Pembuatan buangan limbah padat ini merupakan pelaksanaan Peraturan Pemerintah RI No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Adapun limbah industri penyamakan kulit termasuk kategori limbah B3 sesuai Lampiran I PP No. 18 Tahun 1999 tersebut diatas. Tabel 2. Daftar Limbah B3 dari sumber yang specifik dengan kode D-224. Buangan Limbah Padat B3 yang telah dibuat berupa galian tanah disisi selatan IPAL dengan ukuran 6 m x 5 m dan kedalamannya 2,5 m. Sebelum dilapisi lembaran plastik tebal namun lemas, dibagian paling bawah diberi lapisan tanah liat 50 cm. Diatas lapisan lembaran plastik juga diberi tanah liat setebal 50 cm. Diantara lembaran plastik dan lapisan tanah liat diatasnya diberi pipa PVC dengan diameter 2? yang dihubungkan dengan sistem penampung lindi (leachate), agar lindi yang tertampung dapat diolah dan B3 nya dikembalikan kedalam buangan. Buangan limbah padat ini diberi naungan untuk menghindari air hujan mengingat pengisiannya hingga penuh butuh waktu yang cukup lama. Disamping pembuatan buangan limbah padat dilakukan pula penelitian dampak limbah krom dalam tanah terhadap tanaman. Percobaan dilakukan terhadap 3 (tiga) species tanaman sayuran (sawi,terong,dan tomat) dengan hasil (sementara) : - Krom (Cr) yang ada dalam tanah (media tanam) dengan berbagai bentuk dan konsentrasi dapat diserap tanaman masuk kedalam jaringan tanaman baik batang, daun maupun buah. -Limbah serutan kulit (shaving) dapat memperbaiki struktur tanah karena porositasnya yang tinggi. -Tidak ada cara lain untuk menghindari masuknya krom kedalam jaringan tanaman konsumsi selain membebaskan krom dari media tanamnya. | Standar | |
79 | Pengembangan Pemanfaatan Kulit Kepala Sapi Untuk Atasan Sepatu | 2004 | Muchtar Lutfie, B.Sc. Dra. Sri Mulati Bambang Wiradono, B Sc. F.B. Trisyono, B Sc. | Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kulit atasan sepatu (boks) nerf polos dengan luas permukaan optimal serta mempunyai mutu sesuai SNI dan mengetahui kondisi optimum proses penyamakan kulit. Dengan menggunakan 75 lembar kulit kepala sapi dari Yogyakarta, disamak dengan bahan penyamak krom sebanyak 8%, 10% dan 12% dan bahan pembantu lainnya hingga kulit menjadi atasan sepatu (boks) nerf asli dengan resep proses tertentu. Kulit jadi yang dihasilkan diuji dan dibandingkan dengan SNI. 06-0234-1989. Ternyata memenuhi persyaratan dengan jumlah krom tidak berbeda nyata. Untuk luas permukaan yang optimal didapatkan dengan cara pembelahan melewati salah satu mata ke bawah. | Kulit | |
80 | PENGEMBANGAN LSSML JECA | 2008 | Ir. Nursamsi Sarengat, Ir. Widari, Dra. Sri Brataningsih Puji Lestari, Murjilah, S.E | Ir. Nursamsi Sarengat, Ir. Widari, Dra. Sri Brataningsih Puji Lestari, Murjilah, S.E | Kulit |