# | Judul | Tahun | Pelaksana | Abstrak | Kategori | |
---|---|---|---|---|---|---|
241 | LAPORAN PERSIAPAN UJI KOMPETENSI ( TUK ) PUSAT PELATIHAN PERSEPATUAN | 2006 | Tempat uji kompetensi adalah tempat yang mempunyai sarana, prasarana serta pelaksana yang telah diakui oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LPS) sebagai tempat yang dinilai lulus untuk menguji calon tenaga / pekerja dan hasil peserta pelatihan untuk mendapat Sertifikat Kompetensi Profesi dari BNSP. 1 untutan wajib kompetensi Profesi dari sistem industri berdasarkan : 1. ISO 9000 17025/SNI 19-17025 2. SHACCP+ISO 22000 3. 1WA2 4. ISO9000/SNI 19-9000 5. ISO I4000/SN1 19-14000 6. 1SO 15189! 7. CAC/RCP 1/SNI 01 - 4852 8. 1FOAM STANDARD 9. IEC Mengacu pada pcdoman BNSP 201 D1PA 2006 dan BNSP 202 DIPA 2005, walaupun SKKNl sektor Industri Perkulitan, sub sektor alas kaki / sepatu belum dikonvensikan namun sarana dan prasarana untuk uji kompetensi lelah mulai disiapkan. Hasil-hasi! yang telah dicapai meliputi 1. RSKKN1 sub sektor alas kaki / sepatu telah disepakati dalam pra konvensi dengan 26 judul unit kompetensi 2. Pedoman uji kompetensi profesi alas kaki / sepatu. 3. Pokok-pokok materi uji kompetensi profesi sesuai judul SKKNl alas kaki / sepatu. 4. 2 (dua) orang terlatih untuk caion asessor Lembaga Sertifikasi Profesi. 5. Pedoman alat / mesin uji kompetensi Profesi sub sektor alas kaki / sepatu. 6. Pengusulan organisasi TDK di BBKKP Hasil-hasil tersebut lerus akan d; tindak lanjuti sebagai bagian dari proses terbentuknya iembaga Sertifikasi Proiesi sampai pelaksanaan sertiflkasi profesi. | Kulit | ||
242 | LAPORAN PERSIAPAN SERTIFIKASI ISO 9001 : 2000 UNIT FINISHING | 2007 | Ir. Suramto, Ir. Any Setyaningsih, Bambang Wirodono, B.Sc., Indriyana Prastiwi Hariyani, S.E. | Persiapan sertifikasi ISO 9001 : 2000 Unit Finishing merupakan kegiatan dari kelompok Kerja 0149 G Proyek Pengembangan dan Pelayanan teknologi Industri, BBKKP tahun 2007,melipti : persiapan, penelususran pustaka/studi pustaka dan pengadaan buku pustaka, pertemuan/implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 dan revisi dokumen, Evaluasi yang berupa pelaksanaan audit mutu internal dan tinjauan manajemen serta pelaporan. Unit proses finishing dipilih sebagai penerap sistem manajemen mutu ISO 9001 : 2000, mengingat kegiatan unit ini lokasi dekat dan merupakan salah satu unit pelayanan jasa teknis yang ada di BBKKP, yang diharapkan dengan penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001 : 2000 akan dapat lebih meningkatkan kepercayaan dari pemakai jasa di unit proses finishing. Dokumentasi sistem mutu sudah disusun dan dilakukan penerapan serta sudah dilakukan perbaikan/revisi dokumen, tinggal implementasi secara berlanjut dan perbaikan berkelanjutannya. | Sistem Mutu | |
243 | LAPORAN PERSIAPAN PENDIRIAN LEMBAGA SERTIFIKASI EKOLABEL (LSE) | 2007 | Ir. V. Sri Pertiwi Rumiyati, M.P., Ir. Meiyanti., Sutarti Rahayu, B.Sc., Subandrio, S.E. | Kegiatan persiapan pendirian Lembaga Sertifikasi Ekolabel (LSE) bertujuan untuk menyipkan lembaga sertifikasi ekolabel dengan sasarn tersusunnya dokumen lembaga yang terdiri dari dokumen level I (panduan Mutu), dokumen level II (Prosedur kerja), dokumen level III (Instruksi Kerja) dan dokumen level IV (Format). Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah studi pustaka, mencari informasi tentang turan dan persyaratan pendirian lembaga sertifikasi ekolabel, persiapan infrastruktur, penyususnan dokumen lembaga, evaluasi dan penyusunan laporan. Hasil kegiatan persiapan pendirian lembaga sertifikasi ekolabel 9LSE) adalah Panduan Mutu yang berisi persyaratan yang harus dipenuhi dari pedoman KAN 801-2004, persyaratan umum Lembaga sertifikasi Ekolabel; Prosedur Kerja (Prosedur Kerja Pengendalian Dokumen, Pengendalian Rekaman, Evaluasi Sertifikasi, Evaluasi Ulang, Pengaturan Ulang, Pengaturan Penanganan Perubahan Persyaratan Sertifikasi, penanganan Permohonan sertifikasi, surveilen, penanganan Pertanggung gugatan); Instruksi Kerja dan Format serta dokumen Eksternal. | Standar | |
