# | Judul | Tahun | Pelaksana | Abstrak | Kategori | |
---|---|---|---|---|---|---|
181 | PEMBUATAN COVER CONVEYOR BELT TAHAN PANAS | 2012 | Ir. Nursamsi Sarengat L. Triyono Sri Brataningsih PL | <p style="text-align:justify;" class="MsoNormal"><em><span lang="in" xml:lang="in">Conveyor belt</span></em><span lang="in" xml:lang="in"> adalah sabuk transmisi yang berfungsi menghantarkan barang atau material dari proses satu ke peroses lainnya. <em>Cover conveyor belt</em> tahan panas dibuat dari campuran pale crepe dan SBR. Tujuan dari penelitian adalah</span><span lang="in" xml:lang="in"> </span><span lang="in" xml:lang="in">m</span><span lang="sv" xml:lang="sv">endapatkan formulasi <em>cover conveyor belt</em> tahan panas dari campuran Karet alam dan<span> </span><em>Stirena Butadiene Rubber.</em></span><span lang="in" xml:lang="in"> Proses komponding<span> </span>dilakukan menggunakan two roll mill pada suhu 40º - 60ºC, p</span>roses vulkanisasi dengan hydraulic press suhu 150˚C waktu sesuai rheometer<span lang="in" xml:lang="in">. Adapun variasi pale crepe/SBR: 80/20; 70/30; 60/40; 50/50 phr dan variasi sulfur 1 dan 1,5 phr. Pengujian yang dilakukan adalah: sifat mekanik, sifat heat aging, SEM, FTIR , Tg/DTA. Hasil uji menunjukkan sifat mekanik sebelum dan sesudah aging menunjukkan hasil lebih baik pada penggunaan sulfur 1 phr, seluruh formulasi kompon dengan sulfur 1 phr, hasil uji memenuhi persyaratan IS 1891-<em>Part II Heat and Abrasion resistance conveyor belt</em>. Campuran Pale crepe dan SBR muncul peak baru (gugus fungsi C=O ). Uji Tg/DTA menujukkan reaksi eksotermis dan puncak dekomposisi vulkanisat terjadi pada suhu 520</span><span lang="in" style="font-family:Calibri, 'sans-serif';" xml:lang="in">⁰</span><span lang="in" xml:lang="in">C.</span></p> | Karet | |
182 | Pengolahan Lanjut Limbah Cair Industri Lateks Pekat dengan Sistem Adsorbsi | 2015 | Ir. Nursamsi Sarengat Drs. Ir. Prayitno, Apt, M.Sc. Ir. Sugihartono, MS Ike Setyorini, ST | <div align="justify">Industri lateks pekat adalah industri yang mengolah lateks kebun menjadi lateks pekat. Pada proses pengolahannya industri lateks pekat menghasilkan limbah cair. Industri latekspekat sudah memiliki instalasi pengolahan limbah cair (IPAL) yang terdiri dari rubber trap 1, rubber trap 2, kolam anaerob dan aerob, namun limbah cair yang dihasilkan masih belum memenuhi baku mutu yang ditetapkan oleh daerah yaitu Perda Provinsi Jawa Tengah No. 5 Tahun 2012. Penelitian ini bertujuan menurunkan nilai BOD, COD, TSS dan amoniak sehingga mengurangi dampak lingkungan serta mengatasi problem IPAL yang belum berfungsi efektif dengan menambahkan sistem adsorbsi pada akhir proses. Dilakukan penelitian skala laboratorium dengan penggunaan berbagai jenis dan variasi adsorber. Penerapan prototipe dilakukan di IPAL pabrik lateks pekat menggunakan kombinasi adsorber sabut kelapa, sekam bakar, abu terbang bagas, arang, dan zeolit dapat menurunkan nilai COD 36,79 –39,83 %, BOD 46,23 –48,98 %, amoniak 35,99 –40,04 %, dan TSS 76,30 –77,39 %. </div> | Kimia | |
183 | Finishing Kulit Reptil dengan Berbagai Tipe Finish | 2014 | Ir. Niken Karsiati (Koordinator) Ir. Emiliana Kasmudjiastuti (Peneliti Utama) Sri Sutyasmi, B.Sc., S. T. (Peneliti) Rihastiwi Setiya Murti, S.Si. (Peneliti) | <p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align:justify;">Kulit biawak dan ular merupakan kulit<em> exotic</em> karena memiliki rajah yang unik, oleh karena itu dalam proses finishingnya rajah asli dari binatang tersebut perlu dipertahankan agar tampak alami. Untuk memberikan kesan alami maka tipe finish yang digunakan diantaranya natural, aniline dan semi anilin. Tujuan penelitian<span> </span>ini adalah untuk memperoleh kulit jadi<span> </span>(<em>finished leather</em>) dari<span> </span>kulit reptil (kulit biawak dan ular) dengan berbagai tipe finish yang mempunyai pegangan dan penampilan yang natural<span> </span>(<em>natural feeling and appearance</em>). Dalam penelitian ini variasi