# | Judul | Tahun | Pelaksana | Abstrak | Kategori | |
---|---|---|---|---|---|---|
241 | AKREDITASI SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) ISO 9001 : 2000 (UNIT FINISHING (LANJUTAN) | 2008 | Ir. Titik Purwati Widowati, M.P., Ir. Any Setyaningsih, Dra. Murwati, Bambang Wiradono, B.Sc. | Ir. Titik Purwati Widowati, M.P., Ir. Any Setyaningsih, Dra. Murwati, Bambang Wiradono, B.Sc. | Sistem Mutu | |
242 | ALIH TEKNOLOGI PENYAMAKAN KULIT KONVENSIONEL DI PADANG PANJANG SUMATERA BARAT | 2008 | Ir. V. Sri Pertiwi Rumiyati, M.P., Sutarti Rahayu, B.Sc, Amir Hamzah, S.T., Wahono, A.Md. | Ir. V. Sri Pertiwi Rumiyati, M.P., Sutarti Rahayu, B.Sc, Amir Hamzah, S.T., Wahono, A.Md. | Kulit | |
243 | PENGEMBANGAN LSP-JPA DAN LSSML-JECA | 2006 | Ir. Widari, Ir. Sotja Prajati, C. Yuwono Sumasto, ST., Murdjilah, SE. | Ir. Widari, Ir. Sotja Prajati, C. Yuwono Sumasto, ST., Murdjilah, SE. | Kulit | |
244 | LAPORAN RISET PERKEMBANGAN POTENSI INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT | 2006 | M. Endang Titik Widyaningsih | Judul kegiatan ini adalah riset perkembangan potensi industri penyamakan kulit, bertujuan untuk mengetahui perkembangan industri penyamakan kulit serta mengetahui gambar permasalahan yang ada. Sebagai langkah awal dilakukan studi pustaka dan studi lapangan di berbagai Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Assosiasi, Lingkungan Industri Kecil (LIK), dan beberapa perusahaan penyamakan kulit . Data diperoleh dengan mengadakan survey dan mengirimkan Daftar Isian ke Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Industri Penyamakan Kulit. Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa industri kecil dan menengah sebanyak 213 unit usaha dengan tenaga kerja sebanyak 3217 orang, sedangkan jumlah industri besar sebagnyak 18 perusahaan dengan tenaga kerja sebanyak 4.009 orang. Volume ekspor kulit tahun 2006 apabila dibandingkan dengan volume ekspor kulit tahun 2005 diperkirakan mengalami penurunan sebanyak 10% karena banyaknya kulit mentah yang diekspor. Kendala yang dihadapi oleh industri kulit baik industri kecil, menengah, dan besar pada umumnya sama, yaitu kurangnya jumlah pasokan bahan baku kulit, mutu bahan baku berubah-ubah dan cenderung naik, adanya persaingan harga dan kualitas produk, spare-parts mesin sulit diperoleh/harus impor, dan biaya pemeliharaan mesin tinggi, serta kualitas bahan baku kulit tidak merata. | Kulit | |
245 | LAPORAN KAJI ULANG SNI KOMODITI KULIT DAN KARET | 2009 | Niken Karsiati, Emi Sulistyo Astuti, Marsudi Wiyono, Sofia Budiati Cahyani | Kaji ulang SNI komoditi kulit dan karet, bertujuan untuk melakukan kajian terhadap isi dokumen Sni sebanyak 5 judul dan melakukan pengujian mutu produk sebagai dasar untuk menentukan persyaratan mutu dalam penyusunan draft RSNI 1, lima judul SNI tersebut adalah :1. SNI 06-0567-1989, Kulit kras sapi samak krom nabati 2. SNI 06-3535-1994, Kulit wet blue sapi 3. SNI 06-3536-1994, Kulit kras domba kambing 4. SNI 06-3538-1994, Kulit wet blue domba kambing 5. SNI 12-1000-1989, Karpet karet Kaji ulang dilakukan terhadap dokumen SNI berdasakan ISO guide 7 dan pedoman BSN 8-2000,serta hasil survei ke industri dan instansi terkait. Berdasarkan data hasil pengujian dan kajian SNI, maka kelim judul SNI tersebut perlu direvisidan disusun draft RSNI nya. Untuk RSNI kulit wet blue sapi dan RSNI kulit kras sapi telah dibahas dalam rapat teknis, prakon dan rakon di Jakarta, sedangkan untuk 3 judul RSNI lainnya kan diusulkan ke Pustan - BPPI melaui panitya teknisterkait untuk dilakukan pembahasannya tahun depan. | Standar | |
