# | Judul | Tahun | Pelaksana | Abstrak | Kategori | |
---|---|---|---|---|---|---|
181 | PEMBUATAN SOL SEPATU DARI LATEKS KARET ALAM | 2013 | Ir. Syakim Hasimi, M. Si. (Koordinator) Ir. Herminiwati, MP (Peneliti Utama) | Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan di industri sepatu Bunut Kab. Asahan Sumut. Sol sepatu biasanya dibuat dari bahan karet padat namun sol Bunut yang dibuat dari lateks karet alam memiliki keunggulan kenyamanan pakai dan keawetannya. Sol lateks ini biasanya digunakan untuk membuat sepatu yang memerlukan kelenturan seperti sepatu mokasin dan sepatu kanvas. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh teknologi proses pembuatan sol sepatu dari lateks karet alam dan memperoleh formulasi terbaik sol sepatu dari lateks karet alam.<br /> Metode pembuatan sol lateks karet alam adalah secara proses fluida. Parameter uji berdasarkan pada sifat fisik yang meliputi tegangan putus, perpanjangan putus kekerasan, ketahanan retak lentur, ketahanan, sobek, ketahanan kikis dan bobot jenis sesuai SNI sepatu kanvas untuk umum.<br /><br /> Berdasarkan sifat tegangan putus sebesar 48,39 kg/cm<sup>2</sup> , perpanjangan putus sebesar 444,6%, kekerasan sebesar 52,317 shore A, ketahanan retak lentur yang paling baik dan tidak retak, bobot jelis sebesar 1,06 g/cm<sup>3</sup> dan ketahanan sobek sebesar 36,284 kg/cm<sup>2</sup> , maka formula terbaik sol lateks terdiri atas lateks (KKK 60%) 100 phr, sulfur 3 phr, ZnO 3 phr, ZDBC 0,8 phr, lonol 2 phr, Lesitin 0,5 phr, NPCC 5 phr dan CaCO<sub>3</sub> 20 phr. | Karet | |
182 | PEMBUATAN BUSA LATEKS KARET ALAM MENGGUNAKAN SABUN CASTOR OIL DAN PRACIPITATED CALCIUM CARBONATE ( PCC ) | 2013 | Ir. Syakir Hasyimi, M.Si. Ihda Novia Indrajati, MT Dra. Sri Brataningsih Puji Lestari Rihastiwi Setia Murti, S.T Muhammad Sholeh, M.Eng Indiah Ratna Dewi, S.Si Subardi | <p class="MsoNormal">Lateks karet alam adalah komoditif alam yang sangat bernilai ekonomis dan merupakan sektor industri yang sangat strategis. Lateks karet alam dapat diproduksi menjadi barang-barang seperti benang, lem, bantalan karpet, barang tipis dengan teknologi celup, cinderamata, ataupun busa lateks. Salah satu komoditi lateks karet alam yang banyak dibutuhkan oleh industri baik nasional maupun internasional adalah busa lateks. Busa lateks sangat tahan lama dan dapat memberikan tingkat kenyamanan yang tinggi saat pemakaian, serta dapat menopang beban dengan sangat baik, meskipun digunakan secara berulang-ulang dalam waktu yang sangat lama. Pembentukan dan stabilitas busa dapat dibentuk dengan penambahan bahan kimia seperti sabun, saponin dan gelatin. Promoter busa yang digunakan adalah sabun karboksilat, baik oleat, resinoleat ataupun sabun <em>castor oil</em>. Busa lateks<span> </span>yang umum diperdagangkan berwarna putih, sehingga bahan pengisi yang ditambahkan adalah bahan pengisi yang tidak hitam, seperti silica, kaolin dan kasium karbonat (CaCO<sub>3</sub>). Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan busa dari lateks karet alam menggunakan sabun <em>Castrol oil</em> dan <em>Pracipited calcium Carbonate. </em></p> <p class="MsoNormal">Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lateks karet alam dengan KKK 60%, Ionol, Sulfur, ZDEC, Nano Pracipited calcium Carbonate (PCC), TiO<sub>2</sub>, DPG, ZnO, NSF, castor oil, NaOH, etanol, NaCl, dan aquadest. Kegiatan penelitian dibagi menjadi tahapan aktivasi pembuatan sabun dari castor oil, desain dan trial formulasi, penelitian dan analisa data. Data hasil pengujian dibandingkan dengan SNI 06-099-1989 Karet Busa Lateks Tipe Medium dan ASTM D1055-09. Standard Specification for Flexible Celluler Materials – Lateks Foam untuk menentukan formulasi terbaik.</p> <p class="MsoNormal">Hasil penelitian menunjukan teknologi pembuatan busa lateks belum memiliki keterulangan proses produksi yang baik, dan sifat fisik busa lateks yang dihasilkan belum dapat diuji.<br /></p> | Karet | |
183 | PEMBUATAN KARET KOPLING ( RUBBER CLUTCH DUMPER ) DARI CAMPURAN KARET ALAM DAN EPDM | 2013 | Muhammad Sholeh, M.Eng (Koordinator) Ihda Novia Indrajati, MT (Peneliti Utama) | <p class="MsoNormal">Sepeda motor matic semakin diminati terbukti dengan permintaan yang semakin meningkat. Kebiasaan menggantung kecepatan pada saat bermanuver berimbas pada kerja kopling dan secara langsung berkaitan dengan karet peredam kopling (<em>rubber clutch dumper</em>) yang berfungsi sebagai bantalan alur mengembang dan menutupnya kampas kopling. Bila terkena panas berlebih maka material karet pada karet peredam menjadi mudah rusak. <br /></p> <p class="MsoNormal">Penelitian ini bertujuan untuk membuat karet peredam kopling dari