yang dilakukan meliputi variasi jenis penyamakan (nabati dan krom) dan variasi tipe finish (natural, anilin, semi aniline dan two tone) dengan penggunaan bahan finishing yang bervariasi. Uji yang dilakukan yang terkait dengan finishing kulit yaitu uji ketahanan gosok cat, kekuatan rekat cat tutup dan organoleptis dan didukung dengan uji fisik yaitu kekuatan tarik dan kemuluran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil <span> </span>yang terbaik untuk kulit biawak samak nabati adalah menggunakan tipe finish natural dengan casein powder dan kulit biawak samak krom tipe finish aniline dengan binder protein. Hasil uji tersebut memenuhi persyaratan SNI 06-4362-1996, Kulit biawak untuk atasan sepatu.Untuk kulit ular samak nabati tipe finish natural dengan binder protein dan kulit ular samak krom tipe finish aniline dengan binder protein. Hasil uji tersebut juga memenuhi persyaratan SNI 06-4586-1998, Kulit jadi dari kulit ular air tawar samak krom.</p> | Kulit | |
184 | PENINGKATAN SIFAT KETAHANAN PANAS NANO KOMPOSIT PVC UNTUK KOMPONEN ELETRONIKA | 2013 | Ir. Niken Karsiati (Koordinator) Ir. Arum Yuniarti (Peneliti Utama) Dra. Sri Brataningsih Puji Lestari (Peneliti) | <p class="MsoNormal"><span>Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh perbandingan PVC/LDPE dan <em>flame retardant</em> terhadap sifat ketahanan panas, sifat mekanik, sifat elektrik, morphologi dan analisa gugus fungsi. Pembuatan nano komposit PVC untuk elektronika dilakukan menggunakan laboplastomill pada suhu </span>215°C<span>, kecepatan torsi 50 rpm dan waktu 10 menit. Komposisi PVC dibuat tetap , kandungan LDPE divariasi 15;20;25 dan 30 phr. <em>Flame retardant</em> jumlahnya divariasi 30 dan 35 phr. Hasil pengujian menunjukan bahwa ketahanan panas nanokomposit PVC untuk elektronika masih belum memenuhi persyaratan SNI terkait elektronika seperti SNI 04-3892. 1-2006 : tusuk kontak dan kontak kontak untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya – Bag I : Persyaratan dan SNI 04-6504-2011 : Lampu swaballast untuk pelayanan umum - persyaratan keselamatan. Nilai ketahanan panas nanokomposit terbaik adalah 4,3 mm. Sifat mekanik nanokomposit terbaik pada penggunaan <em>flame retardant</em> 35 phr. Resistansi isolasi nanokomposit tidak menyala. Morphologi nanokomposit diamati dengan <em>Scanning Electron Microscope</em> (SEM) tampak campuran homogen dan LDPE terdispersi pada matriks PVC. Analisa gugus fungsi nanokomposit dengan FTIR menunjukan terbentuknya gugus fungsi polyene dan carbonyl.</span></p> | Plastik | |
185 | Penelitian mutu sol karet cetak | 2005 | Ir. Niken Karsiati | Penelitian mutu sol karet cetak bertujuan untuk mendapatkan data hasil uji mutu sol karet cetak yang beredar di pasaran dan untuk melakukan pengkajian terhadap SNI 12-0778-1989 ?Sol karet cetak?. Tahapan penelitian meliputi penelusuran pustaka standar, sampling, penyiapan contoh uji, pengujian, evaluasi data pengujian, dan pengkajian SNI berdasarkan pedoman BSN 8-2000 dan Pedoman KAN 14-2001. Berdasarkan hasil uji mutu diketahui bahwa sol karet cetak yang beredar di pasaran masih memenuhi persyaratan SNI, sedangkan hasil kaji ulang dapat direkomendasikan bahwa SNI 12-0778-1989 ?Sol Karet Cetak? perlu direvisi. | Alas Kaki | |
186 | Desiminasi pembuatan pellet dari sampah plastik sebagai bahan baku. | 2000 | Ir. Niken karsiati Sofyan karani, BSc | Desiminasi pembuatan pellet dari sampah plastik sebagai bahan baku. Kegiatan desiminasi ini diselenggarakan di 3 propinsi yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, Untuk propinsi Jawa Timur diselenggarakan di Sidoarjo pada tanggal 14 Oktober sampai dengan 15 Oktober 1998, selama 2 (dua) hari dengan peserta 20 (dua puluh) orang. Untuk Propinsi Jawa Tengah diselenggarakan di Surakarta pada tanggal 27 Oktober sampai dengan 28Oktober 1998, selama 2 (dua) hari dengan peserta 20 (dua puluh) orang. Untuk Propinsi D.I. Yogyakarta diselenggarakan di BBKKP pada tanggal 24 Nopember sampai dengan 25 