# | Judul | Tahun | Pelaksana | Abstrak | Kategori | |
---|---|---|---|---|---|---|
21 | Pencetakan Toe Cap Sepatu Pengaman dari Plastik Menggunakan Mesin Cetak Injeksi | 2015 | Ir. Dwi Wahini Nurhajati, M.Eng Ir. Arum Yuniari Hardjaka, M.Sn Ihda Novia Indrajati, MT | <p align="justify" style="margin-top:0in;margin-right:68pt;margin-bottom:.0001pt;margin-left:21pt;text-align:justify;line-height:normal;" class="MsoNormal"><span>Kegiatan penelitian “Pencetakan Toe Cap sepatu Injeksi” dilakukan dengan tujuan mendapatkan kondisi pencetakan yang optimum. Bahan <span> </span>yang digunakan dalam penelitian ini adalah komposit hasil penelitian BBKKP tahun 2013 yang dikomposisi dari resin acrylonitrile butadiene styrene (ABS), resin poli karbonat (PC) dan bahan pengisi nano precipitated calcium carbonate (NPCC) dengan perbandingan ABS/PC/NPCC: 90/10/2,5 dan juga aditif. Selain itu sebagai pembanding juga dicoba membuat toe cap dari poli paduan ABS/PC tanpa nanofiller dengan perbandingan ABS/PC 25/75, juga dicoba membuat toecap dari ABS murni dan PC murni. Pencetakan toe cap menggunakan mesin cetak injeksi (injection molding) merek Komatsu 80T dengan parameter yang diteliti adalah penyetelan (setting) suhu dan tekanan injeksi. Kondisi proses pencetakan komposit BBKKP yang optimum pada setting suhu barrel 215ºC (zone 4 atau feeding zone), 225ºC (zone 3), 230ºC (zone 2) dan 235ºC (zone 1 atau metering zone), dan tekanan injeksi 109 MPa (detik 1), 105 MPa (detik 2), dan 101 MPa (detik 3) suhu nozzle 177 ºC menghasilkan toe cap yang penuh. Hasil uji menunjukkan bahwa hasil uji panjang sisi dalam pengeras depan semua toe cap yang dibuat memenuhi SNI sepatu pengaman namun untuk uji ketahanan pukul dengan enerji 200J toe cap yang diuji berdasarkan EN 12568 untuk toe cap yang dibuat dari komposit BBKKP yang dikomposisi dari ABS/PC/NPCC dan toe cap dari bahan ABS pecah, sedangkan dari bahan PC dan polipaduan ABS/PC retak. Hasil uji ketahanan terhadap tekanan dengan beban 15 kN dari toe cap plastik yang dibuat dari komposit BBKKP retak sedangkan toe cap dari bahan ABS, PC dan polipaduan ABS/PC tidak retak. </span></p> | Plastik | |
22 | Pengolahan Lanjut Limbah Cair Industri Lateks Pekat dengan Sistem Adsorbsi | 2015 | Ir. Nursamsi Sarengat Drs. Ir. Prayitno, Apt, M.Sc. Ir. Sugihartono, MS Ike Setyorini, ST | <div align="justify">Industri lateks pekat adalah industri yang mengolah lateks kebun menjadi lateks pekat. Pada proses pengolahannya industri lateks pekat menghasilkan limbah cair. Industri latekspekat sudah memiliki instalasi pengolahan limbah cair (IPAL) yang terdiri dari rubber trap 1, rubber trap 2, kolam anaerob dan aerob, namun limbah cair yang dihasilkan masih belum memenuhi baku mutu yang ditetapkan oleh daerah yaitu Perda Provinsi Jawa Tengah No. 5 Tahun 2012. Penelitian ini bertujuan menurunkan nilai BOD, COD, TSS dan amoniak sehingga mengurangi dampak lingkungan serta mengatasi problem IPAL yang belum berfungsi efektif dengan menambahkan sistem adsorbsi pada akhir proses. Dilakukan penelitian skala laboratorium dengan penggunaan berbagai jenis dan variasi adsorber. Penerapan prototipe dilakukan di IPAL pabrik lateks pekat menggunakan kombinasi adsorber sabut kelapa, sekam bakar, abu terbang bagas, arang, dan zeolit dapat menurunkan nilai COD 36,79 –39,83 %, BOD 46,23 –48,98 %, amoniak 35,99 –40,04 %, dan TSS 76,30 –77,39 %. </div> | Kimia | |
23 | Penggunaan Ekstrak Kolagen dari Limbah Kulit sebagai Flokulan pada Pengolahan Limbah Industri Penyamakan Kulit | 2015 | Ir. Sugihartono, MS Ir. Nursyamsi Sarengat Sri Sutyasmi, B.Sc., ST Dona Rahmawati, STP | <div align="justify">Penyamakan kulit basah sebanyak satu ton, akan diturunkan limbah cair ± 40 m3,limbah padat sebelum samak sebesar 350 kg (berupa kulit hasil trimming 100 kg dan fleshing 250 kg), limbah padat sesudah samak sebesar 330 kg, dan limbah bahan kimia dari prosesing sebesar 380 kg. Pengolahan limbah cair dilakukan dengan menggunakan flokulan sintetis,namun industri sering kali mengurangi perhatiannya terhadap pengolahan limbah karena biaya mahal. Flokulan sintetis dapat menyebabkan masalah kesehatan dan lingkungan serta tidak dapat diurai di alam. Oleh karenanya perlu dicari pengganti flokulan yang bersifat biodegradable, terbarukan, biaya terjangkau, aman bagi manusia dan mahluk hidup lainnya, serta memiliki aktivitas tinggi. Gelatin merupakan protein yang dapat diproses dari kulit atau kulit limbah. Penggunaan gelatin untuk pengolahan limbah cair industri penyamakan kulit belum banyak