# | Judul | Tahun | Pelaksana | Abstrak | Kategori | |
---|---|---|---|---|---|---|
161 | Pembuatan Feed Roll Mesin Fotocopy Dari Karet | 1998 | Ir. Hadi Musthofa Pramono , B Sc Budiwiyono | Pembuatan feed roll merupakan bagian dari mesin foto copy yang sangat penting dan mudah sekali rusak sehingga perlu diganti disamping barang ini sementara masih import. Dengan pesatnya perkembangan penggunaan mesin foto copy maka kebutuhan akan suku cadang feed roll cukup banyak. Adapun feed roll mesin foto copy dibuat dengan menggunakan kompon terbaik dari 5 macam kompon yang divariasi dengan napthenic oil. Kompon yang dipakai adalah kode V, dengan kondisi proses tekanan 150 kg/cm2 , waktu 10 menit dan suhu 150o C. | Karet | |
162 | Pembuatan Helm Pengaman Untuk Kerja Dari Polyester Tak Jenuh | 2003 | Dra Sri Nadilah, Apt M.Sri Wahyuni, Bsc Sri Budiasih, Bsc Christian Maria Herry Purwati | Sungkup helm pengaman untuk kerja di pasaran kebanyakan dibuat dari bahan polipropilen, polikarbonat secara cetak injeksi yang membutuhkan teknologi biaya tinggi. Untuk membuat helm pengaman untuk kerja dengan teknologi sederhana dan dengan kualitas yang memenuhi persyaratan, maka dilakukan penelitian pembuatan helm pengaman untuk kerja dari bahan poliester tak jenuh dengan teklogi cetak tuang. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan formulasi yang baik dibuat 9 variabel formulasi. Formulasi terbaik terdiri dari : poliester tak jenuh 100 bagian, katalisator 1 bagian, aselerator (kobalt) 2 bagian, talk 40 bagian, pigmen 1 bagian, dan fiber mat 20 bagian, dengan sifat fisika sebagai berikut : dimensi tinggi 140,7 mm; lingkar bagian dalam 666,6 mm; berat sungkup 301,067 gram; ketahanan penetrasi dan kekuatan helm 3mm pada ketebalan sungkup 4,823 mm; ketahanan terhadap nyala api 303,20 detik pada jarak bakar 7,5 mm ; beda defleksi antara kondisi pada saat diberi beban maksimum dan kondisi saat diberi bahan awal pada uji kekakuan = 4,5 mm, beda defleksi antara kondisi setelah beban maksimum dilepaskan dan kondisi pada saat diberi beban awal pada uji mkekakuan = 0 mm, ketahanan terhadap perendaman dalam air 0,023 %, dalam detergent - 0,149 %, dalam minyak kerosen 0,015 %. Dari formulasi ini untuk membua satu buah sungkup helm ditimbang sebanyak 3 kali berat formulasi dalam bobot gram, dan diperoleh hasil adonan yang tidak cepat kering, dan proses pencetakan yang cukup mudah dengan kecepatan pengeringan yang cukup sehingga diperoleh sungkup helm yang tidak rapuh. | Barang Kulit & Garmen | |
163 | Pembuatan insole penyerap bau (odor Destryoying insole) untuk sepatu olah raga dan tinjauan Tekno Ekonomi | 2005 | Ir. Herminiwati, MP Dra. Murwati Dra. Sri Brataningsih Puji Lestari Supriyadi | Penelitian ini bertujuan untuk membuat insole penyerap bau (odor destroying insole) untuk sepatu olah raga. Pada sepatu olah raga insole penyerap bau juga berfungsi sebagai tatakan. Insole dibuat berdasar formulasi karet sponge dengan filter zeolit maupun karbon aktif yang juga berfungsi sebagai bahan penyerap bau. Kadar zeolit dan karbon aktif masing-masing 25,50 dan 75 phr, sedangkan kadar bahan pengembang berturut-turut 5,10, dan 15 phr. Vulkanisasi dilakukan pada suhu 1400C selama 10 menit. Insole penyerap bau dapat terdiri dari tatakan dan lembaran penyerap bau yang ditempelkan. Lembaran penyerap bau dibuat dengan variasi perbandingan selulose dan karbon aktif 20/80, 30/70, 40/60, 50/50, 60/40, 70/30 dan 80/20. Selulose yang dipakai terdiri dari kertas koran 30%, kertas semen 10%, dan kapas 10%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi insole zelit terbaik terdiri dari zeolit 50 phr dan blowin agent 5 phr, denan sifat sebagai berikut : tegangan putus 2,081 N/mm2, perpanjangan putus 521%, ketahanan sobek 1,029 N/mm2, bobot jenis 0,717 g/cm3, pampat tetap 36,38% dan daya serap bau 93,47%. Insole karbon aktif terbaik terdiri dari karbon aktif 75 phr dan blowing agent 10 phr dengan sifat sebagai berikut : tegangan putus 1,35 N/mm2, pepanjangan putus 400%, ketahanan sobek 0,709 N/mm2, bobot jenis 0,597 g/cm3, pampat tetap 29,66 dan daya serap bau 95,41%. Formulasi lembaran penyerap bau terbaik terdiri dari selulose 50 bagian dan karbon aktif 50 bagian mempunyai sufat sebagai berikut : lentur, tidak retak pada uji ketahanan bengkuk dan mempunyai daya serap bau 100%. | Desain | |
