# | Judul | Tahun | Pelaksana | Abstrak | Kategori | |
---|---|---|---|---|---|---|
261 | Judul Belum ada | 2005 | Ir. Emiliana Kasmujiastuti, Widhiati, B.Sc Bambang Wiradono, B.Sc, Sofia Budi Cahyani | Zat Warna Alam Indigo merupakan zat warna yang berwarna biru yang dihasilkan dari fermentasi daun dan ranting dari tanaman indigofera dalam bentuk pasta. Dahulu pernah populer penggunaannya terutama dalam industri tekstil dan konon pernah pula digunakan untuk pewarnaan kulit terutama untuk kulit berbulu tersamak (fur). Dalam upaya penerapan teknologi bersih dengan menggunakan bahan pewarna untuk kulit yang ramah lingkungan maka dicoba diaplikasikan ke Kulit kelinci berbulu tersamak dan kulit bludru. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi optimun zat warna alam indigo pada proses penyamakan kulit bludru ( kulit kambing ) dan kulit kelinci tersamak. Dilakukan dalam tiga tahap yaitu : I. Tahap pra penelitian untuk mendapatkan konsentrasi optimun zat warna alam indigo pada proses pewarnaan kulit bludru ( kulit kambing ) dan kulit kelinci berbulu tersamak; 2. Tahap penelitian, untuk menerapkan hasil pra penelitian dengan menggunakan konsentrasi yang optimun dan sebagai pembanding digunakan zat warna sintetis; 3. Tahap penerapan hasil penelitian menjadi produk jadi berupa rompi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi optimun pada pewarnaan kulit bludru yaitu pada perlakuan S93 ( konsentrasi 9% pada dyeing dan 1,5% pada topping ) dan kulit kelinci berbulu tersamak pada pelakuan F 92 ( konsentrasi 9 % pada dyeing dan 1% pada topping ). Zat warna alam indigo dapat digunakan untuk pewarnaan kulit, tidak hanya untuk kulit kelinci berbulu tersamak tetapi juga untuk kulit bludru. Dalam aplikasinya ke kulit bludru memberikan hasil yang lebih baik dibanding aplikasinya ke kulit kelinci berbulu tersamak. Yaitu pada uji kerataan warna, ketahanan gosok cat ( kering dan basa ) dan ketahanan terhadap sinar matahari (7 jam). Jika dibandingkan dengan zat warna sintetis, maka penggunaan zat warna alam indigo memberikan keunggulan dalam sifat ketahanan terhadap keringat ( nilai 5 = baik sekali ) | Karet | |
262 | Pelatihan pembuatan garmen kulit di pondok pesantren Daerah Istimewa Yogyakarta. | 2000 | Marwito, BSc Ir. Suharto Ahmad Bion | Pelatihan pembuatan garmen kulit di pondok pesantren Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan ini merupakan usaha untuk menggali potensi sumber daya manusia dengan meningkatkan ketrampilan di lingkungan pondok pesantren dan untuk menumbuh kembangkan industri garmen kulit di lingkungan pondok pesantren. Pelaksanaan desiminasi ini diselenggarakan di Pondok Pesantren Al Miftah, Nanggulan, Kulon Praga, Daerah Istimewa Yogyakarta selama 10 (sepuJuh) hari dari tanggal 13 Juli sampai dengan 23 luli 1998, diikuti oleh 30 (tiga puluh) orang santri. Materi pe!ajaran meliputi pelajaran teori 18 session dan pelajaran praktek 62 session yang. terdiri dari teori desain, teori pengetahuan alat, bahan dan assesoris, teori preparasi 18 dan penjahitan, teori pola garmen, praktek desain, praktek pola garmeh, praktek pemotongan bahan, praktek preparasi dan praktek penjahitan. Secara keseluruhan hasil praktek berupa 7 (tujuh) potong jaket dari kain dril1, 8 (delapan) potong jaket dari kulit. Dalam pelaksanaan desiminasi ini seluruh peserta dapat mengikuti seluruh materi "pelajaran dengan baik serta hasil praktek yang cukup memuaskan. Pada akhir pe1aksanaan desiminasi seluruh peserta dinyatakan memenuhi persyaratan yang ditentukan dan mendapat sertifIkat. Untuk bantuan modal kerja diberikan 1 (satu) unit mesin obras dan 2 (dua) unit mesin jahit lurus yang diserahkan ke pihak pondok pesantren Dari hasil pelaksanaan dapat disimpulkan bahwa para peserta memberikan tanggapan yang amat balk, bersemangat tinggi serta mengharapkan adanya tindak lanjut berupa pengembangan pembuatan garmen dan jenis yang lain. | Kulit | |