diteliti, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan gelatin sebagai koagulan-flokulan pada pengolahan limbah cair. Penelitian dilakukan secara bertahap yaitu tahap pengolahan gelatin dari kulit pikel limbah menggunakan variasi basa NaOH dan KOH masing-masing dengan konsentrasi 1 dan 2%, dan tahap uji coba gelatin untuk pengolahan limbah cair industri penyamakan kulit dengan dosis 0,02; 0,04; 0,06; 0,08 dan 0,1% dari berat limbah; tahap terakhir yaitu menggunakan gelatin terpilih dan mengkombinasikan dengan fero sulfat/tawas (gelatin dibanding fero sulfat/ tawas adalah 100:0; 75:25; 50:50; 25:75; dan 0:100) untuk pengolahan limbah, dosis berat campuran 0,08% dari berat limbah. Cara pengolahan gelatin seperti cara Sugihartono (2014) dimodifikasi pada penghilangan garam dan asam menggunakan drum berputar, volume basa untuk hidrolisis sebesar 10 kali bagian kulit, dengan waktu perendaman selama 42 jam, dan air untuk ekstraksi sebesar 5 kali bagian kulit. Perbedaan jenis dan konsentrasi basa dalam hidrolisis kolagen dapat memberikan perbedaan rendemen, kadar abu, kadar protein dan bobot molekul protein gelatin. Rendemen gelatin paling tinggi dihasilkan dari perlakuan basa NaOH 2% yaitu 46,47%, sedangkan bobot molekul tinggi dihasilkan dari perlakuan basa KOH 1dan 2%, yaitu 100 -130 dKa. Gelatin hasil dari hidrolisis kolagen menggunakan basa NaOH dan KOH dengan konsentrasi 1 dan 2% dapat digunakan sebagai koagulan-flokulan dalam pengolahan limbah industri penyamakan kulit. Memiliki pengaruh yang beragam terhadap penurunan COD, kekeruhan, kromtotal, TDS, kapasitas adsorbsi dan persen adsorbsi. Koagulan-flokulan gelatin perlakuan NaOH 2% dosis 0,08% mampu menurunkan COD sebesar 75,44%, gelatin perlakuan KOH 1% dosis 0,06% mampu menurunkan kandungan krom total 79,26%,gelatin perlakuan NaOH 1% dosis 0,1% mampu menurunkan kekeruhan sampai 90,49% serta gelatin perlakuan KOH 1% dosis 0,08% mampu mengadsorbsi polutan terlarut sampai 15,25%. Kombinasi gelatin dengan ferosulfat/tawas saling menguatkan dalam penurunan kadar krom total dan penurunan kekeruhan limbah yang diolah. Penggunaan gelatin secara tunggal maupun kombinasi dengan fero sulfat atau tawas dapat menekan derajad polutan limbah cair industri pengolahan kulit, walaupun hasil olahannya belum memenuhi Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 5 Tahun 2014.</div> | Limbah | |
24 | Pembuatan Karet Tromol untuk Kendaraan Bermotor Roda Dua | 2015 | Ir. Arum Yuniari Ir. Dwi Wahini Nurhajati, M.Eng Ike Setyorini, ST Hesty Eka Mayasari, ST | <p align="justify" class="MsoNormal" style="margin-top:0in;margin-right:.75in;margin-bottom:.0001pt;margin-left:21pt;text-align:justify;line-height:98%;"><span>Penelitian pembuatan karet tromol kendaraan bermotor roda dua bertujuan mendapatkan formulasi dan hasil uji yang memenuhi persyaratan teknis perusahaan. Bahan baku yang digunakan untuk membuat karet tromol adalah EPDM dan campuran EPDM/NR. Vulkanisat karet tromol dari bahan EPDM dibuat dengan variasi bahan pengisi carbon black 50 phr; 60 phr dan 70 phr. Sistem vulkanisasi yang digunakan ada 3 (tiga) yaitu: SEV, EV dan CV. Adapun vulkanisat karet tromol yang dibuat dari campuran EPDM dan karet alam dibuat dengan variasi bahan baku EPDM/NR sebagai berikut: 80/20 phr; 70/30 phr; 60/40 phr; 50/50 phr dan 40/60 phr. Bahan pengisi carbon black dibuat tetap yaitu 70 phr. Proses komponding menggunakan alat two roll mill. Proses komponding untuk kompon EPDM dan NR menggunakan metode kutativ. Proses vulkanisasi dengan alat hydraulic press tekanan 150 kg/cm 2. Pengujian yang diamati meliputi tegangan putus dan perpanjangan putus awal dan sesudah aging, ketahanan sobek awal dan sesudah aging, kekerasan awal dan sesudah aging, compression set suhu swelling, ketahanan kikis, SEM danTG/DTA. Hasil uji menunjukkan bahwa vulkanisat karet tromol bahan EPDM dengan bahan pengisi carbon black 70 phr di proses dengan sistem vulkanisasi EV memenuhi persyaratan teknis perusahaan. </span></p> | Karet | |
