# | Judul | Tahun | Pelaksana | Abstrak | Kategori | |
---|---|---|---|---|---|---|
241 | Pembuatan Karet Tromol untuk Kendaraan Bermotor Roda Dua | 2015 | Ir. Arum Yuniari Ir. Dwi Wahini Nurhajati, M.Eng Ike Setyorini, ST Hesty Eka Mayasari, ST | <p align="justify" class="MsoNormal" style="margin-top:0in;margin-right:.75in;margin-bottom:.0001pt;margin-left:21pt;text-align:justify;line-height:98%;"><span>Penelitian pembuatan karet tromol kendaraan bermotor roda dua bertujuan mendapatkan formulasi dan hasil uji yang memenuhi persyaratan teknis perusahaan. Bahan baku yang digunakan untuk membuat karet tromol adalah EPDM dan campuran EPDM/NR. Vulkanisat karet tromol dari bahan EPDM dibuat dengan variasi bahan pengisi carbon black 50 phr; 60 phr dan 70 phr. Sistem vulkanisasi yang digunakan ada 3 (tiga) yaitu: SEV, EV dan CV. Adapun vulkanisat karet tromol yang dibuat dari campuran EPDM dan karet alam dibuat dengan variasi bahan baku EPDM/NR sebagai berikut: 80/20 phr; 70/30 phr; 60/40 phr; 50/50 phr dan 40/60 phr. Bahan pengisi carbon black dibuat tetap yaitu 70 phr. Proses komponding menggunakan alat two roll mill. Proses komponding untuk kompon EPDM dan NR menggunakan metode kutativ. Proses vulkanisasi dengan alat hydraulic press tekanan 150 kg/cm 2. Pengujian yang diamati meliputi tegangan putus dan perpanjangan putus awal dan sesudah aging, ketahanan sobek awal dan sesudah aging, kekerasan awal dan sesudah aging, compression set suhu swelling, ketahanan kikis, SEM danTG/DTA. Hasil uji menunjukkan bahwa vulkanisat karet tromol bahan EPDM dengan bahan pengisi carbon black 70 phr di proses dengan sistem vulkanisasi EV memenuhi persyaratan teknis perusahaan. </span></p> | Karet | |
242 | Pencetakan Toe Cap Sepatu Pengaman dari Plastik Menggunakan Mesin Cetak Injeksi | 2015 | Ir. Dwi Wahini Nurhajati, M.Eng Ir. Arum Yuniari Hardjaka, M.Sn Ihda Novia Indrajati, MT | <p align="justify" style="margin-top:0in;margin-right:68pt;margin-bottom:.0001pt;margin-left:21pt;text-align:justify;line-height:normal;" class="MsoNormal"><span>Kegiatan penelitian “Pencetakan Toe Cap sepatu Injeksi” dilakukan dengan tujuan mendapatkan kondisi pencetakan yang optimum. Bahan <span> </span>yang digunakan dalam penelitian ini adalah komposit hasil penelitian BBKKP tahun 2013 yang dikomposisi dari resin acrylonitrile butadiene styrene (ABS), resin poli karbonat (PC) dan bahan pengisi nano precipitated calcium carbonate (NPCC) dengan perbandingan ABS/PC/NPCC: 90/10/2,5 dan juga aditif. Selain itu sebagai pembanding juga dicoba membuat toe cap dari poli paduan ABS/PC tanpa nanofiller dengan perbandingan ABS/PC 25/75, juga dicoba membuat toecap dari ABS murni dan PC murni. Pencetakan toe cap menggunakan mesin cetak injeksi (injection molding) merek Komatsu 80T dengan parameter yang diteliti adalah penyetelan (setting) suhu dan tekanan injeksi. Kondisi proses pencetakan komposit BBKKP yang optimum pada setting suhu barrel 215ºC (zone 4 atau feeding zone), 225ºC (zone 3), 230ºC (zone 2) dan 235ºC (zone 1 atau metering zone), dan tekanan injeksi 109 MPa (detik 1), 105 MPa (detik 2), dan 101 MPa (detik 3) suhu nozzle 177 ºC menghasilkan toe cap yang