# | Judul | Tahun | Pelaksana | Abstrak | Kategori | |
---|---|---|---|---|---|---|
321 | Pembuatan Plastik Biodegradabel untuk Sarung Tangan sekali pakai (tahap I) | 2017 | Ir.Dwi Wahini Nurhajati, M.Eng. Muhammad Sholeh, M.Eng. Noor Maryam Setyadewi, St., MT. Hesty Eka Mayasari, ST. Dr. HostaArdhayananta, ST., M.Sc. | Penggunaan sarung tangan sekali pakai ((disposable Gloves) di indonesia terkait penggunaan di restoran, Industri, medis dan lain-lainnya saat ini meningkat. Fungsi sarung tangan ialah untuk melindungi sang pemakaidari pengaruh lingkungan sekitarnya atau melindungi lingkungan sekitar dari tengan sang pemakai. Sarung tangan plastik sekali pakai banyak diimport dari Cina. Mengingat penggunaan sarung tangan plastik sangat banyak perlu dipikirkan penggunaan plastik yang dapat di daurulang atau yang mudah terdegradasi di alam. Salah satu cara yang dikembangkna untuk mengatasi masalah sampah plastik adalah penggunaan plastik biodegradabel . Pada penelitian ini telah dibuat 10 formula plastik biodegradabel dari campuran HDPE dan TPS berbasis pati tapioka. TPS yang digunakan ada 2 jeni TPS-bbkkp dan TPS komersial Enviplast. Pembuatan plastik biodegradabel dilakukan dengan menggunakan haake rheomix pada suhu130°C, 75 rpm selama 15 menit. Plastik biodegradabel hasil penelitian ditinjau dari sifat kekuatan tarik yang memenuhi syarat ASTM D7329- Standard Specification for food preparation and foot handling (foot service) Glove Tabel 3f. Persyaratan fisis untuk vynil (PVC) adalah plastik biodegradabel yang berisi enviplast 30 phr, dan plastik biodegradabel yang berisi TPS-bbkkp 30-60 phr namun ditinjau dari sifat perpanjangan putus belum ada yang memenuhi prsyaratan ASTM D7329 tersebut. Nilai kuat tarik dan perpanjangan putus turun dengan penambahan pati termoplastik (TPS). Densitas plastik biodegradabel meningkat dengan meningkatnya jumlah TPS yang ditambahkan. MFI meningkat dengan jbertambahnya jumlah TPS komersial. Mikograf SEM dari plastik biodegradabelsebelum diuji tanam memperlihatkan bahwapencampuran HDPE denagan TPS-bbkkp lebih homogen dibanding pencampuran HDPE dengan Enviplast.Setelah dilakukan uji tanam selama 14 hari terlihat bahwa plastik biodegradabel yang berisi TPS terjadi perubahan morfologi. Sifat kuat tarik dan perpanjangan putus plastik biodegradabel turun setelah ditanam dalam tanah selama 14, 28, 42 dan 56 hari termasuk terjadinya penurunan berat. Penurunan kuat tarik tertinggi(-58,74%) dan perpanjangan putus tertingg (-61,09%) serta penurunan berat terbesar (-62,077%) dicapai oleh F 10 yang berisi TPS-bbkkp sebanyak 70 phr. Hasil uji XRD menunjukan bahwa plastik biodegradabel yang dihasilkan adalah semi kristalin. | Plastik | |
322 | LAPORAN PENGELOLAAN LUMPUR DENGAN SANITARY LAND FILL | 2006 | Sri Sutyasmi, B.Sc, ST., Drs. Ign. Sunaryo, Sri Waskito, B.Sc, SE., Dra. Supraptiningsih, M.Si | Pengolahan air limbah industri penyamakan kulit menghasilkan Lumpur yang dianggap mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun (83), sehingga penanganan/pembuangannya harus sesuai dengan Peraturan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (83). Sanitary land fill adalah salah satu pengelolaan limbah 83 sehingga Lumpur Industri Penyamakan Kulit bisa dibuang ke Land fill asal memenuhi Ketentuan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Tujuan dari penelitian ini adalah mewujutkan prototype Sanitary land fill untuk pengelolaan Lumpur industri penyamakan kulit, sesuai persyaratan yang berlaku. Sanitary land fill dalam penelitian ini ada 4 type yang masing-masing type berukuran (1 x 6 )m dengan kedalaman lobang 2 m. Tiap -tiap type dibedakan dengan lapisan geomembran HDPE. Type 1 adalah tanpa geomembran, type 2 adalah dengan 1 geomembran, type 3 adalah 2 geomembran dan type 4 adalah 3 geomembran. Lapisan land fill terdiri dari tanah liat, tanah biasa, ijuk, kerikil, ijuk tanah biasa, geomembran dan Lumpur, kemudian lapisan penutup yang terdiri dari tanah biasa, tanah liat, ijuk, kerikil, ijuk tanah biasa dan tanaman. Lumpur yang akan dimasukkan kedalam land fill terlebih dahulu diperiksa karakteristik Lumpur dan TCLP. Dari karakteristik dan hasil uji TCLP diketahui bahwa Lumpur dalam penelitian ini masuk kategori II dan menggunakan desain land fill type 3 (2 lapis geomembran). | Kulit | |
323 | Peningkatan Kemampuan Sumber Daya Manusia di Pondok Pesantren di Daerah Istimewa Yogyakarta | 1999 | Peningkatan Kemampuan Sumher Daya Manusia di Pondok Pesantren di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan peningkatan kemampuan SDM di pondok pesantren di DIY terdiri dari 2 kegiatan yaitu : pelatihan pembuatan barang kulit dan pelatihan pembuatan garmen kulit. Kegiatan ini merupakan usaha untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan bimbingan teknis dalam pembuatan jaket kulit, dampet wanita dan pria serta tas wanita yang ditujukan pada siswa-siswa pondok pesantren Ibnul Qoyyiin, Al Muthi'in dan Darussalam. Kegiatan desiminasi ini berupa pendidikan dan pelatihan terhadap 30 (tiga puluh) peserta untuk pembuatan barang kulit, dan 30 (tiga puluh) peserta untuk pembuatan garmen kulit. Pe1atihan selama 10 (sepuluh) hari, dimulai tanggal 8 Juli 1997 s/d 19 Juli 1997 meliputi pelajaran teori dan praktek. Pelajaran teori terdiri dari : teori desain, teori pengetahuan alat, bahan dan aksesori, teori preparasi dan pola, praktek pembuatan pola, praktek preparasi dan penjahitan, praktek pembuatan jaket, dompet wanita dan pria serta tas wanita. Secara keseluruhan basil praktek adalah berupa 15 (lima betas) potong jaket dari kain drill, 10 (sepuluh) potong jaket dari kulit, 30 buah dampet pria dari kulit, 30 buah dampetr wanita begel dari kulil, 8 buah tas wanita dari kulit. Dalam pelaksanaan desiminasi ini seluruh peserta dapat mengikuti. seluruh materi pelajaran dengan baik serta hasil praktek yang cukup memuaskan. Pada akhir pelaksanaan desiminasi se1uruh peserta dinyatakan memenuhi persyaratan yang ditentukan dan mendapat sertifikat. Dan hasil pelaksanaan dapat disimpulkan bahwa para peserta memberikan tanggapan yang amat baik, bersemangat tinggi serta mengharapkan adanya tindak lanjut berupa pengembangan pembuatan garmen dan barang kulit untuk jenis yang lain. | Kulit | ||
324 | Perekayasaan alat teknologi vulkanisir ban | 2000 | Pramono, Bsc Asmongin Supriyadi | Perekayasaan alat teknologi vulkanisir ban Perekayasaan alat teknologi vulkanisir ban bertujuan membuat alat teknologi vulkanisir ban sepeda motor. Dalam perekayasaan alat teknologi ban untuk kendaraan bermotor khusus roda dua, telah dibuat 2 (dua) unit alat cetak vulkanisir ban dengan ukuran ring 17 - 225/250 dan ring 18 - 250/275. Adapun masing-masing komponen yang dibuat antara lain cetakan kembangan ban, dibuat dari bahan aluminium dengan ketebalan lebih kurang 10 mm. Ukuran diamter luar 635 mm, diameter dalam 422 mm, diameter lingkaran kembangan 70 mm. Mantel cetakan dibuat dari bahan besi lunak tahan karat dan tahan panas. Ukuran diamter luar 725 mm, diamter dalam 635 mm, tinggi (t) 45 mm/0,5 belahan. Tanki pemanas (ketel air) dibuat dari bahan pipa galvanik dengan tebal 1O mm, ukuran diamter tangki 33 cm, tinggi 