# | Judul | Tahun | Pelaksana | Abstrak | Kategori | |
---|---|---|---|---|---|---|
241 | Penerapan Pembuatan Karpet Karet Sesuai SNI | 1998 | Dra. Supraptiningsih Dra. Sri Brataningsih Puji Lestari A. Buchori, B Sc | Telah dilakukan penelitian Penerapan Karpet Karet SNI 1000-89 A. Pada pra penerapan dibuat 9 formulasi dengan memvariasikan jumlah CaCO3 dan RSS/SBR. Variasi yang dibuat adalah CaCO3 90, 100, 110 bagian dan RSS/SBR 70/30, 80/20, 90/10 bagian. Kemudian dari 9 formulasi tersebut dibuat slab untuk diuji sifat fisik sesuai dengan metode SNI 1000-1989 A Karpet Karet, yaitu meliputi uji tebal, tegangan putus, perpanjangan putus, kerapatan massa, kekerasan, ketahanan pampat tetap dan ketahanan terhadap pengusangan dipercepat. Dari hasil pengujian setelah dibandingkan dengan SNI ternyata kompon V (variasi CaCO3 100 bagian dan RSS/SBR 80/20 bagian) yang memnuhi persyaratan SNI, kecuali pampat tetap . Hasil uji tersebut yaitu : tebal 3,663 mm, tegangan putus 889,1617 N/cm2; perpanjangan putus 386,666, kerapatan massa 1, 6189 g/cm3 ; kekerasan 70 shore A ; ketahanan pampat 500,310 N/cm2, pampat tetap 10,1881 % dan setelah pengusangan yang dipercepat hasil pengamatan tidak berubah warna dan sedikit retak. Untuk penerapan di industri digunakan kompon V tersebut. | Karet | |
242 | PENERAPAN PEMBUATAN LANDASAN POTONGAN PON DARI PLASTIK | 1996 | Ir. Dwi Wahini Nurhajati, M. Eng. Sadali, B. Sc. Pramono, B. Sc. | <p align="center" style="margin-right:.2in;text-align:center;line-height:normal;" class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;font-family:'Times New Roman';"> </span></p> <p style="margin-right:.2in;text-indent:28.35pt;line-height:normal;" class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;font-family:'Times New Roman';">Kegiatan Penerapan Pembuatan Landasan Potong Pon dari Plastik Bertujuan untuk mendapatkan formula dan kondisi proses yang tepat pada pembuatan landasan potong pon dari plastik.Bahan Plastik yang digunakan untuk membuat landasan potongan pon pada kegiatan ini adalah resin epoksi beserta ordernya dan diisi dengan filler CaCO3. <span> </span>Formula landasan potongan pon yang sifat<span> </span>fisinya mendekati landasan potong<span> </span>pon berisi :rosi epoksi :100 bagian,hardener: 100 bagian ,filer CaCO3: 20 bagian dan berwarna dan secukupnya. Proses pencetakan landasan potong pon menggunakan system tuang dengan waktu pencetakan 24 jam .Hasil uji coba penerapan dipabrik pengguna menujukan hasil potongan yang menggunakan landasan potong pon hasil kegiatan ini terlihat lebih rapih dibandingkan yang menggunakan potong pon import.Adanya CAC03 sebagai filer permukaan landasan potong pon yang terkena pon terlihat rapuh.</span></p> <p style="margin-right:.2in;line-height:normal;" class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;font-family:'Times New Roman';"> </span></p> | Plastik | |
243 | Penerapan Pembuatan Oil Seal Pada Industri Barang Karet | 1998 | Ir. Hj. Siti Rochani Ir. Niken Karsiati Ir. Any Setyaningsih | Penerapan pembuatan Oil Seal ( HS.401693000) pada industri barang karet bertujuan untuk meningkatkan mutu oil seal. Sebelum dilakukan pembuatan oil seal pada industri karet, terlebih dulu dilakukan penelitian secara laboratories dengan dua tahap pra penerapan . Pra penerapan tahap I sebanyak 4 formulasi dengan memvariasikan bahan baku karet nitril , karet SBR dan karet alam. Berdasarkan hasil uji tahap I dilakukan pra penerapan tahap II dengan 9 