244 | LAPORAN PERSIAPAN PENDIRIAN LEMBAGA SERTIFIKASI EKOLABEL (LANJUTAN) | 2008 | Ir. V. Sri Pertiwi Rumiyati, M.P., Ir. Meiyanti, Ir. Susilowati, Subandrio, S.E. | Kegiatan Persiapan Pendirian Lembaga Sertifikasi Ekolabel (Lanjutan) bertujuan menetapkan dokumen lembaga yang mencakup dokumen level I (Panduan Mutu), dokumen level II (Prosedur Kerja), Dokumen level III (Instruksi Kerja) dan Dokumen level IV (Format) serta menyiapkan lembaga Sertifikasi Ekolabel yang siap untuk diakreditasi dengan sasaran terwujudnya dokumen lembaga yang terdiri dari PM; PK; IK dan format serta terbentuknya lembaga sertifikasi yang siap untuk diakeditasi. . Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah studi pustaka, persiapan infrastruktur sertifikasi LSE. Studi lapangan, penyusunan pengelola lembaga, penyempurnaan dokumen PM; PK; IK dan format, Pelaksanaaan audit internal dan tinjauan manajemen, evaluasi dan pelaporan. Hasil kegiatan Persiapan Pendirian Lembaga Sertifikasi Ekolabel (Lanjutan) adalah terwujudnya dokumen Panduan Mutu yang berisi persyaratan yang harus dipenuhi dari pedoman KAN 801-2004, persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel; Prosedur Kerja; Instruksi Kerja; Format. Prosedur Kerja meliputi : Pengendalian Sub Kontrak, Audit Internal, Kaji Ulang Manajemen, Pengendalian Dokumen, Pengendalian Rekaman, Permohonan Sertifikasi, Persiapan Evaluasi, Evaluasi, Keputusan Sertifikasi, Penggunaan Sertifikat dan Tanda Ekolabel, Surveillance,Evaluasi Ulang, Pengaturan Kerahasiaan, Penanganan Perubahan Persyaratan Sertifikasi,Penanganan Pertanggunggugatan, Penanganan Keluhan, Banding, Perselisihan, Penilaian Unjuk Kerja dan Pelatihan sedangkan Instruksi Kerja Meliputi Kategori Ketidaksesuaian, Rapat Pembuka, Rapat Penutup, Panduan Teknis bagi Evaluator LSE untuk evaluasi Pemenuhan Persyaratan Kriteria Ekolabel Kategori Produk Kulit-Seksi Kulit Jadi, Panduan Tenis bagi Evaluator LSE untuk ealuasi Pemenuhan Persyaratan Kriteria Ekolabel Katergori Produk Kulit-seksi Sepatu Kasual dan Format Penulisan Dokumen. | Kulit | |
245 | LAPORAN PERSIAPAN AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BBKKP | 2007 | Dra. Supraptiningsih, M.Si., Sunarso, SE., Drs. Sugeng, R. Jaka Susila, B.Sc, ST | Tujuan dari kegiatan team kelompok kerja 149E adalah mempersiapkan BBKKP untuk menuju akreditasi pranata penelitian dan pengembangan, sedangkan sasaran kegiatan adalah membuat dokumen yang mendukung penerapan sistem pranata penelitian dan pengembangan. Pada kegiatan tahun pertama (2007) dokumen yang dibuat adalah dokumen level I (manual Mutu). Kegiatan yang telah dilakukan untuk persiapan tersebut antara lain pelatihan tentang audit internal dan pranata penelitian dan pengembangan bagi para pejabat struktural dan peneliti. Hasil pelatihan digunakan untuk penyusunan dokumen level I oleh team, sehingga telah tersusun dokumen manual Mutu Pranata Penelitian dan Pengembangan BBKKP. Manual mutu berisi tentang kebijakan-kebijakan untuk penerapan sistem pranata penelitian dan pengembangan yang ditetapkan oleh pihak manajemen BBKKP Yogyakarta. Telah dilakukan juga audit internal terhadap bidang yang terkait dengan penerapan sistem pranata penelitian dan pengembangan. Hasil audit internal dijadikan bahan untuk kaji ulang manajemen. | Standar | |
246 | LAPORAN PERLUASAN AKREDITASI LABORATORIUM PENGUJIAN DAN KALIBRASI | 2006 | Ir. E. Ratna Utarianingrum, M.Si., Ir. Ismiati, Rambat, S.Si., Asmongin | Kegiatan Perluasan Akreditasi Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi ini bertujuan untuk melaksanakan survelen dan perluasan skope Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi BBKKP serta pemeliharaan Sistem Manajemen Laboratorium sesuai ISO / IEC 17025-2005, dengan sasaran kegiatan peningkatan kinerja laboratorium melalui pemeliharaan akreditasi guna optimalisasi pelayanan kepada pelanggan. Kegiatan dilakukan melalui studi banding, uji banding antar personil dan uji banding antar laboratorium, uji profisiensi, kalibrasi peralatan kalibrasi, pelatihan kalibrasi dan sosialisasi ISO 17025 versi 2005, audit internal serta survelen dan verfikasi lapangan terhadap parameter uji yang diajukan pada perluasan skope tahun 2005 yaitu komoditi sepatu pengaman, karung plastik dan parameter uji udara. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa uji banding antar personil dan antar laboratorium secara umum didapatkan hasil yang memuaskan untuk parameter uji tembus uap air, kadar nitrogen dan kompon ban dalam. Sedangkan uji banding antar laboratorium dan uji profisiensi masih menunggu evaluasi. Hasil survelen menunjukkan bahwa Laboratorium telah menerapkan sistem manajemen mutu ISO/IEG 17025:2005, namufn perlu .pengembangan untuk tetap menjaga konsistensinya, terutama terkait dengan implemeritasi ISO/IEC 17025:2005. | Sistem Mutu | |