penuh. Hasil uji menunjukkan bahwa hasil uji panjang sisi dalam pengeras depan semua toe cap yang dibuat memenuhi SNI sepatu pengaman namun untuk uji ketahanan pukul dengan enerji 200J toe cap yang diuji berdasarkan EN 12568 untuk toe cap yang dibuat dari komposit BBKKP yang dikomposisi dari ABS/PC/NPCC dan toe cap dari bahan ABS pecah, sedangkan dari bahan PC dan polipaduan ABS/PC retak. Hasil uji ketahanan terhadap tekanan dengan beban 15 kN dari toe cap plastik yang dibuat dari komposit BBKKP retak sedangkan toe cap dari bahan ABS, PC dan polipaduan ABS/PC tidak retak. </span></p> | Plastik | |
243 | Rekayasa Alat Pencacah Kulit untuk Persiapan Contoh Uji Kimiawi | 2015 | R. Jaka Susila, B.Sc., ST Drs. Sugeng Tri Rahayu Setyo Utami, M.Eng Ismail Umamit, A.Md Suparti, A.Md Syaiful Harjanto, ST | <p align="justify" style="margin-top:0in;margin-right:0in;margin-bottom:.0001pt;margin-left:21pt;text-align:justify;line-height:111%;" class="MsoNormal"><span>Standar Nasional Indonesia (SNI) ISO 4044:2013 menetapkan metode persiapan contoh uji kulit untuk analisis kimiawi dan berlaku untuk semua jenis kulit. Sesuai SNI ISO 4044:2013 untuk proses persiapan contoh uji kimiawi kulit digiling dalam alat pencacah untuk membentuk kulit giling atau “serbuk persiapan kulit”contoh uji yang dilakukan secara manual menggunakan cutter/pisau dan gunting bisa memerlukan waktu sekitar 2-3 jam/contoh uji. Kegiatan rekayasa bertujuan untuk membuat rancang bangun dan perekayasaan mesin pencacah kulit untuk persiapan contoh uji kimiawi. </span></p> <p align="justify" style="margin-bottom:.0001pt;line-height:3pt;" class="MsoNormal"><span> </span></p> <p align="justify" style="margin-top:0in;margin-right:0in;margin-bottom:.0001pt;margin-left:21pt;text-align:justify;line-height:110%;" class="MsoNormal"><span>Pada kegiatan rekayasa ini telah dibuat satu unit alat pencacah kulit untuk persiapan contoh uji kimiawi dengan dua kali pemotongan, pemotongan awal dengan sistem pemotong susunan pisau disk dan pemotongan kedua oleh susunan pisau planar. Sistem penggerak menggunakan motor 1 phase, 1 HP. Uji coba alat dilakukan dengan bahan kulit ikan nila tebal 0,46 mm; kulit sapi tebal 1,55 mm; kulit atasan sepatu PDL tebal 2,4 mm. </span></p> | Rekayasa | |
244 | Pembuatan Komposit Plastik untuk Toe Cap Sepatu Pengaman | 2016 | Ir. Dwi Wahini Nurhajati, M.Eng Ir. Arum Yuniari Muhammad Sholeh, M.Eng Ihda Novia Indrajati, MT Ike Setyorini, ST Indiah Ratna Dewi, S.Si | <div align="justify">Toe cap merupakan bagian sepatu pengaman (safety shoes) yang berfungsi untuk melindungi pemakainya dari benda jatuh, sengatan listrik dan bahaya tempat kerja lainnya. Awalnya toe cap dibuat dari baja, namun dengan perkembangan teknologi sekarang sudah dijumpai toe caps dari plastik. Pada penelitian ini telah dibuat 7 formula komposit untuk toe cap sepatu pengaman berbahan dasar poli karbonat (PC) dan akrilonitril butadiena stiren baik yang diisi fiberglass maupun tidak. Pembuatan komposit plastik dilakukan menggunakan twin screw extruder pada suhu 230-260<span>ËšC</span><span style="font-size:11pt;line-height:115%;font-family:Calibri, 'sans-serif';"></span> dilanjutkan