164 | Pembuatan Isolator Plastik Alat Rumah Tangga (Cookware) | 2014 | Ir. Titik Purwati Widowati., MP (Koordinator) Dra. Supraptiningsih., M.Si (Peneliti Utama) Ir. Sugihartono, M.S (Peneliti) Muhammad Sholeh, M.Eng (Peneliti) | - | Plastik | |
165 | PEMBUATAN KARET KOPLING ( RUBBER CLUTCH DUMPER ) DARI CAMPURAN KARET ALAM DAN EPDM | 2013 | Muhammad Sholeh, M.Eng (Koordinator) Ihda Novia Indrajati, MT (Peneliti Utama) | <p class="MsoNormal">Sepeda motor matic semakin diminati terbukti dengan permintaan yang semakin meningkat. Kebiasaan menggantung kecepatan pada saat bermanuver berimbas pada kerja kopling dan secara langsung berkaitan dengan karet peredam kopling (<em>rubber clutch dumper</em>) yang berfungsi sebagai bantalan alur mengembang dan menutupnya kampas kopling. Bila terkena panas berlebih maka material karet pada karet peredam menjadi mudah rusak. <br /></p> <p class="MsoNormal">Penelitian ini bertujuan untuk membuat karet peredam kopling dari campuran karet alam (NR) dan EPDM. Teknik pencampuran yang digunakan adalah modifikasi teknik reaktif, dimana kompon EPDM dan karet alam dibuat secara terpisah menggunakan <em>two roll mill</em>. Sebelum dicampur dengan kompon NR, terlebih dahulu kompon EPDM dipanaskan dengan waktu berbasis pada waktu scorchnya ( t<sub>s2 </sub>). Bahan-bahan yang digunakan adalah EPDM Kalten 4551A, pale crepe, ZnO, aflux 42, HAF black, GPF black, minyak jarak, paraffin wax, MBTS, ZDEC, sulfur, maleic anhydride (MAH) dan dicumyl peroxide (DCP). Variasi yang dipilih adalah waktu pemanasan awal dan rasio MBTS/ZDEC. Variasi waktu pemanasan awal meliputi 0,75t<sub>s2</sub>, sedangka variasi rasio MBTS/ZDEC terdiri dari rasio 1,6/0,0; 1,5/0,1; 1,4/0,2; 1,3/0,3 dan 1,2/0,4. Pengujian yang dilakukan meliputi karakteristik vulkanisasi (Rheometer), morfologi dengan SEM, karakteristik gugus fungsi dengan FTIR, difraksi sinar-x dengan XRD, sifat mekanik (tegangan putus, kekuatan sobek, kekerasan, perpanjang putus, ketahanan pegas pantul dan ketahanan pampat tetap) serta ketahanan ozon. <br /></p> <p class="MsoNormal">Morfologi campuran dengan akselerator tunggal (hanya MBTS) kurang homogen bila dibanding dengan akselerator ganda (MBTS/ZDEC). Pola difraksi sinar-x menunjukan dominasi daerah amorf pada campuran NR/EPDM. Pasangan akselerator MBTS dan ZDEC memberikan perimbangan pada waktu <em>scorch</em> dan kecepatan vulkanisasi, sehingga dapat berlangsung lebih cepat. Jumlah ZDECD semakin besar pada waktu pemanasan awal yang sama memberikan nilai tegangan putus yang bervariatif. Pada kekuatan sobek, penambahan ZDEC pada awalnya menaikan kekuatan sobek namun pemambahan lebih lanjut menurunkan kekuatan sobek. Kenaikan konsentrasi ZDEC menurunkan perpanjangan putus. Kekerasan memberikan nilai yang serupa dengan kenaikan jumlah ZDEC. Ketahanan pegas pantul pada campuran dengan akselerator tunggal (hanya MBTS) lebih tinggi daripada akselerator ganda (MBTS dan ZDEC). Kenaikan jumlah ZDEC menurunkan ketahanan pegas pantul. Ketahanan pampat tetap menurun dengan kenaikan jumlah ZDEC dalam campuran NR/EPDM. Waktu pemanasan awal tidak mempengaruhi tegangan putus, kekerasan dan ketahanan pegas pantul. Perpanjangan putus dan kekuatan sobek pada waktu pemanasan awal 0,75t<sub>s2</sub> lebih tinggi daripada 0,5t<sub>s2</sub>, demikian pula dengan ketahanan pampat tetap. Pengusangan menyebabkan perubahan sifat mekanin sebagai akibat oksidasi yang menyebabkan pemutusan rantai menjadi segmen lebih kecil dan pembentukan ikatan silang lanjutan. <br /></p> <p class="MsoNormal">Campuran dengan kombinasi akselerator MBTS/ZDEC dan waktu pemanasan awal 0,75t<sub>s2</sub> memberikan ketahanan ozon baik dibuktikan dengan hasil tidak retak setelah pengujian selama 72 jam pada<span><span></span></span><span> </span><span>70°C dengan konsentrasi ozon 40 pphm. Fomulasi terbaik dipilih rasio MBTS/ZDEC 1,2/0,4 dengan waktu pemanasan awal 0,75t<sub>s2.</sub></span> </p> | Karet | |