35 cm dilengkapi alat pengaman otomatic valve dan pengontrol volume air minimum. Dudukan cetakan dibuat dari bahan baja profil U 6 cm, ukuran p 85 cm, 1 35 cm. Clamping cetakan dibuat dari bahan besi as dengan 0 lebih kurang 32 mm, ukuran 0 30 mm, p 30 cm. Penyangga dibuat ciari bahan besi profil U 14 cmm, tebal 4 mm, ukuran 146 cm, t 39 cm. Landasan casis dibuat dari bahan besi profil U 8 cm, dengan ukuran p 100 cmm, t 60 cm. Pengungkit cetakan dibuat dari bahan besi as 0 40 mm, ukuran 0 38 mm, p 53 cm. Tangki minyak dibuat dari bahan pipa galvanik tebal 10 mm, ukuran 0 42 cm, t 63 cm. Untuk ke!engkapan alat-alat bantu telah dibuat dudukan pengasar dengan bahan besi profil U 30 mm, ukuran p 60 cm, l 30 cm, t 100 cm. Meja pemotong kompon, bahan dari besi L ukuran 5/5 mm. Ukuran meja p 150 cm, l 90 cm, t 80 cm. Sedangkan untuk memindahkan pengasaran telapak ban yang akan divulkanisir, telah dibuat mata pisau gerinda dari bahan plat baja. | Sistem Mutu | |
325 | LAPORAN PERSIAPAN SERTIFIKASI ISO 9001 : 2000 UNIT FINISHING | 2007 | Ir. Suramto, Ir. Any Setyaningsih, Bambang Wirodono, B.Sc., Indriyana Prastiwi Hariyani, S.E. | Persiapan sertifikasi ISO 9001 : 2000 Unit Finishing merupakan kegiatan dari kelompok Kerja 0149 G Proyek Pengembangan dan Pelayanan teknologi Industri, BBKKP tahun 2007,melipti : persiapan, penelususran pustaka/studi pustaka dan pengadaan buku pustaka, pertemuan/implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 dan revisi dokumen, Evaluasi yang berupa pelaksanaan audit mutu internal dan tinjauan manajemen serta pelaporan. Unit proses finishing dipilih sebagai penerap sistem manajemen mutu ISO 9001 : 2000, mengingat kegiatan unit ini lokasi dekat dan merupakan salah satu unit pelayanan jasa teknis yang ada di BBKKP, yang diharapkan dengan penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001 : 2000 akan dapat lebih meningkatkan kepercayaan dari pemakai jasa di unit proses finishing. Dokumentasi sistem mutu sudah disusun dan dilakukan penerapan serta sudah dilakukan perbaikan/revisi dokumen, tinggal implementasi secara berlanjut dan perbaikan berkelanjutannya. | Sistem Mutu | |
326 | Pembuatan paking oil seal mesin mobil | 2017 | Ir. Arum Yuniar Ike Setyorini, ST. Noor Maryam Setyadewi, ST., MT. Hesty Eka Mayasari, ST. Wahyu Pradan Arsitika, ST. | Produsen suku cadang otomotif dituntut mampu menhasilkan suku cadang dengan kualitas dan kuantitas yang terjamin.Keberadaaan suku cadang otomotif adalah untuk memasok kepabrikan mobil atau Original Equipment Manufacturer (OEM) juga untuk memenuhi kebutuhan konsumen (after market). Salah satu suku cadang yangsangat dibutuhkan oleh konsumen adalah paking oil seal mesin mobil. Fungsi dari paking oil seal mesin mobil adalah untuk menahan rembesan kebocoran oli mesin mesin mobil supaya tetap pada tempatnya. Di Pasaran banyak beredar produk yang tidak orisinil dengan kualitas yang tidak standar. Beberapa keluhan dari pengguna otomotif adalah paking oil seal mudah mengeras, tidak tahan panas dan tidak tahan oli, sehingga terjadi kebocoran oli di sekitar mesin mobil. Pada penelitian ini akan dibuat paking oil seal mesin mobil dari komposit NBR/EPDMdengan sifat material tahan panas dan tahan oli. Penelitian dilakukan dalam 3 (tiga) tahun (2017-2019).Tjuan dari penelitian adalah mendapatkan optimun formulasi paking oil seal mesin mobil dari komposit NBR/EPDM, serta mempelajari pembuatan paking oil seal mesin mobil. Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah : NBR, EPDM, Kompatibiliser MBS, montmorillonite,Zeocyl, BIIR dan beberapa aditif.Pengujian yang dilakukan sifat material yang dikorelasikan dengan aplikasinyadi lapangan meliputi: Karakteristik proses, morfologi dan sifat mekanik ( Tegangan putus, perpanjangan putus, kuat sobek, swelling). Selain itu uji SEM, XRD, dan DSC juga dilakukan untuk mengetahui karakter material. Dari hasil prnrlitian yang dilakukan, diketahui bahwa kompatibiliser montmorillonite memberikan campuran yang lebih homogen ditinjau dari hasil SEM dan juga penggunaan montmorillonite dengan akselerator MBT memberikan sifat fisik yang baik dengan tegangan putus mencapai 151,67 kg/cm2. Namun demikian , penelitian ini perlu dilanjutkan untuk mendapatkan ketahanan swelling yang lebih baik lagi. | Plastik | |
327 | Promosi, Temu Usaha Dan Konsultasi Hasil Litbang Dan Kemampuan BBKKP Di Mataram Dan Samarinda | 2004 | PROMOSI, TEMU USAHA DAN KONSULTASI HASIL LITBANG DAN KEMAMPUAN BBKKP DI MATARAM DAN SAMARINDA BBKKP merupakan unit pelaksana teknis dilingkungan Departemen Perindustrian dan Perdagangan, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan kompetensi industri Kulit, Karet dan Plastik, dilengkapi dengan Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Teknologi mesin dan peralatan, diharapkan dapat mendukung sepenuhnya para pengusaha dan industriawan daya saing. Dalam kaitannya dengan tugas Promosi Dagang, BBKKP telah menugaskan Pokja 7120 A, untuk melakukan kegiatan Promosi, Temu Usaha dan Konsultasi Hasil Litbang dan Kemampuan BBKKP di Prop. Nusa Tenggara Barat dan Prop. Kaltim. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada tanggal 20 September 2003 di Hotel Lombok Raya, ruang Pejanggik, Jln. Panca Usaha no. 11 Mataram, dan Hotel MJ Samarinda diikuti sebanyak 50 (limapuluh) peserta, terdiri dari aparat pembina, unsur pejabat Fungsional Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten / Kota serta pengrajin Industri kecil sepropinsi Nusa tenggara Barat dan propinsi Kaltim. Nara Sumber berasal dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan propinsi NTB, dan Propinsi Kaltim Ditjen IDKM Depperindag, exportir Produk Kerajinan Gianyar Bali serta dari BBKKP Yogyakarta. Diharapkan dengan adanya kegiatan Promosi, Temu Usaha tersebut, Visi dan Misi BBKKP dapat lebih dikenal oleh masyarakat propinsi NTB dan Kaltim secara makro baik kalangan swasta, BUMN, Lembaga Litbang, Pemerintah maupun Perguruan Tinggi. Akhirnya peranan BBKKP menjadi semakin besar, serta dapat memberi peluang kerja sama yang lebih besar pula. | Kulit | ||
328 | Aplikasi Minyak Kelapa Sawit (Elaeis Guenensi JACQ)sebagai Bahan Peminyakan Kulit (Fatliquoring) | 2017 | Ir. Emiliana Kasmudjiastuti Drs. Ir. Prayitno, Apt., M.Sc. Gressy Griyanitasari, S.Pt. Rihastiwi Setiyamurti, S.Si., M.Sc. Dona Rahmawati, S.Tp. | Proses peminyakan merupakan salah satu tahapan proses penyamakan kulit yang bertujuan untuk menjadikan kulit, fleksibel , liat, lunak dan lemas sesuai tujuan penggunaan kulit.Minyak sulfonasi/sulfatasi banyak digunakan untuk industri kulit, yang berasal dari minyak ikan, hewan, nabati dan sintetis. Secara kimia minyak ikan, hewan dan nabati mengandung trigliserida. Minyak yang digunakan untuk peminyakan umumnya menggunakan minyak yang sudah di sulfatasi atau sulfonasi yang berasal dari minyak ikan, hewan dan nabati. Minyak sulfonasi/sulfatasi banyak digunakan untuk industri kulit karena dapat memberikan dispersi minyak yang baikdan tidak sensitif terhadap asam. Tujuan penelitian untuk mengetahui optimasi/kondisi optimum sulfatasi minyak kelapa sawit yang cocok untuk proses peminyakan kulit. Bahan baku yang digunakan untuk