formulasi. Bahan yang divariasikan adalah karet nitril 70, 75, 80 bagian; karet alam 10, 15, 20 bagian dan carbon black 45, 50, 55 bagian. Kemudian dari 9 formulasi tersebut ditentukan 3 formulasi terbaik untuk digunakan sebagai dasar pembuatan barang jadi oil seal. Berdasarkan hasil uji sifat fisis terhadap barang jadi oil seal diperoleh hasil bahwa kompon dengan formulasi bahan baku karet nitril 70 bagian, karet SBR 10 bagian, karet alam 20 bagian, dan carbon black 55 bagian memberikan sifat yang paling baik. Secara umum mutu oil seal hasil penerapan lebih baik dibandingkan dengan mutu oil seal yang beredar di pasaran. | Karet | |
244 | PENERAPAN PEMBUATAN SLANG RADIATOR UNTUK KENDARAAN BERMOTOR YANG MEMENUHI SNI | 1995 | Asrilah, B. Sc Sri Budiasih, B.Sc. Nurwachid Sahadi Teguh Sunarto | <span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman';">Penelitian penerapan pembuatan slang radiator ini bertujuan untuk memperoleh komposisi slang radiator .Kendaraan bermotor yang memenuhi persyaratan.Penelitian dilakukan dengan memvariasikan smooth sheet/SBR(100/0; 85/15 ;70/30) dan china clay (75,100,125,)bag Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa perbadingan RSS / SBR sangat mempengarahui hasil uji tegangan putus dan kekerasan tetapi tidak mempengaruhi perpajangan putus.Kompon optimum dan memenuhi persyaratan standar pada penelitian ini adalah </span> | Standar | |
245 | PENERAPAN PEMBUATAN SLANG RADIATOR UNTUK KENDARAAN BERMOTOR YANG MEMENUHI SNI | 1996 | Dra. Supraptiningsih Dra. Murwati A. Buchori, B. Sc | <span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman';">Penelitian penerapan pembuatan slang radiator ini bertujuan untuk memperoleh komposisi slang radiator .Kendaraan bermotor yang memenuhi persyaratan.Penelitian dilakukan dengan memvariasikan smooth sheet/SBR(100/0; 85/15 ;70/30) dan china clay (75,100,125,)bag Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa perbadingan RSS / SBR sangat mempengarahui hasil uji tegangan putus dan kekerasan tetapi tidak mempengaruhi perpajangan putus.Kompon optimum dan memenuhi</span><span style="font-size:12pt;font-family:'Times New Roman';"> </span>persyaratan standar pada penelitian ini adalah <span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman';"></span> <p style="margin-right:.2in;line-height:normal;" class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;font-family:'Times New Roman';">Untuk cover :<span> </span>RSS/SBR<span> </span><span> </span>:<span> </span>85/15<span> </span>bag</span></p> <p style="margin:0in .2in .0001pt .5in;text-indent:.5in;line-height:normal;" class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;font-family:'Times New Roman';">China clay <span> </span><span> </span>:<span> </span>100 bag</span></p> <p style="margin-right:.2in;line-height:normal;" class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;font-family:'Times New Roman';">Untuk lining :<span> </span>RRS/SBR<span> </span><span> </span><span> </span>:<span> </span>85/15 bag</span></p> <p style="margin:0in .2in .0001pt .5in;text-indent:.5in;line-height:normal;" class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;font-family:'Times New Roman';">China clay<span> </span><span> </span><span> </span>:<span> </span>75 bag</span></p> <br /><span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman';"></span> | Standar | |