166 | PEMBUATAN KARET MIKROSELULER UNTUK SOL RINGAN | 2009 | Ir. Herminiwati, MP, Dra. Sri Brataningsih Puji Lestari, Lourentius Triyono, SE, Adi Slamet Supriyad | Ir. Herminiwati, MP, Dra. Sri Brataningsih Puji Lestari, Lourentius Triyono, SE, Adi Slamet Supriyad | Alas Kaki | |
167 | Pembuatan Karet Tahan Peluru untuk Keperluan Militer (Rompi Anti Peluru) | 2014 | Ir. V. Sri Pertiwi Rumiyati., MP (Koordinator) Ike Setyorini., ST (Peneliti Utama) Ihda Novia Indrajati, M.T (Peneliti) | <div align="justify">Kegiatan penelitiaan Pembuatan Karet Tahan Peluru untuk Keperluan Militer dimaksudkan untuk memperoleh substitusi serat sintetis yang selama ini digunakan sebagai material tahan peluru. Serat alam dan karet alam dikombinasikan membentuk suatu komposit yang memiliki sifat-sifat khusus yang diharapkan mampu digunakan sebagai material tahan peluru yang baru. Serat alam yang digunakan adalah serat sabut kelapa yang sudah diperlakukan secara alkali untuk meningkatkan kompatibilitas terhadap matriks (karet alam). <br /> Hasil vulkanisat diuji balistik meliputi aspek kemampuan terhadap tembus peluru dan tusukan senjata tajam. Komposit hasil penelitian ini belum mampu menahan tembakan pistol caliber 9 mm dari jarak 5 meter akan tetapi baru mampu terhadap tusukan senjata tajam dan bacokan.</div> | Karet | |
168 | Pembuatan Karet Tromol untuk Kendaraan Bermotor Roda Dua | 2015 | Ir. Arum Yuniari Ir. Dwi Wahini Nurhajati, M.Eng Ike Setyorini, ST Hesty Eka Mayasari, ST | <p align="justify" class="MsoNormal" style="margin-top:0in;margin-right:.75in;margin-bottom:.0001pt;margin-left:21pt;text-align:justify;line-height:98%;"><span>Penelitian pembuatan karet tromol kendaraan bermotor roda dua bertujuan mendapatkan formulasi dan hasil uji yang memenuhi persyaratan teknis perusahaan. Bahan baku yang digunakan untuk membuat karet tromol adalah EPDM dan campuran EPDM/NR. Vulkanisat karet tromol dari bahan EPDM dibuat dengan variasi bahan pengisi carbon black 50 phr; 60 phr dan 70 phr. Sistem vulkanisasi yang digunakan ada 3 (tiga) yaitu: SEV, EV dan CV. Adapun vulkanisat karet tromol yang dibuat dari campuran EPDM dan karet alam dibuat dengan variasi bahan baku EPDM/NR sebagai berikut: 80/20 phr; 70/30 phr; 60/40 phr; 50/50 phr dan 40/60 phr. Bahan pengisi carbon black dibuat tetap yaitu 70 phr. Proses komponding menggunakan alat two roll mill. Proses komponding untuk kompon EPDM dan NR menggunakan metode kutativ. Proses vulkanisasi dengan alat hydraulic press tekanan 150 kg/cm 2. Pengujian yang diamati meliputi tegangan putus dan perpanjangan putus awal dan sesudah aging, ketahanan sobek awal dan sesudah aging, kekerasan awal dan sesudah aging, compression set suhu swelling, ketahanan kikis, SEM danTG/DTA. Hasil uji menunjukkan bahwa vulkanisat karet tromol bahan EPDM dengan bahan pengisi carbon black 70 phr di proses dengan sistem vulkanisasi EV memenuhi persyaratan teknis perusahaan. </span></p> | Karet | |
169 | PEMBUATAN KARET WIPER MOBIL MENGGUNAKAN BAHAN PENGISI PRECIPITATED CALCIUM CARBONATE (PCC) TERAKTIVASI | 2012 | Ike Setyowati, ST Indiah Ratna Dewi, S.Si Rangga Kistiwoyo, ST | Karet wiper merupakan komponen kendaraan bermotor roda empat atau lebih yang vital karena menyangkut keselamatan pengemudinya. Material karet wiper rawan terkena deteriorasi akibat cuaca, akibatnya menjadi keras, kaku dan tidak fleksibel. Hal ini dapat menyebabkan pandangan pengemudi menjadi terganggu. Dengan meningkatnya produksi mobil, juga dengan pergeserab gaya hidup, maka komponen ini menjadi meningkatkebutuhannya. Penelitian-penelitian terdahulu telah dilakukan untuk mengupayakan produk karet wiper yang berkualitas prima. Berbagai jenis karet digunakan dengan metoda pelapisan dengan zat tertentu untuk menghasilkan performa penyapuan (wiping) yang maksimal. Namun, dengan berjalannya waktu lapisan tersebut semakin menipis dan akhirnya habis. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk menghasilkan karet wiper dengan performa yang prima pada jangka waktu yang panjang. Precipitated calcium carbonate (PCC) digunakan pada komponen yang terbuat dari Polyvinyl Chloride (PVC) dapat memberikan surface gloss yang baik dan apabila digunakan dalam bentuk yang aktif dapat meningkatkan sifat fisis vulkanisat, jugadengan ketahanan terhadap cuaca. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah karet alam (pale crepe), precipitated calcium carbonat (PCC), impor (DIACAL) dan lokal (Surabaya), carbon black (HAF dan GPF), aflux 42, ZnO, TMQ, 6PPD, paraffin wax, paraffinic oil, PVI, MBTS, DPG dan sulfur, Kegiatan penelitian dibagi menjadi tahapan aktivasi PCC lokal, desain dan trial formulasi, penelitian dan analisa data. Data hasil pengujian dibandingkan dengan ASTM D 2000 untuk menentukan formulasi terbaik. Hasil penelitian menunjukkan kekerasan vulkanisat belum memenuhi persyaratan ASTM D 2000 untuk karet wiper (wiper blade). Sifat lain yang nilainya masih tinggi adalah ketahanan pampat tetap. Sifat fisis lainnya memberikan kecenderungan yang sama, baik PCC DIACAL maupun Lokal. Pemilihan formulasi terbaik dilakukan dengan mengesampingkan persyaratan kekerasan. Pertimbangan didasarkan pada perpanjangan putus, tegangan putus, kekuatan sobek dan ketahanan pampat. Diperoleh 2 (dua) formulasi terbaik, yaitu WB9 dan WB10. | Karet | |
170 | Pembuatan karkas ban kendaraan bermotor dari cashew nut shell liquid ( CNSL ) | 2005 | Ir. Dwi Wahini Nurhajati, M. Eng Pramono, B.Sc. M. Sri Wahyuni, B.Sc. Sismaryanto, B.Sc | Telah dilakukan penelitian pembuatan karkas ban kendaraan bermotor dari cashew nut shell liquid ( CNSL ). Tujuan penelitian ini mencari formulasi kompon CNSL yang cocok digunakan membuat karkas ban kendaraan bermotor. Resin CNSL formaldehid dibuat dari resin CNSL 100 bagian formalin 37% sebanyak 5 bagian, dan NH4OH sebanyak 2 bagian yang direaksikan selama 60 menit pada suhu 150o C. Pada penelitian ini resin CNSL-formuladehid berfungsi sebagai substitusi karet SBR. Kompon karkas ban dibuat denan perbandingan jmlah karet SBR dengan resin CNSL- formaldehid berturut-turut ; 50/10, 40/10, 30/20, 10/40 dan 50/0 dan jumlah karet alam dibuat tetap 50 phr. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada pembuatan kompon karkas ban resin CNSL-formaldehid dapat mensubstitusi karet SBR sampai 20% semakin banyak resin CNSL-formaldehid yang ditambahkan akan menurunkan sifat tegangan putus, perpanjangan putus, modulus 300% dan ketahanan kikis, namun menaikkan sifat ketahanan sobek, kekerasan dan berat jenis. Formula kompon karkas terbaik diberikan oleh kompon F2 yaitu kompon yang berisi karet alam 50 phr, karet SBR/resin CNSL-formaldehid 40/10 dengan sifat fisis sbb tegangan putus = 139,454 kg/cm2, perpanjangan putus = 710,97%, modulus 300% = 37,158 kg/cm2, kekerasan = 62 Shore A, berat jenis = 1,124 g/cm3, mooney viscosity = 31,7 lb-in, dan daya rekat = 423,477 N/inch. Kompon karkas F2 mempunyai sifat fisis yang lebih baik dibanding dengan kompon karkas pabrik namun mempunyai laju vulkanisasi lebih lama. | Alas Kaki | |
171 | Pembuatan Karpet Karet untuk Peternakan Ayam Petelur | 2014 | Muhammad Sholeh., M.Eng (Koordinator) Ir. Arum Yuniari (Peneliti Utama) Ir. Nursamsi sarengat (Peneliti) Ihda Novia Indrajati, M.T (Peneliti) | <p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align:justify;">Salah satu komoditi karet yang banyak dibutuhkan oleh industri dalam negeri maupun luar negeri adalah karpet untuk alas peternakan ayam petelur. Karpet karet untuk alas peternakan ayam memberikan manfaat lain lebih mudah dalam hal pembersihan kandang, sehingga hewan lebih sehat. Kerusakan karpet karet yang digunakan untuk 4 (empat) musim disebabkan beberapa hal antara lain perubahan cuaca, manure ayam, tekanan