campuran karet alam (NR) dan EPDM. Teknik pencampuran yang digunakan adalah modifikasi teknik reaktif, dimana kompon EPDM dan karet alam dibuat secara terpisah menggunakan <em>two roll mill</em>. Sebelum dicampur dengan kompon NR, terlebih dahulu kompon EPDM dipanaskan dengan waktu berbasis pada waktu scorchnya ( t<sub>s2 </sub>). Bahan-bahan yang digunakan adalah EPDM Kalten 4551A, pale crepe, ZnO, aflux 42, HAF black, GPF black, minyak jarak, paraffin wax, MBTS, ZDEC, sulfur, maleic anhydride (MAH) dan dicumyl peroxide (DCP). Variasi yang dipilih adalah waktu pemanasan awal dan rasio MBTS/ZDEC. Variasi waktu pemanasan awal meliputi 0,75t<sub>s2</sub>, sedangka variasi rasio MBTS/ZDEC terdiri dari rasio 1,6/0,0; 1,5/0,1; 1,4/0,2; 1,3/0,3 dan 1,2/0,4. Pengujian yang dilakukan meliputi karakteristik vulkanisasi (Rheometer), morfologi dengan SEM, karakteristik gugus fungsi dengan FTIR, difraksi sinar-x dengan XRD, sifat mekanik (tegangan putus, kekuatan sobek, kekerasan, perpanjang putus, ketahanan pegas pantul dan ketahanan pampat tetap) serta ketahanan ozon. <br /></p> <p class="MsoNormal">Morfologi campuran dengan akselerator tunggal (hanya MBTS) kurang homogen bila dibanding dengan akselerator ganda (MBTS/ZDEC). Pola difraksi sinar-x menunjukan dominasi daerah amorf pada campuran NR/EPDM. Pasangan akselerator MBTS dan ZDEC memberikan perimbangan pada waktu <em>scorch</em> dan kecepatan vulkanisasi, sehingga dapat berlangsung lebih cepat. Jumlah ZDECD semakin besar pada waktu pemanasan awal yang sama memberikan nilai tegangan putus yang bervariatif. Pada kekuatan sobek, penambahan ZDEC pada awalnya menaikan kekuatan sobek namun pemambahan lebih lanjut menurunkan kekuatan sobek. Kenaikan konsentrasi ZDEC menurunkan perpanjangan putus. Kekerasan memberikan nilai yang serupa dengan kenaikan jumlah ZDEC. Ketahanan pegas pantul pada campuran dengan akselerator tunggal (hanya MBTS) lebih tinggi daripada akselerator ganda (MBTS dan ZDEC). Kenaikan jumlah ZDEC menurunkan ketahanan pegas pantul. Ketahanan pampat tetap menurun dengan kenaikan jumlah ZDEC dalam campuran NR/EPDM. Waktu pemanasan awal tidak mempengaruhi tegangan putus, kekerasan dan ketahanan pegas pantul. Perpanjangan putus dan kekuatan sobek pada waktu pemanasan awal 0,75t<sub>s2</sub> lebih tinggi daripada 0,5t<sub>s2</sub>, demikian pula dengan ketahanan pampat tetap. Pengusangan menyebabkan perubahan sifat mekanin sebagai akibat oksidasi yang menyebabkan pemutusan rantai menjadi segmen lebih kecil dan pembentukan ikatan silang lanjutan. <br /></p> <p class="MsoNormal">Campuran dengan kombinasi akselerator MBTS/ZDEC dan waktu pemanasan awal 0,75t<sub>s2</sub> memberikan ketahanan ozon baik dibuktikan dengan hasil tidak retak setelah pengujian selama 72 jam pada<span><span></span></span><span> </span><span>70°C dengan konsentrasi ozon 40 pphm. Fomulasi terbaik dipilih rasio MBTS/ZDEC 1,2/0,4 dengan waktu pemanasan awal 0,75t<sub>s2.</sub></span> </p> | Karet | |
184 | PENGOLAHAN LIMBAH PADAT INDUSTRI KARET REMAH ( CRUMB RUBBER ) UNTUK PEMBUATAN KOMPOS | 2013 | Ir. Valentina Sri Pertiwi Rumiyati, MP Dra. Supartiningsih, MSi Ir. Nursamsi Sarengat | <p class="MsoNormal"><span>Penelitian ini berjudul Pengolahan Limbah Padat Industri Karet Remah ( <em>Crumb Rubber</em>) untuk Pembuatan Kompos. Tujuan penelitian adalah membuat formula kompos untuk pupuk tanaman. Hasil pupuk kompos dibandingkan dengan SNI 2803:2010 Pupuk NPK Padat. <br /></span></p> <p class="MsoNormal"><span>Penelitian dilakukan dengan pembuatan kompos skak laboratory. Dilakukan variasi pada jumlah limbah dan jumlah bekatul. Bahan baku limbah padat <em>crumb rubber</em> ditimbang sesuai masing-masing formulasi. Pencampuran dilakukan dengan penambahan bekatul sesuai formulasi, larutan gula tetes sebanyak 20 ml, dan EM4 sebanyak 20 ml. Air ditambahkan sesuai campuran mempunyai kelembaban 40-60%. Larutan gula (tetes) dibuat dengan melarutkan 500 g gula pasir dalam 500 ml air. Proses pembalikan dan penyiraman dilakukan seminggu 2 kali. Cek suhu dilakukan setiap hari pada 10 hari pertama, selanjutnya cek suhu 1 kali seminggu. Kompos matang pada hari ke 40. <br /></span></p> <p class="MsoNormal"><span>Kompos hasil penelitian bila dibandingkan dengan SNI 2803:2010 Pupuk NPK Padat serta Peraturan Menteri Pertanian No: 70/Permentan/SR-140/10/2010 tentang Pupuk Organik, maka kompos terbaik dan memenuhi persyaratan adalah kompos dengan formula bekatul 20 bagian dan limbah padat <em>crumb rubber</em> 100 bagian, 90 bagian dan 80 bagian. Kompos tersebut memiliki beberapa ciri antara lain berwarna coklat tua agak hitam mirip dengan warna tanah, tidak larut dalam air, C/N ratio sebesar 20,74 - 25,44, suhu kurang lebih sama dengan suhu lingkungan, dan tidak berbau.</span></p> | Karet | |