246 | Kajian Standar Nasional Indonesia di Bidang Kulit, Karet dan Plastik | 2011 | Emi Suliestyo Astuti, Hastungkoro W.W | Kajian Standar Nasional Indonesia (SNI) dibidang Kulit, Karet dan Plastik bertujuan untuk melakukan kaji ulang sebanyak 5 ( lima ) judul SNI yang telah diterbitkan lebih dari 20 tahun yang berkaitan dengan cara uji kulit. Adapun judul tersebut adalah : SNI 06-0563-1989 cara uji kadar abu dalam kulit tersamak, SNI 06-0644-1989 Cara uji kadar air dalam kulit, SNI 06-0564-1989 Cara uji kadar minyak dan atau lemak dalam kulit tersamak, SNI 06-0645-1989 Cara uji kadar krom oksida kulit tersamak dan SNI 06-0994-1989 Cara uji derajad penyamakan (DP) kulit tersamak. Berdasarkan hasil kajian dan pedoman KAN 14-2001 tentang spesifikasi SNI untuk penilaian kesesuaian, maka kelima judul SNI tersebut perlu direvisi. Kemudian hasil kajian diusulkan kepada panitya teknis kulit , produk kulit dan alas kaki untuk dilakukan program perumusan. | Standar | |
247 | KAJIAN STANDAR NASIONAL INDONESIA PRODUK KARET | 2012 | Ir. Syakir Hasyimi, M.Si Ir. Emi Sulistyo Astuti, MP Indriyani Prastiwi Hariyani, ST | Kajian Standar Nasional Indonesia (SNI) produk karet, bertujuan untuk melakukan pengkajian Standar Nasional Indonesia terhadap isi dokumen SNI produk karet sebanyak 5 (lima) judul dan melakukan pengujian mutu produk sebagai salah satu dasar untuk menentukan persyaratan mutu dalam penyusunan draft Rancangan SNI. Lima judul SNI produk karet tersebut adalah : SNI Lembaran karet cetak untuk sol, SNI Lis karet kaca kendaraan bermotor, SNI Packing karet tutup tangki bahan bakar kendaraan bermotor, SNI Karet pegangan setang (grip handle) sepeda motor, SNI Karet bantalan kaki (rubber step) sepeda motor. Kajian dilakukan terhadap dokumen SNI berdasar ISO Guide 7, Pedoman BSN dan hasil survey ke industri, pasaran terhadap produk lembaran karet cetak untuk sol,lis karet kaca kendaraan bermotor, packing karet tutup tangki bahan bakar kendaraan bermoto, karet pegangan setang (grip handle) sepeda mototr, dan karet bantalan kaki (rubber step) sepeda motor. Berdasar kajian dokumen SNI dan data hasil pengujian produk di laboratorium, dan Pedoman KAN 14-2001 tentang Spesifikasi SNI untuk penilaian kesesuaian, maka terhadap kelima judul dokumen SNI produk karet yaitu SNI Lembaran karet cetak untuk sol, SNI Lis karet kaca kendaraan bermotor, SNI Packing karet tutup tangki bahan bakar kendaraan bermotor, SNI Karet pegangan setang (grip handle) sepeda motor, SNI Karet bantalan kaki (rubber step) sepeda motor perlu direvisi dan disusun draft RSNI nya. | Standar | |
248 | Rekayasa Mesin Pengikis Mutiara Kulit Ikan Pari untuk pembuatan barang jadi kulit | 2017 | R. Jaka Susila | Karena kulit ikan pari keras sehingga di[perlukan mesin jahit yang kuat.Untuk memuadahkan proses penjahitan perlu dilakukan pengikisan u tuk menghilangkanbutiran mutiara pada bagian yang akan di jahit. Saat ini belum ada peralatan yang sesuai untuk menghilangkan butiran mutiara kulit ikan pari sehingga pengrajin menghadapi kendala pada waktu menjahit kulit ikan pari. Pengrajin mencoba untuk menghilangkan butiran mutiara kulit ikan pari secara manual akan tetapi hasilnya kurang sem[purna dan membutuhkan waktu yang lam. Rekayasa Mesin Pengikis Mutiara kulit ikan pari untuk pembuatan barang jadi kulittelah menghasilkan satu unit prototipe mesin pengikis mutiara kulit ikan pari dengan motor listrik 1 phase, daya total 1170 watt dapat mengikis mutiara kulit ikan pari sehingga dapat di jahit saat akan dibuat barabg jadi kulit. Pengikisan dapat dilakukan dengan arah lurus dan melengkung berlawanan arah jarum jam (arah cembung) | Rekayasa | |