dengan proses pelletizing. Komposit plastik yang memenuhi persyaratan sepatu pengaman ISO 20345: 2011, Personal Protective Equipment-Safety Footwear dibuat dari PC/ABS 75/25 dan dicetak menjadi toe cap dengan mesin cetak injeksi pada kondisi proses suhu barrel 225-240<span>Ëš</span>C, suhu nozzle 120<span>Ëš</span>C, tekanan injeksi 58-65 bar dan tekanan holding<span> </span>60%. Hasil FTIR menunjukkan bahwa komposit yang dibuat tidak terdegradasi. Hasil SEM menunjukkan bahwa pencampuran plastik PC dan ABS serta bahan aditif lainnya homogen. Penambahan fiberglass ternyata menurunkan sifat ketahanan pukul komposit. Adanya fiber glass membuat komposit PC/ABS lebih amorf. Nilai 2-theta untuk komposit PC/ABS yang berisi fiber glass 15% lebih tinggi dari nilai 2-theta PC/ABS tanpa fibberglass. Toe cap hasil penelitian telah diuji coba penerapan pada pembuatan sepatu pengaman di 3 perusahaan sepatu yaitu di Mitra Batant Bandung, PT. Jaly Indonesia Utama Bogor dan di PT. Sumber Rejeki Agung Surabaya. </div> | Plastik | |
245 | Optimalisasi Pembuatan Thermoplastik Elastomer Berbasis Karet Alam untuk Komponen Otomotif | 2016 | Ihda Novia Indrajati, MT Ir. Dwi Wahini Nurhajati, M.Eng Dr. Sc. Bidhari Pidhatika, ST, M.Sc Indiah Ratna Dewi, S.Si | <div align="justify">Thermoplastic elastomer (TPE) merupakan campuran antara termoplastik dan elastomer (karet), mempunyai sifat elastis seperti karet dan mampu diproses seperti material termoplastik. TPE yang dibuat berbasis karet alam (NR) dikenal sebagai TPNR. Penelitian ini bertujuan memperoleh formulasi dan teknologi proses TPE berbasis karet alam dan polipropilena dengan pemlastis maleated castor oil (MACO) dan penguat microfibrillar cellulose (MFC) yang dibuat dari serat daun nanas (PALF). TPE yang dihasilkan akan diaplikasikan untuk komponen otomotif. MACO disintesa dengan mereaksikan castor oil (CO) dengan maleat anhidrat (MAH) dengan bantuan xilena sebagai pelarut yang berfungsi sebagai selimut sistem. MFC dibuat dari serat daun nanas (PALF) produksi Subang, Jawa Barat. Perlakuan bertingkat dilakukan untuk memperoleh MFC dari PALF, meliputi pengecilan ukuran (grinding), perlakuan alkali, delignifikasi (bleaching), hidrolisa dengan asam sulfat 20% v/v dan perlakuan mekanik menggunakan ball mill dalam suasana asam (asam asetat glasial 1% v/v). TPE dibuat dengan metode vulkanisasi dinamik. Kompon NR dibuat secara terpisah menggunakan two roll mill. Akselerator yang digunakan dalam kompon NR divariasikan dengan basis MBTS, MBTS/DPG, CBS dan CBS/DPG. Pencampuran resin PP dengan kompon NR dilakukan dengan internal mixer Rheomix Polylab OS 3000. Proses pencampuran diawali dengan pencampuran PP dan MFC dan diikuti dengan kompon NR. Hasil menunjukkan bahwa MFC meningkatkan kekuatan sobek TPE, namun menurunkan tegangan putus dan perpanjangan putus. TPE yang dihasilkan bersifat semi kristalin, dimana adanya gaya tarik (tensile) menyebabkan sifat kristalin PP muncul. Titik leleh TPE sedikit lebih rendah daripada resin PP. Melt flow index (MFI) sampel TPE berkisar antara 3-9 g/10 menit, dimana penambahan serat menurunkan MFI. Produk komponen otomotif dibuat menggunakan proses cetak tekan. Sifat alir TPE kurang baik sehingga produk yang dihasilkan kurang sempurna. </div> | Karet | |