263 | DISEMINASI PENYAMAKAN DAN PEMBUATAN BARANG JADI KULIT DI PADANG | 2006 | Kulit | |||
264 | Penerapan Teknologi Bersih Di Industri Penyamakan Kulit Di Daerah Istimewa Yogyakarta. | 2003 | Drs. Ign. Sunaryo Ir. Hadi Musthofa Heryanto, Bsc. R. Jaka Susila, ST | Salah satu langkah untuk menekan timbulnya limbah dari industri ialah dengan malaksanakan system teknologi bersih. Hal ini dikarenakan system teknologi bersih berorientasi kepada kegiatan yang bersifat housekeeping, penghematan sumber daya alam dan bahan baku penggantian dan atau mengolah bahan berbahaya menjadi tidak bahaya, proses daur ulang serta pemakaian kembali bahan-bahan sisa/limbah yang terambil kembali. Kegiatan penerapan teknologi bersih ini bertujuan untuk mendapatkan teknologi bersih yang tepat guna serta memasyarakatkannya ke industri penyamakan kulit di DIY. Di samping itu juga untuk memberikan bekal pengetahuan dan pengalaman praktis tentang teknologi bersih yang dipilihnya. Adapun sasaran yang ingin dicapai antara lain berupa peningkatan pelaksanaan proses produksi yang ramah lingkungan serta meningkatnya usaha pelestarian lingkungan di kalangan industri penyamakan kulit. Kegiatan penerapan teknologi bersih yang bisa dilaksanakan meliputi pengembangan teknologi proses buang bulu ramah lingkungan, chrome recovery, proses penyamakan, pengujian air limbah serta kulit jadi dan kandungan krom dalam tanaman. Kegiatan tersebut dilaksanakan di BBKKP dan di industri. Dari kegiatan tersebut telah diperoleh metode proses buang bulu ramah lingkungan yakni gabungan antara metode ensimatis dengan metode sirolime (untuk kulit sapi sama sekali tidak digunakan Na2S). Lumpur dari UPAL PT. Fajar makmur dapat dimanfaatkan untuk pembuatan kompos, namun karena di dalam tanaman yang dipupuk dengan kompos tersebut mengandung krom, maka disarankan agar kompos digunakan untuk pemupukan tanaman hias saja atau tanaman tahunan. Komitmen manajemen sangat diperlukan untuk keberhasilan pelaksanaan penerapan teknologi bersih di industri penyamakan kulit. | Standar | |
265 | Pembuatan Desain Instalasi Unit Pengolah Limbah Cair Industri Daur Ulang Sampah Plastik Fleksibel | 2002 | Ir. Any Setyaningsih Dra. Sri Brotoningsih Puji Lestari Irene Sri Sukaeni, B.Sc | Desain instalasi unit pengolahan limbah industri daur ulang sampah plastik fleksibel merupakan satu rangkuman instalasi pengolahan air limbah pada industri, yang terdiri dari : bak equalisasi, bak flokulasi, bak sedimentasi dan bak saringan. Penentuan instalasi tersebut diatas berdasarkan debit air limbah dari hasil studi lapangan yaitu sebesar 1,04 lt/dt bekas cucian sampah plastik fleksibel bahan pembuat pellet. Disamping itu juga berdasarkan karakteristik air limbah yang berada diatas ambang batas Baku Mutu Limbah Cair Keputusan Gubernur Jawa Tengah No.660 1/02/1997. Setelah dilakukan pengolahan dengan penambahan koagulan FeCl3 6H2O 0,1% sebanyak 20 ml dan flokulan polyelektrolit 0,1% sebanyak 20 ml diperoleh hasil pengujian sebagai berikut : pH 7; COD 36 mg/lt; BOD 18 mg/lt; TSS 116 mg/lt yang sudah memenuhi Baku Mutu, sehingga air limbah tersebut sudah aman untuk dibuang di perairan umum. | Standar | |