249 | Sarung Tangan Karet anti alergi Berbasis Lateks Karet Alam Terdeproteinasi | 2017 | Indiah Ratna Dewi, S.Si. Muhammad Sholeh, M.Eng. Dona Rahmawati, S.TP. Endang Susianai, ST. Dr. Rer. nat Noviyan Darmawan, M.Sc. | Karet alam (NR) dari spesies Hevea brasilliensis adalah salah satu sumber daya alamterbarukan yang sangat berharga. NR memiliki banyak sifat yang unggul, namun juga memiliki kelemahan dalam sifat-sifat tertentu, seperti ketahanan terhadap minyak dan ketahanana terhadap cuaca. Keberadaaan ikatan ganda C=C pada rantai monomer Isoprenamenyebabkan NR mudah terdegradasi ketika permukaanya terpapar langung oleh sinar matahari, ozon, radiasi sinar UV dan udara, khususnya pada udara yang tinggi sehingga dilakukan modifikasi kimia terhadap NR untuk mengurangi kelemahannya. Namun keberadaan protein dalam NR dapat mengganggu efektivitas modifikasi kimia tersebut. Protein dapat bertindak sebagai pemburu radikal bebas dan dapat menghilangkan spesies radikal bebasyang ada pada mekanisme reaksi modifikasi. Protein yang terdapat pada permukaan NR juga dapat menimbulkan alergi sehingga protein dalam NR perlu di hilangkan. Proses deproteinasi lateks tinggi ammonia (HA – NR) menggunakan enzim proteolitik (1; 1,5; 2; 2,5% b/b), Urea (0,05; 0,1; 0,15;% b/b) dan gabungan keduanya(enzim 1%, urea 0,05% variasi waktu) ditambah dengan surfaktan SDS dan Sentrifuse 3500 rpm selama 3 x 60 menit sehingga menghasilkan karet yang terdeproteinasi (DPNR). Dilakukan pengujian protein dengan metode Kjeldahl, lateks hasil deproteinasi DPNR yang paling optimumdibuat film lateks. Dilakukan variasi konsentrasi koagulan (10; 20; 30%) dan waktu pencelupan (10; 20; 30 detik). Pada pembuatan film lateks dilakukan variasi pada jumlah bahan pengisi nano (0, 1, 2, 3, 4 dan 5%) Film yang hasilkan dilakukan pengujian kuat tarik dan perpanjangan putus. Dari hasil penelitian didapatkan hasil deproteinasi paling optimum adalah kombinasi enzin 1% -urea 0,05%, inkubasi 120 menitdalam suhu ruangKonsentrasi koagulan 20% dan waktu pencelupan 20 detik menghasilkan film dengan kuat tarik dan perpanjangan putus tertinggi. Film lateks tanpa penambahan bahan nano (NPCC=0) menghasilkan nilai kuat tarik dan perpanjangan putus tertinggi. Lateks DPNR dengan hasil terbaik pada uji kuat tarik dan perpenjangan putusnya kemudian dijadikan sebagai bahan untuk pembuatan sarung tangan karet anti alergi. Sarung tangan karet ditambah dengan anti bakteri ekstrak sirih dan ion Ag+. | Karet | |
250 | PEMBUATAN KARET WIPER MOBIL MENGGUNAKAN BAHAN PENGISI PRECIPITATED CALCIUM CARBONATE (PCC) TERAKTIVASI | 2012 | Ike Setyowati, ST Indiah Ratna Dewi, S.Si Rangga Kistiwoyo, ST | Karet wiper merupakan komponen kendaraan bermotor roda empat atau lebih yang vital karena menyangkut keselamatan pengemudinya. Material karet wiper rawan terkena deteriorasi akibat cuaca, akibatnya menjadi keras, kaku dan tidak fleksibel. Hal ini dapat menyebabkan pandangan pengemudi menjadi terganggu. Dengan meningkatnya produksi mobil, juga dengan pergeserab gaya hidup, maka komponen ini menjadi meningkatkebutuhannya. Penelitian-penelitian terdahulu telah dilakukan untuk mengupayakan produk karet wiper yang berkualitas prima. Berbagai jenis karet digunakan dengan metoda pelapisan dengan zat tertentu untuk menghasilkan performa penyapuan (wiping) yang maksimal. Namun, dengan berjalannya waktu lapisan tersebut semakin menipis dan akhirnya habis. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk menghasilkan karet wiper dengan performa yang prima pada jangka waktu yang panjang. Precipitated calcium carbonate (PCC) digunakan pada komponen yang terbuat dari Polyvinyl Chloride (PVC) dapat memberikan surface gloss yang baik dan apabila digunakan dalam bentuk yang aktif dapat meningkatkan sifat fisis vulkanisat, jugadengan ketahanan terhadap cuaca. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah karet alam (pale crepe), precipitated calcium carbonat (PCC), impor (DIACAL) dan lokal (Surabaya), carbon black (HAF dan GPF), aflux 42, ZnO, TMQ, 6PPD, paraffin wax, paraffinic oil, PVI, MBTS, DPG dan sulfur, Kegiatan penelitian dibagi menjadi tahapan aktivasi PCC lokal, desain dan trial formulasi, penelitian dan analisa data. Data hasil pengujian dibandingkan dengan ASTM D 2000 untuk menentukan formulasi terbaik. Hasil penelitian menunjukkan kekerasan vulkanisat belum memenuhi persyaratan ASTM D 2000 untuk karet wiper (wiper blade). Sifat lain yang nilainya masih tinggi adalah ketahanan pampat tetap. Sifat fisis lainnya memberikan kecenderungan yang sama, baik PCC DIACAL maupun Lokal. Pemilihan formulasi terbaik dilakukan dengan mengesampingkan persyaratan kekerasan. Pertimbangan didasarkan pada perpanjangan putus, tegangan putus, kekuatan sobek dan ketahanan pampat. Diperoleh 2 (dua) formulasi terbaik, yaitu WB9 dan WB10. | Karet | |