246 | Pembuatan Oil Seal Shock Absorber | 2016 | Ir. Arum Yuniari Ike Setyorini, S.T. Dwi Ningsih, S.T. Hesty Eka Mayasari, S.T. | <div align="justify">Shock absorber merupakan part otomotif yang sangat penting dalam mendukung kenyamanan berkendara. Salah satu bagian dalam part shock absorber adalah oil seal shock absorber. Fungsi dari oil seal tersebut adalah untuk meredam kejutan atau getaran akibat kondisi jalan yang tidak rata untuk memberikan kenyamanan bagi pengendara. Kondisi saat ini oil seal shock absorber yang diproduksi mudah aus dan rusak. Beberapa keluhan konsumen tentang oil seal shock absorber adalah mudah mengeras, mudah aus, mudah sobek, tidak tahan oli dan suhu tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan formulasi oil seals shock absorber tahan oli dan tahan panas serta mempelajari teknologi proses pembuatan oil seal shock absorber. Bahan baku yang digunakan untuk membuat oil seal shock absorber adalah Nitrile Butadiene Rubber (NBR) dan campuran NR/NBR sebagai bahan pengisi digunakan 2 (dua) jenis carbon black (CB) berdasarkan ukuran partikel yaitu N 330 dan N774. Proses pembuatan komposit menggunakan alat two roll mill dan proses pencetakan produk dengan mesin hydraulic press pada suhu 150ºC dan tekanan 150 kg/cm2. Pengujian komposit dilakukan berdasarkan sifat mekanik dan kimia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa oil seals shock absorber yang dibuat dari komposit NBR dengan bahan pengisi campuran N330/N774 mempunyai sifat mekanik unggul dan sifat ketahanan oli lebih baik dari produk oil seals shock absorber yang diperoleh dari pasaran. Sifat mekanik vulkanisat oil seals shock sabsorber dari campuran NR/NBR mengalami penurunan bila dibandingkan vulkanisat dari bahan NBR. </div> | Karet | |
247 | Pembuatan Sepatu Pengaman dengan Pre Moulded Insole dan Komposit Toe Cap | 2016 | Tri Kanthi Rokhmadianto, S.Sn Hardjaka, A.Md Haris Nur Salam, A.Md, S. Pd Teguh Martianto, S.Si, M.T. Endang Susiani, S.T | <div align="justify">Sepatu pengaman adalah salah satu Alat Pelindung Diri yang harus dipakai seseorang ketika bekerja guna menghindari resiko kecelakaan. Sepatu pengaman bukan sekedar sebagi pelindung diri saja, tetapi dengan memakai sepatu pengaman sipemakai akan lebih leluasa bergerak hingga dapat meningkatkan efektivitas dalam bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sepatu pengaman dengan konstruksi pre mold insole dan composite toe cap yang nyaman dipakai. Sepatu pengaman yang tidak mempertimbangkan kenyamanan pakai akan mengganggu kenyamanan kaki saat beraktivitas. Hal ini dapat timbul dari konstruksi dan bahan yang dipakai dalam pembuatan sepatu. Untuk itu perlu dianalisa teknik produksi pembuatan sepatu pengaman dan sekaligus mencari fitting kaki untuk sepatu pengaman ini, yang mana dari hasil analisa tersebut dapat digunakan sebagai dasar dalam pembuatan sepatu pengaman dengan pre-molded insole dan komposit toe cap. </div> | Alas Kaki | |