penelitian ini adalah minyak kelapa sawit curah (tidak bermerek) dan bahan lain seperti H2SO4, NaCl dan NaOH. Variabel yang diamati meliputi jumlah H2SO4 dengan waktu pengadukan selama proses sulfatasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi studi pustaka, karakterisasi minyak kelapa sawit, pra penelitian, penelitian, pengujian, analisa data, dan evaluasi. Pengujian dilakukan terhadap minyak sulfat yang dihasilkan dan kulit jadi hasil aplikasi minyak sulfat pada kulit. Pengujian minyak sulfat yang dilakukan meliputi uji tingkat kelarutan dalam air, kestabilan emulsi, pecahnya emulsi, kadar air, pH, kadar minyak, total alkalinitas, angka penyabunan, kadar abu dan kadar SO3 terikat. Pengujian kulit yang dilakukan meliputi uji kekuatan tarik, kemuluran, kelemasan dan kadar minyak dalam kulit. Hasil Penelitian menunjukan bahwa sulfatasi minyak kelapa sawit dengan perlakuan 25% H2SO4 (3jam) adalah yang terbaik dibandingkan sampel lainnya. Minyak sulfat yang diperoleh sifat kelarutannya dalam air stabil sampai 1 jam, tampak seperti susu (3= milky). Suhu pecah emulsi, pada temperatur 55°C. Kadar air = 6,47%; pH = 8; kadar minyak = 81,28%; Angka penyabunan = 192,74%; Total alkalinitas = 0,25%; Kadar abu = 2,77%; kadar SO3 terikat = 7,68% memenuhi persyaratan minyak sulfat IS: 6357 – 1971. Aplikasinya pada kulit memberikan kekuatan tarik = 286,50 kg/cm2; kemuluran = 63,33%; kelemasan = 3,92 mm dan kadar minyak dalam kulit = 10,15%. | Kulit | |
329 | PEMBENTUKAN INKUBATOR BISNIS PEMBUATAN SEPATU | 2006 | Rosma Radjagukguk, B.Sc, SE., Murjilah, SE, Haris Nur Salam, A.Md., Junjung Ponco Purwandono, SE. | Rosma Radjagukguk, B.Sc, SE., Murjilah, SE, Haris Nur Salam, A.Md., Junjung Ponco Purwandono, SE. | Kulit | |
330 | Pembuatan Bahan Penyamak Nano Nabati | 2011 | Sri Waskito, B.Sc, SE., Ir. Herminiwati, MP | Sampai saat ini bahan penyamak nabati powder hasil ekstrak kulit kayu akasia masih import. Penggunaanya secara konvensional dilaksanakan dengan mengekstrak babakan kulit kayu secara langsung sehingga tidak praktis, memerlukan proses yang lama dan inkonsisten mutunya. Penelitian ini bertujuan untuk memebuat bahan penyamak nano nabati dari ekstrak kulit kayu akasia. Proses pembuatannya dilakukan melalui tahapan pengecilan ukuran kulit kayu akasia ( 16,7 mm x 4,9 mm x 1,8 mm), ekstraksi kulit kayu akasia secara counter current menggunakan air 1 : 3 dengan suhu air awal 80°C sehingga diperoleh ekstrak dengan kekentalan 6°Be. Pengeringan dilakukan dengan spray dryer, serbuk hasil spray dryer diukur partikelnya dengan particle Size Analyser, kemudian diteruskan dengan pengecilan ukuran menggunakan Plannetary Ball Mill (PBM) selama 6 jam sehingga diperoleh partikel berukuran 63,3 – 90,8 nm. Berbagai bahan penyamak nabati diaplikasikan dalam proses penyamakan nabati pada kadar 15, 20,25%. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan ekstrak cair kulit kayu akasia dan dengan nilai suhu pengkerutan 85°C dan derajad penyamakan 85,06%. Ekstrak nano nabati kulit kayu akasia ternyata sulit larut dlam air sehingga membutuhkan variasi dispersan atau suhu pelarut bahan penyamak agar bahan penyamak dapat masuk dlam jaringan kulit yang disamak. Kata kunci : Bhana penyamak, nano nabati, kulit kayu akasia, ekstraksi planetary | Kulit | |