251 | Pengembangan Teknologi Proses Dan Penerapan Lateks Alam Iradiasi Kopolimer (Laik) Sebagai Lem Pada Pembuatan Sepatu Kanv | 1998 | Ir. Penny Setyowati Dra. Sri Nadilah Dra. Murwati | Kegiatan ? Pengembangan teknologi proses dan penerapan lateks alam iradiasi kopolimer (LAIK) sebagai lem pada pembuatan sepatu kanvas ? meliputi tahap pra penerapan dilanjutkan dengan tahap penerapan di industri sepatu. Pada tahap pra penerapan dilaboratorium dilakukan percobaan perekatan antara lembaran karet dengan kanvas menggunakan 6 jenis lem LAIK yaitu M33LK, M43LK, M50lk, M33LI, M43LI dan M50LI. Kondisi perekatan bervariasi : dipres dengan tekanan 4 kg/cm2 pada suhu kamar (pres dingin) selama 2 menit, suhu 100o C selama 10 detik, suhu 120oC selama 10 detik dan suhu 150oC selama 10 detik. Pada tahap pra penerapan ini, hasil kuat rekat antara karet kanvas yang optimum dicapai oleh lem LAIK M43Lk pada kondisi pengepresan 100 oC sebesar 17,96 N/6 mm. Selanjutnya hasil optimum tersebut diterapkan di industri sepatu PT.Kompas Mas, kondisi menyesuaikan dengan kondisi pabrik yaitu vulkanisasi otoklaf 110o C ? 12oC, menghasilkan kuat rekat antar foksing ? kanvas = 16,763 N/mm. Hasil tersebut sedikit lebih tinggi baik dibandingkan dengan kuat rekat sepatu kanvas menggunakan lateks kebun biasa (LA) serta memenuhi persyaratan mutu SNI. 12-0172-1987 ? Sepatu Kanvas untuk Umum?. | Karet | |
252 | KAJIAN SNI KULIT TAHAN AIR DAN KULIT SARUNG TANGAN SERTA PEBNDUKUNGNYA | 2010 | Puji Ediari Suryaningsih, Emi Sulistiyo Astuti, Marsudi Wiyono, Mochamad Nurhafiq | Kegiatan berjudul Kajian SNI Kulit Tahan Air dan Kulit Sarung Tangan serta Pendukungnya bertujuan untuk melakukan kajian terhadap SNI kulit tahan air, kulit sarung tangan, sarung tangan Golf, cara uji penyerapan air dan cara uji tembus uap air pada kulit. Adapun SNI yang dikaji ulang meliputi SNI 06-0777-1996, Kulit sarung tangan Golf samak krom dari dombadan kambing, SNI 12-0897-1989, Sarung tangan Golf dari kulit, SNI 06-0997-1989, Cara uji penyerapan air kulit tersamak, SNI 06-4587-1998, Cara uji tembus uap air pada kulit jadi serta melakukan kajian ketahanan air pada kulit tahan air. Secara umum keempat judul SNI yang dikaji perlu direvisi meskipun substansi cara uji penyerapan air dan cara uji tembus uap air sama. Hasil kajian SNI terwujud sebagai draft RSNI 1 kecuali Kulit tahan air berupa parameter tahan air yang dapat dityambahkan ke dalam SNI-SNI kulit untuk bagian atas alas kaki yang sudah ada. RSNI hasil kajian harus diteruskan prosesnya supaya resmi menjadi SNI baru melalui Pusat Standarusasi dan Panitia Teknis Kulit, Produk kulit dan Alas Kaki (59.02). | Standar | |
253 | LAPORAN PEMBUATAN KULIT JADI DENGAN BERBAGAI TYPE FINISH UNTUK ATASAN SEPATU (UPPER LEATHER) | 2007 | Ir. Puji Ediari Suryaningsih, Heryanto, B.Sc., Mursulasno, Kasmin Nainggolan, B.Sc | Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh aneka type finish kulit jadi dari kulit ikan kakap, kerapu, dan pari untuk atasan sepatu. Kulit-kulit ikan tersebut diatas dan juga kulit ikan nila (gift) merupakan limbah (hasil samping) dari industri fillet ikan yang umumnya diekspor. Kulit jadi hasil kegiatan diuji secara fisis untuk menentukan kelayakannya sebagai bahan sepatu. Type finish yang diterapkan pada kulit ikan dalam kegiatan ini adalah sentuhan (perlakuan) khusus untuk meningkatkan penampilannya. Type finish yang dapat diterapkan untuk meningkatkan penampilankulit jadinya adalah pada kulit ikan kakap dengan memangkas kantong-kantong bekas sisiknya pada kulit ikan pari dengan