dan suhu dingin. Penelitian ini bertujuan membuat karpet karet untuk alas peternakan ayam petelur tahan terhadap suhu dingin dari campuran RSS dan butyl. Variasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah ratio RSS/butyl sebagai berikut : 100/0; 95/5; 90/10; 85/15; 80/20; 75/25; 70/30; 65/35; 60/40 dan 55/45 phr, sedangkan variasi sulfur 1,5 dan 2,5 phr. Pengujian yang dilakukan meliputi karakteristik vulkanisasi, morfologi dengan SEM, difraksi sinar X dengan XRD, sifat mekanik (tegangan putus, perpanjangan putus, kekerasan dan ketahanan kikis), swelling, ketahanan terhadap suhu dingin dan ketahanan ozon. Hasil uji karakteristik vulkanisasi untuk kedua jumlah sulfur tidak merubah waktu scorch (ts2). Hasil analisa struktur mikro untuk vulkanisat karpet karet dengan jumlah sulfur 2,5 phr lebih homogen.</p> <p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align:justify;">Pola difraksi sinar X vulkanisat karpet karet menunjukkan dominasi daerah amorph. Peningkatan kadar butyl menyebabkan penurunan tegangan putus dan perpanjangan putus tetapi meningkatkan kekerasan dan ketahanan kikis. Vulkanisat karpet karet dengan sulfur 2,5 phr, nilai swelling rendah. Vulkanisat karpet karet dari campuran RSS/butyl dengan sulfur 2,5 phr mempunyai sifat fisika dan ketahanan ozon kurang baik.</p> | Karet | |
172 | Pembuatan Katalog Desain Sepatu Wanita Dan Pola Dengan Sistem Komputer (DNT SYSTEM) | 2003 | Bambang Suroto, BA Sofyan karani, B Sc, ST Adi Slamet Supriyadi Riris Simanungkalit, B Sc | Peralatan bantuan ADB berupa sarana komputer untuk Laboratorium Fashion & Desain BBKKP yang berbasis pada program/sistim khusus persepatuan dituntut untuk lebih optimal penggunaannya dengan berinovasi tinggi. Program pembuatan katalog desain sepatu wanita dan pola dengan komputer (DNT System) sebagai salah satu kegiatan mengoptimalkan peralatan tersebut. Sebab dalam katalog yang rancangan desainnya mengacu pada komponen sepatu yang ada dipasaran sebagai dasar pembuatan desain sepatu wanita. Berbeda dengan katalog sepatu yang terdahulu, katalog ini memuat gambar desain, pecah polanya skala 1 : 1, jenis dan bentuk komponen atau bagian-bagian sepatu berikut bentuk acuannya semua ada dalam satu katalog ini. Diharapkan kepada para perajin persepatuan dapat mencoba, mengembangkan dan memodifikasi desain yang ada dalam katalog ini. | Rekayasa | |
173 | Pembuatan Komposit Plastik untuk Toe Cap Sepatu Pengaman | 2016 | Ir. Dwi Wahini Nurhajati, M.Eng Ir. Arum Yuniari Muhammad Sholeh, M.Eng Ihda Novia Indrajati, MT Ike Setyorini, ST Indiah Ratna Dewi, S.Si | <div align="justify">Toe cap merupakan bagian sepatu pengaman (safety shoes) yang berfungsi untuk melindungi pemakainya dari benda jatuh, sengatan listrik dan bahaya tempat kerja lainnya. Awalnya toe cap dibuat dari baja, namun dengan perkembangan teknologi sekarang sudah dijumpai toe caps dari plastik. Pada penelitian ini telah dibuat 7 formula komposit untuk toe cap sepatu pengaman berbahan dasar poli karbonat (PC) dan akrilonitril butadiena stiren baik yang diisi fiberglass maupun tidak. Pembuatan komposit plastik dilakukan menggunakan twin screw extruder pada suhu 230-260<span>ËšC</span><span style="font-size:11pt;line-height:115%;font-family:Calibri, 'sans-serif';"></span> dilanjutkan dengan proses pelletizing. Komposit plastik yang memenuhi persyaratan sepatu pengaman ISO 20345: 2011, Personal Protective Equipment-Safety Footwear dibuat dari PC/ABS 75/25 dan dicetak menjadi toe cap dengan mesin cetak injeksi pada kondisi proses suhu barrel 225-240<span>Ëš</span>C, suhu nozzle 120<span>Ëš</span>C, tekanan injeksi 58-65 bar dan tekanan holding<span> </span>60%. Hasil FTIR menunjukkan bahwa komposit yang dibuat tidak terdegradasi. Hasil SEM menunjukkan bahwa pencampuran plastik PC dan ABS serta bahan aditif lainnya homogen. Penambahan fiberglass ternyata menurunkan sifat ketahanan pukul komposit. Adanya fiber glass membuat komposit PC/ABS lebih amorf. Nilai 2-theta untuk komposit PC/ABS yang berisi fiber glass 15% lebih tinggi dari nilai 2-theta PC/ABS tanpa fibberglass. Toe cap hasil penelitian telah diuji coba penerapan pada pembuatan sepatu pengaman di 3 perusahaan sepatu yaitu di Mitra Batant Bandung, PT. Jaly Indonesia Utama Bogor dan di PT. Sumber Rejeki Agung Surabaya. </div> | Plastik | |