185 | PENELITIAN ISOLATOR KARET UNTUK PERALATAN DAPUR ( COOKWARE ) | 2013 | Muhammad Sholeh, M. Eng. Dra. Supraptiningsih,MSi Ir. Herminiwati, MP Ir. Arum Yuniari Ir.Sugihartono, MSi | <p class="MsoNormal"><span>Kegiatan in house research ini berjudul Penelitian Isolator Karet untuk Peralatan Dapur ( <em>cookware </em>). Tujuan penelitian ini adalah membuat formula isolator pegangan alat rumah tangga dari karet yang tahan panas. Penelitian ini dilakukan dengan membuat kompon karet skala laboratory. Dilakukan variasi pada jumlah limbah riklim yang digunakan dan jumlah sulfur. Bahan baku adalah bahan karet alam pale crepe dan karet sintetis SBR (<em>styrene butadiene rubber</em>). Bahan baku dan bahan pembantu ditimbang sesuai masing-masing formulasi. Pencampuran dilakukan dengan mesin kompending, kemudian dipress dengan mesin press. Kondisi pengepresan adalah suhu </span>150°C<span>, tekanan 170 MPa, dan waktu 120 menit. Pengujian yang dilakukan terhadap kompon hasil pra penelitian adalah uji perambatan panas, uji ketahanan panas, uji pengusangan kekerasan, dan uji specific grafity. Kompon hasil hasil pra penelitian memiliki sifat fisis Spgr 1,38 (kompon dengan riklim) dan 1,35 (kompon tampa riklim). Hasil uji perambatan panas menujukan nilai kenaikan panas </span>6°C<span> dalam waktu 180 menit (kompon dengan riklim), sedangkan kompon tanpa riklim menunjukan kenaikan </span>7°C<span>. kekerasan sebelum aging 91 shoreA dan sesudah aging 89 shore A (komponen dengan riklim), sedangkan kompon tanpa riklim mempunyai kekerasan sebelum aging 92 shore A dan sesudah aging 86 shore A.</span></p> | Karet | |
186 | Pembuatan Karet Tahan Peluru untuk Keperluan Militer (Rompi Anti Peluru) | 2014 | Ir. V. Sri Pertiwi Rumiyati., MP (Koordinator) Ike Setyorini., ST (Peneliti Utama) Ihda Novia Indrajati, M.T (Peneliti) | <div align="justify">Kegiatan penelitiaan Pembuatan Karet Tahan Peluru untuk Keperluan Militer dimaksudkan untuk memperoleh substitusi serat sintetis yang selama ini digunakan sebagai material tahan peluru. Serat alam dan karet alam dikombinasikan membentuk suatu komposit yang memiliki sifat-sifat khusus yang diharapkan mampu digunakan sebagai material tahan peluru yang baru. Serat alam yang digunakan adalah serat sabut kelapa yang sudah diperlakukan secara alkali untuk meningkatkan kompatibilitas terhadap matriks (karet alam). <br /> Hasil vulkanisat diuji balistik meliputi aspek kemampuan terhadap tembus peluru dan tusukan senjata tajam. Komposit hasil penelitian ini belum mampu menahan tembakan pistol caliber 9 mm dari jarak 5 meter akan tetapi baru mampu terhadap tusukan senjata tajam dan bacokan.</div> | Karet | |
187 | Pembuatan Karpet Karet untuk Peternakan Ayam Petelur | 2014 | Muhammad Sholeh., M.Eng (Koordinator) Ir. Arum Yuniari (Peneliti Utama) Ir. Nursamsi sarengat (Peneliti) Ihda Novia Indrajati, M.T (Peneliti) | <p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align:justify;">Salah satu komoditi karet yang banyak dibutuhkan oleh industri dalam negeri maupun luar negeri adalah karpet untuk alas peternakan ayam petelur. Karpet karet untuk alas peternakan ayam memberikan manfaat lain lebih mudah dalam hal pembersihan kandang, sehingga hewan lebih sehat. Kerusakan karpet karet yang digunakan untuk 4 (empat) musim disebabkan beberapa hal antara lain perubahan cuaca, manure ayam, tekanan dan suhu dingin. Penelitian ini bertujuan membuat karpet karet untuk alas peternakan ayam petelur tahan terhadap suhu dingin dari campuran RSS dan butyl. Variasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah ratio RSS/butyl sebagai berikut : 100/0; 95/5; 90/10; 85/15; 80/20; 75/25; 70/30; 65/35; 60/40 dan 55/45 phr, sedangkan variasi sulfur 1,5 dan 2,5 phr. Pengujian yang dilakukan meliputi karakteristik vulkanisasi, morfologi dengan SEM, difraksi sinar X dengan XRD, sifat mekanik (tegangan putus, perpanjangan putus, kekerasan dan ketahanan kikis), swelling, ketahanan terhadap suhu dingin dan ketahanan ozon. Hasil uji karakteristik vulkanisasi untuk kedua jumlah sulfur tidak merubah waktu scorch (ts2). Hasil analisa struktur mikro untuk vulkanisat karpet karet dengan jumlah sulfur 2,5 phr lebih homogen.</p> <p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align:justify;">Pola difraksi sinar X vulkanisat karpet karet menunjukkan dominasi daerah amorph. Peningkatan kadar butyl menyebabkan penurunan tegangan putus dan perpanjangan putus tetapi meningkatkan kekerasan dan ketahanan kikis. Vulkanisat karpet karet dengan sulfur 2,5 phr, nilai swelling rendah. Vulkanisat karpet karet dari campuran RSS/butyl dengan sulfur 2,5 phr mempunyai sifat fisika dan ketahanan ozon kurang baik.</p> | Karet | |