331 | REKAYASA MESIN BLOW FILM TAHAP I | 2012 | Sri Waskito, B.Sc, SE Supriyadi, SE Jaka Susila, B.Sc, ST | Sampai saat ini permesinan yang dimiliki BBKKP untuk menunjang pelaksanaan tupoksinya masih dirasakan sangat kurang dan perkembangan teknologinya sudah ketinggalan, khususnya mesin-mesin plastik. Ssalah satu program yang ditempuh BBKKP dalam rangka meningkatkan teknologi peralatan dan meningkatkan sumber daya manusia yang dimiliki yaitu dengan melakukan perekayasaan mesin. Perekayasaan mesin yang dilakukan adalah membuat mesin blow film untuk kantong plastik dari bahan polipropilen. Kegiatan perekayasaan mesin blow film tahap I bertujuan membuat mesin blow film untuk kantong plastik dari bahan polipropilen. Kegiatan perekayasaan ini dimulai dengan melakukan studi pustaka mengenai mesin blow film, studi banding mesin blow film yang digunakan di industri plastik. Selanjutnya dilakukan pembuatan desain mesin dan pembuatan komponen mesin dari mesin blow film. Hasil pembuatan untuk tahap I berupa pembuatan 2 (dua) komponen utama mesin blow film yaitu pembuatan Die Head Assembly dan pembuatan rangka/ dudukan alat/ mesin. Perancangan komponen-komponen utama pembuatan mesin blow film yang meliputi perancangan Barrel dan Acrew, perancangan Die Head Assembly, perencanaan Sistem Penggerak Screw dan Gear Box, perancangan Guide Plate, perancangan Nip Roll Assembly, perancangan Winder Assembly, pemilihan motor penggerak, perancangan panel box mesin, perencanaan spesifikasi mesin dan cara kerja mesin blow film untuk kantong plastik dari bahan polipropilen. | Rekayasa | |
332 | LAPORAN TEKNOLOGI PENGELEMAN DAN APLIKASI LEM UNTUK ALAS KAKI (II) | 2007 | Ir. Arum Yuniari, Ir. Herminiwati M.P., Dra. Murwati., Suko Praptono B.Sc.. | Sepatu dan alas kaki merupakan salah satu komoditi andalan ekspor Indonesia. Kualitas sepatu sangat ditentukan oleh kekuatan rekat antara bagian atas sepatu dan sol yang dipengaruhi oleh lem. Penelitian teknologi pengeleman dan aplikasi lem dari hasil penelitian tahap I (tahun 2006) pembuatan lem untuk sepatu dan alas kaki. Lem yang diaplikasikan adalah lem sintetik berbahan baku chloroprene rubber dan lem berbahan baku karet alam. Lem bahan baku karet sintetik menggunakan tackifier phenolic resin sebanyak 45 bagian dengan formula sebagai berikut : chloroprene rubber 100 bagian, BHT 2 bagian, MgO 4 bagian, ZnO 5 bagian sedangkan lem berbahan baku karet alam tackifier yang digunakan coumaron resin 5 bagian dengan formula sebagai berikut : karet alam 100 bagian, calcium silikat 5 bagian, coumaron resin 5 bagian, Zinc Oxide 10 bagian, asam stearat 2 bagian, AOSP 2 bagian, MBTS 0,8 bagian, TMTD 0,2 bagian dan belerang 2 bagian. Dalam penelitian ini sol yang divariasi adalah sol karet dan sol plastik. bahan atasan yang divariasi adalah kulit, kulit imitasi dan kain (webbing), sedangkan suhu pengeleman untuk lem sintetik 55 C-60 C dan suhu pengeleman lem berbahan baku karet alam 165 C-175 C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lem sintetik sesuai diaplikasikan untuk pembuatan sandal dengan sol EVA dan atasan kulit imitasi memberikan nilai peel test tertinggi yaitu 2600 gr/cm, juga sesuai bila lem sintetik diaplikasikan pada sepatu dengan sol karet dan atasan kulit adapun nilai peel test 1000 gr/cm dan nilai sole adhesion bagian ujung 8 kg, bagian samping dalam 6 kg, bagian luar 6 kg, bagian belakang 30 kg. Nilai ini memenuhi persyaratan SNI 12-2942-1992 sepatu wanita dari kulit model pantopel sistem lem. Viskositas lem sintetik yang dihasilkan 6500 centipoise dengan teknologi pengeleman sistem lem press dingin menggunakan suhu 55 C dengan waktu 10-15 menit. Lem berbahan baku karet alam sesuai diaplikasikan untuk pembuatan sepatu ABRI dinas lapangan memberikan nilai peel test 1553,54 gr/cm, nilai sole adhesion adalah bagian ujung 58 kg, bagian samping 57 kg, samping luar 57 kg dan bagian belakang 89 kg dan memenuhi pesyaratan | Alas Kaki | |