174 | PEMBUATAN KOMPOSIT PLASTIK UNTUK TOE CAP YANG MEMENUHI PERSYARATAN SNI SEPATU PENGAMAN | 2013 | Hardjaka, A.Md., M.Sn (Koordinator) Ir. Dwi Wahini Nurhajati, M.Eng (Peneliti Utama) Ir. Sugiharto, MS (Peneliti) Ike Setyorini, ST (Peneliti) | Di Indonesia toe caps dari plastik ataupun komposit masih merupakan produk impor, karena itu perlu dilakukan penelitian untuk membuat <em>toe cap</em> dari plastik ataupun komposit. Pada penelitian ini formula komposit plastik untuk toe cap dirancang menggunakan plastik ABS dan PC. Tujuan penalitian ini adalah mempelajari pengaruh perbandingan jumlah plastik dan nanofiller terhadap sifat fisis dan morfologi komposit untuk <em>toe cap</em>. Pada penelitian ini perbandingan ABS/PC yang dipakai adalah 100/0; 90/10; 80/20; 70/30. Selain itu juga digunakan nanofiller NPCC yang jumlahnya divariasi sebanyak 2,5 dan 5 phr (phr = per haundred resin). Komposit plastik dibuat dengan menggunakan mesin Laboplastomill pada suhu 200°C waktu 10 menit. <br /><br /> Hasil mikrograf SEM menunjukkan bahwa bahan penyusun komposit tercampur homogen dan tidak terlihat NPCC teraglomerasi. Hasil FTIR komposit plastik menunjukkan adanya paduan dari bahan penyusun komposit. Komposit plastik hasil penelitian terbaik ditinjau dari sifat kuat tarik adalah komposit yang berisi ABS/PC = 90/10 tanpa nanofiller dengan hasil uji kuat tarik 471,09 kg/cm<sup>2</sup>, perpanjangan putus 4,01%, ketahanan pukul 3,480 J/m<sup>2</sup> , densitas 1,18 g/cm<sup>3</sup> , dan kekerasan 85 Shore D. Penambahan nanofiller NPCC tidak memperlihatkan perbaikan sifat fisis yang signifikan. Ditinjau dari sifat ketahanan pukul maka semua komposit hasil penelitian dapat diaplikasikan sebagai bahan baku toe cap sepatu pengaman. | Plastik | |
175 | PEMBUATAN KULIT ATAS SEPATU BEBAS KROM | 2011 | Ir. Widari. Rambat, S.Si | Pembuatan kulit atasan sepatu merupakan kegiatan kelompok kerja 1866.01.001, bertujuan untuk memperoleh formulasi proses penyamkan kulit dan pembuatan kulit atasan sepatu bebas krom dengan sasaran kulit atasan sepatu bebas krom yang memenuhi persyaratan teknis sebagai kulit bagian atas alas kaki. Proses penyamakan menggunakan bahan penyamak nabati (mimosa), syntan dan kombinasi antara nabati-syntan. Variasi perlakuan ditetapkan pada penggunaan bahan penyamak nabati (%) = 25; 30; 35; bahan penyamak syntan (%) = 10; 15; 20; untuk kombinasi nabati- syntan (%) = 15, 10; 15,15 ; dan 20,15 ; sebagai kontrol adalah bahan penyamak krom. Ditinjau dari hasil uji fisis dengan tolok ukur SNI 0234: 2009 dan BASF standard, kulit hasil penelitian telah memenuhi persyaratan mutu kulit atasan sepatu. Kekuatan tarik tertinggi diperoleh dari penyamakan kombinasi 15% nabati dan 10% syntan, yaitu kekuatan tarik rata-rata 566,96 kg/cm2 dan kemuluran rata-rata 43,33%. Hal ini menunjukan bahwa bahan penyamak nabati ( mimosa ) dan syntan dapat digunakan untuk proses penyamakan kulit atasan sepatu bebas krom. | Kulit | |
176 | Pembuatan Kulit Atasan Sepatu Tahan Suhu Dingin | 2015 | Drs. Ir.Prayitno, Apt,M.Sc Sri Waskito,SE Ir. Emiliana Kasmudjiastuti Heru Budi Susanto,SE., MT | <div align="justify">Penelitian pembuatan kulit atasan sepatu tahan suhu dingin bertujuan untuk mendapatkan formulasi untuk proses pembuatan kulit atasan sepatu yang mempunyai ketahanan pada suhu dingin. Bahan yang digunakan Kulit sapi Wet blue dan pickle, Garam, Na.Formiat, Tanigan OC, Na.Bicarbonat, Mimosa, Neutralising Sintan, Resin Akrilik, Tanigor SGN, Sincal MS, Cat Dasar, Derminiol SBJ, Derminol SPE, Anti Jamur, Asam formiat, Hexaflor, RA2, RU3906, BI 372, FI11250, Penetrator, Pigment, Lack netral, thier super dan KS, serta alat yang digunakan drum