248 | Rekayasa alat peregang (stretcher) sepatu | 2016 | Tri Rahayu Setyo Utami, M.Eng Supriyadi, SE Ismail Umamit, A.Md Syaiful Harjanto, ST | <div align="justify">Sepatu adalah alat untuk menutupi atau sebagai alas kakiyang terbuat dari kulit maupun kain. Variabel yang menentukan kenyamanan pemakaian sepatu adalah lingkar gemur, lingkar gemuk, dan lingkar tumit. Jika ukuran ketiga lingkar ini sesuai dengan ukuran pemakai maka sepatu nyaman dipakai. Kulit mempunyai sifat lentur sehingga kulit atasan sepatu bisa diregangkan/ dilonggarkan sampai ukuran lingkar gemur, gemuk dan tumit sesuai ukuran lingkar pengguna dengan menggunakan alat peregang (<em>stretcher</em>) sepatu. Alat peregang (<em>stretcher</em>) sepatu yang ada di Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik (BBKKP) tidak dilengkapi dengan indikator pengukuran sehingga peregangan yang dilakukan tidak terukur. Hal ini menyebabkan proses peregangan terkadang tidak sesuai yang diharapkan. Oleh karena itu perlu dilakukan kegiatan rekayasa alat peregang (<em>stretcher</em>) sepatu untuk penyempurnaan alat yang sudah ada.<br /><br /> Rekayasa Alat Peregang (<em>stretcher</em>) Sepatu telah menghasilkan satu unit prototype alat peregang sepatu mekanis tanpa pemanas dengan spesifikasi jumlah pergang dua (kanan dan kiri), ukuran acuan peregang untuk sepatu laki-laki dan wanita ukuran 36 s.d 42, dilengkapi fitur tambahan berupa tiang alat bantu pengopenan (<em>lasting</em>). </div> | Rekayasa | |
249 | Pengembangan Penyamakan Kulit Ramah Lingkungan (Bebas Khrom) dengan Bahan Penyamak Nabati untuk Kulit Bagian Atas Sepatu (Shoe Upper) | 2016 | Ir. Emiliana Kasmudjiastuti Dr. Sc. Bidhari Pidhatika, ST, M.Sc Iwan Fajar Pahlawan, S.Pt Gresy Griyanitasari, S.Pt | <div align="justify">Penyamakan menggunakan chrome (III) disinyalir akan terbentuk chrome (VI) bersifat karsinogenik yang dapat membahayakan kesehatan manusia (tidak ramah lingkungan). Penyamakan nabati dianggap sebagai pilihan ramah lingkungan (bebas krom) yang cocok untuk menggantikan penyamakan krom. Namun, penyamakan nabati memiliki beberapa kekurangan karena stabilitas terhadap panas rendah disbanding samak krom. Oleh karena itu perlu kombinasi bahan penyamak nabati dengan Aluminium, yang diharapkan akan<span> </span>menghasilkan kulit dengan stabilitas hidrotermal yang tinggi (suhu kerut meningkat).<br /><br /> Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh jenis dan kadar bahan penyamak nabati (Mimosa, Chesnut dan Quebracho) dan jumlah aluminium terhadap peningkatan suhu kerut<span> </span>kulit<span> </span>tersamak dan mengetahui kualitas kulit<span> </span>bagian atas sepatu dari kulit sapi. Variasi dilakukan terhadap jenis bahan penyamak (Mimosa, Chesnut dan Quebracho), kadar bahan penyamak (15, 20, 25%) dan<span> </span>kadar Alum (3, 6 dan 9%), sehingga jumlah perlakuan yang dilakukan pada penelitian ini adalah 28 termasuk kontrol.<br /><br /> Pengujian yang dilakukan meliputi uji kimia (kadar nitrogen, kadar zat kulit mentah, kadar tanin terikat dan derajat penyamakan); uji fisis (suhu kerut, tebal, kekuatan sobek, ketahanan gosok cat, kekuatan tarik, kemuluran, ketahanan bengkuk, ketahanan letup, penyerapan air dan WVP, SEM, dan DSC.