247 | LAPORAN PENINGKATAN MUTU PRODUK KLASTER MENUJU PENERAPAN SNI ALAS KAKI | 2006 | Ir. Emiliana Kasmudjiastuti, Widodo, B.Sc, S.Sos., Rutini, B.Sc., Lourentius Triyono, SE. | Kegiatan peningkatan mutu produk klaster menuju penerapan SNI alas kaki bertujuan untuk peningkatan mutu produk alas kaki menuju penerapan SNI dan mensosialisasikan tentang mutu produk sepatu dan tata cara penerapan SNI ke klaster industri persepatuan. Kegiatan yang dilakukan meliputi studi pustaka, pengambilan sampel, pengujian produk, evaluasi hasil uji dan sosialisasi tentang mutu produk dan tata cara penerapan SNI. Sampel sepatu berupa sepatu pantofel pria dan sepatu pantofel sepatu wanita yang diambil masing-masing dari dua klaster industri persepatuan di Jawa Timur dan Jawa Barat. Standar yang diacu dalam pengujian adalah SNI 12-0073-1995, Sepatu Pria Model Pantofel dari Kulit Sistem Lem dan SNI 12-2942-1996, Sepatu Wanita Model Pantofel dari Kulit Sistem Lem. Pengambilan sampel, pengujian produk dan evaluasi hasil uji dilakukan dua tahap. Evaluasi tahap pertama masih ditemukan dua sampel dengan parameter uji Peel adhesion yang belum memenuhi persyaratan SNI. Setelah dilakukan pembinaan mutu produk dan sosislaisasi tata cara penerapan SNI selanjutnya dilakukan pengambilan sampel yang kedua setelah di uji dari parameter uji Peel adhesion memenuhi persyaratan SNI. Pembinaan mutu produk dan sosialisasi ke empat industri persepatuan (dua di Jawa Barat dan dua di Jawa Timur) memberikan manfaat bagi industri yang berupa pemahaman dan peningkatan mutu produk. | Standar | |
248 | LAPORAN PENINGKATAN MUTU PRODUK INDUSTRI MENUJU PENERAPAN SNI SEPATU PENGAMAN | 2007 | Ir. Emiliana Kasmudjiastuti, Rusman Saroso, Rutini, Poniman | Kegiatan peningkatan mutu produk industri menuju penerapan SNI sepatu pengaman bertujuan untuk peningkatan mutu produk sepatu pengaman menuju penerapan SNI dan mensosialisasikan mutu produk sepatu pengaman dan tata cara penerapan SNI ke industri persepatuan. Kegiatan yang dilakukan meliputi studi pustaka, pengambilan sampel, sosialisasi tentang mutu produk sepatu pengaman dan tata cara penerapan SNI, pengujian produk dan evaluasi hasil uji. Kegiatan sampling, pengujian dan evaluasi hasil uji dilakukan 2 (dua) kali dengan maksud agar industri sepatu pengaman dapat mengetahui dan atau meningkatkan mutu produknya serta diberi kesempatan untuk dapat memperbaiki mutu produknya berdasarkan evaluasi hasil uji yang dillakukan oleh laboratorium uji. Sampel sepatu berupa sepatu pengaman dengan sol PU sistem cetak injeksi dan sepatu pengaman dengan sol karet sistem cetak vulkanisasi serta sepatu pengaman sistem lem kombinasi jahit yang diambil dari 7 (tujuh) perusahaan yang ada di Jawa Barat dan Jakarta. Masing-masing perusahaan diambil 3 (tiga) pasang sepatu untuk diuji berdasarkan SNI 12-7079-2005, sepatu pengaman dari kulit dengan sol poliurethane dan atau termoplastik poliurethane sistem cetak injeksi, SNI 12-0111-1987, mutu sepatu pengaman dari kulit dengan sol karet sistem cetak vulkanisasi dan SNI 12-7037-2004, mutu dan cara uji sepatu pengaman dari kulit dengan sistem good year welt. Evaluasi hasil uji pada tahap pertama masih ditemukan beberapa parameter uji seperti penyerapan air pada sol dalam, kekuatan sobek pada sol luar, ketahanan terhadap minyak pelumas (terhadap sepatu pengaman sistem cetak injeksi) dan ketebalan kulit untuk bagian vamp, tegangan putus sol luar dan tegangan tarik 200 % (terhadap sepatu pengaman sistem cetak vulkanisasi). Setelah dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap mutu sepatu oleh industri yang bersangkutan berdasarkan evaluasi hasil uji tahap kedua telah memenuhi persyaratan. Dengan demikian ketiga industri tersebut telah dapat mempersiapkan diri untuk menerapkan SNI wajib. | Standar | |