Nopember 1998, selama 2 (dua) hari dengan peserta 20 (dua puluh) orang. Peserta di ketiga propinsi terdiri dari para pengepul plastik, penganggur dan penyuJuh perindustrian. Tujuan dari desiminasi ini ada1ah membuka pe!uang kerja baru untuk sektor industri plastik dan pengembangan industri barang p!astik yang berwawasan lingkungan. Materi pelajaran pada desiminasi ini meliputi pelajaran teori 7 session dan praktek 8 session. Dari hasil evaluasi akhir terlihat bahwa para peserta desiminasi dapat mengikuti kegiatan ini dengan baik sehingga semua peserta dinyatakan lulus dan mendapatkan sertifikat. Dalam pelaksanaan desiminasi dapat disimpulkan bahwa para peserta memberikan tanggapan yang balk dan bersemangat untuk membuka usaha baru di bidang plastik. | Barang Kulit & Garmen | |
187 | Penelitian Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia Komoditi Kulit, Karet Dan Plastik | 2004 | Ir. Niken Karsiati Ir. Ismiyati Irene Sri Sukaeni, BSc Sofia Budiati Cahyani | Penelitian Penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia Komoditi Kulit, Karet dan Plastik bertujuan untuk mendapatkan tiga Rancangan Standar Nasional Indonesia dari komoditi Kulit, Karet dan Plastik yaitu : Lembaran PVC Penutup Lantai , Seal Karet Rem Kendaraan Bermotor Roda Empat, dan Cara Uji Tahan Luntur Warna Kulit Terhadap Keringat. Penyusunan tersebut melalui tahapan : studi pustaka terhadap standar nasional maupun internasional dan didukung dengan hasil pengujian mutu ketiga produk tersebut. Penyusunan RSNI ini sudah melalui tahap pembahasan dalam Rapat teknis maupun Rapat Pra Konsensus yang diselenggarakan di BBKKP pada bulan Oktober 2003, dan telah disetujui oleh peserta sidang yang terdiri dari produsen, konsumen, lembaga IPTEK dan instansi pemerintah terkait. | Kulit | |
188 | PENYUSUNAN RSNI KULIT DAN KULIT UNTUK ATASAN SEPATU | 1996 | Ir. Meiyanti Hernadi Surip, B. Sc Tisnowati, B, Sc Sutarti Rahayu, B.Sc | <p style="text-indent:42.55pt;line-height:normal;" class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;font-family:'Times New Roman';">Penelitian ini bertujuan untuk menyusun Rancangan Standar Nasional Indonesia Kulit dan Kulit Untuk Atasan Sepatu sebanyak tujuh judul.Sampel kulit yang dipakai dalam penelitian ini diperoleh dari pengolah dan pengguna kulit di daerah Surabaya, Pasuruan, Semarang, Magelang, DKI dan DIY.Semua sampel kulit di uji di laboratorium Pengujian Mutu dan Normalisasi Kulit, BBKKP.Hasil uji dievaluasi menggunakan statistik untuk menentukan syarat mutu bagi masing-masing komoditi.<span></span>Rancangan standar yang telah di susun adalah sebagai berikut:</span></p> <p style="text-indent:-.25in;line-height:normal;" class="ListParagraphCxSpFirst"><span style="font-size:12pt;font-family:'Times New Roman';"><span>1.<span style="font:7pt 'Times New Roman';"> </span></span></span><span style="font-size:12pt;font-family:'Times New Roman';">Kulit motif <em>Fancy </em>dari Kulit Sapi Untuk Barang Jadi Kulit<br /></span></p> <p style="text-indent:-.25in;line-height:normal;" class="ListParagraphCxSpMiddle"><span style="font-size:12pt;font-family:'Times New Roman';"><span>2.<span style="font:7pt 'Times New Roman';"> </span></span></span><span style="font-size:12pt;font-family:'Times New Roman';">Kulit <em>Oil Pull Up </em>Dari Kulit Sapi Untuk Atasan Sepatu.</span></p> <p style="text-indent:-.25in;line-height:normal;" class="ListParagraphCxSpMiddle"><span style="font-size:12pt;font-family:'Times New Roman';"><span>3.<span style="font:7pt 'Times New Roman';"> </span></span></span><span style="font-size:12pt;font-family:'Times New Roman';">Kulit Sapi Belahan Untuk Atasan Sepatu </span></p> <p style="text-indent:-.25in;line-height:normal;" class="ListParagraphCxSpMiddle"><span style="font-size:12pt;font-family:'Times New Roman';"><span>4.<span style="font:7pt 'Times New Roman';"> </span></span></span><span style="font-size:12pt;font-family:'Times New Roman';">Kulit Biawak Untuk Atasan Sepatu</span></p> <p style="text-indent:-.25in;line-height:normal;" class="ListParagraphCxSpMiddle"><span style="font-size:12pt;font-family:'Times New Roman';"><span>5.