<br /><br /> Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan Alum (tawas) setelah penyamakan baik menggunakan<span> </span>bahan penyamak<span> </span>Mimosa, Quebracho,<span> </span>maupun Chesnut ternyata mampu menaikkan suhu kerut, meskipun Aluminium yang digunakan bukan Aluminium Sulfat yang di ligand dengan asam tartrat dan asam sitrat. Perlakuan optimal pada penelitian ini adalah penggunaan 20% Mimosa + 3%Alum, dengan<span> </span>hasil sebagai berikut: suhu kerut 95,67 ºC (konvensional) dan 115 ºC (menggunakan alat DSC); derajat penyamakan 55,89%; tebal 55,89 mm; kekuatan sobek 45,46kg/cm; ketahanan gosok cat 4/5 (kering,basah); penyerapan air 79,01 dan 84,51% (2 jam dan 24 jam); ketahanan letup 1708,68 Psi; kekuatan tarik<span> </span>179,45 kg/cm2 ; kemuluran<span> </span>50,81 %; ketahanan bengkuk : nerf dan cat tidak retak; WVP 6,18 mg/cm2.jam. Pengamatan secara mikroskopi menggunakan SEM, menunjukkan bahwa struktur jaringan yang tadinya berongga menjadi kompak, setelah penambahan Alum (tawas). </div> | Kulit | |
250 | Pengembangan Pembuatan V-Belt Motor Matik | 2016 | Indiah Ratna Dewi, S.Si Ir. Herminiwati Ir. Arum Yuniari Muhammad Sholeh, M.Eng Noor Maryam Setyadewi, S.T., M.T. | <div align="justify">Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya yang telah berhasil melakukan karakterisasi produk V-Belt di pasar, dan melakukan optimasi kompon compression rubber. Compression rubber adalah bagian karet yang langsung berhubungan dengan pulley penggerak roda. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki sifat rheologi kompon compression rubber v-belt serta kelekatan serat pada matriks karet, optimasi kompon upper rubber, dan melakukan pencetakan produk v-belt dengan formula terbaik hasil penelitian.<br /><br /> Sifat rheologi kompon compression rubber diperbaiki dengan mengubah jenis dan jumlah akselerator, yaitu menggunakan akselerator tunggal CBS sebanyak 1,2 phr sehingga memiliki keselamatan proses yang lebih baik. Perbaikan serat dilakukan dengan menambah perlakuan kimia terhadap serat, yaitu proses hidrolisis dan modifikasi peroksida terhada serat hasil penelitian sebelumnya yang telah mengalami proses delignifikasi dan ekstraksi. Perlakuan serat ini mampu memperoleh serat berukuran mikro (sekitar 10-15 μm) dengan kadar selulosa sebesar 80%. Kompon compression rubber menggunakan gabungan karet sintetis dan karet alam CR/RSS I: 70/30 phr, bahan pengisi serat gebang 20 phr dan carbon black N330 sebanyak 40 phr, N550 sebanyak 35 phr, dan bahan aditif lainnya.<br /><br /> Kompon upper rubber telah berhasil dioptimasi dari formula dasar penelitian sebelumnya, menggunakan gabungan karet sintetis dan karet alam CR/RSS I: 70/30 phr, carbon black N330 sebanyak 30 phr, N550 sebanyak 30 phr, dan bahan aditif lainnya, tanpa menambahkan serat gebang. Pencetakan produk v-belt telah dilakukan dengan kerjasama antara BBKKP dengan PT. Bando Indonesia. Tahapan pecetakan produk meliputi tahap komponding menggunakan mini kneader, sheeting kompon hingga mencapai ukuran ± 0,3 cm, building, curing, v-cutting, home base cutting, dan finishing. Produk v-belt hasil penelitian juga telah diuji sesuai dengan standar JASO E-107 dan hasilnya mampu memenuhi persyaratan JASO E-107 yang diujikan. Pengujian durabilitas tidak dapat dilakukan karena alat uji yang ada di PT. Bando Indonesia sedang dalam perbaikan. </div> | Karet | |