333 | LAPORAN PENGEMBANGAN CETAKAN SOL SEPATU MENGGUNAKAN MESIN CNC | 2009 | Ir. Isananto Winursito, Totok Marjiyanto, ST, Pramono Hadi, B.Sc | Sepatu merupakan salah satu komoditi andalan ekspor indonesia disamping produk kayu, tekstil dan elektronika, dan selama ini pasar elspor sepatu/alas kaki terus meningkat. Salah satu hal yang pentingdalam sepatu adalah bagian bawahnya atau biasa disebut dengan sol sepatu.Pada kegiatan ini telah dilakukan pembuatan cetakan sol sepatu yang diharapkan mempunyai kualitas dan presisi tinggi.Perancangan/disain cetakan solsepatu dibuat menggunakan programaplikasi mastercam, sedangkan pembuatan cetakan sol sepatu telah dilakukan menggunakan bahan MS Plate ST -37 .Dari uji penerapan, diperoleh sol sepatu dengan detail contour yang baik. | Rekayasa | |
334 | PENANGANAN LIMBAH LABORATORIUM DI BBKKP TAHAP II | 2007 | Sri Waskito, B.Sc, SE, Prayitno, SE, Christiana Maria Herry Purwanti, Junjung Ponco Purwandono, SE | Sri Waskito, B.Sc, SE, Prayitno, SE, Christiana Maria Herry Purwanti, Junjung Ponco Purwandono, SE | Kulit | |
335 | PENERAPAN TEKNOLOGI DAUR ULANG LIMBAH KROM | 2008 | Sri Waskito, B.Sc, SE, Totok Marjiyanto, ST, Prayitno, SE, Thomas Tukirin | Sri Waskito, B.Sc, SE, Totok Marjiyanto, ST, Prayitno, SE, Thomas Tukirin | Kulit | |
336 | REKAYASA ALAT PEMBAKAR (INSINERATOR) LIMBAH PADAT INDUSTRI KULIT | 2009 | Sri Waskito, B.Sc, SE., Drs. Ign. Sunaryo, Prayitno, SE., Y. Edi Dahono, ST | Sri Waskito, B.Sc, SE., Drs. Ign. Sunaryo, Prayitno, SE., Y. Edi Dahono, ST | Rekayasa | |
337 | APLIKASI KARET SIKLO UNTUK SOL WARNA CERAH | 2006 | Ir. Dwi Wahini Nurhajati, M.Eng, Sri Budiasih, B.Sc, Sismaryanto, B.Sc, Henry Prastanto, ST | Telah dilakukan penelitian " Aplikasi karet siklo untuk sol warna cerah". Tujuan penelitian menemukan desain formula kompon sol karet warna cerah dari campuran karet krep dengan karet siklo maupun dengan karet RSS dengan karet siklo. Kompon sol dibuat dengan formulasi yang sudah ditentukan dimana pada penelitian ini karet siklo menstibtusi karet RSS atau karet crepe dengan jumlah 5; 10; 15; 20; dan 25 phr. Kompon selanjutnya divulkanisasi dengan suhu 180 C, tekanan 150 kg/cm2 dan waktu 4 menit.Sol selanjutny diuji sesuai dengn SNI 0778-1989-A : Sol Karet cetak. Hasil uji menunjukan formula terbaik untuk kompon berbahan baku karet RSS adalah kompon yang berisi karet siklo 5 phr ( berdasarkan sifat ketahanan kikis, perpanjangan putus,perpanjangan tetap dan bobot jenis),dan untuk sol berbahan baku karet crepe adalah kompon yang berisi karet siklo 5 phr ( berdasarkan sifat tgangan putus, perpanjangan putus, perpanjangan tetap dan bobot jenis). Hasil uji panelis yang menyatakan sol merah muda berwarna cerah sebanyak = 54% dan sol berwarna biru muda termasuk sol cerah sebnyak = 20%.Biaya produksi 1 pasang sol warna cerah = Rp 12.241,- | Karet | |
338 | Penerapan Pembuatan Karpet Karet Sesuai SNI | 1998 | Dra. Supraptiningsih Dra. Sri Brataningsih Puji Lestari A. Buchori, B Sc | Telah dilakukan penelitian Penerapan Karpet Karet SNI 1000-89 A. Pada pra penerapan dibuat 9 formulasi dengan memvariasikan jumlah CaCO3 dan RSS/SBR. Variasi yang dibuat adalah CaCO3 90, 100, 110 bagian dan RSS/SBR 70/30, 80/20, 90/10 bagian. Kemudian dari 9 formulasi tersebut dibuat slab untuk diuji sifat fisik sesuai dengan metode SNI 1000-1989 A Karpet Karet, yaitu meliputi uji tebal, tegangan putus, perpanjangan putus, kerapatan massa, kekerasan, ketahanan pampat tetap dan ketahanan terhadap pengusangan dipercepat. Dari