25 | Aplikasi Teknologi C-RFP untuk Penyamakan Kulit Lemas sebagai upaya Penanggulangan Limbah Krom Industri Penyamakan | 2015 | Sri Sutyasmi, B.Sc, ST Ir. Titik Purwati Widowati, MP Heru Budi Susanto, SE.,MT Noor Maryam Setyadewi, ST., MT | <div align="justify">Kulit lemas seperti kulit jaket umumnya masih menggunakan bahan penyamak krom. Keuntungan bahan penyamak krom antara lain adalah menghasilkan kulit lemas (seperti kulit garmen, jaket) yang mempunyai ketahanan fisik yang kuat dan waktu prosesnya relatif cepat. Disisi yang lain bahan penyamak krom mempunyai kelemahan terutama pada limbah yang dikeluarkan mengandung B3. Untuk itu perlu dilakukan penelitian pembuatan kulit lemas dengan samak nabati menggunakan sistem C-FRP. Penyamakan menggunakan sistem C-FRP ini jauh lebih cepat yaitu hanya 4 Jam, sedangkan cara konvensional adalah 18 –20 jam. Kulit pickle dikondisioning dengan Sootan TSN selanjutnya disamak tanpa air dengan bahan penyamak nabati (mimosa, quebracho dll). Hasil penyamakan yang dilakukan dengan bahan penyamak nabati sistem C-RFP menghasilkan kulit jadi yang tidak gembos/lemas dan dapat digunakan sebagai kulit jaket yang elastis dan mempunyai kekuatan sobek yang memadai. Hasil uji fisis kulit hasil penyamakan dengan sistem C-RFP masing-masing mempunyai tebal yang relatif sama antara (0,6 –0,7) mm, dengan mempunyai kekuatan tarik dan kemuluran memenuhi persyaratan SNI 4593:2011 - Kulit jaket domba/kambing, demikian juga untuk uji ketahanan gosok basah maupun keringnya, juga uji tembus uji uap air. Hasil uji SEM dari semua variasi terlihat bahwa semua kulit hasil penelitian terlihat jaringan kulit padat dan kompak. </div> | Kulit | |
26 | Karakterisasi dan Optimasi Karet V-Belt untuk Motor Matik | 2015 | Ir. Herminiwati, MP Ir. Arum Yuniari Indiah Ratna Dewi, S.Si Muhammad Sholeh, M.Eng | <div align="justify">Penelitian ini bertujuan untuk pembuatan v-belt karet motor matik. V-belt motor matik yang digunakan mempunyai tipe raw edge belt cogged (bergerigi). Pembuatan v-belt motor matik dilakukan melalui tahapan karakterisasi dan optimasi kompon karet v-belt. Hasil optimasi kompon karet v-belt diaplikasikan dalam pembuatan produk v-belt, namun agar didapatkan hasil v-belt yang baik dan memenuhi persyaratan, perlu dilakukan reformulasi kompon dan perlu dilakukan treatment terhadap serat gebang yang digunakan karena masih belum homogen. Serat poliester menghasilkan kompon yang tidak homogen dalam proses komponding. Proses pencetakan belum bisa dilakukan sebelum serat ditreatment. Hasil uji mekanis menghasilkan sifat-sifat kompon sebagai berikut : tegangan putus antara 91,78-136,28 kg/cm2; perpanjangan putus antara 50-133,33 %; kuat sobek 3,6-7,77 kg/cm; kekerasan 84,33-94,33 shore A; tegangan putus setelah aging 80,85-121,14 kg/cm2; perpanjangan putus setelah aging 36,67-111,67 %. Sifat mekanik kompon karet dengan penambahan serat gebang sebagai berikut : tegangan putus 55,93- 116,79 kg/cm2; perpanjangan putus 50- 116,67 %; kuat sobek 4,9- 17,72 kg/cm; kekerasan 88- 95 shore A; tegangan putus setelah aging 60,81- 102,11 kg/cm2; perpanjangan putus setelah aging 25- 93,33 %. </div> | Karet | |
27 | Rekayasa Alat Pencacah Kulit untuk Persiapan Contoh Uji Kimiawi | 2015 | R. Jaka Susila, B.Sc., ST Drs. Sugeng Tri Rahayu Setyo Utami, M.Eng Ismail Umamit, A.Md Suparti, A.Md Syaiful Harjanto, ST | <p align="justify" style="margin-top:0in;margin-right:0in;margin-bottom:.0001pt;margin-left:21pt;text-align:justify;line-height:111%;" class="MsoNormal"><span>Standar Nasional Indonesia (SNI) ISO 4044:2013 menetapkan metode persiapan contoh uji kulit untuk analisis kimiawi dan berlaku untuk semua jenis kulit. Sesuai SNI ISO 4044:2013 untuk proses persiapan contoh uji kimiawi kulit digiling dalam alat pencacah untuk membentuk kulit giling atau “serbuk persiapan kulit”contoh uji yang dilakukan secara manual menggunakan cutter/pisau dan gunting bisa memerlukan waktu sekitar 2-3 jam/contoh uji. Kegiatan rekayasa bertujuan untuk membuat rancang bangun dan perekayasaan mesin pencacah kulit untuk persiapan contoh uji kimiawi. </span></p> <p align="justify" style="margin-bottom:.0001pt;line-height:3pt;" class="MsoNormal"><span> </span></p> <p align="justify" style="margin-top:0in;margin-right:0in;margin-bottom:.0001pt;margin-left:21pt;text-align:justify;line-height:110%;" class="MsoNormal"><span>Pada kegiatan rekayasa ini telah dibuat satu unit alat pencacah kulit untuk persiapan contoh uji kimiawi dengan dua kali pemotongan, pemotongan awal dengan sistem pemotong susunan pisau disk dan pemotongan kedua oleh susunan pisau planar. Sistem penggerak menggunakan motor 1 phase, 1 HP. Uji coba alat dilakukan dengan bahan kulit ikan nila tebal 0,46 mm; kulit sapi tebal 1,55 mm; kulit atasan sepatu PDL tebal 2,4 mm. </span></p> | Rekayasa | |