266 | Rekayasa Alat Thermoforming Untuk Pengemas Makanan | 2003 | Pramono. Bsc. Asmongin Supriyadi Supriyanto B | Dalam perekayasaan alat thermoforming untuk pengemas makanan telah dibuat 1 unit alat thermoforming dengan dimensi ukuran masing-masing komponen yang dibuat antara lain : (1) Kerangka/body alat, bahan yang digunakan besi siku ukuran (30x30x3)mm; P= 41 cm , L = 31 cm, T = 61 cm ; sistem penyambungan dengan memakai sistem las. (2) Box bagian atas, dibuat dari bahan plat besi dengan ketebalan 2 mm. P = 40 cm dan L = 30 cm, untuk penyambungan dengan sistem las; berfungsi sebagai tempat elemen pemanas bentuk spiral, dilengkapi plat screen sekaligus sebagai pengaman elemen. (3) Klem penjepit lembaran plastik, terbuat dari bahan aluminium dibuat sebanyak dua buah dengan sistem engsel, masing-masing ukuran : T = 1 cm, P = 40 cm, L = 31 cm ; setiap permukaan plat (frame) diberi lapisan penyekat permanen dari bahan silicon, dengan maksud sebagai penjepit bahan lembaran plastik, agar tidak terjadi kebocoran sewaktu proses pemanasan diatas elemen pemanas berlangsung. (4). Box bagian bawah, bahan yang dipakai plat besi ukuran tebal + 2 cm, P = 40 cm, L = 30 cm. Box ini berfungsi sebagai dudukan cetakan yang langsung dihubungkan dengan pompa vakum (pompa penghisap). (5). Penutup body berfungsi sebagai pengaman dan penampilan alat, bahan yang digunakan plat besi ukuran tebal = 2 mm, dipotong sesuai bidang ukuran, untuk sisi muka dan belakang : (53 x 41) cm dan sisi penutup samping kanan dan kiri : (60 x 30) cm.. (6). Alat pemanas menggunakan elemen pemanas listrik : 220 volt, 1 phase, 2000 watt. Diameter elemen 3/8 inchi bentuk spiral, panjang 140 cm. (7). Cetakan/Mould dibuat dari bahan gibs, berfungsi sebagai pembentuk hasil produk dan dibuat empat model cetakan yang berbeda. (8). Kelengkapan alat yang ada pada alat thermoforming yaitu : (a) boks panel listrik, (b) engsel pembuka/penutup penjepit (klem) plastik bagian atas/bawah,(c)dudukan boks bagian atas pada posisi terbuka, (d) pegangan /handle penjepit dan boks bagian atas, (e) klem penguat/kancing penjepit. | Barang Kulit & Garmen | |
267 | Penelitian Pembuatan Kompon Rol Karet Mesin Fleshing Industri Penyamakan Kulit. | 2002 | Ir. H. Hadi Mustofa Ir. Ismiati Sumarno, B.Sc | Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan komposisi kompon karet yang dapat memenuhi persyaratan Mutu Roll Karet Mesin Penyamakan Kulit. Penelitian ini dilakukan dengan memvariasi penggunaan bahan pengisi penguat hard clay 10 phr, 15 phr, 20 phr, 25 phr, dan 30 phr, dari lima macam kompon tersebut dilihat dari kekerasannya belum ada yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam SNI.06 ?1846 ? 1990, yang kekerasan mesin fleshing adalah sebesar 30 ? 35 shore A. Pada kompon ke VI dengan menambah penggunaan Napthenic Oil 20 phr, maka kekerasan dapat mendekati persyaratan yang ditetapkan. | Alas Kaki | |
268 | Rekayasa Alat Pengasar Mekanik Ban Roda Dua Untuk Proses Vulkanisir | 2002 | Pramono, B.Sc Asmongin Supriyadi | Rekayasa pembuatan alat pengasar mekanik ban sepeda motor roda dua untuk proses vulkanisir ban ini dimaksudkan unutk penyempurnaan alat bantu/pendukung dalam proses pembuatan ban vulkanisir. Alat pengasar mekanik ini mempunyai fungsi ganda yaitu disamping untuk mengasarkan juga sebagai penyesetan. Hasil dari uji coba, ternyata tingkat kerataannya sudah cukup baik begitu juga dengan hasil pengasarannya. Adapun alat ini mempunyai spesifikasi teknis : Type : R 17-225/250, motor penggerak pisau : motor indusksi 2HP, 220/280 V, 50Hz, 2850 rpm, 3 phase, motor penggerak ban : motor induksi ? HP, 110/220V, 50 Hz, 1400 rpm, 1 phase, Ratio gear box 1 : 50, Rtio putaran ban dan pisau 1 : 30, Pisau : pincott ex Australia 4 buah. Kapasitas : 5 buah/jam. Berat alat 200 kg dan Dimensi alat : ( 80X60X105)cm. | Sistem Mutu | |