246 | Penerapan Pembuatan Suku Cadang Mesin dari Plastik | 1999 | Suku cadang permesinan kulit, karet dan plastik sampai saat ini masih merupakan produk impor, sehingga untuk Iebih memudahkan pengadaan suku cadang mesin tersebut dilakukan percobaan pembuatan suku. cadang mesin dari bahan plastik baik thermoplastik maupun thermoset yang berupa kopel dan roda gigi. Untuk mendapatkan basil yang sama dengan sampel dibuat 5 (llina) formula dari epoksi resin 100% berat, hardener 80% berat dan campuran filler yang bervariasi. Dari basil pengujian sifat fisis bahan plastik yang paling mendekati sampel dan lebih ekonomis adalah TS 3 (kekerasan shore D 67,0; ketahanan pukul 10 x ulangan tidak pecah dan ketahanan kikis 0,3059). Setelah dilak:ukan uji coba untuk roda gigi dari bahan thermoset mampu diuji coba selama 160 jam dan untuk bahan thermoplastik seteah dilakukan uji coba selama 284 jam bagian gigi-giginya terjadi kerusakan 45%, sedangkan untuk kopel setelah dilakukan uji coba se1ama 660 jam tidak terjadi kerusakan. | Barang Kulit & Garmen | ||
247 | Penerapan Penggunaan Bahan Kulit untuk Pengembangan Desain Furniture | 1999 | Ir. Suramto Bambang suroto, BA Dian dwi antari, Bsc | Kegiatan ini dengan judul penggunaan bahan kulit untuk pengembangan desain furniture bertujuan sebagai penganekaragaman produk barang kulit dari bahan kulit yang dipakai sebagai elemen produk furniture serta untuk menambah dan memacu kreatifitas perajin kulit serta sebagai peningkatan kemampuan dari personel. Sasaran yang dibuat berupa model/protipe 4 buah kursi, Sebuah meja, 2 buah tempat majalah serta 2 buah kap lampu. Metode yang digunakan dimulai dengan perancangan desain furniture yang menggunakan bahan kulit sebagai elemen hias yan dominan sekaligus fungsional. Kemudian gambar tekniknya baik pada kerangka furniture maupun pada bahan kulitnya kemudian direalisasikan pada barang jadi berupa model atau prototipenya. Pengerjaan kerangka furniture diserahkan pada perajin permebelan, sedang perancangan desain, pengerjaan bahan kulit maupun perakitan antara kerangka dan kulit dilaksanakan oleh anggota kelompok kerja. Teknologi perakitan menggunakan beberapa sistem antara lain dengan kaitan, lem atau tempel maupun teknik jahit. Guna menambah keindahan, kulit yang digunakan diberikan motif hias dengan hias tatah tembus, tatah timbul maupun pewarna. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa dengan bahan kulit dapat memberikan tambahan nilai estetika dari produk furniture. | Plastik | |
248 | Penerapan penggunaan belerang lokal untuk vulkanisasi sol karet | 2000 | Ir.Hj. Siti Rochani Dra. Supraptiningsih Ir. Any Setyaningsih | Penerapan penggunaan belerang lokal untuk vulkanisasi sol karet bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan belerang lokal pada vulkanisasi sol karet. Prapenerapan secara laboratoris dilakukan dengan memvariasikan jenis dan jum]ah belerang (sulfur) sebagai bahan pemvulkanisasi. Jenis belerang yang dipergunakan adalah belerang lokal, belerang impor dan belerang kimia farma dengan jumlah yang bervariasi 8 antara 1,5 sampai dengan 4 bagian berat untuk setiap 100 bagian berat karet, sehingga didapatkan 18 variasi formulasi. Dari hasil pra penerapan dipilih 3 buah formulasi yang terbaik untuk dilakukan penerapan di Industri karet di Bandung. Pengujian hasi! penerapan sol karet menunjukkan bahwa penggunaan bahan pemvulkanisasi belerang lokal cukup efektif untuk vulkanisasi sol karet. | Alas Kaki | |