28 | Pembuatan Kulit Atasan Sepatu Tahan Suhu Dingin | 2015 | Drs. Ir.Prayitno, Apt,M.Sc Sri Waskito,SE Ir. Emiliana Kasmudjiastuti Heru Budi Susanto,SE., MT | <div align="justify">Penelitian pembuatan kulit atasan sepatu tahan suhu dingin bertujuan untuk mendapatkan formulasi untuk proses pembuatan kulit atasan sepatu yang mempunyai ketahanan pada suhu dingin. Bahan yang digunakan Kulit sapi Wet blue dan pickle, Garam, Na.Formiat, Tanigan OC, Na.Bicarbonat, Mimosa, Neutralising Sintan, Resin Akrilik, Tanigor SGN, Sincal MS, Cat Dasar, Derminiol SBJ, Derminol SPE, Anti Jamur, Asam formiat, Hexaflor, RA2, RU3906, BI 372, FI11250, Penetrator, Pigment, Lack netral, thier super dan KS, serta alat yang digunakan drum penyamakan, alat pengetaman, alat staking, alat pementangan, alat plating serta alat uji kuat tarik, penyerapan air, permibilitas air dan uap air, uji ketahanan gosok cat,alat uji flexing. Dalam penelitian ini percobaan disusun secara faktorial dalam rancangan acak lengkap, terdiri dari 5 (lima) taraf perlakuan konsentrasi water repellent untuk 2 (dua) jenis bahan penyamak krom dan nabati. Tiap taraf perlakuan mendapatkan tiga kali ulangan sehingga terdapat 30 unit percobaan dan tiap satuan pengamatan terdiri dari 1 side kulit. Penelitian dilakukan dengan memvariable bahan penyamak dengan bahan penyamak krom dan nabati dan tiap jenis bahan digunakan Water repelent yang divariasi 5,00; 7,50; 10,00; 12,50 dan 15% hasil dianalisa untuk mengetahui jumlah jenis dan jumlah bahan penyamak yang dapat memberikan sifat-sifat kulit atasan yang waterproof dan tahan dingin. Kulit atasan sepatu tahan dingin dapat dibuat dengan menggunakan samak khrom dengan menggunakan water repelent dari derifat fluorinated polimer dengan kadar minimal 7.5 % dengan memberikan kemampuan penyerapan air kurang dari 30% yang merupakan syarat umum kulit tahan suhu dingin. Penyamakan dengan bahan penyamakan nabati tanpa penggunaan bahan retaning khrom tidak bisa digunakan untuk membuat kulit atasan sepatu tahan dingin, terutama kelemahannya pada penyerapan uap air yang masih tinggi.</div> | Kulit | |
29 | Optimasi Pembuatan Bioplastik Berbasis Limbah Pertanian | 2015 | Ihda Novia Indrajati, MT Ir. Herminiwati, MP Ir. Dwi Wahini Nurhajati, M.Eng Muhammad Sholeh, M.Eng | <p align="justify" style="margin-top:0in;margin-right:0in;margin-bottom:.0001pt;margin-left:21pt;text-align:justify;line-height:93%;" class="MsoNormal"><span>Penelitian ini bertujuan mengoptimasi pembuatan bioplastik dari bahan limbah pertanian kulit umbi singkong dan diaplikasikan pada barang non kemasan. Pada penelitian ini barang yang akan dibuat adalah filamen untuk mesin cetak 3D. </span></p> <p align="justify" style="margin-bottom:.0001pt;line-height:5.55pt;" class="MsoNormal"><span> </span></p> <p align="justify" style="margin-top:0in;margin-right:0in;margin-bottom:.0001pt;margin-left:21pt;text-align:justify;line-height:98%;" class="MsoNormal"><span>Penelitian dilakukan dalam beberapa tahapan kegiatan. Pra penelitian, sebagai kegiatan pendahuluan, difokuskan pada ekstraksi pati dari kulit umbi singkong. Untuk memperoleh prosedur ekstraksi pati yang memberikan yield optimum, terlebih dahulu dilakukan ekstraksi pati dari umbi singkong. Pada percobaan tersebut divariasikan waktu pulping, waktu steeping, jumlah air, konsentrasi dan jumlah natrium metabisulfit (NMB). Kondisi yang memberikan yield optimum kemudian diterapkan pada ekstraksi pati dari kulit umbi singkong. Pada tahapan tersebut kembali dilakukan variasi konsentrasi NMB. Modifikasi pati menggunakan asam sitrat dilakukan untuk meningkatkan hidrofobitas pati. Modifikasi dilaksanakan pada waktu reaksi yang berbeda, yaitu 16, 18 dan 20 jam. Karakterisasi dilakukan terhadap gugus fungsi, morfologi dan kristalinitas, baik pada sampel pati hasil ekstraksi (NS) maupun pati modifikasi. Pembuatan TPS dilaksanakan dengan metode solvent casting. Pati yang digunakan merupakan campuran antara pati murni (NS) dan pati modifikasi (PCA), yaitu dengan rasio 1:0, 1:0,3 dan 1:1, serta variasi konsentrasi bentonite clay 0, 0,5, 1, 5, 10 dan 15%. Bentonite ditambahkan dalam bentuk dispersi 50%. Pemlastis digunakan air dan gliserol dengan konsentrasi masing-masing 10 g/g pati dan 3 g/g pati. Acid scavenger digunakan asam asetat glasial 5% v/v ditambahkan sebanyak 10%. Asam stearat ditambahkan sebanyak 1% sebagai pelumas internal. Karakterisasi dilakukan terhadap sampel TPS meliputi gugus fungsi, kristalinitas, sifat termal (DSC dan TG/DTA), melt flow index (MFI) dan sifat mekanik yang mencakup tegangan putus, perpanjangan putus dan kekerasan. </span></p> <p align="justify" style="margin-bottom:.0001pt;line-height:6pt;" class="MsoNormal"><span> </span></p> <p align="justify" style="margin-top:0in;margin-right:0in;margin-bottom:.0001pt;margin-left:21pt;text-align:justify;line-height:97%;" class="MsoNormal"><span>Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum ekstraksi pati kulit umbi adalah 200 ml air, 250 ml NMB 20% w/w, waktu pulping 2 menit, waktu rasping 6 menit dan waktu settling 24 jam. Gugus fungsi pati hasil ekstraksi sama dengan pati komersial dan mempunyai struktur kristal tipe A. Modifikasi pati menggunakan asam sitrat (PCA) tidak mengubah kristalinitas pati dan tidak memecah granular pati. Efektivitas modifikasi ditunjukkan melalui uji termal (TG/DTA) dengan adanya puncak endotermis pada 159,42 dan 211,59ºC. Thermoplastic starch (TPS) yang dihasilkan bersifat rapuh sehingga pengujian sifat mekanik belum dapat dilakukan karena terkendala proses preparasi contoh ujinya. TPS hasil penelitian menunjukkan sifat amorf. Penambahan bentonite menaikkan sifat termal TPS ditunjukkan dengan pergeseran puncak endotermis pada daerah 250-300ºC. </span></p> | Plastik | |
30 | Pembuatan Karet Tahan Peluru untuk Keperluan Militer (Rompi Anti Peluru) | 2014 | Ir. V. Sri Pertiwi Rumiyati., MP (Koordinator) Ike Setyorini., ST (Peneliti Utama) Ihda Novia Indrajati, M.T (Peneliti) | <div align="justify">Kegiatan penelitiaan Pembuatan Karet Tahan Peluru untuk Keperluan Militer dimaksudkan untuk memperoleh substitusi serat sintetis yang selama ini digunakan sebagai material tahan peluru. Serat alam dan karet alam dikombinasikan membentuk suatu komposit yang memiliki sifat-sifat khusus yang diharapkan mampu digunakan sebagai material tahan peluru yang baru. Serat alam yang digunakan adalah serat sabut kelapa yang sudah diperlakukan secara alkali untuk meningkatkan kompatibilitas terhadap matriks (karet alam). <br /> Hasil vulkanisat diuji balistik meliputi aspek kemampuan terhadap tembus peluru dan tusukan senjata tajam. Komposit hasil penelitian ini belum mampu menahan tembakan pistol caliber 9 mm dari jarak 5 meter akan tetapi baru mampu terhadap tusukan senjata tajam dan bacokan.</div> | Karet | |
31 | Pembuatan Alas Kaki untuk Kebutuhan Khusus | 2014 | Sri Waskito., B.Sc., SE (Koordinator) Drs. Ir. Prayitno., Apt., M.Sc (Peneliti Utama) Ir. Arum Yuniari(Peneliti) | <div align="justify">Telah dilakukan penelitian untuk pembuatan sepatu kebutuhan khusus bagi penderita cacat kaki baik cacat-cacat kaki yang standar maupun cacat kaki bawaan yang belum terstandar atau yang disebabkan oleh adanya penyakit-penyakit tertentu yang menyebabkan terjadinya perubahan pada bentuk kaki. Dalam penelitian ini digunakan model dari 4 (empat) penderita cacat kaki meliputi: Cacat kaki dengan tinggi/panjang berbeda dengan Hallux Valgus, Cacat kaki berbeda panjang, Telapak kaki berbeda panjang dengan jari jempol kearah atas, dan Cacat kaki berbeda besarnya. <br /> Adapun tahapan pembuatan sepatu khusus berturut-turut sebagai berikut: <br /><ol><li>Pengukuran kaki Model untuk mengumpulkan data kaki, untuk menghasilkan bentuk pola sol dalam sebagai dasar pembuatan acuan dan estimasi dari gerakan kaki, </li> <li>Pembuatan desain, </li> <li>Tracing telapak kaki, untuk mempermudah menentukan tipe pola kaki yang sesuai, </li> <li>Pembuatan pola telapak kaki untuk memperbaiki sifat kecacatan kaki dan biomekanis, </li> <li>Membuat acuan sesuai pola telapak kaki dengan pertimbangan, toe spring, tinggi hal, lingkar gemur, lingkar gemuk sesuai kecacatan kaki, </li> <li>Mengkopi acuan untuk pembuatan pola, </li> <li>Membuat pola bagian atas sepatu, </li> <li>Membuat bagian atas sepatu, </li> <li>Membuat bagian bawah sepatu, </li> <li>Merakit bagian atas dan bawah, dan </li> <li>Finishing</li> </ol> Dari penelitian, diperoleh 4 jenis sepatu masing-masing dengan 3(tiga) pasang desain, dari hasil penilaian dari para panelis disimpulkan ketiga desain responden menyatakan tidak terdapat beda nyata dalam kesesuaian desain.</div> | Alas Kaki | |
32 | Aplikasi Motif Batik Modern pada Bahan Kulit | 2014 | Sri Waskito., B.Sc., SE (Koordinator) Sri Sutyasmi., ST (Peneliti Utama) Ir. Emiliana Kasmudjiastuti (Peneliti) Rihastiwi Setiya Murti, S.Si. (Peneliti) | <p style="text-align:justify;" class="MsoNormal">Perkembangan Batik semakin meningkat, demikian juga dalam hal <em>fashion</em> seperti tas kulit dan dompet kulit yang di batik. Selama ini di pasaran kulit batik hanya dari kulit nabati sehingga kaku dan kurang bagus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bahan kulit jadi (<em>finish leather</em>) dari berbagai penyamakan kulit yang bisa dibatik dan dapat digunakan untuk pembuatan tas atau dompet dengan motif batik yang berkualitas baik. Kulit <em>pickle</em> disamak dengan 5 variasi penyamakan yaitu samak