188 | Peningkatan Kompon Ban Motor Vulkanisir Sesuai Persyaratan SNI | 2014 | Ir. Syakir Hasyimi., M.Si (Koordinator) Ir. Herminiwati., MP (Peneliti Utama) Muhammad Sholeh, M.Eng (Peneliti) Ike Setyorini, S.T (Peneliti) | <p style="text-align:justify;" class="MsoNormal">Penelitian ini dilakukan dalam rangka menunjang SNI wajib yang akan diterapkan untuk ban motor vulkanisir. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan formula kompon telapak ban motor dan lem terbaik untuk diaplikasian dalam pembuatan ban motor vulkanisir sehingga diharapkan diperoleh ban motor vulkanisir yang memenuhi persyaratan SNI. Sebagai pembanding formula terbaik dibandingkan dengan kompon telapak ban dan lem dari pasaran.<span style="font-size:10pt;line-height:115%;"></span></p> <p style="text-align:justify;" class="MsoNormal">Kompon telapak ban motor terbaik diperoleh pada formula dengan perbandingan karet alam-karet sintetik 70 : 30 dengan filer N 330, sedangkan dengan filer N 550 pada perbandingan karet alam-karet sintetik 80 : 20. Formula lem terbaik diperoleh pada tackifer siongka dengan kadar padatan 14%. Formula terbaik yang diaplikasikan dalam pembuatan ban motor vulkanisir secara proses panas dapat memenuhi persyaratan SNI 0101 : 2012 tentang ban sepeda motor. Pembuatan motor vulkanisir mempunyai prospek ekonomi yang baik.</p> | Karet | |
189 | Pengembangan Pembuatan V-Belt Motor Matik | 2016 | Indiah Ratna Dewi, S.Si Ir. Herminiwati Ir. Arum Yuniari Muhammad Sholeh, M.Eng Noor Maryam Setyadewi, S.T., M.T. | <div align="justify">Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya yang telah berhasil melakukan karakterisasi produk V-Belt di pasar, dan melakukan optimasi kompon compression rubber. Compression rubber adalah bagian karet yang langsung berhubungan dengan pulley penggerak roda. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki sifat rheologi kompon compression rubber v-belt serta kelekatan serat pada matriks karet, optimasi kompon upper rubber, dan melakukan pencetakan produk v-belt dengan formula terbaik hasil penelitian.<br /><br /> Sifat rheologi kompon compression rubber diperbaiki dengan mengubah jenis dan jumlah akselerator, yaitu menggunakan akselerator tunggal CBS sebanyak 1,2 phr sehingga memiliki keselamatan proses yang lebih baik. Perbaikan serat dilakukan dengan menambah perlakuan kimia terhadap serat, yaitu proses hidrolisis dan modifikasi peroksida terhada serat hasil penelitian sebelumnya yang telah mengalami proses delignifikasi dan ekstraksi. Perlakuan serat ini mampu memperoleh serat berukuran mikro (sekitar 10-15 μm) dengan kadar selulosa sebesar 80%. Kompon compression rubber menggunakan gabungan karet sintetis dan karet alam CR/RSS I: 70/30 phr, bahan pengisi serat gebang 20 phr dan carbon black N330 sebanyak 40 phr, N550 sebanyak 35 phr, dan bahan aditif lainnya.<br /><br /> Kompon upper rubber telah berhasil dioptimasi dari formula dasar penelitian sebelumnya, menggunakan gabungan karet sintetis dan karet alam CR/RSS I: 70/30 phr, carbon black N330 sebanyak 30 phr, N550 sebanyak 30 phr, dan bahan aditif lainnya, tanpa menambahkan serat gebang. Pencetakan produk v-belt telah dilakukan dengan kerjasama antara BBKKP dengan PT. Bando Indonesia. Tahapan pecetakan produk meliputi tahap komponding menggunakan mini kneader, sheeting kompon hingga mencapai ukuran ± 0,3 cm, building, curing, v-cutting, home base cutting, dan finishing. Produk v-belt hasil penelitian juga telah diuji sesuai dengan standar JASO E-107 dan hasilnya mampu memenuhi persyaratan JASO E-107 yang diujikan. Pengujian durabilitas tidak dapat dilakukan karena alat uji yang ada di PT. Bando Indonesia sedang dalam perbaikan. </div> | Karet | |
190 | Optimalisasi Pembuatan Thermoplastik Elastomer Berbasis Karet Alam untuk Komponen Otomotif | 2016 | Ihda Novia Indrajati, MT Ir. Dwi Wahini Nurhajati, M.Eng Dr. Sc. Bidhari Pidhatika, ST, M.Sc Indiah Ratna Dewi, S.Si | <div align="justify">Thermoplastic elastomer (TPE) merupakan campuran antara termoplastik dan elastomer (karet), mempunyai sifat elastis seperti karet dan mampu diproses seperti material termoplastik. TPE yang dibuat berbasis karet alam (NR) dikenal sebagai TPNR. Penelitian ini bertujuan memperoleh formulasi dan teknologi proses TPE berbasis karet alam dan polipropilena dengan pemlastis maleated castor oil (MACO) dan penguat microfibrillar cellulose (MFC) yang dibuat dari serat daun nanas (PALF). TPE yang dihasilkan akan diaplikasikan untuk komponen otomotif. MACO disintesa dengan mereaksikan