249 | LAPORAN PENGOLAHAN LUMPUR DENGAN SANITARY LANDFILL (TAHAP II) | 2007 | Sri Sutyasmi | Kegiatan penelitian ini dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari penelitian tahun 2006. Tujuan kegiatan penelitian ini ialah untuk mewujudkan prototipe Sanitary Landfill hasil penelitian tahun 2006 dan mengaplikasikannya untuk pengeloaan lumpur industri penyamakan kulit, sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi masalah pengeloaan lumpur industri penyamakan kulit. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di unit proses penyamakan dan pengolahan limbah kulit, di dususn Nganyang, Siti Mulyo, Piyungan Bantul, Yogyakarta. Lumpur yang diolah/dikelola adalah lumpur dari IPAL unit proses penyamakandan pengolahan limbah kulit , tersebut. Lumpur dianalisa terlebih dahulu untuk mengetahui karakterisasinya, TCLP,LD 50, logam berat. Lumpur yang akan ditimbun dalam landfill ini mengandung logam berat seperti Cd - 2,80mg/kg; Pb - 13,10 mg/kg; Cr - 1160 mg/kg. apabila kandungan Cd dan Pb tersebut dibandingkan dengan data dalam Ketentuan Teknis ( tabel 6), maka ini berarti bahwa lumpur tersebut sebenarnya bisa dibuang kedalam landfill kategori III. Namun berhubung kandungan krom dalam lumpur tersebut adalah 1.160 mg/kg, yang berarti kurang dari 2500 mg/kg dan lebih besar dari 250 mg/kg, maka demi keamanan lumpur tersebut ditimbun dilandfill kategori II. Dari hasil pengjian LC50 96 lam sebesar 0,4% dengan sifat toksisitas yang akut. Efek perlakuan awal terhadap limbah diduga mengakibatkan reaksi yang akut jika bersinggungan dengan perairan. Hasil penelitian LD 50 untuk limbah lumpur, menunjukan tidak terjadi kematian yang mencapao 50%, hanya ada kecenderungan menurunkan berat cacing sebagai hewan uji. Dengan demikian limbah lumpur dapat dinyatakan cukup aman dan tidak toksik untuk dipapar dilingkungan padat. Produksi lumpur kering setelah diolah disaringan pasir ialah sebesar + 20 karung = 300 kg per minggu = 14.400 kg dalam satu tahun. Landfill didesain untuk dioperasikan selama 5 - 6 tahun tahun yang dapat menampung lumpur sebanyak 84.000 kg. Sehingga volume landfill yang dibuat minimal 56 m3 dengan ukuran 4,832 x 6,5 x 3,5 m3 . Dari kegiatan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa telah diperoleh suatu prototipe Sanitary landfill yang sesuai dengan persyaratan dan dapat digunakan untuk kebutuhan sendiri atau diaplikasikan ke IPK yang lain. Denagan terwujudnya prototipe landfill ini, diharapkan unit proses penyamakan dan pengolahan limbah kulit, di Sitimulyo, piyungan, Bantul Yogyakarta dapat mengatasi masalah lingkungan yang diakibatkan oleh lumpur. | Kulit | |
250 | LAPORAN PENGOLAHAN KEMBALI LIMBAH SOL ETHYLENEN VINYL ACETATE (EVA) UNTUK SOL SEPATU | 2007 | Ir. Dwi Wahini Nurhajati, M.Eng., Sri Budiasih, B.Sc., Sismaryanto, B.Sc, L. Triyono, S.E. | Telah dilakukan penelitian untuk mengolah kembali limbah sol EVA yang berbentuk serbuk untuk dijadikan sol sepatu dengan dicampur bahan karet. Pada kegiatan penelitian ini serbuk limbah sol EVA dicampur dengan karet RSS ataupun karet krep dengan perbandingan tertentu. Pada penelitian ini jumlah serbuk limbah sol EVA yang ditambahkan divariasi 20, 40, 60, 80 dan phr, sedangkan bahan kimia karet yang ditambahkan dibuat tetap. Kompon sol dibuat menggunakan mesin two-roll mills. Kompon yang diperoleh dibuat bentuk lembaran (slab) untuk pengujian dan divulkanisasi pada suhu 150 C selama waktu 7 menit untuk slab setebal 2 mm. Slab diuji dengan parameter uji mengacu SNI.12-0778-1989 : sol karet cetak. hasil uji menunjukkan sifat fisis kompon sol berbahan baku karet RSS yang berisi serbuk limbah sol EVA sampai dengan phr masuk klasifikasi klas A, kecuali sifat tegangan putus, ketahanan sobek untuk kandungan serbuk EVA>60 phr, dan ketahanan kikis yang masuk klas B. Sedangkan sifat fisis kompon sol berbahan baku karet crepe yang berisi serbuk limbah sol EVA sampai dengan 100 phr masuk klasifikasi klas A, kecuali tegangan putus untuk kompon dengan kandungan serbuk EVA>40 phr, danketahanan kikis untuk kompon dengankandungan serbuk EVA>20 phr yang masuk klas B, sedang sifat ketahanan sobek untuk kandungan serbuk EVA>80 phr masuk klas C. | Plastik | |