penyamakan, alat pengetaman, alat staking, alat pementangan, alat plating serta alat uji kuat tarik, penyerapan air, permibilitas air dan uap air, uji ketahanan gosok cat,alat uji flexing. Dalam penelitian ini percobaan disusun secara faktorial dalam rancangan acak lengkap, terdiri dari 5 (lima) taraf perlakuan konsentrasi water repellent untuk 2 (dua) jenis bahan penyamak krom dan nabati. Tiap taraf perlakuan mendapatkan tiga kali ulangan sehingga terdapat 30 unit percobaan dan tiap satuan pengamatan terdiri dari 1 side kulit. Penelitian dilakukan dengan memvariable bahan penyamak dengan bahan penyamak krom dan nabati dan tiap jenis bahan digunakan Water repelent yang divariasi 5,00; 7,50; 10,00; 12,50 dan 15% hasil dianalisa untuk mengetahui jumlah jenis dan jumlah bahan penyamak yang dapat memberikan sifat-sifat kulit atasan yang waterproof dan tahan dingin. Kulit atasan sepatu tahan dingin dapat dibuat dengan menggunakan samak khrom dengan menggunakan water repelent dari derifat fluorinated polimer dengan kadar minimal 7.5 % dengan memberikan kemampuan penyerapan air kurang dari 30% yang merupakan syarat umum kulit tahan suhu dingin. Penyamakan dengan bahan penyamakan nabati tanpa penggunaan bahan retaning khrom tidak bisa digunakan untuk membuat kulit atasan sepatu tahan dingin, terutama kelemahannya pada penyerapan uap air yang masih tinggi.</div> | Kulit | |
177 | PEMBUATAN KULIT ATASAN SEPATU TIPE FINISH OIL PULL UP DARI KULIT SAPI | 1992 | Ir. Titik Purwati Widowati Ir. Widari Hasan Basalamah, B. Sc | <p style="margin-right:.2in;line-height:normal;" class="MsoNormal"><span style="font-family:'Times New Roman';"><span> </span>Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh kulit atasan sepatu tipe finish oil pull up dan peningkatan kualitas kulit atasan sepatu. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit sapi sama krum basah 24 side, kualitas III. Tiga side kulit untuk penelitian pendahuluan dan 21 side untuk penelitian. Bahan penyamak ulang yang di gunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi bahan penyamak ulang sintetik-nabati. Untuk pengulasan minyak pada pengecatan tutup menggunakan “finising oil” F 91 “sebesar : 15 gram / sqft, 20 gram /sqft dan 25 gram / sqft. Untuk meningkatakan ketahanan terhadap air (water repllent) di tambahkan silicon 30 gram / liter. Hasil uji fisis, kmia dan organoleptis kulit oil pull up hasil dapat di gunakan untuk kulit atsan sepatu. Klasifikasi / mutu rata-rata kulit oil pull up : B2.</span></p> | Kulit | |
178 | PEMBUATAN KULIT JAKET RAMAH LINGKUNGAN MENGGUNAKAN BAHAN PENYAMAK NABATI | 2013 | Sri Waskito BSc. SE (Koordinator) Drs. Ir. Prayitno Apt,MSc (Peneliti Utama) | <span>Penelitian pembuatan kulit jaket ramah lingkungan dilakukan dengan menggantikan bahan penyamak khrom yang pada umumnya dilakukan untuk penyamakan kulit untuk saat ini dengan menggantikan dengan bahan penyamak yang akrab lingkungan. Dalam penelitian ini digunakan bahan samak nabati, salah satu kekurang bahan penyamak nabati dibanding dengan bahan penyamak khrom adalah sifat elaksitas dan kelemasan dari kulit yang dhasilkan. Untuk memperbaiki kekurangan ini maka perlu dicari bahan pembantu penyamak yang dapat memperbaiki sifat elastisitas dan kelamasan kulit jadi yang dihasilkan, dalam penelitian ini digunakan kombinasi minyak sintetis dan minyak alami. Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini berupa kulit pickle domba setelah dilakukan pencucian berturut-turut direbating, bleaching, direpikcle baru dilakukan penyamakan dengan auxilary tanning dan bahan penyamak nabati Mimosa. Mimosa digunakan dalam proses penyamakan sebesar 20% dari berat kulit pickle, dengan lama pemutaran drum sekitar 4 jam 30 menit, didiamkan semalam dan dilakukan pengecekan terhadap suhu kerut, suhu kerut dikehendaki diatas </span>75°C<span>, bila suhu kerut belum tercapai dilakukan penambahan bahan penyamak Mimosa dan dilakukan pemutaran sampai suhu kerut tercapai yang menandakan kulit sudah