269 | Pengembangan Desain Acuan Sepatu Wanita | 2003 | Rosma Radjagukguk, B.Sc. Suko Praptomo, B.Sc. Poniman Sriyono | Pengembangan desain acuan sepatu wanita diawali dari pencarian data dari industri pembuatan acuan serta melihat perkembangan yang ada dipasaran saat ini. Hasil tersebut dikembangkan dengan dukungan yang didapat dari tinjauan Pustaka dengan membuat beberapa copy acuan sampai bentuk yang diinginkan. Adapun desain acuan tersebut dibuat 8 (delapan) macam yang semula direncanakan hanya 6 (enam) macam. Perubahan jumlah desain tersebut untuk mengikuti perkembangan desain acuan dipasaran. Jumlah acuan yang dibuat adalah 24 (dua puluh empat) pasang dengan perincian sebagai berikut : 1. Acuan bentuk lancip dengan tinggi hak 5 cm : 4 pasang 2. Acuan bentuk papak dengan tinggi hak 2 cm : 4 pasang 3. Acuan bentuk model buaya dengan tinggi hak 2 cm : 4 pasang 4. Acuan bentuk papak pipih dengan tinggi hak 5 cm : 4 pasang 5. Acuan bentuk papak miring dengan tinggi hak 2 cm: 2 pasang 6. Acuan bentuk lancip dengan tinggi hak 2 cm : 2 pasang 7. Acuan bentuk papak dengan tinggi hak 5 cm : 2 pasang 8. Acuan bentuk papak dengan tinggi hak 3 cm : 2 pasang Selanjutnya dari hasil pengembangan dibuat sepatu sebanyak 24 pasang yang terdiri dari bentuk vamp 6 (enam) model dan bentuk sandal 2 (dua) model. Diharapkan hasil pengembangan acuan sepatu wanita ini dapat dimasyarakatkan dan dikembangkan lebih lanjut untuk mendukung industri persepatuan, khusunya sepatu wanita. | Rekayasa | |
270 | Validasi metode uji pengujian penthachlorophenol (PCP ). | 2005 | Ir. E. Ratna Utarianingrum | Validasi metode uji pengujian pentachlorophenol secara personal dengan metode DIN 53313 yang menggunakan detektor Electron Capture Detector (ECD) dilakukan dengan detektor Mass Spectrometer (MS) bertujuan untuk mengetahui kadar penthachlorophenol dari bermacam-macam kulit mentah tersamak. Tahap-tahap pengujian meliputi ekstraksi dengan ekstraktor Soxhlet, evaporasi, ekstraksi cair-cair, asetilasi, pemurnian dan analisis dengan GC-MS. Hasil pengujian dengan standar pentachlorophenol menunjukkan bahwa puncak pentachlorophenol muncul pada waktu retensi 12.525 dan dapat juga muncul puncak pada waktu retansi 12.317 sebagai pentachloromethoxy-Anisole, sehingga peralatan kromatograpfi gas dengan detektor spektrometer massa dapat menggantikan kromatografi gas dengan detektor penangkap elektron seperti yang disyaratkan DIN 53313 tetapi dengan kondisi operasi yang berbeda. Hasil pengujian pentachhlorophenol secara kualitatatif terhadap kulit boks, kulit jaket dan kulit sarung tangan memberikan hasil negatif. Dalam analisis ini tidak digunakan tetrachloroguaicol (TCG) sebagai standar internal untuk pengujian secara kuantitatif. | Barang Kulit & Garmen | |
271 | Pembuatan karkas ban kendaraan bermotor dari cashew nut shell liquid ( CNSL ) | 2005 | Ir. Dwi Wahini Nurhajati, M. Eng Pramono, B.Sc. M. Sri Wahyuni, B.Sc. Sismaryanto, B.Sc | Telah dilakukan penelitian pembuatan karkas ban kendaraan bermotor dari cashew nut shell liquid ( CNSL ). Tujuan penelitian ini mencari formulasi kompon CNSL yang cocok digunakan membuat karkas ban kendaraan bermotor. Resin CNSL formaldehid dibuat dari resin CNSL 100 bagian formalin 37% sebanyak 5 bagian, dan NH4OH sebanyak 2 bagian yang direaksikan selama 60 menit pada suhu 150o C. Pada penelitian ini resin CNSL-formuladehid berfungsi sebagai substitusi karet SBR. Kompon karkas ban dibuat denan perbandingan jmlah karet SBR dengan resin CNSL- formaldehid berturut-turut ; 50/10, 40/10, 30/20, 10/40 dan 50/0 dan jumlah karet alam dibuat tetap 50 phr. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada pembuatan kompon karkas ban resin CNSL-formaldehid dapat mensubstitusi karet SBR sampai 20% semakin banyak resin CNSL-formaldehid yang ditambahkan akan menurunkan sifat tegangan putus, perpanjangan putus, modulus 300% dan ketahanan kikis, namun menaikkan sifat ketahanan sobek, kekerasan dan berat jenis. Formula kompon karkas terbaik diberikan oleh kompon F2 yaitu kompon yang berisi karet alam 50 phr, karet SBR/resin CNSL-formaldehid 40/10 dengan sifat fisis sbb tegangan putus = 139,454 kg/cm2, perpanjangan putus = 710,97%, modulus 300% = 37,158 kg/cm2, kekerasan = 62 Shore A, berat jenis = 1,124 g/cm3, mooney viscosity = 31,7 lb-in, dan daya rekat = 423,477 N/inch. Kompon karkas F2 mempunyai sifat fisis yang lebih baik dibanding dengan kompon karkas pabrik namun mempunyai laju vulkanisasi lebih lama. | Alas Kaki | |
272 | Aplikasi karet riklim hasil penelitian untuk foot ? step dan ban vulkanisir kendaraan bermotor roda dua. | 2005 | Ir. Dwi Wahini Nurhayati, M.Eng | Telah dilakukan aplikasi karet hasil penelitian untuk foot step dan vulkanisasi. Tujuan penelitian ini untuk membuat kompon untuk foot step dan ban vulkanisir kendaraan bermotor roda dua. Kompon foot step dan ban vulkanisir dibuat dengan perbandingan jumlah karet RSS I dengan karet riklim hasil penelitian berturut-turut ; 100/0,75/25,50/50 dan 25/75. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompon foot step yang mengandung karet riklim 25 phr atau rasio RSS I/riklim = 75/25 memiliki sifat fisis yang lebih baik dibanding foot step pasaran. Adapun sifat fisis kompon foot step terbaik yang menggunakan karet riklim 25 phr adalah sebagai berikut : tegangan putus = 126,43 kg/Cm2, perpanjangan putus =523,36%, kekerasan = 50,33 Shore A, ketahanan kikis = 2,912 mm 3/Kgm, berat jenis = 1,233 g/Cm3, pampat tetap = 4,687%. Kompon terbaik untuk ban vulkanisir diberikan oleh kompon yang menggunakan karet reklim 25 phr dengan sifat fisis sebagai berikut : tegangan putus 114,59 kg/cm2, perpanjangan putus= 560,0%, modulus 300% =6 kg/Cm2, katahanan sobek = 45,26Kg/Cm2, kekerasan = 59,0 Shore A, ketahanan kikis = 3,583 mm3/Kgm, berat jenis =1,29g/Cm3, daya rekat =47,58 N/inchi. | Alas Kaki | |
273 | Pembuatan Katalog Desain Sepatu Wanita Dan Pola Dengan Sistem Komputer (DNT SYSTEM) | 2003 | Bambang Suroto, BA Sofyan karani, B Sc, ST Adi Slamet Supriyadi Riris Simanungkalit, B Sc | Peralatan bantuan ADB berupa sarana komputer untuk Laboratorium Fashion & Desain BBKKP yang berbasis pada program/sistim khusus persepatuan dituntut untuk lebih optimal penggunaannya dengan berinovasi tinggi. Program pembuatan katalog desain sepatu wanita dan pola dengan komputer (DNT System) sebagai salah satu kegiatan mengoptimalkan peralatan tersebut. Sebab dalam katalog yang rancangan desainnya mengacu pada komponen sepatu yang ada dipasaran sebagai dasar pembuatan desain sepatu wanita. Berbeda dengan katalog sepatu yang terdahulu, katalog ini memuat gambar desain, pecah polanya skala 1 : 1, jenis dan bentuk komponen atau bagian-bagian sepatu berikut bentuk acuannya semua ada dalam satu katalog ini. Diharapkan kepada para perajin persepatuan dapat mencoba, mengembangkan dan memodifikasi desain yang ada dalam katalog ini. | Rekayasa | |