castor oil (CO) dengan maleat anhidrat (MAH) dengan bantuan xilena sebagai pelarut yang berfungsi sebagai selimut sistem. MFC dibuat dari serat daun nanas (PALF) produksi Subang, Jawa Barat. Perlakuan bertingkat dilakukan untuk memperoleh MFC dari PALF, meliputi pengecilan ukuran (grinding), perlakuan alkali, delignifikasi (bleaching), hidrolisa dengan asam sulfat 20% v/v dan perlakuan mekanik menggunakan ball mill dalam suasana asam (asam asetat glasial 1% v/v). TPE dibuat dengan metode vulkanisasi dinamik. Kompon NR dibuat secara terpisah menggunakan two roll mill. Akselerator yang digunakan dalam kompon NR divariasikan dengan basis MBTS, MBTS/DPG, CBS dan CBS/DPG. Pencampuran resin PP dengan kompon NR dilakukan dengan internal mixer Rheomix Polylab OS 3000. Proses pencampuran diawali dengan pencampuran PP dan MFC dan diikuti dengan kompon NR. Hasil menunjukkan bahwa MFC meningkatkan kekuatan sobek TPE, namun menurunkan tegangan putus dan perpanjangan putus. TPE yang dihasilkan bersifat semi kristalin, dimana adanya gaya tarik (tensile) menyebabkan sifat kristalin PP muncul. Titik leleh TPE sedikit lebih rendah daripada resin PP. Melt flow index (MFI) sampel TPE berkisar antara 3-9 g/10 menit, dimana penambahan serat menurunkan MFI. Produk komponen otomotif dibuat menggunakan proses cetak tekan. Sifat alir TPE kurang baik sehingga produk yang dihasilkan kurang sempurna. </div> | Karet | |
191 | Pembuatan Oil Seal Shock Absorber | 2016 | Ir. Arum Yuniari Ike Setyorini, S.T. Dwi Ningsih, S.T. Hesty Eka Mayasari, S.T. | <div align="justify">Shock absorber merupakan part otomotif yang sangat penting dalam mendukung kenyamanan berkendara. Salah satu bagian dalam part shock absorber adalah oil seal shock absorber. Fungsi dari oil seal tersebut adalah untuk meredam kejutan atau getaran akibat kondisi jalan yang tidak rata untuk memberikan kenyamanan bagi pengendara. Kondisi saat ini oil seal shock absorber yang diproduksi mudah aus dan rusak. Beberapa keluhan konsumen tentang oil seal shock absorber adalah mudah mengeras, mudah aus, mudah sobek, tidak tahan oli dan suhu tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan formulasi oil seals shock absorber tahan oli dan tahan panas serta mempelajari teknologi proses pembuatan oil seal shock absorber. Bahan baku yang digunakan untuk membuat oil seal shock absorber adalah Nitrile Butadiene Rubber (NBR) dan campuran NR/NBR sebagai bahan pengisi digunakan 2 (dua) jenis carbon black (CB) berdasarkan ukuran partikel yaitu N 330 dan N774. Proses pembuatan komposit menggunakan alat two roll mill dan proses pencetakan produk dengan mesin hydraulic press pada suhu 150ºC dan tekanan 150 kg/cm2. Pengujian komposit dilakukan berdasarkan sifat mekanik dan kimia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa oil seals shock absorber yang dibuat dari komposit NBR dengan bahan pengisi campuran N330/N774 mempunyai sifat mekanik unggul dan sifat ketahanan oli lebih baik dari produk oil seals shock absorber yang diperoleh dari pasaran. Sifat mekanik vulkanisat oil seals shock sabsorber dari campuran NR/NBR mengalami penurunan bila dibandingkan vulkanisat dari bahan NBR. </div> | Karet | |
192 | Pembuatan Serbuk Lateks dengan Metode Spray Drying | 2016 | Muhammad Sholeh, M.Eng Dr. Sc. Bidhari Pidhatika, ST, M.Sc Rangga Kistiwoyo, S.T. Endang Susiani, S.T. Hesty Eka Mayasari, S.T. | <div align="justify">Karet memiliki peranan penting bagi Indonesia, antara lain sebagai sumber pendapatan dan lapangan kerja penduduk, sumber devisa negara dari ekspor non- migas. Lateks pekat yang berasal dari karet alam dapat ditingkatkan penggunaannya dengan cara mengembangkan industri hilir berbahan baku lateks. Pengembangan industri hilir berbahan baku lateks salah satunya adalah dengan rekayasa proses pembuatan serbuk lateks sebagai bahan baku untuk berbagai industri barang jadi karet. Serbuk lateks diharapkan akan memiliki sifat yang lebih stabil dibandingkan dengan lateks dalam bentuk cair. Karena selama ini lateks dalam bentuk cair memerlukan penambahan bahan pengawet amonia untuk menjaga kestabilan sistem koloid lateks. Sehingga lateks dalam bentuk serbuk akan memudahkan dalam hal pengangkutan, penyimpanan, dan handling.<br /><br /> Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar dan jenis partitioning agent untuk proses pembuatan serbuk lateks dan mencari kondisi optimum proses pembuatan serbuk lateks.