<span style="font:7pt 'Times New Roman';"> </span></span></span><span style="font-size:12pt;font-family:'Times New Roman';">Kulit Jadi dari Kulit Buaya</span></p> <p style="text-indent:-.25in;line-height:normal;" class="ListParagraphCxSpMiddle"><span style="font-size:12pt;font-family:'Times New Roman';"><span>6.<span style="font:7pt 'Times New Roman';"> </span></span></span><span style="font-size:12pt;font-family:'Times New Roman';">Kulit Buaya Mentah Awet Garam Basah</span></p> <p style="text-indent:-.25in;line-height:normal;" class="ListParagraphCxSpLast"><span style="font-size:12pt;font-family:'Times New Roman';"><span>7.<span style="font:7pt 'Times New Roman';"> </span></span></span><span style="font-size:12pt;font-family:'Times New Roman';">Kulit Biawak Mentah Awet Kering.</span></p> | Standar | |
189 | PENELITIAN CARA PENGECATAN KULIT NUBUK (BUFFING LEATHER) | 1994 | Ir. Meiyanti Hasan Basalamah, B.Sc Ir. Widari | <p style="margin-right:.2in;line-height:normal;" class="MsoNormal"><span style="font-family:'Times New Roman';">Bahan baku berupa kulit sapi krom basah (wet blue) kualitas II sebanyak 15 side diproses menjadi kulit nubuk dengan variasi cara penawaran yaitu cara A seluruh cat dimasukan setelah buffing dan cara B sebagian cat dimasukan sebelum buffing dan sebagian sisanya di masukan setelah buffing. Jumlah cat yang dipakai divarasi masing-masing<span> </span>2%, 4% dan 6% terhadap berat shavingnya. Kulit nubuk hasil penelitian diuji secara organoleptis<span> </span>dan fisis sesuai SII. 0018-79 hasil penelitian menujukan bahwa nilai rata-rata ketahanan gosok kering dan basah dengan pengamatan staining soale masing-masing 4,63 dan 2,25 , sedang rata-rata ketahanan gosok kering dan basah dengan pengamatan Grey soale masing-masing 3,25 dan 2,94. Secara statistik pewarnaan dengan cara A memberikan hasil lebih baik dari pada cara B. jumlah cat yang dipakai cukup 2% dari berat shavingnya.</span></p> | Kulit | |
190 | PENANGANAN GAS BUANG PADA INDUSTRI BAN | 1996 | Ir. Kusumo Retno Winahyu M. Sri Wahyu B. Sc Sofyan Karani B.Sc | Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas gas buang industri ban, penelitian di laksanakan pada dua pabrik ban dengan pengambilan contoh di tiga titik sampling yaitu; ruang udara ambient, ruang proses produksi (udara emisi) dan ruang penyimpanan bahan baku (gudang bahan baku). Parameter yang dianalisa adalah: oksidan, sulfur dioksida, hidrogen disufida, nitrogen dioksida, ammonia, debu dan kebisingan. Hasil penelitian pada udara ambient menunjukan bahwa analisa oksidan adalah 0,4144 ppm dan 1,6235 ppm > 0,1 ppm syarat baku mutu dan kebisingan adalah 73,0 dBA dan 81,0 dBA > 70 dBA syarat baku mutu, sedangkan hidrogen disulfida, nitrogen dioksida, ammonia dan debu memenuhi syarat baku mutu. Hasil penelitian pada udara ruang proses produksi menunjukan bahwa analisa oksidan adalah 0,3418 ppm dan 1,4670 ppm > 0,1 ppm syarat baku mutu sedangkan hidrogen disulfide, nitrogen dioksida, amonia debu dan kebisingan memenuhi syarat baku mutu. Hasil penelitian pada udara ruang bahan baku menunjukan bahwa analisa oksidan adalah 0,8840 ppm > 0,1 ppm syarat baku mutu, ammonia adalah 18,118 ppm dan 16,521 ppm > 2,0 syarat baku mutu, debu adalah 1,6880 mg/m syarat baku mutu dan kebisingan adalah 81 dBA dan75 dBA > 70 dBA syarat baku mutu, sedangkan hidrogen disulfida dan nitrogen dioksida memenuhi syarat baku mutu. Untuk parameter sulfur dioksida semua titik sampling tidak terdeteksi. | Limbah | |