mengamplas bagian batu-batu mutiaranya. Hasil uji fisis kulit-kulit jadi yang dianggap memiliki type finish, perlakuan setrika, dan perlakuan penyamakan (variasi bahan penyamak) dari semua jenis ikan ternyata tidak ada yang memenuhi kualitasnya, sebagai bahan atasan jika dibandingkan dengan SNI Kulit Glace Kambing No. 06-0257-1989. Kulit ikan kakap cukup kuat tapi terlalu mulur sedangkan kulit ikan kerapu kurang kuat dan terlalu mulur; demikian juga kulit ikan pari meskipun cukup kuat tapi kaku atau kurang mulur. Adapun hasil uji kulit ikan nila gift ternyata justru paling baik yaitu cukup kuat dan kemulurannya memenuhi persyaratan. Oleh karena kulit yang akan dibuat sepatu adalah kulit ikan kakap, kerapu, dan pari, maka kulit jadi hasil kegiatan ini hanya dipakai sebagai aksen (ornamen) sepatu baik untuk sepatu pria (15 pasang) maupun sepatu wanita (15 pasang). Dengan demikian perlu tindak lanjut terhadap pemanfaatan kulit ikan nila gift yang ternyata dapat memenuhi syarat sebagai bahan atasan sepatu. | Kulit | |
254 | Penerapan Penggunaan Bahan Kulit untuk Pengembangan Desain Furniture | 1999 | Ir. Suramto Bambang suroto, BA Dian dwi antari, Bsc | Kegiatan ini dengan judul penggunaan bahan kulit untuk pengembangan desain furniture bertujuan sebagai penganekaragaman produk barang kulit dari bahan kulit yang dipakai sebagai elemen produk furniture serta untuk menambah dan memacu kreatifitas perajin kulit serta sebagai peningkatan kemampuan dari personel. Sasaran yang dibuat berupa model/protipe 4 buah kursi, Sebuah meja, 2 buah tempat majalah serta 2 buah kap lampu. Metode yang digunakan dimulai dengan perancangan desain furniture yang menggunakan bahan kulit sebagai elemen hias yan dominan sekaligus fungsional. Kemudian gambar tekniknya baik pada kerangka furniture maupun pada bahan kulitnya kemudian direalisasikan pada barang jadi berupa model atau prototipenya. Pengerjaan kerangka furniture diserahkan pada perajin permebelan, sedang perancangan desain, pengerjaan bahan kulit maupun perakitan antara kerangka dan kulit dilaksanakan oleh anggota kelompok kerja. Teknologi perakitan menggunakan beberapa sistem antara lain dengan kaitan, lem atau tempel maupun teknik jahit. Guna menambah keindahan, kulit yang digunakan diberikan motif hias dengan hias tatah tembus, tatah timbul maupun pewarna. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa dengan bahan kulit dapat memberikan tambahan nilai estetika dari produk furniture. | Plastik | |
255 | Pembuatan Cetakan Souvenir Plastik Sistem Injection Molding Dengan Mesin CNC BBKKP | 2010 | Sri Waskito, BSc., SE Sujarwoko Tri Rahayu Setyo Utami Pramono | Kegiatan pembuatan Cetakan Souvenir Plastik Sistem Injection molding dengan mesin CNC BBKKP bertujuan untuk membuat cetakan souvenir plastik sistem Injection molding yang mempunyai presisi baik dengan mesin CNC BBKKP. Bahan untuk pembuatan cetakan/mold berupa MS Plate S$%C, bahan pembuatan Elektrode proses EDM berupa tembaga dan bahan untuk uji coba injection molding berupa resin plastic Polipropilena. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini melalui beberapa tahapan yaitu tahap studi pustaka, studi banding, pembuatan desain souvenir, pembuatan cetakan dan uji coba cetakan dengan mesin Injection Molding BBKKP. Hasil kegiatan yang dilaksanakan berupa satu unit cetakan souvenir plastic system injection molding dengan mesin CNC BBKKP dengan ukuran Cavity plate dan core plate (panjang x lebar = 270x250 mm) untuk souvenir plastic dengan logo Kementrian Perindustrian dan logo BBKKP. Cetakan telah diuji coba menggunakan mesin injection molding BBKKP dengan bahan resin plastic polipropilena dan PVC. | Plastik | |