hasil pengujian setelah dibandingkan dengan SNI ternyata kompon V (variasi CaCO3 100 bagian dan RSS/SBR 80/20 bagian) yang memnuhi persyaratan SNI, kecuali pampat tetap . Hasil uji tersebut yaitu : tebal 3,663 mm, tegangan putus 889,1617 N/cm2; perpanjangan putus 386,666, kerapatan massa 1, 6189 g/cm3 ; kekerasan 70 shore A ; ketahanan pampat 500,310 N/cm2, pampat tetap 10,1881 % dan setelah pengusangan yang dipercepat hasil pengamatan tidak berubah warna dan sedikit retak. Untuk penerapan di industri digunakan kompon V tersebut. | Karet | |
339 | VERMIKOMPOSTING DARI LIMBAH FLESHING MENGGUNAKAN CACING TANAH ESENIA FOETIDA | 2012 | Ir. Suliestiyah Wiryodiningrat, MM Prayitna SE Dwi Ningsih, ST | Telah dilakukan penelitian untuk memanfaatkan limbah sisa fleshing dari proses penyamakan kulit untuk membuat kompos menggunakan cacing tanah. Penelitian ini dilakukan dengan dengan membuat kompos sebagai media pertumbuhan cacing tanah Esenia Foetida yang terdiri dari campurann kotoran sapi, sisa fleshing dan potongan jerami. Perbandingan antara kotoran sapi dengan limbah fleshing adalah sebagai berikut: 100:0; 90:10; 80:20; 70:30; 60:40; dan 50:50. Fermentasi kompos dilakukan selama 3 minggu dan inkubasi untuk cacing dilakukan 6 minggu. Parameter yang diamati meliputi Nilai Keambanan Media; Bobot Cacing, C, N dan C/N ratio. Hasil percobaan menunjukan nilai keambanan media akan menurut dengan bertambahnya limbah fleshing yang ditambahkan, berturut-turut mulai dari tanpa penambahan sisa fleshing sampai penambahan dengan perbandingan 50:50 adalah sebagai berikut: 1.66 cm³/gr, 1.66 cm³/gr, 1.64 cm³/gr, 1.53 cm³/gr, 1.39 cm³/gr dan 1.31 cm³/gr. Sedangkan bobot cacing meningkat pada perlakuan dengan 60:40; dan 50:50 pada 2 minggu inkubasi sebagai berikut dari 30.9934 gr menjadi 57.4899 gr dan dari 25.6229 gr menjadi 48.4011 gr sedangkan C/N ratio hingga dibawah 15 dicapai setelah inkubasi 2 minggu. Ift optimum diperoleh pada perlakuan dengan perbandingan kotoran sapi dengan fleshing 60:40 | Limbah | |
340 | LAPORAN PENGOLAHAN KEMBALI LIMBAH SOL ETHYLENEN VINYL ACETATE (EVA) UNTUK SOL SEPATU | 2007 | Ir. Dwi Wahini Nurhajati, M.Eng., Sri Budiasih, B.Sc., Sismaryanto, B.Sc, L. Triyono, S.E. | Telah dilakukan penelitian untuk mengolah kembali limbah sol EVA yang berbentuk serbuk untuk dijadikan sol sepatu dengan dicampur bahan karet. Pada kegiatan penelitian ini serbuk limbah sol EVA dicampur dengan karet RSS ataupun karet krep dengan perbandingan tertentu. Pada penelitian ini jumlah serbuk limbah sol EVA yang ditambahkan divariasi 20, 40, 60, 80 dan phr, sedangkan bahan kimia karet yang ditambahkan dibuat tetap. Kompon sol dibuat menggunakan mesin two-roll mills. Kompon yang diperoleh dibuat bentuk lembaran (slab) untuk pengujian dan divulkanisasi pada suhu 150 C selama waktu 7 menit untuk slab setebal 2 mm. Slab diuji dengan parameter uji mengacu SNI.12-0778-1989 : sol karet cetak. hasil uji menunjukkan sifat fisis kompon sol berbahan baku karet RSS yang berisi serbuk limbah sol EVA sampai dengan phr masuk klasifikasi klas A, kecuali sifat tegangan putus, ketahanan sobek untuk kandungan serbuk EVA>60 phr, dan ketahanan kikis yang masuk klas B. Sedangkan sifat fisis kompon sol berbahan baku karet crepe yang berisi serbuk limbah sol EVA sampai dengan 100 phr masuk klasifikasi klas A, kecuali tegangan putus untuk kompon dengan kandungan serbuk EVA>40 phr, danketahanan kikis untuk kompon dengankandungan serbuk EVA>20 phr yang masuk klas B, sedang sifat ketahanan sobek untuk kandungan serbuk EVA>80 phr masuk klas C. | Plastik |