274 | Pemanfaatan limbah sekam padi dan serbuk sabut kelapa untuk pembuatan komposit plastik. | 2005 | Dra. Sri Nadilah | Penelitian Pemanfaatan Limbah Sekam Padi dan Serbuk Sabut Kelapa untuk Pembuatan Komposit Plastik bertujuan untuk mempelajari limbah serbuk sekam padi dan serbuk sabut kelapa sebagai bahan pengisi dan pengaruhnya terhadap sifat fisika komposit plastik. Limbah sekam padi dan serbuk sabut kelapa dikeringkan, kemudian di ?grinding? dengan ayakan nomor 0,25, diayak lagi untuk mendapatkan ukuran serbuk yang merata besarnya dengan ayakan plastik. Serbuk sekam padi dan serbuk sabut kelapa dicampur bersama plastik HDPE, Ca Stearat dan ZnO dengan jumlah serbuk sekam padi divariasi 25, 50, 75 dan 100 bagian, dan jumlah serbuk sabut kelapa divariasi : 15, 20, 25, dan 30 bagian, kedalam alat pencampur Rheocord 90 Haake, pada suhu 180o C selama 10 menit untuk kapasitas 200-250 gram. Komposit plastik yang terbentuk selanjutnya dicetak menjadi lembaran untuk contoh uji fisikanya. Hasil uji menunjukkan bahwa serbuk sekam padi dan serbuk sabut kelapa bisa digunakan sebagai bahan pengisi pada komposit plastik. Penambahan bahan pengisi menurunkan sifat kuat tarik, perpanjangan putus, kuat pegang skrup, dan kekerasan, tetapi tidak menurunkan stabilitas dimensi dan kerapatan masa sehingga komposit plastik tidak mudah retak, melintir atau bengkok dan tepat digunakan sebagai produk bahan bangunan. | Barang Kulit & Garmen | |
275 | Pengembangan pembuatan cetakan dari karet/lateks untuk proses cetak tuang plastik termoset. | 2005 | Ir. Penny Setyowati, MT | Kegiatan in-house research dengan judul ?Pengembangan Pembuatan Cetakan dari Karet Lateks untuk Proses Cetak Tuang Plastik Termoset? bertujuan untuk memanfaatan karet lateks sebagai bahan cetakan pengganti karet silicon yang masih merupakan komoditi impor dan harganya mahal. Adapun tahapan kegiatan litbang ini meliputi penyusuanan desain formulasi kompon lateks dengan mengunakan 2 jenis filler yaitu kaolin dan CaCo3 masing-masing divariasi berturut-turut 20, 30, dan 40 bagian berat (bb). Sedangkan bahan aditip lain dibuat tetap terdiri dari ZnO (bahan penggiat dan pengeg?l) 1 bb, Pilnox TDQ 1bb,TMT 0,75 bb, NSF 2 bb dan belerang 2 bb. Masing-masing kompon diberi notasi berdasarkan jenis filler dan jumlahnya yaitu Al, All, dan AllI untuk filler kaolin 20, 30 dan 40 bb serta BI, BII dan BIII untuk untuk filler CaCO3 20, 30, dan 40 bb. Untuk keperluan uji fisik masing-masing kompon lateks dibuat lembaran dengan tebal sekitar 2 mm dan divulkanisasi pada suhu 100 0C dalam waktu 10 menit dengan menggunakanan udara panas ( dioven). Uji sifat fisik mengacu pada SNI 06-1301-1989 ?Sarung Tangan Karet?. Berdasar hasil uji fisik yang dicapai serta pertimbangan optimalisasi penggunaan filler, maka vulkanisat yang menghasilkan sifat-sifat fisik optimal yaitu tegangan putus 211, 294 kg/cm2, perpanjangan putus 733,33%, perubahan perpanjangan putus setelah pengusangan -2,18%, perubahan perpanjangan putus setelah pengusangan -4,54%, ketahanan sobek 154,97 kg/cm2, permanent set ( perpanjangan tetap 200%) mencapai 3,87% dan ketahahan retak lentur 150 kcs menghasilkan cuplikan yang tetap baik tidak retak. Kompon lateks dengan formulasi AII ( kandungan kaolin 30 bb) diuji coba untuk pembuatan prototip cetakan produk-produk cinderamata dengan cara pengacuan celup/pelapisan dan hasilnya cukup baik, namun permukaan bagian dalam kurang halus dan mengkilat seperti cetakan karet silikon. Selanjutnya cetakan tersebut digunakan untuk mencetak produk cinderamata dari bahan plastik poliester tidak jenuh dengan cara sistem cetak tuang . | Alas Kaki | |