191 | PENANGANAN GAS BUANG PADA INDUSTRI BAN | 1996 | Ir. Kusumo Retno Winahyu M. Sri Wahyu B. SC Sofyan Karani B. Sc | <p class="MsoNormal" style="line-height:normal;"><span style="font-size:12pt;font-family:'Times New Roman';">Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas gas buang industri ban, penelitian di laksanakan pada dua pabrik ban dengan pengambilan contoh di tiga titik sampling yaitu; ruang udara ambient, ruang proses produksi (udara emisi) dan ruang penyimpanan bahan baku (gudang bahan baku). Parameter yang dianalisa adalah: oksidan, sulfur dioksida, hidrogen disufida, nitrogen dioksida, ammonia, debu dan kebisingan. Hasil penelitian pada udara ambient menunjukan bahwa analisa oksidan adalah 0,4144 ppm dan 1,6235 ppm > 0,1 ppm syarat baku mutu dan kebisingan adalah 73,0 dBA dan 81,0 dBA > 70 dBA syarat baku mutu, sedangkan hidrogen disulfida, nitrogen dioksida, ammonia dan debu memenuhi syarat baku mutu. Hasil penelitian pada udara ruang proses produksi menunjukan bahwa analisa oksidan adalah 0,3418 ppm dan 1,4670 ppm > 0,1 ppm syarat baku mutu<span> </span>sedangkan hidrogen disulfide, nitrogen dioksida, amonia debu dan kebisingan memenuhi syarat baku mutu. Hasil penelitian pada udara ruang bahan baku menunjukan bahwa analisa oksidan adalah 0,8840 ppm > 0,1 ppm syarat baku mutu, ammonia adalah 18,118 ppm dan 16,521 ppm > 2,0 syarat baku mutu, debu adalah 1,6880 mg/m</span><span></span><span style="font-size:12pt;font-family:'Times New Roman';"><span> </span>syarat baku mutu dan kebisingan adalah 81 dBA dan75 dBA > 70 dBA syarat baku mutu, sedangkan hidrogen disulfida dan nitrogen dioksida memenuhi syarat baku mutu. untuk parameter sulfur dioksida semua titik sampling tudak terdeteksi.</span></p> | Limbah | |
192 | LAPORAN PENELITIAN CAT UNTUK KULIT SAMAK NABATI | 1992 | IR. Koentro Soebijarso, Ir. Sulistiyah WRD | <div align="justify"> </div> <p align="justify" class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;line-height:115%;font-family:'Times New Roman', serif;">Penelitian cat tutup untuk kulit samak nabati ini bertujuan untuk mendapatkan cara finishing kulitsamak nabati yang menghasilkan kulit dengan cat tutup yang tahan gosokan/goresan. Dalam percobaan digunakan 6(enam) side kulit tas/kopor samak nabati yang masing-masing dibatasi menjadi 3 bagian untuk 2(dua) variasi cara pengecatan tutup. Setiap variasi menggunakan pigmen warna ochre, maroon, coklat, dan ungu untuk pengecatan tutup kulit yang sebelumnya telah dicat dasar masing-masing dengan satu kali ulangan. Kulit hasil pengecatan tutup kemudian disetrika dengan suhu 70</span><span style="font-size:12pt;line-height:115%;font-family:'Cambria Math', serif;">℃, tekanan 100 Bar selama 1detik. Kemudian dilakukan uji fisis yang meliputi kuat rekat, ketahanan gosok dan ketahanan goresan dari cat tutup, baik dalam keadaan kering maupun basah. Evaluasi hasil menunjukkan bahwa variasi II menghasilkan cat tutup dengan sifat fisis yang lebih baik, yaitu kekuatan rekat cat tutup kering(800 – 1887,5) g/cm, kekuatan rekat cat tutup basah (50 – 275) g/cm, ketahanan gosok cat tutup kering dengan nilai(4-5) pada skala abu-abu, dan nilai 5 pada skala penodaan, ketahan gosok cat tutup basah dengan nilai (4-5) pada skala abu-abu, dan nilai (3-5) pada skala penodaan, ketahanan goresan kering dengan nilai (2-4) pada skala abu-abu, dan<span> </span>ketahanan goresan basah dengan nilai(3-5) pada skala abu-abu. Cat tutup dengan warna ochre memberikan hasil yang lebih baik. Adapun formula dari cat tutup variasi IIadlah sebagai berikut : Untuk lapisan pertama digunakan campuran 40 bagian pasta pigmen, 40 bagian emulsi resin lunak, 40 bagian emulsi resin keras dan 60 bagian air dengan air diperlukan 2 kali ulas, dan disemprot 1-2 kali, sedang untuk lapisan penutupnya adalah 200 bagian emulsi lak keras dan 300 bagian super Thinner yang perlakuannya (1-2) kali semprot.</span></p> | Kulit | |