krom, samak kombinasi krom-syntan, krom- aldehid, krom-alum, dan samak nabati. Masing-masing penyamakan divariasi kadar minyaknya yaitu 2, 4 dan 6 %. Selanjutnya kulit dibatik dengan variasi batik tulis dan batik cap. Kemudian kulit di finish dengan lak, baru diuji fisis yaitu kekuatan tarik, kemuluran, kekuatan retak cat tutup, ketahanan gosok cat dan kekuatan rekat cat tutup. Hasil uji kekuatan retak cat tutup terbaik adalah batik tulis kulit nabati (N6) dengan nilai 0,6 dan batik cap kulit nabati (N4) dengan nilai 0,66. Selain itu juga uji FTIR dan uji morfologi kulit untuk kulit krom 2% minyak dan kulit yang lain 6 % minyak. Hasil uji fisis menunjukkan bahwa semua variasi penyamakaan kulit dapat dibatik. Hasil uji fisis kulit batik cap lebih bagus dari kulit batik tulis. Hasil uji kulit hasil penelitian lebih bagus dari kulit yang ada di pasaran, Hasil uji FTIR rata-rata puncak berada pada 1000 – 750. </p> | Kulit | |
33 | Pembuatan Thermoplastik Elastomer (Blend NBR dengan PNC) untuk Selang Kompor LPG | 2014 | Ir. V. Sri Pertiwi Rumiyati., MP (Koordinator) Ihda Novia Indrajati., MT (Peneliti Utama) Ike Setyorini, S.T. (Peneliti) | - | Plastik | |
34 | Pembuatan Karpet Karet untuk Peternakan Ayam Petelur | 2014 | Muhammad Sholeh., M.Eng (Koordinator) Ir. Arum Yuniari (Peneliti Utama) Ir. Nursamsi sarengat (Peneliti) Ihda Novia Indrajati, M.T (Peneliti) | <p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align:justify;">Salah satu komoditi karet yang banyak dibutuhkan oleh industri dalam negeri maupun luar negeri adalah karpet untuk alas peternakan ayam petelur. Karpet karet untuk alas peternakan ayam memberikan manfaat lain lebih mudah dalam hal pembersihan kandang, sehingga hewan lebih sehat. Kerusakan karpet karet yang digunakan untuk 4 (empat) musim disebabkan beberapa hal antara lain perubahan cuaca, manure ayam, tekanan dan suhu dingin. Penelitian ini bertujuan membuat karpet karet untuk alas peternakan ayam petelur tahan terhadap suhu dingin dari campuran RSS dan butyl. Variasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah ratio RSS/butyl sebagai berikut : 100/0; 95/5; 90/10; 85/15; 80/20; 75/25; 70/30; 65/35; 60/40 dan 55/45 phr, sedangkan variasi sulfur 1,5 dan 2,5 phr. Pengujian yang dilakukan meliputi karakteristik vulkanisasi, morfologi dengan SEM, difraksi sinar X dengan XRD, sifat mekanik (tegangan putus, perpanjangan putus, kekerasan dan ketahanan kikis), swelling, ketahanan terhadap suhu dingin dan ketahanan ozon. Hasil uji karakteristik vulkanisasi untuk kedua jumlah sulfur tidak merubah waktu scorch (ts2). Hasil analisa struktur mikro untuk vulkanisat karpet karet dengan jumlah sulfur 2,5 phr lebih homogen.</p> <p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align:justify;">Pola difraksi sinar X vulkanisat karpet karet menunjukkan dominasi daerah amorph. Peningkatan kadar butyl menyebabkan penurunan tegangan putus dan perpanjangan putus tetapi meningkatkan kekerasan dan ketahanan kikis. Vulkanisat karpet karet dengan sulfur 2,5 phr, nilai swelling rendah. Vulkanisat karpet karet dari campuran RSS/butyl dengan sulfur 2,5 phr mempunyai sifat fisika dan ketahanan ozon kurang baik.</p> | Karet | |
35 | Pengembangan Bahan Thermoplastik Elastomer (TPE) Berbasis Poli Propilen untuk Komponen Otomotif Ramah Lingkungan | 2014 | Ir. Syakir Hasyimi., M.Si (Koordinator) Ir. Dwi Wahini Nurhajati., M.Eng (Peneliti Utama) Ir. Nursamsi Sarengat (Peneliti) Dra. Supraptiningsih, M.Si (Peneliti) | <p align="justify" style="text-align:justify;" class="MsoNormal">Penelitian pembuatan thermoplastic elastomer (blend NBR/PVC) untuk selang kompor LPG bertujuan memperoleh teknologi proses pembuatan selang kompor LPG dari campuran NBR dan PVC baik menggunakan<span> </span>DOP maupun MACO (maleated castor oil) sebagai pemlastis, mempelajari pengaruh paparan LPG terhadap campuran NBR/PVC dan mengetahui kinerja MACO pada campuran<span> </span>NBR/PVC.</p> <p align="justify" style="text-align:justify;" class="MsoNormal">MACO merupakan pemlastis berbasis bio yang dibuat dengan mereaksikan castor oil (CO) dan maleat anhidrat (MAH) dengan bantuan pelarut xilena. Pembuatan MACO dilakukan dengan memvariasikan perbandingan CO dan xilena yaitu 1:0; 1:0,5; 1:0,6 dan 1:0,75 dengan perbandingan CO:MAH sebesar 3:1 bagian. Disamping itu dilakukan juga variasi jumlah MAH (1,5:2,0 dan 3 bagian). Monitoring produk MACO dilakukan dengan mengukur angka asam pada interval tertentu, Karakterisasi MACO dilakukan melalui pengujian dengan FTIR dan NMR (<sup>13</sup>C- dan <sup>1</sup>H-NMR). Kinerja MACO yang dihasilkan dilihat dari aplikasinya pada kompon NBR/PVC. </p> <p align="justify" style="text-align:justify;" class="MsoNormal">Campuran NBR/PVC dibuat<span> </span>menggunakan two roll mill dengan memvariasikan jumlah PVC ( 0. 