251 | Peningkatan kinerja flokulan gelatin kulit limbah melalui modifikasi dengan akrilamida untuk pengolahan limbah cair | 2016 | Ir. Sugihartono, MS Drs. Ir.Prayitno, Apt,M.Sc Sri Sutyasmi, B.Sc., ST. Noor Maryam Setyadewi, S.T., M.T. Dona Rahmawati, S.T.P. | <div align="justify">Kulit limbah pada industri penyamakan kulit merupakan masalah utama, apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan pencemaran lingkungan melalui udara, air dan tanah. Pengolahan kulit limbah menjadi gelatin merupakan upaya pemanfaatan kulit secara optimal yang memberi nilai tambah. Gelatin dapat digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk untuk pengolahan air dan air limbah. Aplikasi gelatin secara tunggal maupun kombinasi dengan flokulan lain dapat menekan derajad polutan limbah cair, namun kinerjanya masih perlu ditingkatkan. Mereaksikan gelatin dengan polimer lain yang memiliki kemampuan flokulasi tinggi sehingga menjadi flokulan hibrida, diduga mampu meningkatkan kinerja gelatin sebagai flokulan untuk pengolahan limbah cair.<br /><br /> Bahan yang digunakan untuk pembuatan flokulan hibrida terdiri atas gelatin A kulit limbah pikel sebagai back bone, akrilamida sebagai kopolimer, dan metilen bis-akrilamida sebagai crosslinker agent. Penelitian dilakukan secara bertahap yaitu pembuatan gelatin A secara in-situ, grafting atau kopolimerisasi, karakterisasi gelatin A dan flokulan hibrida, serta uji coba kinerja flokulan hibrida.<br /><br /> Pemisahan garam pada kulit pikel limbah menggunakan perbandingan air dengan kulit pikel sebesar 20 : 1 v/b, merupakan perlakuan optimum dalam memproduksi gelatin A menggunakan asam in-situ. Gelatin yang diperoleh memiliki sifat, rendemen paling tinggi yaitu 49,73%, kadar air 8,57%, abu 2,68%, protein 80,74%, lemak 0,29%, energi 358,67 kal/100g, derajat keasaman (pH) 2,92; dan serat kasar 3,01%.<br /><br /> Grafting atau cangkok silang antara gelatin A dengan akrilamid dan metilen bis-akrilamida menggunkan reaktor microwave, menghasilkan produk/material baru yang berupa gelatin-g-akrilamida. Gelatin-g-akrilamida yang memiliki daya serap air paling besar adalah yang diproses dengan komposisi gelatin 2 g : akrilamida 4 g : metilen bis-akrilamida 0,1g yaitu sebesar 484%., dan yang paling kecil adalah yang komposisinya gelatin 2 g : akrilamida 4 g : metilen bis-akrilamida 0,2g<span> </span>yaitu sebesar 254%.<br /><br /> Flokulan gelatin-g-akrilamid mampu meningkatkan kinerja flokulan gelatin dalam hal menurunkan, TDS, COD, dan<span> </span>kekeruhan limbah cair. Peningkatan kinerja terjadi pada perlakuan A3B1 (akrilamida 8 g : metilen bis-akrilamida 0,1g)<span> </span>yaitu mampu mereduksi TDS<span> </span>1,6 kali dan COD 10,6 kali lipat dari flokulan gelatin. Perlakuan A2B2 (akrilamida 6 g : metilen bis-akrilamida 0,2g) kinerjanya meningkat 98,3% dari kinerja flokulan gelatin dalam mereduksi kekeruhan limbah. Akan tetapi kinerja flokulan gelatin-g-akrilamid lebih rendah dari pada kinerja flokulan gelatin dalam hal mereduksi krom heksavalen. </div> | Limbah | |