193 | LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN PENINGKATAN MUTU PRODUK KOPER DARI BAHAN BAKU KULIT UNTUK KONSUMSI EKSPORT | 1991 | Ir. Koentoro Soebijarso, Soekarjono, B.Sc, Soembogo, Bambang Soeroto, B. A., RAKIM, Soenardi, M.Sc. | <div align="justify">Buku laporan ini berisi kegiatan kelompok kerja 2.12/Proy.PPIKKP/1989-1990 dan pengembangan dan peningkatan Mutu Produk koper dari bahan baku Kulit untuk konsumsi ekspor. Tujuan dari kegiatan ini ialah untuk peningkatan mutu produk dan kemampuan pengrajin. Sehingga sasarannya adalah meningkatkan keterampilan teknis para pengrajin koper. Metade yang diberikan pada pelatihan berupa: desain koper, pengetahuan teknis pembuatan koper, informasi peralatan yang digunakan dan pengetahuan tentang kalkulasi bahan. Untuk mengetahui kerekatan lem yang biasa dipergunakan para pengrajin di Tanggulangin telah diadakan percobaan tiga macam lem sintetis terhadap delapan macam. Dan hasilnya ternyata tidak berbeda nyata. Tetapi secara umum kerekatan terhadap kulit yang terbaik adalah lem I atu Racoll Prima D.<br /> Hasil percobaan sebagai berikut:<br /> Bahan: Kulit Bagian nerf bagian daging: lem: Racoll prima D; kuat rekat kg/cm : 4,98<br /> Bahan: Kulit Bagian nerf bagian nerf: lem: Racoll prima D; kuat rekat kg/cm : 3,35<br /> Bahan: Kulit - Bludru: lem: Racoll prima D; kuat rekat kg/cm : 3,62<br /> Bahan: Kulit - VInil : lem: Aica Aibon; kuat rekat kg/cm : 2,94<br /> Bahan: Kulit - triplek: lem: Fox; kuat rekat kg/cm : 5,08<br /> Bahan: bludru - vinil: lem: Racoll prima D; kuat rekat kg/cm : 2,35<br /> Bahan: bludru -triplek: lem: fox D; kuat rekat kg/cm : 4,74<br /> Bahan: vinil - triplek: lem: Racoll prima D; kuat rekat kg/cm : 3,19<br /></div> | Barang Kulit & Garmen | |
194 | LAPORAN PENELITIAN TAHAP LANJUTAN PENELITIAN PENGARUH CUACA TERHADAP MUTU SOL KARET CETAK SEPATU OLAHRAGA | 1991 | Ir. Koentoro Soebijarso Soekarjono, B.Sc., Drs. Soepranoto Ir. Hadi Musthofa, Ir. Emilliana Kasmudjiastuti, Dra. Sri Nadilah | <div align="justify"> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;"><span style="font-size:12pt;line-height:115%;font-family:'Times New Roman', serif;">Penelitian pengaruh cuaca terhadap mutu sol karet cetak untuk sepatu olahraga, dilaksanakan melalui dua cara yaitu dengan alat weather-0-meter (secara indoor) dan langsung dikenakan cuaca udara luar (out door) dengan maksud untuk mengetahui adanya perubahan fisik fisika serta kolerasi dari dua macam cara pengujian tersebut.Dalam melaksanakan Penelitian dengan alat weather-0-meter kondisi selama penelitian dipertahankan konstan yaitu dengan black panel pada 50 ºC, dry bulb= 36 ºC wet bulb= 26 ºC dan kelembaban udara sebesar 45%. Pengambilan cuplikan yang telah terkena penyinaran dari dalam alat untuk diuji dilaksanakan tiap 25 jam sekali dan hal ini dilakukan sampai pada batas waktu dimana terjadi perubahan sifat fisika contoh uji yang khas yaitu rusak(patah) pada ujunf flexing. Adapun untuk penelitian out door, cuplikan yang diambil dari sol karet cetak sepatu olahraga produksi pabrik sepatu di Bandung dipasang diatas rak yang sudut kemiringannya diatur masing-masing 0º, 15 º, 30 º, 45 º terhadap arah mendatar dan selama penelitian ini kondisi cuaca di tempat penelitian selalu diamati dan dicatat. Pengambilan cuplikan yang akan diuji sifat fisiknya dikerjakan setiap 40 hari sekali. Ternyata sifat fisika cuplikan yang sudah dikenakan perlakuan dengan cuaca udara luar(out door) Nampak mengalami perubahan sebagaimana in door. Perubahan sifat fisika cuplikan terbesar terjadi pada rak dengan sudut kemiringan 30 º, sedangkan pengaruh cuaca terhadap cuplikan yang diletakkan diatas rak dengan sudut kemiringan yang berbeda-beda menurut hasil analisis T test tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Korelasi untuk pengujian cuplikan dari sol karet cetak <span> </span>yang mendapat perlakuan secara in door selama satu jam memberikan perubahan sifat fisika yang sama besarnya dengan cuplikan yang dikenakan out door selama 12,8 jam.</span></p> </div> | Karet | |