251 | LAPORAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PROSES PEMBUATAN KULIT MOTIF BATIK UNTUK BARANG KULIT DAN SEPATU | 2006 | Susilawati, Sri Untari, Herryanto, Kasmin Nainggolan | Penelitian kulit batik telah beberapa kali dilakukan, namun penelitian ini berbeda dengan penelitian yang sudah ada, yaitu penyesuaian dengan barang kulit atau sepatu yang akan dibuat dan mencari pelorodan yang mudah serta pengaruhnya terhadap warna.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh teknologi pembuatan kulit motif batik untuk barang kulit dan sepatu. Materi untuk penelitian ini berupa, kulit kras sapi untuk kulit tegler, kulit kras sapi untuk kulit boks , kulit kras sapi untuk kulit glase, dan kulit kras sapi untuk kulit nubuk. Masing- masing 3 (tiga) lembar di uji kekuatan tarik, kemuluran, kuat jahit dan uji penyerapan air. Sedangkan untuk uji kemudahan pelorodan. ketahan bengkuk dan ketahan gosok cat ( kelunturan ) masing-masing kulit dibuat contoh uji dengan ukuran 3x8 cm dari bagian krupon, kemudian dibatik tulis, cap dan remukan, masing- masing dengan 3( tiga) perlakuan dan 3 (tiga) kali ulangan. Hasil penelitian ini adalah pembasahan mutlak harus dilakukan untuk kulit yang akan dibatik yaitu optimum pembasahan kulit tegler dan glase 5 (lima) detik, dan kulit boks dan nubuk 90 (sembilan puluh) detik. Proses batik tulis dapat dilakukan pada semua jenis kulit dan semua desain produk, serta semua motif batik, sedangkan batik cap dapat dilakukan pada kulit tegler dan glase. Desain yang melebar supaya dipilih motif cap yang kecil- kecil. Proses batik remukan dapat diterapkan pada semua jenis kulit, dan semua desain, Campuran lilin untuk pembatikan tulis dan cap terdiri dari 6 (enam) bagian gondorukem, 6 (enam)bagian lilin bekas, 6 (enam) bagian kote, 2 (dua) bagian kendal, 1(satu) bagian mikrowax. Campuran lilin untuk pembatikan remukan terdiri dari l(satu) bagian lilin klowong dan 9 (sembilan) bagian parafin. Proses pembatikan pada kulit tidak berpengaruh terhadap sifat ketahanan tarik, kemuluran dan kekuatan jahit kulit. Pada uji ketahanan bengkuk tidak retak dan ketahanan gosok cat (kelunturan) tidak luntur baik pada uji ketahan gosok basah maupun kering. Sedangkan prototip produk barang kulit dan sepatu dengan bahan kulit batik yang diwakili oleh panelis dapat diterima konsumen. | Rekayasa | |
252 | LAPORAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PEMBUATAN ACUAN SEPATU DARI PLASTIK | 2006 | Ir. V. Sri Pertiwi Rumiyati, M.P., Pramono, B.Sc., Suko Praptono, B.Sc., Parsono | Kegiatan pengembangan teknologi pembuatan acuan sepatu dari plastik bertujuan untuk mengembangkan pembuatan acuan sepatu dari bahan campuran antara High Density Polietilen (HDPE) dengan plastik riklim. Bahan plastik dicetak menjadi bakalan acuan menggunakan mesin extruder dengan kondisi proses untuk bahan campuran antara HDPE dengan plastik riklim adalah suhu barrel 160 C dan suhu nozzel 170 C. Bakalan acuan yang diperoleh dibubut (grading) menggunakan mesin bubut (shoe last machine) sesuai dengan model dan ukuran yang diinginkan kemudian hasil acuan plastik yang diperoleh diuji sifat organoleptis, fisis dan umur pakainya. Bahan yang digunakan untuk penelitian adalah campuran antara plastik HDPE murni dengan plastik riklim perbandingan 70:30 dapat digunakan untuk membuat acuan plastik dengan kondisi proses suhu barrel 160 C, suhu nozzle 170 C, dan tekanan (putaran) motor 6-7 ampere. Hasil pengujian sifat fisis tertinggi untuk uji pukul takik adalah 21,11 kg cm/cm dan terendah 18,78 kg cm/cm; hasil uji kuat tarik tertinggi 264,94 kg/cm persegi dan terendah 171,32 kg/cm persegi. Hasil uji organoleptis acuan plastik menunjukkan bahwa permukaan contoh acuan baik, tidak berlubang. Pemotongan acuan bagian atas dan pemasangan plat rapi untuk acuan plastik sistem sorong maupun engsel. Pemasangan dudukan kancing shock pada cuan sistem sorong kencang dan tidak kocak, sedangkan pemasangan engsel pada acuan plastik sistem engsel kencang, tidak kocak dan acuan tidak mudah dibengkukkan dengan tangan. Hasil uji umur pakai acuan plastik sistem sorong maupun engsel secara keseluruhan baik, kedudukan kancing shock maupun engsel tetap kencang, tidak kocak dan tidak berubah. | Plastik | |