<span> </span>Suspensi Lateks yang telah ditambah aditif berupa partitioning agent dipompa dari wadah menggunakan tenaga pneumatik udara dari kompresor, lalu disemprotkan membentuk kabut dari bagian atas drum pengering. Udara pengering dipompa dari kompresor dengan kecepatan tertentu melalui heater sampai menjadi suhu tertentu lalu dihembuskan dari bagian atas drum pengering. Kabut suspensi lateks bertemu dengan udara pengering mengakibatkan terjadinya penguapan yang cepat air dan amoniak dari lateks, menghasilkan serbuk lateks jatuh ke bagian bawah drum pengering. Serbuk halus lateks terbawa ke siklon untuk dipisahkan dari udara pengering.<br /><br /> Penyemprotan lateks dengan partitioning agent nano silika atau deterjen ke dalam dryer pada suhu 100-105oC menghasilkan campuran serbuk dan granul lateks. Bagian yang berbentuk serbuk berdiameter < 0,1 mm. Kinerja dryer masih perlu ditingkatkan dengan cara memperbaiki Kompresor 10 hp, menyempurnakan isolasi, menambah heater di udara penyemprot , dan mencoba mengurangi jumlah baffle di pemanas. </div> | Karet | |
193 | Pembuatan Karet Tromol untuk Kendaraan Bermotor Roda Dua | 2015 | Ir. Arum Yuniari Ir. Dwi Wahini Nurhajati, M.Eng Ike Setyorini, ST Hesty Eka Mayasari, ST | <p align="justify" class="MsoNormal" style="margin-top:0in;margin-right:.75in;margin-bottom:.0001pt;margin-left:21pt;text-align:justify;line-height:98%;"><span>Penelitian pembuatan karet tromol kendaraan bermotor roda dua bertujuan mendapatkan formulasi dan hasil uji yang memenuhi persyaratan teknis perusahaan. Bahan baku yang digunakan untuk membuat karet tromol adalah EPDM dan campuran EPDM/NR. Vulkanisat karet tromol dari bahan EPDM dibuat dengan variasi bahan pengisi carbon black 50 phr; 60 phr dan 70 phr. Sistem vulkanisasi yang digunakan ada 3 (tiga) yaitu: SEV, EV dan CV. Adapun vulkanisat karet tromol yang dibuat dari campuran EPDM dan karet alam dibuat dengan variasi bahan baku EPDM/NR sebagai berikut: 80/20 phr; 70/30 phr; 60/40 phr; 50/50 phr dan 40/60 phr. Bahan pengisi carbon black dibuat tetap yaitu 70 phr. Proses komponding menggunakan alat two roll mill. Proses komponding untuk kompon EPDM dan NR menggunakan metode kutativ. Proses vulkanisasi dengan alat hydraulic press tekanan 150 kg/cm 2. Pengujian yang diamati meliputi tegangan putus dan perpanjangan putus awal dan sesudah aging, ketahanan sobek awal dan sesudah aging, kekerasan awal dan sesudah aging, compression set suhu swelling, ketahanan kikis, SEM danTG/DTA. Hasil uji menunjukkan bahwa vulkanisat karet tromol bahan EPDM dengan bahan pengisi carbon black 70 phr di proses dengan sistem vulkanisasi EV memenuhi persyaratan teknis perusahaan. </span></p> | Karet | |
194 | Karakterisasi dan Optimasi Karet V-Belt untuk Motor Matik | 2015 | Ir. Herminiwati, MP Ir. Arum Yuniari Indiah Ratna Dewi, S.Si Muhammad Sholeh, M.Eng | <div align="justify">Penelitian ini bertujuan untuk pembuatan v-belt karet motor matik. V-belt motor matik yang digunakan mempunyai tipe raw edge belt cogged (bergerigi). Pembuatan v-belt motor matik dilakukan melalui tahapan karakterisasi dan optimasi kompon karet v-belt. Hasil optimasi kompon karet v-belt diaplikasikan dalam pembuatan produk v-belt, namun agar didapatkan hasil v-belt yang baik dan memenuhi persyaratan, perlu dilakukan reformulasi kompon dan perlu dilakukan treatment terhadap serat gebang yang digunakan karena masih belum homogen. Serat poliester menghasilkan kompon yang tidak homogen dalam proses komponding. Proses pencetakan belum bisa dilakukan sebelum serat ditreatment. Hasil uji mekanis menghasilkan sifat-sifat kompon sebagai berikut : tegangan putus antara 91,78-136,28 kg/cm2; perpanjangan putus antara 50-133,33 %; kuat sobek 3,6-7,77 kg/cm; kekerasan 84,33-94,33 shore A; tegangan putus setelah aging 80,85-121,14 kg/cm2; perpanjangan putus setelah aging 36,67-111,67 %. Sifat mekanik kompon karet dengan penambahan serat gebang sebagai berikut : tegangan putus 55,93- 116,79 kg/cm2; perpanjangan putus 50- 116,67 %; kuat sobek 4,9- 17,72 kg/cm; kekerasan 88- 95 shore A; tegangan putus setelah aging 60,81- 102,11 kg/cm2; perpanjangan putus setelah aging 25- 93,33 %. </div> | Karet | |
195 | Sarung Tangan Karet anti alergi Berbasis Lateks Karet Alam Terdeproteinasi | 2017 | Indiah Ratna Dewi, S.Si. Muhammad Sholeh, M.Eng. Dona Rahmawati, S.TP. Endang Susianai, ST. Dr. Rer. nat Noviyan Darmawan, M.Sc. | Karet alam (NR) dari spesies Hevea brasilliensis adalah salah satu sumber daya alamterbarukan yang sangat berharga. NR memiliki banyak sifat yang unggul, namun juga memiliki kelemahan dalam sifat-sifat tertentu, seperti ketahanan terhadap minyak dan ketahanana terhadap cuaca. Keberadaaan ikatan ganda C=C pada rantai monomer Isoprenamenyebabkan NR mudah terdegradasi ketika permukaanya terpapar langung oleh sinar matahari, ozon, radiasi sinar UV dan udara, khususnya pada udara yang tinggi sehingga dilakukan