10, 20, 30, dan 40 phr ) untuk masing-masing jenis pemlastis (DOP, MACO dan DOP/MACO). Kematangan kompon diuji menggunakan moving die rheometer (MDR) pada suhu 180<sup>o</sup>C dan divulkanisasi menggunakan mesin kempa hidrolik pada suhu yang sama dan tekanan 150 kg/cm<sup>2</sup>. Pengujian kompon meliputi sifat fisis sesuai persyaratan pada SNI 7213:2014 ditambah dengan parameter kuat sobek. Karakterisasi morfologi dan analisa ternal menggunakan TG/DTA dan DSC. Produk selang kompor LPG dibuat bekerja sama dengan PT.Delta Jaya Mas, Gresik, Jawa Timur yang merupakan salah satu produsen selang karet untuk kompor LPG. Produk selang LPG dibuat dengan komposisi NBR/PVC 80/20 dan 50/50 bagian menggunakan pemlastis DOP dan DOP/MACO, Uji bakar dilakukan mengacu SNI 06-7213-2006 Amd-2008.</p> <p align="justify" style="text-align:justify;" class="MsoNormal">Sifat fisis NBR/PVC hasil penmelitian secara umum memenuhi persyaratan mutu pada SNI 7213:2014. Kompon dengan pemlastis MACO memberikan sifat fisis lebih rendah dari pada dengan DOP, namun memiliki ketahanan ozon yang baik. Penggunaan pemlastis ganda (DOP/MACO) memberikan nilai yang sebanding dengan hanya pemlastis DOP dengan jumlah yang lebih banyak. Untuk meningkatkan kinerja MACO sebagai pemlastis perlu dikembangkan penelitian lebih lanjut agar dapat menggantikan pemlastis berbasis turunan minyak bumi.</p> | Plastik | |
36 | Peningkatan Kompon Ban Motor Vulkanisir Sesuai Persyaratan SNI | 2014 | Ir. Syakir Hasyimi., M.Si (Koordinator) Ir. Herminiwati., MP (Peneliti Utama) Muhammad Sholeh, M.Eng (Peneliti) Ike Setyorini, S.T (Peneliti) | <p style="text-align:justify;" class="MsoNormal">Penelitian ini dilakukan dalam rangka menunjang SNI wajib yang akan diterapkan untuk ban motor vulkanisir. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan formula kompon telapak ban motor dan lem terbaik untuk diaplikasian dalam pembuatan ban motor vulkanisir sehingga diharapkan diperoleh ban motor vulkanisir yang memenuhi persyaratan SNI. Sebagai pembanding formula terbaik dibandingkan dengan kompon telapak ban dan lem dari pasaran.<span style="font-size:10pt;line-height:115%;"></span></p> <p style="text-align:justify;" class="MsoNormal">Kompon telapak ban motor terbaik diperoleh pada formula dengan perbandingan karet alam-karet sintetik 70 : 30 dengan filer N 330, sedangkan dengan filer N 550 pada perbandingan karet alam-karet sintetik 80 : 20. Formula lem terbaik diperoleh pada tackifer siongka dengan kadar padatan 14%. Formula terbaik yang diaplikasikan dalam pembuatan ban motor vulkanisir secara proses panas dapat memenuhi persyaratan SNI 0101 : 2012 tentang ban sepeda motor. Pembuatan motor vulkanisir mempunyai prospek ekonomi yang baik.</p> | Karet | |
37 | Finishing Kulit Reptil dengan Berbagai Tipe Finish | 2014 | Ir. Niken Karsiati (Koordinator) Ir. Emiliana Kasmudjiastuti (Peneliti Utama) Sri Sutyasmi, B.Sc., S. T. (Peneliti) Rihastiwi Setiya Murti, S.Si. (Peneliti) | <p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align:justify;">Kulit biawak dan ular merupakan kulit<em> exotic</em> karena memiliki rajah yang unik, oleh karena itu dalam proses finishingnya rajah asli dari binatang tersebut perlu dipertahankan agar tampak alami. Untuk memberikan kesan alami maka tipe finish yang digunakan diantaranya natural, aniline dan semi anilin. Tujuan penelitian<span> </span>ini adalah untuk memperoleh kulit jadi<span> </span>(<em>finished leather</em>) dari<span> </span>kulit reptil (kulit biawak dan ular) dengan berbagai tipe finish yang mempunyai pegangan dan penampilan yang natural<span> </span>(<em>natural feeling and appearance</em>). Dalam penelitian ini variasi yang dilakukan meliputi variasi jenis penyamakan (nabati dan krom) dan variasi tipe finish (natural, anilin, semi aniline dan two tone) dengan penggunaan bahan finishing yang bervariasi. Uji yang dilakukan yang terkait dengan finishing kulit yaitu uji ketahanan gosok cat, kekuatan rekat cat tutup dan organoleptis dan didukung dengan uji fisik yaitu kekuatan tarik dan kemuluran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil <span> </span>yang terbaik untuk kulit biawak samak nabati adalah menggunakan tipe finish natural dengan casein powder dan kulit biawak samak krom tipe finish aniline dengan binder protein. Hasil uji tersebut memenuhi persyaratan SNI 06-4362-1996, Kulit biawak untuk atasan sepatu.Untuk kulit ular samak nabati tipe finish natural dengan binder protein dan kulit ular samak krom tipe finish aniline dengan binder protein. Hasil uji tersebut juga memenuhi persyaratan SNI 06-4586-1998, Kulit jadi dari kulit ular air tawar samak krom.</p> | Kulit | |