256 | Aplikasi Precipitated Calcium Carbonate untuk Komponen Elektronika | 2011 | Ir. Dwi Wahini Nurhajati, M Eng., Dra. Sri Brataningsih Pudji Lestari | Kegiatan penelitian “ Aplikasi Precipitated Calcium Carbonate ( PCC ) unuk komponen elektronika” yang telah dilaksanakan selama 10 bulan telah diperoleh 5 formulasi komposit PVC/NPCC. Komposit PVC/NPCC diproses dengan menggunakan laboplastomill dilakukan pada suhu 165ºC dengan torsi 50 rpm dan waktu 10 menit. Hasil mikograf SEM menunjukan bahwa parikel filler NPCC dialam matrik PVC terdistribusi secara homogeny. Hasil FTIR komposit PVC/NPCC menunjukan adanya gugus PVC, aditif dan NPCC. Hasil pengujian komposit PVC/NPCC menunjukan bahwa peningkatan jumlah NPCC menaikkan kekerasan, kuat tarik, berat jenis, ketahanan pukul takik, ketahanan terhadap panas dan suhu awal dekomposisi, namun menurunkan sifat perpanjangan putus. Hasil uji sifat elektrik dan ketahanan terhadap percikan api semua komposit yang dibuat telah memenuhi persyaratan SNI 04-6504-2011, namun ketahanan terhadap panas belum dapat memenuhi persyaratan SNI 04-6504-2011; lampu swa-balast untuk pelayanan pencahayaan umum – persyaratan keselamatan. Komposit terbaik ditinjau dari sifat ketahanan panas adalah komposit yang berisi NPCC 15 phr dan dicetak menjadi komponen elektronika. | Plastik | |
257 | LAPORAN PENGOLAHAN LUMPUR DENGAN SANITARY LANDFILL (TAHAP II) | 2007 | Sri Sutyasmi | Kegiatan penelitian ini dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari penelitian tahun 2006. Tujuan kegiatan penelitian ini ialah untuk mewujudkan prototipe Sanitary Landfill hasil penelitian tahun 2006 dan mengaplikasikannya untuk pengeloaan lumpur industri penyamakan kulit, sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi masalah pengeloaan lumpur industri penyamakan kulit. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di unit proses penyamakan dan pengolahan limbah kulit, di dususn Nganyang, Siti Mulyo, Piyungan Bantul, Yogyakarta. Lumpur yang diolah/dikelola adalah lumpur dari IPAL unit proses penyamakandan pengolahan limbah kulit , tersebut. Lumpur dianalisa terlebih dahulu untuk mengetahui karakterisasinya, TCLP,LD 50, logam berat. Lumpur yang akan ditimbun dalam landfill ini mengandung logam berat seperti Cd - 2,80mg/kg; Pb - 13,10 mg/kg; Cr - 1160 mg/kg. apabila kandungan Cd dan Pb tersebut dibandingkan dengan data dalam Ketentuan Teknis ( tabel 6), maka ini berarti bahwa lumpur tersebut sebenarnya bisa dibuang kedalam landfill kategori III. Namun berhubung kandungan krom dalam lumpur tersebut adalah 1.160 mg/kg, yang berarti kurang dari 2500 mg/kg dan lebih besar dari 250 mg/kg, maka demi keamanan lumpur tersebut ditimbun dilandfill kategori II. Dari hasil pengjian LC50 96 lam sebesar 0,4% dengan sifat toksisitas yang akut. Efek perlakuan awal terhadap limbah diduga mengakibatkan reaksi yang akut jika bersinggungan dengan perairan. Hasil penelitian LD 50 untuk limbah lumpur, menunjukan tidak terjadi kematian yang mencapao 50%, hanya ada kecenderungan menurunkan berat cacing sebagai hewan uji. Dengan demikian limbah lumpur dapat dinyatakan cukup aman dan tidak toksik untuk dipapar dilingkungan padat. Produksi lumpur kering setelah diolah disaringan pasir ialah sebesar + 20 karung = 300 kg per minggu = 14.400 kg dalam satu tahun. Landfill didesain untuk dioperasikan selama 5 - 6 tahun tahun yang dapat menampung lumpur sebanyak 84.000 kg. Sehingga volume landfill yang dibuat minimal 56 m3 dengan ukuran 4,832 x 6,5 x 3,5 m3 . Dari kegiatan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa telah diperoleh suatu prototipe Sanitary landfill yang sesuai dengan persyaratan dan dapat digunakan untuk kebutuhan sendiri atau diaplikasikan ke IPK yang lain. Denagan terwujudnya prototipe landfill ini, diharapkan unit proses penyamakan dan pengolahan limbah kulit, di Sitimulyo, piyungan, Bantul Yogyakarta dapat mengatasi masalah lingkungan yang diakibatkan oleh lumpur. | Kulit | |