modifikasi kimia terhadap NR untuk mengurangi kelemahannya. Namun keberadaan protein dalam NR dapat mengganggu efektivitas modifikasi kimia tersebut. Protein dapat bertindak sebagai pemburu radikal bebas dan dapat menghilangkan spesies radikal bebasyang ada pada mekanisme reaksi modifikasi. Protein yang terdapat pada permukaan NR juga dapat menimbulkan alergi sehingga protein dalam NR perlu di hilangkan. Proses deproteinasi lateks tinggi ammonia (HA – NR) menggunakan enzim proteolitik (1; 1,5; 2; 2,5% b/b), Urea (0,05; 0,1; 0,15;% b/b) dan gabungan keduanya(enzim 1%, urea 0,05% variasi waktu) ditambah dengan surfaktan SDS dan Sentrifuse 3500 rpm selama 3 x 60 menit sehingga menghasilkan karet yang terdeproteinasi (DPNR). Dilakukan pengujian protein dengan metode Kjeldahl, lateks hasil deproteinasi DPNR yang paling optimumdibuat film lateks. Dilakukan variasi konsentrasi koagulan (10; 20; 30%) dan waktu pencelupan (10; 20; 30 detik). Pada pembuatan film lateks dilakukan variasi pada jumlah bahan pengisi nano (0, 1, 2, 3, 4 dan 5%) Film yang hasilkan dilakukan pengujian kuat tarik dan perpanjangan putus. Dari hasil penelitian didapatkan hasil deproteinasi paling optimum adalah kombinasi enzin 1% -urea 0,05%, inkubasi 120 menitdalam suhu ruangKonsentrasi koagulan 20% dan waktu pencelupan 20 detik menghasilkan film dengan kuat tarik dan perpanjangan putus tertinggi. Film lateks tanpa penambahan bahan nano (NPCC=0) menghasilkan nilai kuat tarik dan perpanjangan putus tertinggi. Lateks DPNR dengan hasil terbaik pada uji kuat tarik dan perpenjangan putusnya kemudian dijadikan sebagai bahan untuk pembuatan sarung tangan karet anti alergi. Sarung tangan karet ditambah dengan anti bakteri ekstrak sirih dan ion Ag+. | Karet | |
196 | Penerapan Penggunaan Bahan Kulit untuk Pengembangan Desain Furniture | 1999 | Ir. Suramto Bambang suroto, BA Dian dwi antari, Bsc | Kegiatan ini dengan judul penggunaan bahan kulit untuk pengembangan desain furniture bertujuan sebagai penganekaragaman produk barang kulit dari bahan kulit yang dipakai sebagai elemen produk furniture serta untuk menambah dan memacu kreatifitas perajin kulit serta sebagai peningkatan kemampuan dari personel. Sasaran yang dibuat berupa model/protipe 4 buah kursi, Sebuah meja, 2 buah tempat majalah serta 2 buah kap lampu. Metode yang digunakan dimulai dengan perancangan desain furniture yang menggunakan bahan kulit sebagai elemen hias yan dominan sekaligus fungsional. Kemudian gambar tekniknya baik pada kerangka furniture maupun pada bahan kulitnya kemudian direalisasikan pada barang jadi berupa model atau prototipenya. Pengerjaan kerangka furniture diserahkan pada perajin permebelan, sedang perancangan desain, pengerjaan bahan kulit maupun perakitan antara kerangka dan kulit dilaksanakan oleh anggota kelompok kerja. Teknologi perakitan menggunakan beberapa sistem antara lain dengan kaitan, lem atau tempel maupun teknik jahit. Guna menambah keindahan, kulit yang digunakan diberikan motif hias dengan hias tatah tembus, tatah timbul maupun pewarna. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa dengan bahan kulit dapat memberikan tambahan nilai estetika dari produk furniture. | Plastik | |
197 | Pembuatan Cetakan Souvenir Plastik Sistem Injection Molding Dengan Mesin CNC BBKKP | 2010 | Sri Waskito, BSc., SE Sujarwoko Tri Rahayu Setyo Utami Pramono | Kegiatan pembuatan Cetakan Souvenir Plastik Sistem Injection molding dengan mesin CNC BBKKP bertujuan untuk membuat cetakan souvenir plastik sistem Injection molding yang mempunyai presisi baik dengan mesin CNC BBKKP. Bahan untuk pembuatan cetakan/mold berupa MS Plate S$%C, bahan pembuatan Elektrode proses EDM berupa tembaga dan bahan untuk uji coba injection molding berupa resin plastic Polipropilena. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini melalui beberapa tahapan yaitu tahap studi pustaka, studi banding, pembuatan desain souvenir, pembuatan cetakan dan uji coba cetakan dengan mesin Injection Molding BBKKP. Hasil kegiatan yang dilaksanakan berupa satu unit cetakan souvenir plastic system injection molding dengan mesin CNC BBKKP dengan ukuran Cavity plate dan core plate (panjang x lebar = 270x250 mm) untuk souvenir plastic dengan logo Kementrian Perindustrian dan logo BBKKP. Cetakan telah diuji coba menggunakan mesin injection molding BBKKP dengan bahan resin plastic polipropilena dan PVC. | Plastik | |