253 | LAPORAN PENGEMBANGAN PEMBUATAN LEMBARAN KULIT SINTETIS DARI PVC | 2006 | Ir. Siti Rochani, Dra. Sri Nadilah, Apt, A. Buchori, B.Sc., Mohammad Sholeh, ST. | Kulit sintetis dari PVC dibuat dari bahan resin PVC (emulsi) dengan ditambahkan bahan-bahan aditif sebagai plastisizer, Ba Cd sebagai stabilizer dan Ca CD3 sebagai filler, serta pigmen untuk pewarna lapisan atas (top). Bahan-bahan tersebut dicampur dengan menggunakan alat pencampur (mixer) hingga homogen. Kulit sintetis dibuat dengan 3 lapisan. yaitu lapisan atas (top), lapisan dasar dan penguat dari kain . Diatas lapisan top diberi lapisan PU untuk memperbaiki sifat flexing kulit sintetis yang dihasilkan. Untuk membuat permukaan seperti kulit digunakan kertas embos. Kulit sintetis dibuat dengan memvariasikan jumlah Dioktyl phtalat paca lapisan atas 45 ; 50 ; 55 ; 60 dan 65 bagian, waktu pemanasan lapisan atas 4 ; 5 dan 6 menit, ketebalan lapisan atas 0,6 mm, lapisam dasar 0,1 mm, kain penguat 0,3 mm dan lapisan PU 0,1 mm. Hasil kulit sintetis diuji sifat-sifat fisisnya sesuai JIS K 6772 - 1994 meliputi : ketebalan, kekuatan tarik, kemuluran, ketahanan sobek, ketahanan rekat, ketahanan luntur warna terhadap gosokan, ketahanan terhadap pelekatan, ketahanan terhadap temperatur rendah dan ketahanan terhadap pengusangan. Kulit sintetis yang mempunyai sifat fisis yang optimal adalah kulit sintetis yang lapisan atas mengandung DOP 50 bagian dengan waktu pemanasan 6 menit. Penggunaan lapisan PU pada lapisan top dapat memperbaiki sifat flexing kulit sintetis yang dihasilkan. | Kulit | |
254 | LAPORAN PENGEMBANGAN LEMBARAN COCODUST BERKARET | 2008 | Ir. Penny Setyowati, MT , Ir. Siti Rochani, Hernadi Surip, B.Sc, Ir. Arum Yuniari | Pengembangan lembaran cocodust berkaret untuk bahan peredam suara bertujuan untuk menyempurnakan teknik pencampuran antara cocodust dengan bahan perekat (kompon lateks) agar diperoleh metode pencampuran yang efektif serta melaksanakan alih teknologi (pelatihan) proses pembuatan peredam suara dari cocodust bagi masyarakat penghasil kelapa atau masyarakat di sentra-sentra penggilingan sabut kelapa yang ada di DIY dan sekitarnya. Teknik pencampuran yang dicobakan ada 2 metode yaitu metode A dan metode B dengan waktu pencampuran divariasi berturut-turut 2, 3 dan 4 menit untuk masing-masing metode. Metode A merupakan metode pencampuran yang dilakukan dengan cara cocodust (lolos saring 50 mesh dibasahi dengan air lebih dahulu, perbandingan cocodust : air = 1 : 3), setelah itu cocodust dicampur dengan kompon lateks. Metode B merupakan metode pencampuran yang dilakukan dengan cara kompon lateks diencerkan dahulu dengan air (3 kali berat cocodust) setelah itu dicampur dengan cocodust lolos saring 50 mesh. Berdasarkan pengamatan terhadap kemudahan proses pencampuran dan kenampakan visual produk yang dihasilkan serta sifat fisikanya, maka dapat disimpulkan bahwa teknik pencampuran dengan metode A, waktu pencampuran 2 atau 3 menit merupakan teknik pencampuran yang efektif, terbukti dapat dilakukan dengan mudah, menghasilkan campuran yang homogen tanpa ada penggumpalan, kenampakan visual produknya cukup bagus dengan sifat fisika kerapatan 0,40 g/cm3, kadar air 7,29 – 7,57%, kuat lentur 2,87 – 4,05 kg/cm2, kuat tarik tegak lurus permukaan 1,97 – 3,12 kg/cm2, kuat pegang sekrup 4,95 – 5,92 kg, pengembangan tebal 7,5 – 8,28% dan kemampuan menyerap suara maksimal pada frekuensi 125 Hz sebesar 51,0 – 57,4 dB(A) dan frekuensi 500 Hz sebesar 94,8 – 95,0 dB(A). Teknologi pembuatan peredam suara dari cocodust telah disosialisasikan ke kelompok masyarakat penghasil kelapa khususnya masyarakat yang ada di sentra penggilingan sabut kelapa yang ada di Kabupaten Kulon Progo dengan wakil sebanyak 15 orang. | Kulit | |