249 | Penerapan penggunaan jamur tempe sebagai pengganti agensia bating asal impor. | 2000 | Ir. Widari Hernadi Surip, B.Sc Heru Budi Susanto | Kegiatan penerapan penggunaan jamur tempe sebagai pengganti agensia bating asa1 impor bertujuan untuk memanfaatkan jamur tempe sebagai pengganti agensia bating dan untuk mengetahui pengaruh penggunaan jamur tempe terhadap sifat - sifat fisis kulit boks dan kulit glace. Sebagai bahan baku adalah kulit sapi awetan garam kemudian diproses menjadi kulit boks dan kulit kambing awetan garam kemudian diproses menjadi kulit glase. Variasi prosentase jamur tempe pada penggunaan adalah 0,6 %; 1,0 % dan 1,4%; untuk pancreol bate: 0,6 %. Variasi pH jamur tempe pada penggunaan adalah 3,5 dan 7, untuk pancreol bate : 8,5. Sebagai tolok ukur menggunakan SNI. 06-0253-1989 . Mutu dan cara uji kulit glase dari kulit kambing, serta SNI. 06-0234-1989 : Mutu dan cara uji kulit boks dari kulit sapi. Dari data hasil uji fisis kulit ternyata tidak terdapat perbedaan yang nyata antara penggunaan jamur tempe dengan penggunaan pancreol bate dengan prosentase jamur tempe 0,6 ? 1,4 % dan pH 5 ? 7. Dengan melihat hasilnya maka penggunaan jamur tempe sebagai pengganti agensia bating asal impor ternyata cukup efisien dari segi ekonominya. | Kulit | |
250 | Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan Pada Industri | 2004 | Ir. Arum Yuniari Ir. Sotja Prajati Ir. Siti Rochani Ir.Emiliana Kasmudjiastuti | Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan pada Industri dilaksanakan terhadap salah satu Industri Penyamakan Kulit di Daerah Istimewa yogyakarta dengan didahului sebelum pembuatan dokumen Manual Lingkungan, Prosedur Lingkungan, Instruksi Kerja dan Formulir dibantu oleh Konsultan Lingkungan. Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik mempunyai Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Lingkungan Yogya Environment Certification Assurance (JECA) yang dapat memberikan sertifikat Sistem Manajemen Lingkungan kepada organisasi untuk lingkup sektor industri kulit dan produk kulit, produk karet dan plastik , produk makanan , minuman dan tembakau , bahan kimia, produk kimia dan serat. Dalam kaitannya dengan penerapan ISO 14001 pada industri kulit serta untuk mengetahui kesesuaiannya maka perlu dilakukan audit oleh Lembaga Sertifikasi. Disamping itu untuk mengetahui kinerja sebuah Lembaga Sertifikasi maka pada saat dilakukan audit pada Industri, disaksikan oleh Komite Akreditasi Nasional (witness) | Kulit | |
251 | PENERAPAN SMM ISO 9001 : 2000 DI LINGKUNGAN BBKKP (LANJUTAN) | 2009 | Ir. Any Setyaningsih, Dra. Murwati, Hernadi Surip, B.Sc, Bambang Wiradono, B.Sc | Ir. Any Setyaningsih, Dra. Murwati, Hernadi Surip, B.Sc, Bambang Wiradono, B.Sc | Sistem Mutu | |
252 | Penerapan Teknologi Bersih Di Industri Penyamakan Kulit Di Daerah Istimewa Yogyakarta. | 2003 | Drs. Ign. Sunaryo Ir. Hadi Musthofa Heryanto, Bsc. R. Jaka Susila, ST | Salah satu langkah untuk menekan timbulnya limbah dari industri ialah dengan malaksanakan system teknologi bersih. Hal ini dikarenakan system teknologi bersih berorientasi kepada kegiatan yang bersifat housekeeping, penghematan sumber daya alam dan bahan baku penggantian dan atau mengolah bahan berbahaya menjadi tidak bahaya, proses daur ulang serta pemakaian kembali bahan-bahan sisa/limbah yang terambil kembali. Kegiatan penerapan teknologi bersih ini bertujuan untuk mendapatkan teknologi bersih yang tepat guna serta memasyarakatkannya ke industri penyamakan kulit di DIY. Di samping itu juga untuk memberikan bekal pengetahuan dan pengalaman praktis