198 | PENELITIAN PENGEMBANGAN PLASTIK YANG DAPAT TERBIODEGRADASI | 2010 | Ir. Nursamsi Sarengat, Ir. Arum Yuniari, Ir. Siti Rochani, L. Triyono | Penelitian pembuatan plastik yang dapat terbiodegradasi bertujuan untuk melakukan pencampuran bahan plastik dengan polimer alam yang dapat terbiodegradasi di dalam tanah. Penelitian dilakukan dengan mencampur LDPE (Low Density Polyethylene) dengan pati dan maleat anhidrat. Variasi pati 20, 25, 30 dan 35 5 sedangkan variasi maleat anhidrat 2, 4, 6 phr. Pencampuran dilakukan di dalam banbury mixer secara pencampuran kering pada suhu 170 °C. Poliblend diuji secara biodegradasi dengan pemendaman dalam tanah selama 90 hari dan uji fotodegradasi dengan sinar ultra violet selama 30 hari. Sebelum dan sesudah perlakuan poliblend diuji sifat fisisnya, perubahan ikatannya dengan Fourier transform Infrared spectroscopy (FTIR) dan kondisi permukaannya, dengan Scanning Electrone Microscopy. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa formulasi terbaik untuk blend LDPE dan Pati yang terbiodegradasi adalah, LDPE/Pati 70/30 dengan, kadar maleat anhidrat 4 phr, asam stearat 5 phr, DCP 2 phr dan gliserol 5 phr mempunyai nilai kuat tarik sebelum perlakuan 136,01 kg/ perubahan sifat fisika sesudah biodegradasi selama 90 hari untuk kuat tarik 46,12%, kemuluran 14,50% dan berat sebesar 16,77%. Sedangkan perubahan sifat fisika sesudah photodegradasi selama 30 hari adalah : kuat tarik 20,45%, kemuluran 57,14% dan berat 0,33%. | Plastik | |
199 | LAPORAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PEMBUATAN ACUAN SEPATU DARI PLASTIK | 2006 | Ir. V. Sri Pertiwi Rumiyati, M.P., Pramono, B.Sc., Suko Praptono, B.Sc., Parsono | Kegiatan pengembangan teknologi pembuatan acuan sepatu dari plastik bertujuan untuk mengembangkan pembuatan acuan sepatu dari bahan campuran antara High Density Polietilen (HDPE) dengan plastik riklim. Bahan plastik dicetak menjadi bakalan acuan menggunakan mesin extruder dengan kondisi proses untuk bahan campuran antara HDPE dengan plastik riklim adalah suhu barrel 160 C dan suhu nozzel 170 C. Bakalan acuan yang diperoleh dibubut (grading) menggunakan mesin bubut (shoe last machine) sesuai dengan model dan ukuran yang diinginkan kemudian hasil acuan plastik yang diperoleh diuji sifat organoleptis, fisis dan umur pakainya. Bahan yang digunakan untuk penelitian adalah campuran antara plastik HDPE murni dengan plastik riklim perbandingan 70:30 dapat digunakan untuk membuat acuan plastik dengan kondisi proses suhu barrel 160 C, suhu nozzle 170 C, dan tekanan (putaran) motor 6-7 ampere. Hasil pengujian sifat fisis tertinggi untuk uji pukul takik adalah 21,11 kg cm/cm dan terendah 18,78 kg cm/cm; hasil uji kuat tarik tertinggi 264,94 kg/cm persegi dan terendah 171,32 kg/cm persegi. Hasil uji organoleptis acuan plastik menunjukkan bahwa permukaan contoh acuan baik, tidak berlubang. Pemotongan acuan bagian atas dan pemasangan plat rapi untuk acuan plastik sistem sorong maupun engsel. Pemasangan dudukan kancing shock pada cuan sistem sorong kencang dan tidak kocak, sedangkan pemasangan engsel pada acuan plastik sistem engsel kencang, tidak kocak dan acuan tidak mudah dibengkukkan dengan tangan. Hasil uji umur pakai acuan plastik sistem sorong maupun engsel secara keseluruhan baik, kedudukan kancing shock maupun engsel tetap kencang, tidak kocak dan tidak berubah. | Plastik | |
200 | LAPORAN PENGOLAHAN KEMBALI LIMBAH SOL ETHYLENEN VINYL ACETATE (EVA) UNTUK SOL SEPATU | 2007 | Ir. Dwi Wahini Nurhajati, M.Eng., Sri Budiasih, B.Sc., Sismaryanto, B.Sc, L. Triyono, S.E. | Telah dilakukan penelitian untuk mengolah kembali limbah sol EVA yang berbentuk serbuk untuk dijadikan sol sepatu dengan dicampur bahan karet. Pada kegiatan penelitian ini serbuk limbah sol EVA dicampur dengan karet RSS ataupun karet krep dengan perbandingan tertentu. Pada penelitian ini jumlah serbuk limbah sol EVA yang ditambahkan divariasi 20, 40, 60, 80 dan phr, sedangkan bahan kimia karet yang ditambahkan dibuat tetap. Kompon sol dibuat menggunakan mesin two-roll mills. Kompon yang diperoleh dibuat bentuk lembaran (slab) untuk pengujian dan divulkanisasi pada suhu 150 C selama waktu 7 menit untuk slab setebal 2 mm. Slab diuji dengan parameter uji mengacu SNI.12-0778-1989 : sol karet cetak. hasil uji menunjukkan sifat fisis kompon sol berbahan baku karet RSS yang berisi serbuk limbah sol EVA sampai dengan phr masuk klasifikasi klas A, kecuali sifat tegangan putus, ketahanan sobek untuk kandungan serbuk EVA>60 phr, dan ketahanan kikis yang masuk klas B. Sedangkan sifat fisis kompon sol berbahan baku karet crepe yang berisi serbuk limbah sol EVA sampai dengan 100 phr masuk klasifikasi klas A, kecuali tegangan putus untuk kompon dengan kandungan serbuk EVA>40 phr, danketahanan kikis untuk kompon dengankandungan serbuk EVA>20 phr yang masuk klas B, sedang sifat ketahanan sobek untuk kandungan serbuk EVA>80 phr masuk klas C. | Plastik |