276 | Optimalisasi proses pengolahan biologi di unit pengolahan air limbah sitimulyo. | 2005 | I. V. Sri Pertiwi Rumiyati, MP | Kegiatan IN-HOUSE riset tahun anggaran 2004 di Seksi Alih Teknologi dan Inkubasi pada unit pengolahan Limbah Sitimulyo adalah Optimalisasi Proses Pengolahan Biologi di unit Pengolahan Air Limbah Sitimulyo. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan optimalisasi proses pengolahan limbah cair secara Biologi di IPAL Sitimulyo dan mengetahui efisiensi pengolahan limbah cair di IPAL Sitimulyo, sedangkan sasaran yang hendak dicapai adalah meningkatkan upaya pengelolaan limbah cair dari kegiatan operasional unit penyamakan kulit Sitimulyo. Metode pelaksanaan penelitian meliputi pecobaan jar tes pengolahan air limbah secara kimia, pengolahan air limbah secara kimia fisika, ahlimatimasi bakteri untuk lumpur aktip, pengolahan air limbah secara biologi lumpur aktip dengan variasi umur lumpur aktip, pengujian parameter beban pencemaran dan evaluasi efisiensi penurunan beban pencemaran. Hasil penelitian menunjukkan pengolahan air limbah secara kimia fisika di IPAL Sitimulyo menghasilkan efisiensi penurunan beban pencemaran terbesar TSS = 84,875% dan terkecil adalah COD = 55,92%. Kemudian penurunan beban pencemaran BOD = 56,43%; khrome total = 76,69%; sulphida (H2S) = 80,410% dan Amonia-N-NH3 = 71,658%. Pengolahan air limbah secara biologi lumpur aktip di IPAL Sitimulyo dengan kondisi pH ? 7,0-7,5, S.V. (30 menit) = 20-30% dan waktu tinggal 48 jam dapat optimal dengan umur lumpur aktip 25 hari. Efisiensi penurunan beban pencemaran N-NH3 = 74,1%; COD = 98,40%; BOD = 89,73% dan TSS = 92,80%. Dosis bahan kimia pada pengolahan kimia di IPAL Sitimulyo adalah bahan koagulan Tawas = 500 mg/l air limbah; bahan flokulan anionic polyelektrilyte = 1 mg/l air limbah dengan pH = 7,0 ? 7,5. | Standar | |
277 | Pengembangan Layanan Informasi Melalui Jaringan Komputer (Lan) Dan Implementasi Data Base Litbang | 2004 | Ir. Syakir Hasyimi Budiwiyono Sunarso Zaenal Dewi Rustiningsih | Tujuan dari pengembangan layanan informasi ini adalah membangun sistem informasi litbang Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik dengan sasaran terwujudnya tatanan informasi litbang Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik yang terpadu, mudah diakses, efisien, terbaharui dan informatif. Pelaksanaan kegiatan Pengembangan Pelayanan Informasi melalui jaringan Kompurer (LAN) dan Implementasi Database Litbang sampai dengan semester kedua telah dilakukan kegiatan yang melipuri : studi pustaka, studi lapangan, perancangan konfigurasi LAN, instalasi jaringan LAN yang mencakup 14 titik. Uji coba dan Implementasi Database Litbang dan Pelatihan Jaringan LAN di BBKKP. Belum adanya dukungan komputer pada ruang Ka. BBKKP, Peneliti dan Seksi Kerjasama serta relokasi Sub. Bagian Program, menyebabkan baru 10 titik yang beroperasi. | Kulit | |
278 | Pemanfaatan Sampah Kemasan Dari Styrofoam Untuk Pembuatan Sheet | 2003 | Ir. Dwi wahini Nurhayati Ir. Herminiwati MP Ir. Any Setyaningsih Yuwono Sumasto | Telah dilakukan penelitian pemanfaatan sampah kemasan dari styrofoam untuk pembuatan sheet. Penggunaan styrofoam di Indonesia akhir-akhir ini meningkat dan menurut data dari Badan Pusat Statistik , import styrofoam untuk berbagai keperluan pada tahun 1998 sekitar 543,2 ton dengan nilai 31,3 miliar rupiah. Tujuan penelitian ini adalah untuk memanfaatkan sampah kemasan dari styrofoam untuk sheet, mencari formula kompon yang cocok digunakan untuk cup atau alas gelas dan mempelajari pengaruh kondisi proses terhadap sifat fisis sheet dari sampah styrofoam. Mengingat sampah styrofoam merupakan plastik yang getas maka untuk mengurangi kerapuhan