tentang teknologi bersih yang dipilihnya. Adapun sasaran yang ingin dicapai antara lain berupa peningkatan pelaksanaan proses produksi yang ramah lingkungan serta meningkatnya usaha pelestarian lingkungan di kalangan industri penyamakan kulit. Kegiatan penerapan teknologi bersih yang bisa dilaksanakan meliputi pengembangan teknologi proses buang bulu ramah lingkungan, chrome recovery, proses penyamakan, pengujian air limbah serta kulit jadi dan kandungan krom dalam tanaman. Kegiatan tersebut dilaksanakan di BBKKP dan di industri. Dari kegiatan tersebut telah diperoleh metode proses buang bulu ramah lingkungan yakni gabungan antara metode ensimatis dengan metode sirolime (untuk kulit sapi sama sekali tidak digunakan Na2S). Lumpur dari UPAL PT. Fajar makmur dapat dimanfaatkan untuk pembuatan kompos, namun karena di dalam tanaman yang dipupuk dengan kompos tersebut mengandung krom, maka disarankan agar kompos digunakan untuk pemupukan tanaman hias saja atau tanaman tahunan. Komitmen manajemen sangat diperlukan untuk keberhasilan pelaksanaan penerapan teknologi bersih di industri penyamakan kulit. | Standar | |
253 | PENERAPAN TEKNOLOGI BERSIH DI UNIT PROSES PENYAMAKAN KULIT SITIMULYO | 2007 | Heru Budi Susanto, Purwadi Achmad, B.Sc., Kuwatno, Widodo | Heru Budi Susanto, Purwadi Achmad, B.Sc., Kuwatno, Widodo | Kulit | |
254 | PENERAPAN TEKNOLOGI DAUR ULANG LIMBAH KROM | 2008 | Sri Waskito, B.Sc, SE, Totok Marjiyanto, ST, Prayitno, SE, Thomas Tukirin | Sri Waskito, B.Sc, SE, Totok Marjiyanto, ST, Prayitno, SE, Thomas Tukirin | Kulit | |
255 | Penerapan Teknologi pengemasan dengan bahan plastik untuk makanan. | 2000 | Penerapan Teknologi pengemasan dengan bahan plastik untuk makanan. Penerapan Teknologi pengemasan dengan bahan plastik untuk makanan bertujuan untuk mendapatkan teknologi pengemasan yang tepat dengan bahan plastik untuk makanan, maka guna mendukung industri kecil makanan telah di]akukan penelitian pengemasan sambel peeel menggunakan plastik polietilena (PE) dengan ketebalan 0,09 mm. IPengemasan dilakukan dengan cara vakum dan non vakum. Dari penelitian diperoleh bahwa permeabilitas uap air, pada suhu kamar dan kelembaban relatif 90 %, dari film plastik PE dan bilayer ada!ah 1,10 dan 1,74 mgram uap air /m2 24 jam . Nilai aktivitas air mempunyai kisaran antara 0,43 sampai 0,51 dan masih tampak dalam kisaran yang aman dari pertumbuhan mikroba. Berdasar uji kesukaan, sam bel pecel yang paling disukai oleh konsumen adalah sambel pecel yang dikemas secara vakum dengan plastik bi layer. | Barang Kulit & Garmen | ||
256 | Penerapan Teknologi Pewarnaan Kulit Suede Dengan Maskering Dari Kain Bermotif Untuk Pakaian | 1998 | Ir. Emi Sulistyo Astuti Widhiati, Bsc R. Jaka Susila, Bsc | Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas kulit suede , penganeka-ragaman produk kulit untuk pakaian serta mendapatkan komposisi bahan cat tutup yang optimal agar hasil akhir sesuai dengan persyaratan untuk pakaian kulit. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit kambing pikel kualitas afkir sebanyak 30 lembar kemudian diproses menjadi kulit suede dan diberi motif. Pemberian motif dilakukan dengan cara sablon yaitu melekatkan pewarna berbentuk pasta yang diulaskan pada kulit bagian daging melalui kasa dengan alat penyaput, kemudian dikeringkan diberi lapisan atas. Variasi perlakuan pada penggunaan bahan pengental (50 gram, 75 gram, 100 gram) dan bahan perekat ( 350 gram, 400 gram ) untuk setiap 1.000 gram larutan cat tutup. Hasil penerapan menunjukkan bahwa variasi bahan perekat tidak mempengaruhi ketahanan gosok cat tutup secara kering, kekuatan sobek dan kualitas kulit tetap mempengaruhi ketahanan gosok cat tutup secara basah. Variasi pengental tidak mempengaruhi ketahanan gosok cat tutup secara kering, kekuatan sobek dan kualitas kulit tetapi mempengaruhi ketahanan gosok cat tutup secara basah. Dari penerapan disimpulkan bahwa variasi yang terbaik adalah menggunakan bahan perekat 350 bagian dan pengental 100 bagian. Kulit kambing kualitas afkir dapat diolah menjadi kulit suede bermotif untuk pakaian sehingga dapat meningkatkan kualitasnya. | Kulit | |
257 | Penerapan Teknologi Proses Unhairing Ramah Lingkungan | 2001 | Ir. Titik Purwati Widowati, MP Ir. Puji Ediari Suryaningsih Ir. Hadi Mustofa | Penelitian penerapan teknologi unhairing ramah lingkungan pada industri penyamakan kulit ini bertujuan untuk mencari alternatif bahan proses unhairing yang ramah lingkungan berupa protease Rhizopus sp. dan mensyaratkan teknologi proses unhairing yang ramah lingkungan kepada industri penyamakan kulit. Penelitian ini meliputi percobaan produksi protease, percobaan unhairing secara enzimatis dan penerapan proses unhairing ramah lingkungan di industri. Hasil penelitian menunjukkan cara produksi protease tampak menghasilkan jamur yang paling kompak dan merata. Percobaan unhairing secara enzimatis menggunakan kombinasi aktivitas enzim 0,7 U/cm2 dan Na2S 1 % sudah dapat merontokkan bulu kulit kambing serta kulit mempunyai permeabilitas udara yang baik sehingga tidak perlu dilakukan proses bating dalam tahapan proses selanjutnya. Berdasarkan fotomikrograf, penggunaan protease Rhizopus sp sebagai agensia unhairing mengakibatkan bulu tercabut sampai kepangkal bulunya, sedangkan penggunaan Na2S hanya mengakibatkan pemutusan bulu. Limbah cair yang dihasilkan oleh proses unhairing secara kombinasi enzim dan Na2S kualitasnya lebih baik dibandingkan limbah cair yang dihasilkan oleh proses unhairing secara konvensional, diantaranya hanya mempunyai kandungan sulfida sekitar 15 % nya. Sifat fisik dan organoleptis kecuali kemulurannya memenuhi persyaratan SNI 06.-0234-1989, Mutu dan cara Uji Kulit Glace kambing. Proses unhairing ramah lingkungan menggunakan Rhizopus sp ini telah diterapkan di industri dengan hasil baik | Standar | |
258 | Penerapan teknologiproses unhairing dan bating dengan enzim protease pads Industri Penyamakan Kulit di Sukaregang Garut | 1999 | Penerapan teknologi proses unhairing (penghilangan bulu) dan bating (pengkikisan protein) dengan enzim protease pada industri penyamakan kulit sentra industri Sukaregang Garut, bertujuan untuk rnemasyarakatkan dan menerapkan alih teknologi proses penyamakan kulit serta mencari alternatif bahan pembantu yang ramah lingkungan. Pelaksanaan kegiatan tersebut dikerjakan oleh para penyamak di sentra industri Sukaregang Garut. Kulit yang digunakan untuk proses adalah kulit sapi, kulit domba dan kambing awet garam. Kulit sapi diproses menjadi kulit atasan sepatu dan kulit domba kambing masing-masing menjadi kulit jaket dan glase. Proses penghilangan kulit dan pengikisan protein dikerjakan secara enzimatis menggunakan enzim protease. Konsentrasi enzim yang digunakan untuk proses pembuangan bulu kulit sapi adalah 5% dan kulit domba/kambing 3% dari berat'kotor, dengan aktivitas enzim per ml 0,0914 unit. Untuk proses pengkikisan protein digunakan enzim protease 2% untuk kulit glase dan 