258 | Pengembangan pemantauan enzim kulit untuk penyamakan kulit | 2005 | Drs. Ign. Sunaryo Kasmin Neinggolan, B.Sc,Sutarti Rahayu, B.Sc.Widodo, B.Sc., S.Sos | Kegiatan Pengembangan Pemanfaatan Enzim untuk Penyamakan kulit ini merupakan kelanjutan dari kegiatan serupa yang pernah dilaksanakan. Adapun maksud dari kegiatan ini ialah untuk mencari peluang baru pemanfaatan enzim, (khususnya Enzim A) di Industri Penyamaakan kulit; mengetahui pengaruh enzim terhadap struktur jaringan dan kwalitas kulit, serta mensosialisasikan proses bioteknologi kepada industri penyamakan kulit. Di samping itu digunakan juga Enzim B sebagai produk baru yang juga diproduksi di dalam negeri . Sedangkan enzim C yang merupakan produk import, diuji untuk sekedar sebagai pembanding dari segi kwalitas aktifitas enzimnya. Hal ini perlu dilaksanakan untuk mencapai suatu sasaran yakni terwujudnya industri penyamaakan kulit yang berwawasan lingkungan. Lingkup kegiatan ini meliputi studi pustaka untuk memperkuat teori; percobaan-percobaan proses secara enzimatis skala laboratorium untuk membekali pengetahuan serta pengalaman sebagai pra personil, pengujian?pengujian laboratories untuk mengetahui kualitas enzim, kulit, serta air limbah. Hasil uji kondisi optimal enzim menunjukkan bahwa Enzim C mempunyai nilai aktivitas paling tinggi, dengan kisaran pH 6?9, suhu 30o ? 45oC. Sedangkan Enzim A mempunyai aktivitas paling rendah. Rendahnya nilai enzim produk dalam negeri ini menyebabkan Tim mengalami kesulitan untuk mengembangkan pemanfaatannya di industri penyamakan kulit. Hasil pengujian kulit setelah diproses menunjukkan bahwa berdasarkan parameter kekuatan tarik dan kemuluran, ternyata semua kulit bisa memenuhi persyaratan SNI. Hasil uji air limbah membuktikan bahwa proses secara enzimatis dapat menekan beban pencemaran yang jauh lebih besar dibanding proses biasa dengan natrium sulfida. Bekal pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama kegiatan di laboratorium, digunakan sebagai dasar untuk aplikasi proses secara enzimatis di industri. Ada empat industri yang bersedia untuk melakukan uji coba, yakni PT Budi Makmurjayamurni di Yogyakarta, PT. Rajawali Nusindo di Jawa Timur, PD. Sumber Kulit di Magetan dan PT. Lembah Tidar di Magelang. Pada umumnya industri menyatakan bahwa pemakaian enzim untuk proses penyamakan mempunyai manfaat yang besar dalam menjaga pelestarian lingkngan. | Kulit | |
259 | LAPORAN PENGEMBANGAN METODE UJI PARAMETER EKOLABEL DAN VALIDASI UJI PARAMETER UDARA | 2008 | C. Yuwono Sumasto, ST, Christiana Maria H P, A.Md, Sofia Budiati Cahyani, Tisnowati, B.Sc | Kegiatan Pengembangan Metode Uji Parameter Ekolabel dan Validasi Uji Parameter Udara bertujuan untuk mendapatkan metode uji, meningkatkan kemampuan laboratorium dan sumber daya manusia penguji untuk melakukan pengujian parameter udara dan pengujian ekolabel yaitu formaldehid, mengoptimalkan penggunaan instrument yang ada di laboratorium serta mendapatkan hasil uji yang mempunyai validitas tinggi. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengembangan metode uji parameter ekolabel yaitu formaldehid dan zat warna azo dalam kulit tersamak serta validasi metode uji parameter udara yaitu NH3, NO2, SO2, Oksidan. Pengembangan metode uji dilakukan dengan memperhatikan kondisi (peralatan) laboratorium yang ada, validasi dilakukan dengan langkah-langkah menurut kaidah validasi metode yakni : konfirmasi identitas, selektifitas dan spesifitas, dan daerah kerja, linieritas, limit detekti dan limit kuantifikasi, ripitabilitas dan reprodusibilitas, akurasi dan kebenaran, perolehan kembali srta ketidakpastian. Hasil pengembangan metode uji untuk kadar formaldehid telah dapat diterapkan serta divalidasi untuk memastikan kehandalan metode. Validasi parameter udara ambient untuk uji NH3 yaitu : selektivitas pada ë 630nm, daerah kerja dari 0-0,6 ppm, IDL 0,0107 ppm, linieritan (r) 0,9985, ripitabilitas 0,0052 ppm, reprodusibilitas 0,00134 ppm, recovery 88,63%, ruggednes/robustnes 11,37 dan ketidakpastian pengujian 10.21 ± 0.006979. parameter uji NO2 yaitu : selektivitas pada ë550 nm, daerah kerja dari 0 – 0,64 ppm, IDL 0,0029 ppm, linieritas (r) 0,9997, ripitabilitas 0,0031 ppm, reprodusibilitas 0,001152 ppm, recovery 90,63%, ruggednes/robustnes 9,37 dan ketidakpastian pengujian 5.832 ±0.10525. Parameter uji SO2 yaitu : selektivitas pada ë560 nm, daerah kerja dari 0 – 0,6867 ppm, IDL 0,0343 ppm, linieritas (r) 0,9999, ripitabilitas 0,0058 ppm, reprodusibilitas 0,00115 ppm, recovery 93,25%, ruggednes.robustnes 6,75 dan ketidakpastian pengujian 12.040 ± 0.07432. Parameter uji Ox yaitu : selektivitas pada ë352 nm, daerah kerja dari 0 – 0,2529 ppm, IDL 0,00257 ppm, linieritas (r) 0,9986, ripitabilitas 0,0092 ppm, reprodusibilitas 0,0006 ppm, recovery 101,7 ruggednes/robustnes -1,70 dan ketidakpastian pengujian 4.707 ±0.1326. Metode uji formaldehid yang telah dikembangkan kemudian juga dilakukan validasi dengan hasil : selektivitas pada ë 412 nm, daerah kerja dari 0 – 3,0 ppm, IDL 0,0015 ppm, linieritas (r) 0,9990, ripitabilitas 0,0055 [[m, reprodusibilitas 0.0657 ppm, recovery 91,78%, ruggednes/robustnes 8,22 dan ketidakpastian pengujian 44.50 ±0.2428. Hasil validasi parameter uji udara ambien dan formaldehyde dengan metoda-metoda tersebut diatas dapat diterima karena sesuai dengan kriteria yang dipersyaratkan yaitu selektifitas (panjang gelombang) untuk masing-masing parameter dapat dideteksi oleh alat dan memberikan nilai yang spesifik, daerah kerja sesuai dengan metode acuan, linieritas (r) minimal 0,995. Dari hasil pengembangan dan validasi metode dapat disimpulkan metode uji hasil pengembangan yang diacu dari ISO/TS 17226; 2003 dan DIN 53315; 1996 dapat diterapkan pada laboratorium untuk pengujian parameter formaldehid dengan memberikan validitas yang tinggi, metode uji parameter udara yang ada (SNI adopsi) dapat diterapkan pada laboratorium untuk pengujian parameter udara ambien. Pengembangan metode uji zat warna azo dapat dilaksanakan sudah pada tahap penyusunan metode uji sebagai acuan dalam penerapan metode uji didalam laboratorium, untuk selanjutnya agar penerapan metode uji mendapatkan hasil yang baik perlu dilakukan validasi terhadap metode uji yang telah dikembangkan. | Kulit | |
260 | PENGEMBANGAN PUSAT PELATIHAN PERSEPATUAN BERBASIS KOMPETENSI (P3BK) | 2010 | SRI WASKITO, B.Sc, SE, VITA KURNIAWATI, A.Md, HIMAWAN HENDRA SANTOPO, B.Sc, SE, HARIS NURSALAM, A.Md,MA | Kegiatan Pengembangan Pusat Pelatihan Persepatuan Berbasis Kompetensi (P3BK) bertujuan untuk membuat Modul / Buku Pelatihan Persepatuan Berbasis Kompetensi sebanyak 12 buku dan membuat 1 buku rencana kebutuhan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk berdirinya Pusat Pelatihan Persepatuan Berbasis Kompetensi (P3BK) BBKKP. Materi yang digunakan dalam kegiatan berupa 12 judul Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) bidang sepatu / alas kaki dan 12 judul buku program dan buku informasi Pusat Pelatihan Persepatuan Berbasis Kompetensi. Metode yang digunakan meliputi beberapa tahapan yaitu studi pustaka, studi banding & konsultasi, evaluasi data dan penyusunan modul pelatihan persepatuan berbasis kompetensi. Hasil kegiatan berupa 12 buku modul buku kerja dan 12 buku penilaian dan 1 buku rencana kebutuhan sarana dan prasarana untuk Pusat Pelatihan Persepatuan Berbasis Kompetensi (P3BK) BBKKP. 12 judul modul buku kerja dan buku penilaian tersebut adalah memilih bahan, memilih / memodifikasi acuan sepatu, membuat pola sistem manual, grading pola komponen sepatu / alas kaki sistem manual, memotong bahan kulit (Leather) secara manual, merakit dan menjahit bagian atas sepatu / alas kaki (Shoe Upper), lasting (pengopenan) secara manual, lasting (pengopenan) bagian depan sepatu / alas kaki dengan mesin, merakit sol sistem lem, merakit sol system cetak vulkanisasi, menerapkan pengendalian mutu dalam proses pembuatan sepatu / alas kaki dan melaksanakan pemeriksaan mutu sepatu / alas kaki. | Alas Kaki |