sampah tersebut pada penelitian ini diamati pengaruh bahan pemlastis dioctyl phthalate (DOP) yang jumlahnya bervariasi yaitu 0, 10, 20, 30, 40, dan 50 bagian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa styrofoam dapat didaur ulang menjadi sheet. Hasil uji memperlihatkan bahwa penambahan DOP sampai 50 bagian menaikkan sifat kuat tarik, kemuluran, dan kelenturan, dibandingkan kompon tanpa DOP. Semakin banyak DOP yang ditambahkan akan menurunkan kekuatan tarik, kekerasan, pengkerutan karena panas, suhu transisi gelas (Tg) dan berat jenis. Sheet yang dibuat dengan kondisi suhu 175 oC dan waktu 10 menit memberi sifat fisis terbaik. Kompon dengan kandungan DOP 20 bagian cocok untuk dibuat alas gelas. | Barang Kulit & Garmen | |
279 | Pembuatan Helm Pengaman Untuk Kerja Dari Polyester Tak Jenuh | 2003 | Dra Sri Nadilah, Apt M.Sri Wahyuni, Bsc Sri Budiasih, Bsc Christian Maria Herry Purwati | Sungkup helm pengaman untuk kerja di pasaran kebanyakan dibuat dari bahan polipropilen, polikarbonat secara cetak injeksi yang membutuhkan teknologi biaya tinggi. Untuk membuat helm pengaman untuk kerja dengan teknologi sederhana dan dengan kualitas yang memenuhi persyaratan, maka dilakukan penelitian pembuatan helm pengaman untuk kerja dari bahan poliester tak jenuh dengan teklogi cetak tuang. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan formulasi yang baik dibuat 9 variabel formulasi. Formulasi terbaik terdiri dari : poliester tak jenuh 100 bagian, katalisator 1 bagian, aselerator (kobalt) 2 bagian, talk 40 bagian, pigmen 1 bagian, dan fiber mat 20 bagian, dengan sifat fisika sebagai berikut : dimensi tinggi 140,7 mm; lingkar bagian dalam 666,6 mm; berat sungkup 301,067 gram; ketahanan penetrasi dan kekuatan helm 3mm pada ketebalan sungkup 4,823 mm; ketahanan terhadap nyala api 303,20 detik pada jarak bakar 7,5 mm ; beda defleksi antara kondisi pada saat diberi beban maksimum dan kondisi saat diberi bahan awal pada uji kekakuan = 4,5 mm, beda defleksi antara kondisi setelah beban maksimum dilepaskan dan kondisi pada saat diberi beban awal pada uji mkekakuan = 0 mm, ketahanan terhadap perendaman dalam air 0,023 %, dalam detergent - 0,149 %, dalam minyak kerosen 0,015 %. Dari formulasi ini untuk membua satu buah sungkup helm ditimbang sebanyak 3 kali berat formulasi dalam bobot gram, dan diperoleh hasil adonan yang tidak cepat kering, dan proses pencetakan yang cukup mudah dengan kecepatan pengeringan yang cukup sehingga diperoleh sungkup helm yang tidak rapuh. | Barang Kulit & Garmen | |
280 | Penerapan Pembuatan Suku Cadang Mesin dari Plastik | 1999 | Suku cadang permesinan kulit, karet dan plastik sampai saat ini masih merupakan produk impor, sehingga untuk Iebih memudahkan pengadaan suku cadang mesin tersebut dilakukan percobaan pembuatan suku. cadang mesin dari bahan plastik baik thermoplastik maupun thermoset yang berupa kopel dan roda gigi. Untuk mendapatkan basil yang sama dengan sampel dibuat 5 (llina) formula dari epoksi resin 100% berat, hardener 80% berat dan campuran filler yang bervariasi. Dari basil pengujian sifat fisis bahan plastik yang paling mendekati sampel dan lebih ekonomis adalah TS 3 (kekerasan shore D 67,0; ketahanan pukul 10 x ulangan tidak pecah dan ketahanan kikis 0,3059). Setelah dilak:ukan uji coba untuk roda gigi dari bahan thermoset mampu diuji coba selama 160 jam dan untuk bahan thermoplastik seteah dilakukan uji coba selama 284 jam bagian gigi-giginya terjadi kerusakan 45%, sedangkan untuk kopel setelah dilakukan uji coba se1ama 660 jam tidak terjadi kerusakan. | Barang Kulit & Garmen |