4% untuk kulit jaket dengan aktivitas enzim per ml 0,1125 unit. Resep proses yang lainnya sesuai dengan resep baku pembuatan kulit atasan sepatu, jaket dan glase. Hasil kulit yang didapat lebih bersih pada kulit pikel dan warna lebih cerah pada kulit wetblue. Limbah yang dihasilkan mutunya lebih baik dibanding dengan cara biasa dengan ditunjukkan bahwa kualitas limbah yang dihasilkan menurun 1-13 kali ditinjau dari parameter uji serta kulit yang diproses memenuhi persyaratan SNI (proses pengapuran). Enzim protease..produksi BPPT layak digunakan sebagai bahan penghilang bulu dan pengkikisan protein yang mampu menurunkan limbah penyamakan kulit. | Kulit | ||
259 | Pengelolaan Limbah Padat Kulit (Sludge) dengan Sanitary Landfill. | 1999 | Pengelolaan Limbah Padat Kulit (Sludge) dengan Sanitary Landfill. Kegiatan ini bertujuan untuk membuat sistim pengolah limbah padat kulit (lumpur) dari instalasi pengolah limbah agar tidak mencemari lingkungan. Limbah lumpur dari IPAL industri penyamakan kulit perlu dipres untuk memudahkan pengelolaan selanjutnya. Kegiatan ini menerapkan pengelolaan limbah padat kulit (lumpur pres) dengan sanitary landfill. Sanitary landfill adalah cekungan lahan untuk diisi lapisan limbah padat secara berseling dengan lapisan tanah. Pengelolaan limbah padat ini dibuat variasi lapisan tipis dan lapisan tebal. Lapisan tipis berupa lapisan lumpur pres setebal 20 cm, ditutup lapisan tanah setebal 20 cm, ditimbun lumpur pres setebal 20 cm dan yang paling atas ditutup dengari lapisan tanah setebal 20 cm. Sedangkan lapisan tebal berupa lapisan lumpur pres setebal 60 cm lalu ditutup lapisan tanah setebal 20 em. Pemantauan yang dilakukan berupa pengamatan terhadap "leachate" yakni cairan rembesannya baik seeara visual maupun analisis laboratori. Dari basil pengamatan uji laboratori dapat disimpulkan bahwa : .:. Leachate dari variasi lapisan tebal lebih keruh dan berbau tidak sedap dari pada leachate dari variasi lapisan tipis. .:. Leachate dari variasi lapisan tebal mengandung parameter baku mutu limbah cair (BOD5, COD, Total krorn, Sulfida, TSS, Lemak pH) lebih tinggi dari pada variasi lapisan tipis. Kedua leachate jauh lebih tinggi kadarnya dari baku mutu yang ditetapkan, sehingga harus diolah kembali ke IPAL. .:. Untuk mengatasi terjadinya penyebaran leachate ke air tanah atau ke lingkungan sanitary landfill mutlak perlu diberi alas dari bahan yang kuat dan kedap air. I | Kulit | ||
260 | Pengembangan Layanan Informasi Melalui Jaringan Komputer (Lan) Dan Implementasi Data Base Litbang | 2004 | Ir. Syakir Hasyimi Budiwiyono Sunarso Zaenal Dewi Rustiningsih | Tujuan dari pengembangan layanan informasi ini adalah membangun sistem informasi litbang Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik dengan sasaran terwujudnya tatanan informasi litbang Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik yang terpadu, mudah diakses, efisien, terbaharui dan informatif. Pelaksanaan kegiatan Pengembangan Pelayanan Informasi melalui jaringan Kompurer (LAN) dan Implementasi Database Litbang sampai dengan semester kedua telah dilakukan kegiatan yang melipuri : studi pustaka, studi lapangan, perancangan konfigurasi LAN, instalasi jaringan LAN yang mencakup 14 titik. Uji coba dan Implementasi Database Litbang dan Pelatihan Jaringan LAN di BBKKP. Belum adanya dukungan komputer pada ruang Ka. BBKKP, Peneliti dan Seksi Kerjasama serta relokasi Sub. Bagian Program, menyebabkan baru 10 titik yang beroperasi. | Kulit |