masak. Kemudian dilakukan shaving untuk mendapatkan ketebalan sampai 0,6 mm baru di wetting back, striping dan netralisasi. Proses selanjutnya adalah retanning dengan menggunakan bahan retanning dari turunan formaldehyde dan jenis polymeric retanning agent. Dilakukan dengan proses peminyakan dengan konsentrasi minyak yang divariasi 13% kombinasi 18% minyak sintetis dan 5% minyak alami; 14% kombinasi 6,5% minyak sintetis dan 7,5% minyak alami; 15% kombinasi 5% minyak sintetis dan 10% minyak alami; 16% kombinasi 3,5% minyak sintetis dan 12,5% minyak alami; 17% kombinasi 2% minyak sintetik dan 15% minyak sintetis. Dilanjutkan dying dan fixsasi, setelah ageing semalam dan dikeringkan dilakukan finishing. Hasil percobaan kemudian dilakukan pengujian organoleptis maupun fisis sesuai SIN 4593 – 2011, kulit jaket domba/kambing. Hasil uji selanjutnya dianalisis statistik yaitu dengan analisis variance untuk menentukan angka F dilanjutkan dengan analisa LSD, dengan menggunakan taraf kepercayaan 95%. Dari hasil analisa statistic diketahui dengan bahan penyamak Mimosa 20, dan fatliquoring 15% dengan kombinasi minyak sinthetis 6,5% dan minyak alami 8,5% menghasilkan kulit jaket yang memenuhi persyaratan SNI.</span> | Kulit | |
179 | Pembuatan kulit jok ( upholstery ) ramah lingkungan untuk otomotif | 2011 | Ir. Suliestiyah Wrd, MM., M. Nurhafiq, ST. | Penelitian pembuatan kulit jok ramah lingkungan untuk otomotif, dilaksanakan dengan tujuan untuk pembuatan kulit jok yang mempunyai sifat ramah lingkungan dan dapat digunakan untuk otomotif yaitu jok mobil ( car seat ). Sampai saat ini jok mobil dari kulit dan ramah lingkungan belum dibuat oleh industry penyamakan kulit di Indonesia. Ada beberapa industri penyamakan kulit yang memproduksi kulit jok, tapi untuk kebutuhan jok mebel. Dengan semakin banyaknya impor mobil mewah di Indonesia, maka sudah saatnya industri penyamakan kulit, mengembangkan usahanya untuk memenuhi kebutuhan kulit jok mobil. Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik yang salah satu tugasnya mengembangkan industri kulit, mempunyai kewajiban untuk melakukan kegiatan penelitian, yang hasilnya dapat dimanfaatkan oleh industry. Penelitian dilakukan dengan variasi proses menggunakan bahan penyamak krom kombinasi dengan bahan penyamak syntan dan bahan penyamak nabati kombinasi dengan bahan penyamak syntan. Hasil penelitian terbaik menunjukan bahwa kulit jok yang dibuat dengan menggunakan bahan penyamak krom 4% kombinasi bahan penyamak syntan 165, menghasilkan kulit jok ramah lingkungan untuk otomotif yang memenuhi syarat SNI Kulit Jok ( SNI. 06-0776-1989 ) dan Acceptable Quality levels in Leather ( 1976 ) | Kulit | |
180 | Pembuatan Kulit Lemas (Softy Leather) dari Kulit Kerbau Luar Jawa. | 1999 | Pembuatan Kulit Lemas (Softy Leather) dari Kulit Kerbau Luar Jawa. Penerapan ini bertujuan untuk memanfaatkan. kulit kerbau luar Jawa sebagai bahan baku industri barang kulit dan untuk meningkatkan nilai tambah kulit kerbau dari daerah luar Jawa (Kalimantan Selatan). Dengan menggunakan 18 belahan (side) kulit kerbau dengan rincian 6 belahan dari pulau Jawa dan 12 belahan dari luar pulau Jawa (Kalimantan Selatan), disamak hingga kulit jadi (softy leather) dengan menggunakan bahan penyarnak krom, serta bahan pembantu lainnya misalnya Depan B, kapur NaCl asam sulfat, asam formiat, minyak sulfat dan lain-lain, dengan tata caranya disesuaikan dengan yang ada di laboratorium Proses Penyamakan Kulit, Balai Penelitian Barang Kulit, BBKKP, dengan variasi perminyakan 8%, 10% dan 12%. Kulit jadi yang dihasilkan diuji kelemasannya, kekuatan tarik, kemuluran, kekuatan jahit, kekuatan sobek serta ketahanan gosok cat, dengan bertolok ukur pacta SNI 06-1532-1989. Kulit kerbau dari luar Jawa (Kalimantan Selatan) bisa dirnanfaatkan sebagai bahan baku industri barang kulit, basil yang didapatkan tidak berbeda nyata dengan kulit jadi yang diolah dari kulit kerbau yang berasal dari pulau Jawa, dengan jumlah minyak yang digunakan cukup 10%. | Kulit |