255 | LAPORAN PENGEMBANGAN LABORATORIUM PENGUJIAN SESUAI ISO 17025 VERSI 2005. | 2007 | Ir. E. Ratna Utarianingrum, M.Si., Tri Rahayu Setyo Utami, ST, Rihastiwi Setiya Murti, S.Si., Rambat | Alat press sol sepatu adalah alat yang digunakan sebagai alat bantu pada pembuatan sepatu alas kaki lainnya. Untuk mengetahui kualitas dari alat tersebut maka perlu dilakukan uji coba untuk membuat produk sepatu atau alas kaki lainnya di beberapa sentra pengrajin. Kemudian hasil produknya di uji berdasarkan di uji berdasarkan SNI 12-0566-1989 (uji sole adhesion test) dan SNI 12-1529-1989 (uji peel adhesion test). Dari hasil uji diketahui, untuk uji adhesion test sepatu buatan sentra Mojokerto, sentra Cibaduyut dan BBKKP ternyata dari jenis sol kulit, sol fiber dan sol TPR hasilnya baik/rata serta memenuhi standar SNI yang dipersyaratkan sebesar 137 N/cm dan untuk bagian belakang sebesar 350 N/cm. Sedang untuk uji peel test jenis sol kulit dan sol fiber hasil ujinya juga baik/rata juga memenuhi SNI yang dipersyaratkan sebesar 13 N/cm, namun untuk jenis sol TPR hasil ujinya belum memenuhi SNI yang dipersyaratkan sebesar 13 N/cm tetapi tingkat kerataannya sudah baik. Sehinga alat ini sudah layak digunakan oleh para pengrajin sepatu dan alas kaki yang lain. Adapun spesifikasi teknis alat ini adalah : nama alat : mesin/alat press sol sepatu, type alat : press sol sepatu mekanik, jenis : press sol untuk hak rendah (casual),kedalaman sol max : 50 mm, sistem press : kantong membran dilengkapi dengn kontol tekanan dan waktu, kapasitas : 100 s/d 120 pasang/hari dimensi ukuran; alat press : (60x35x65) cm, meja dudukan alat : (80x80x70) cm, berat total : 90 kg. | Sistem Mutu | |
256 | LAPORAN PENGEMBANGAN JENIS BAHAN BAKU DAN DESAIN WADAH BIBIT TANAMAN | 1993 | Ir. Isananto Winursito Ir. Niken Karsiati, Ir. Arum Yuniari | <div align="justify"> </div> <p align="justify" style="text-align:justify;" class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;line-height:115%;font-family:'Times New Roman', serif;">Penelitian tentang jenis bahan baku dan desain kontiner untuk pembibitan bertujuan untuk mempelajari beberapa jenis desain dan mutu kontiner selama pembibitan. Dalam penelitian ini, jenis kontiner yang digunakan adalah enso pot, tube pot, dan styro block, sedangkan jenis tanaman yang digunakan adalah mahoni, sengon, Eucalyptus Urophylla. Variasi waktu untuk pembibitan adalah 2, 4, dan 6 bulan. Pengujian dilakukan terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dan volume akar., selain itu juga dilaksanakan pengujian sifat fisika yang meliputi tegangan putus, perpanjangan putus dan ketahanan sobek. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa desain kontiner ternyata berpengaruh terhadap bentuk dan perkembanagn volume akar, tetapi tidak mempengaruhi pertumbuhan tinggi bibit tanaman. Sifat-sifat fisika kontiner, meliputi : Sifat tegangan putus, perpanjangan putus dan ketahanan sobek, tida dipengaruhi oleh jenis kontiner dan waktu pembibitan. Kontiner dari bahan dasar polivinil klorida mempunyai sifat fisika yang lebih baik daripada kontiner dengan bahan dasar polistirena.</span></p> | Desain | |
257 | LAPORAN PENGEMBANGAN DESAIN DAN KONTRUKSI SEPATU CASUAL DARI KULIT (LANJUTAN) | 2008 | Ir. Suliestiyah, Wrd, MM, Bambang Suroto, BA, Rosma Rajagukguk, B.Sc, SE, Hermit Sanjaya, A.Md | Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian tahun 2007 yaitu membuat desain sepatu casual dari kulit, pola sepatu casual dan Buku Panduan Pembuatan Pola Sepatu dengan Metode Copy of Last. Tahun 2008 dilanjutkan yang tujuannya untuk membuat sepatu casual dari kulit berdasarkan desain dan pola hasil penelitian tahun 2007. Kontruksi sepatu yang digunakan untuk membuat sepatu berdasarkan hasil survei di sentra sepatu IKM Jawa Timur (Sidoarjo, Mohokerto dan Magetan) sebanyak 47 responden. Dari hasil survei tersebut sebagian besar IKM sepatu yang ada di sentra Jawa Timur menggunakan konstruksi sepatu system lem (cemented). Kelemahan pokok yang ditemukan dari hasil survei adalah cara perakitan (assembling) bagian atas dan bagian