38 | Pembuatan Isolator Plastik Alat Rumah Tangga (Cookware) | 2014 | Ir. Titik Purwati Widowati., MP (Koordinator) Dra. Supraptiningsih., M.Si (Peneliti Utama) Ir. Sugihartono, M.S (Peneliti) Muhammad Sholeh, M.Eng (Peneliti) | - | Plastik | |
39 | RANCANG BANGUN KOLOM ADSORPSI UNTUK EFFLUENT IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN ADSORBEN ABU TERBANG BAGAS | 2013 | Sri Waskito, B.Sc., SE Riahastiwi Setiya Murti, S.Si Christiana Maria Herry Purwanti, ST R. Jaka Susila, B.Sc, ST | <p class="MsoNormal"><span>Perekayasaan alat ini bertujuan untuk membuat unit kolom adsorpsi pada proses tersier IPAL industry penyamakan kulit untuk menurunkan kadar amoniak. Perancangan ini menggunakan 4 (empat) kolom adsorbsi yang masing-masing berisi material penyerap polutan yang terdiri dari zeolite, arang batok kelapa dan abu terbang bagas. Adapun kolom yang dibuat mempunyai spesifikasi sebagai berikut : Tinggi kolom = 150 cm, diameter kolom 30,48 cm, material pralon P VC, tipe kolom portabel, effluent IPL NH<sub>3</sub> = 10-35 mg/L NH<sub>3</sub>. Uji kinerja telah dilakukan dengan pengecekan kebocoran dan pengaturan debit 6 liter/menit dan 4 liter/menit. Kegiatan rancang bangun kolom adsorpsi untuk effluent IPAL Industri penyamakan kulit menggunakan abu terbang bagas telah menghasilkan 1 (satu) unit kolom adsorpsi yang mampu mereduksi warna limbah dari coklat kehijauan menjadi bening tidak berwarna. Efisiensi total kolom adsorpsi didapat 98,04%. <br /></span></p> | Limbah | |
40 | PEMBUATAN KULIT JAKET RAMAH LINGKUNGAN MENGGUNAKAN BAHAN PENYAMAK NABATI | 2013 | Sri Waskito BSc. SE (Koordinator) Drs. Ir. Prayitno Apt,MSc (Peneliti Utama) | <span>Penelitian pembuatan kulit jaket ramah lingkungan dilakukan dengan menggantikan bahan penyamak khrom yang pada umumnya dilakukan untuk penyamakan kulit untuk saat ini dengan menggantikan dengan bahan penyamak yang akrab lingkungan. Dalam penelitian ini digunakan bahan samak nabati, salah satu kekurang bahan penyamak nabati dibanding dengan bahan penyamak khrom adalah sifat elaksitas dan kelemasan dari kulit yang dhasilkan. Untuk memperbaiki kekurangan ini maka perlu dicari bahan pembantu penyamak yang dapat memperbaiki sifat elastisitas dan kelamasan kulit jadi yang dihasilkan, dalam penelitian ini digunakan kombinasi minyak sintetis dan minyak alami. Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini berupa kulit pickle domba setelah dilakukan pencucian berturut-turut direbating, bleaching, direpikcle baru dilakukan penyamakan dengan auxilary tanning dan bahan penyamak nabati Mimosa. Mimosa digunakan dalam proses penyamakan sebesar 20% dari berat kulit pickle, dengan lama pemutaran drum sekitar 4 jam 30 menit, didiamkan semalam dan dilakukan pengecekan terhadap suhu kerut, suhu kerut dikehendaki diatas </span>75°C<span>, bila suhu kerut belum tercapai dilakukan penambahan bahan penyamak Mimosa dan dilakukan pemutaran sampai suhu kerut tercapai yang menandakan kulit sudah masak. Kemudian dilakukan shaving untuk mendapatkan ketebalan sampai 0,6 mm baru di wetting back, striping dan netralisasi. Proses selanjutnya adalah retanning dengan menggunakan bahan retanning dari turunan formaldehyde dan jenis polymeric retanning agent. Dilakukan dengan proses peminyakan dengan konsentrasi minyak yang divariasi 13% kombinasi 18% minyak sintetis dan 5% minyak alami; 14% kombinasi 6,5% minyak sintetis dan 7,5% minyak alami; 15% kombinasi 5% minyak sintetis dan 10% minyak alami; 16% kombinasi 3,5% minyak sintetis dan 12,5% minyak alami; 17% kombinasi 2% minyak sintetik dan 15% minyak sintetis. Dilanjutkan dying dan fixsasi, setelah ageing semalam dan dikeringkan dilakukan finishing. Hasil percobaan kemudian dilakukan pengujian organoleptis maupun fisis sesuai SIN 4593 – 2011, kulit jaket domba/kambing. Hasil uji selanjutnya dianalisis statistik yaitu dengan analisis variance untuk menentukan angka F dilanjutkan dengan analisa LSD, dengan menggunakan taraf kepercayaan 95%. Dari hasil analisa statistic diketahui dengan bahan penyamak Mimosa 20, dan fatliquoring 15% dengan kombinasi minyak sinthetis 6,5% dan minyak alami 8,5% menghasilkan kulit jaket yang memenuhi persyaratan SNI.</span> | Kulit |