195 | LAPORAN PENELITIAN PEMBUATAN SEPATU KERJA DENGAN SOL KARET TAHAN MINYAK | 1991 | Ir. Koentoro Soebijarso Soekarjono, B.Sc. Soetjipto, B.Sc. Ir. Titien Sayekti Sesantiningsih, Dra. Supraptiningsih, Ir. Herminiwati | <div align="justify"> </div> <p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align:justify;"><span style="font-size:12pt;line-height:115%;font-family:'Times New Roman', serif;">Penelitian ini, merupakan lanjutan dari penelitian yang dikerjakan oleh kelompok kerja 2.4/proy.PPIKKP/88-89. yang telah dapat membuat 27 formula kompon dan telah diuji sifat-sifat fisiknya sesuai persyaratan SII. 0645-82, Mutu Sepatu Pengaman dari kulit dengan sol karet cetak vulkanisasi. Dari 27 kompon ini dapat dipilih kompon no. 27 telah memenuhi persyaratan kecuali Tegangan Putus, Tegangan Tarik 200% dan Retak Luntur. Dengan menambah RSS, Cumaron resin, Carbon black. Dan mengurangi NBR, A1 silikat, dan proses oil pada formula kompon no.27 dibuat 9 kompon. Diperoleh kompon T1 yang memenuhi persyaratan kecuali tegangan tarik 200% dan kekerasan dengan menambah proses oil, dan mengurangi A1 silikat, China clay, Carbon black, WTR, pada formula kompon T1 dibuat 6 kompon. Diperole kompon P4. Memenuhi persyaratan kecuali tegangan tarik 200%. Dibuat sepatu kerja dengan sol karet tahan minyak cetak vulkanisasi. Menggunakan atasan kulit Boks yang memenuhi persyaratan SII. 0018-79, Mutu dan Cara Uji Kulit Boks, dan kompin P4 untuk pengesolannya, dengan cetak vulkanisasi pada temperature 150ºC, tekanan 100 PSI dalam waktu 11’. Berat kompon setiap 680 gr untuk sepatu no.6, 700 gr untuk no.7, dan menggunakan lem dari bahan campuran SG dan kompon P4. Hasilnya sepatu kerja dengan sol karet tahan minyak memenuhi persyaratan SII. 0045-82. Mutu Sepatu Pengaman dari kulit denga sol karet cetak vulkanisasi, kecuali Tegangan Tarik 200%<span> </span>belum memenuhi, dengan pertimbangan bahwa standar-standar dari Negara lain (China, Korea dan Jepang) tidak mensyaratkan Tegangan Tarik 200% sepatu hasil penelitian ini sudah memenuhi syarat sebagai sepatu kerja dari kulit dengan sol karet tahan minyak cetak vulkanisasi.</span></p> | Alas Kaki | |
196 | Penanganan bau limbah cair industri penyamakan kulit. | 2000 | Ir. Ismiati Drs. Ign. Sunaryo Drs. Suhanda | Penanganan bau limbah cair industri penyamakan kulit. Limbah cair yang dihasilkan pada industri penyamakan kulit sangat potensial meracuni lingkungan bila tidak ada pengolahan yang baik sebelum dibuang, Salah satu unsur pencemar adalah bau limbah cair yang sangat menyengat. Sebagian besar bau tersebut dikarenakan adanya gas sulfida dan amoniak, Pada penelitian penanganan bau limbah' , industri penyamakan kulit baru dilakukan secara primer yaitu perlakuan fisika dan kimia. ' Akan lebih sempuma hasilnya bila dilanjutkan dengan perlakuan secara biologi (pengolahan sekunder). Untuk menghilangkan bau limbah cair dibuat rangkaian alat tertentu yang digunakan untuk pengolahan limbah cair dengan menggunakan zeolit dan carbon aktif sebagai adsorben, disamping itu juga digunakan asam sulfat dan tawas pada proses pengolahan. Dari hasil uji organoleptis menunjukkan bahwa zeolit dan karbon aktif dapat menghilangkan bau gas yang sangat menyengat menjadi hampir tidak berbau dan warna limbah cair yang kotor dan luruh menjadi bening dan bersih pada akhir proses. Dari hasil uji laboratoris menunjukkan penurunan nilai BOD, COD, TSS, sulfida, amoniak dan lemak. Penurunan maksimum BOD menjadi 82,96 %, COD 96,53 %, TSS 92,27 %, sulfida 98,96 %, amoniak 87,02 %. pada analisa gas terdeteksi adanya penurunan sulfida fmaksimum 14,36 %, SO2 54,68 % dan NH3 10,13 %. | Standar | |
197 | LAPORAN PENGEMBANGAN CETAKAN SOL SEPATU MENGGUNAKAN MESIN CNC | 2009 | Ir. Isananto Winursito, Totok Marjiyanto, ST, Pramono Hadi, B.Sc | Sepatu merupakan salah satu komoditi andalan ekspor indonesia disamping produk kayu, tekstil dan elektronika, dan selama ini pasar elspor sepatu/alas kaki terus meningkat. Salah satu hal yang pentingdalam sepatu adalah bagian bawahnya atau biasa disebut dengan sol sepatu.Pada kegiatan ini telah dilakukan pembuatan cetakan sol sepatu yang diharapkan mempunyai kualitas dan presisi tinggi.Perancangan/disain cetakan solsepatu dibuat menggunakan programaplikasi mastercam, sedangkan pembuatan cetakan sol sepatu telah dilakukan menggunakan bahan MS Plate ST -37 .Dari uji penerapan, diperoleh sol sepatu dengan detail contour yang baik. | Rekayasa | |