bawah sepatu dengan cara pengeleman. Dalam penelitian ini dihasilkan 15 pasang sepatu casual dari kulit dengan menggunakan system pengeleman (cemented) serta 25 eksemplar Buku Panduan Petunjuk Teknis Cara Pembuatan Sepatu Casual. Dari hasil penelitian ini diharapkan segera disosialisasikan kepada IKM Sepatu terutama yang berada di sentra persepatuan di Jawa Timur yang tergabung dalam klaster industri alas kaki. Dengan disosialisasikannya hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas produk sepatu casual dari kulit dan diversifikasi desain yang dibuat oleh para IKM Sepatu sehingga akan meningkatkan daya saing produk tersebut dengan industri besar maupun produk impor (China, Vietnam, Korea) Kata Kunci : sepatu casual, konstruksi sepatu, cara pengeleman | Desain | |
258 | LAPORAN PENGEMBANGAN DESAIN DAN KONSTRUKSI SEPATU CASUAL DARI KULIT | 2007 | Ir. Suliestiyah, Wrd, MM, Bambang Suroto, BA, Adi Slamet Supriyadi, Hardjoko, S.Sn | Penelitian ini bertujuan untuk membuat desain sepatu casual dari kulit, pola sepatu casual dan buku panduan pembuatan pola sepatu dengan metode copy of last. Kegiatan yang dilaksanakan untuk mendapatkan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan observasi dan wawancara langsung kepada 32 responden IKM sepatu yang berada di sentra industri sepatu Kabupaten Sidoarjo, Kab. Mojokerto dan Kab. Magetan yang tergabung dalam KLASTER ALAS KAKI di Propinsi Jawa Timur. Analisa data hasil observasi, dilakukan dengan metode deskriptif (non statistik). Dari hasil analisa data, kemudian dijadikan dasar guna mengembangkan desain sepatu yang sudah ada, dengan memperhatikan pula perkembangan/trend desain sepatu melalui internet. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagi9an besar (78,12 %) responden telah mencoba membuat sendiri desain sepatu, serta sebanyak (91,90 %) responden telah membuat pola sepatu dengan metode copy of last. Hasil penelitian ini berupa : buku katalog desain sepatu casual 2007; buku pecah pola desain sepatu casual 2007 dan buku petunjuk pembuatan sepatu dengan metode copy of last. Hasil penelitian diharapkan dapat membantu pengembangan IKM sepatu, khususnya yang tergantung dalam KLASTER ALS KAKI di Propinsi Jawa Timur. | Desain | |
259 | LAPORAN PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI PENGUJIAN BBKKP | 2009 | Sita Azizah Wahyuni, ST, Budiwiyono, S.Kom, Bambang Tunasmoyo, S.Pd, YB. Agung Adhi Nugroho, S.Kom | Pengembangan dan penerapan sistem informasi pengujian BBKKP dilaksanakan oleh pokja 0040. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka mengembangkan dan menerapkan sistem informasi di BBKKP yang berbasis teknologi informasi. Pengembangan dan penerapan sistem informasi pengujian BBKKP merupakan layanan informasi berbasis web, mencakup berbagai informasi yang berkaitan dengan jasa pengujian dan kalibrasi. Kegiatan telah dilakukan di penerima contoh, manajer teknis pengujian, deputi manajer teknis lukkus, administrasi lukkus, deputi manajer teknis lukkaps, administrasi lukkaps, deputi manajer teknis lukkal, administrasi lukkal, manajer teknis kalibrasi, deputi manajer teknis kalibrasi, administrasi kalibrasi. Kegiatan ini bertujuan untuk menciptakan database laboratorium yang lebih akurat dan up to date sehingga dapat mempercepat dan mempermudah pelayanan pengujian dan kalibrasi. | Kulit | |
260 | LAPORAN PENGEMBANGAN CETAKAN SOL SEPATU MENGGUNAKAN MESIN CNC | 2009 | Ir. Isananto Winursito, Totok Marjiyanto, ST, Pramono Hadi, B.Sc | Sepatu merupakan salah satu komoditi andalan ekspor indonesia disamping produk kayu, tekstil dan elektronika, dan selama ini pasar elspor sepatu/alas kaki terus meningkat. Salah satu hal yang pentingdalam sepatu adalah bagian bawahnya atau biasa disebut dengan sol sepatu.Pada kegiatan ini telah dilakukan pembuatan cetakan sol sepatu yang diharapkan mempunyai kualitas dan presisi tinggi.Perancangan/disain cetakan solsepatu dibuat menggunakan programaplikasi mastercam, sedangkan pembuatan cetakan sol sepatu telah dilakukan menggunakan bahan MS Plate ST -37 .Dari uji penerapan, diperoleh sol sepatu dengan detail contour yang baik. | Rekayasa |