198 | LAPORAN PENGEMBANGAN JENIS BAHAN BAKU DAN DESAIN WADAH BIBIT TANAMAN | 1993 | Ir. Isananto Winursito Ir. Niken Karsiati, Ir. Arum Yuniari | <div align="justify"> </div> <p align="justify" style="text-align:justify;" class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;line-height:115%;font-family:'Times New Roman', serif;">Penelitian tentang jenis bahan baku dan desain kontiner untuk pembibitan bertujuan untuk mempelajari beberapa jenis desain dan mutu kontiner selama pembibitan. Dalam penelitian ini, jenis kontiner yang digunakan adalah enso pot, tube pot, dan styro block, sedangkan jenis tanaman yang digunakan adalah mahoni, sengon, Eucalyptus Urophylla. Variasi waktu untuk pembibitan adalah 2, 4, dan 6 bulan. Pengujian dilakukan terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dan volume akar., selain itu juga dilaksanakan pengujian sifat fisika yang meliputi tegangan putus, perpanjangan putus dan ketahanan sobek. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa desain kontiner ternyata berpengaruh terhadap bentuk dan perkembanagn volume akar, tetapi tidak mempengaruhi pertumbuhan tinggi bibit tanaman. Sifat-sifat fisika kontiner, meliputi : Sifat tegangan putus, perpanjangan putus dan ketahanan sobek, tida dipengaruhi oleh jenis kontiner dan waktu pembibitan. Kontiner dari bahan dasar polivinil klorida mempunyai sifat fisika yang lebih baik daripada kontiner dengan bahan dasar polistirena.</span></p> | Desain | |
199 | Mutu Produk kulit untuk penyusunan RSNI | 2005 | Ir. Hj. Siti Rochani Ir. Niken Karsiati Ir. Emi Sulistyo Astuti Irene Sri Sukaeni, B.Sc. | Abstrak: Penelitian mutu produk kulit untuk penyusunan Rancangan Standar Nasional Indonesia bertujuan untuk mengetahui mutu produk kulit untuk alas kaki dan melakukan pengkajian Standar Nasional Indonesia (SNI) yang telah diterapkan oleh industri. SNI yang dikaji ulang meliputi 3(tiga) buah SNI produk alas kaki yaitu : SNI 12-3361-1994. Sepatu pria dan kulit model derby sistem lem, SNI 12-0073-1995, Sepatu Pria dari kulit model pantopel sistem lem, SNI 12-2942-1992, sepatu wanita dari kulit model pantopel sistem lem. Kaji ulang dilakukan berdasarkan ISO Guide 7 ( Pedoman KAN 14-2001) dan Pedoman BSN 8-2000. Tahapan-tahapan penelitian meliputi : penelusuran pustaka standar, survey dan pengambilan contoh, penyiapan contoh uji, pengujian dan kaji ulang SNI. Hasil ang yang dapat direkomendasikan adalah ketiga SNI tersebut diatas yaitu: SNI 12-3361-1994, SNI 12-0073-1995, SNI 12-2942-1992 perlu direvisi sesuai pedoman KAN 14-221 dan Pedoman BSN 8-2000. Berdasarkan rekomendasi hasil kaji ulang telah dibuat konsep revisi ketiga SNI tersebut diatas. | Kulit | |
200 | Penerapan Pembuatan Oil Seal Pada Industri Barang Karet | 1998 | Ir. Hj. Siti Rochani Ir. Niken Karsiati Ir. Any Setyaningsih | Penerapan pembuatan Oil Seal ( HS.401693000) pada industri barang karet bertujuan untuk meningkatkan mutu oil seal. Sebelum dilakukan pembuatan oil seal pada industri karet, terlebih dulu dilakukan penelitian secara laboratories dengan dua tahap pra penerapan . Pra penerapan tahap I sebanyak 4 formulasi dengan memvariasikan bahan baku karet nitril , karet SBR dan karet alam. Berdasarkan hasil uji tahap I dilakukan pra penerapan tahap II dengan 9 formulasi. Bahan yang divariasikan adalah karet nitril 70, 75, 80 bagian; karet alam 10, 15, 20 bagian dan carbon black 45, 50, 55 bagian. Kemudian dari 9 formulasi tersebut ditentukan 3 formulasi terbaik untuk digunakan sebagai dasar pembuatan barang jadi oil seal. Berdasarkan hasil uji sifat fisis terhadap barang jadi oil seal diperoleh hasil bahwa kompon dengan formulasi bahan baku karet nitril 70 bagian, karet SBR 10 bagian, karet alam 20 bagian, dan carbon black 55 bagian memberikan sifat yang paling baik. Secara umum mutu oil seal hasil penerapan lebih baik dibandingkan dengan mutu oil seal yang beredar di pasaran. | Karet |