252 | Pembuatan Serbuk Lateks dengan Metode Spray Drying | 2016 | Muhammad Sholeh, M.Eng Dr. Sc. Bidhari Pidhatika, ST, M.Sc Rangga Kistiwoyo, S.T. Endang Susiani, S.T. Hesty Eka Mayasari, S.T. | <div align="justify">Karet memiliki peranan penting bagi Indonesia, antara lain sebagai sumber pendapatan dan lapangan kerja penduduk, sumber devisa negara dari ekspor non- migas. Lateks pekat yang berasal dari karet alam dapat ditingkatkan penggunaannya dengan cara mengembangkan industri hilir berbahan baku lateks. Pengembangan industri hilir berbahan baku lateks salah satunya adalah dengan rekayasa proses pembuatan serbuk lateks sebagai bahan baku untuk berbagai industri barang jadi karet. Serbuk lateks diharapkan akan memiliki sifat yang lebih stabil dibandingkan dengan lateks dalam bentuk cair. Karena selama ini lateks dalam bentuk cair memerlukan penambahan bahan pengawet amonia untuk menjaga kestabilan sistem koloid lateks. Sehingga lateks dalam bentuk serbuk akan memudahkan dalam hal pengangkutan, penyimpanan, dan handling.<br /><br /> Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar dan jenis partitioning agent untuk proses pembuatan serbuk lateks dan mencari kondisi optimum proses pembuatan serbuk lateks.<span> </span>Suspensi Lateks yang telah ditambah aditif berupa partitioning agent dipompa dari wadah menggunakan tenaga pneumatik udara dari kompresor, lalu disemprotkan membentuk kabut dari bagian atas drum pengering. Udara pengering dipompa dari kompresor dengan kecepatan tertentu melalui heater sampai menjadi suhu tertentu lalu dihembuskan dari bagian atas drum pengering. Kabut suspensi lateks bertemu dengan udara pengering mengakibatkan terjadinya penguapan yang cepat air dan amoniak dari lateks, menghasilkan serbuk lateks jatuh ke bagian bawah drum pengering. Serbuk halus lateks terbawa ke siklon untuk dipisahkan dari udara pengering.<br /><br /> Penyemprotan lateks dengan partitioning agent nano silika atau deterjen ke dalam dryer pada suhu 100-105oC menghasilkan campuran serbuk dan granul lateks. Bagian yang berbentuk serbuk berdiameter < 0,1 mm. Kinerja dryer masih perlu ditingkatkan dengan cara memperbaiki Kompresor 10 hp, menyempurnakan isolasi, menambah heater di udara penyemprot , dan mencoba mengurangi jumlah baffle di pemanas. </div> | Karet | |
253 | Penelitian Pengelolaan Limbah Cair Industri Karet Brown Crepe | 2016 | Sri Sutyasmi, B.Sc., S.T. Ir. Nursamsi Sarengat Rambat,S.Si, M.Sc Ike Setyorini, S.T. | <div align="justify">Industri karet brown crepe umumnya belum ada pengolahan limbah cair atau ada pengolahan limbah namun tidak berfungsi karena hanya lewat, padahal masih sangat kotor dan bau. Karakteristik limbah cair brown crepe menunjukkan bahwa limbah cair brown crepe masih perlu pengelolaan yang benar agar memenuhi baku mutu. Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi problem IPAL yang belum memadai/belum ada sehingga dapat dibuat contoh IPAL yang berfungsi secara efektif di Industri karet brown crepe sehingga dapat mengurangi dampak pencemaran limbah cair brown crepe. Percobaan yang dilakukan di laboratorium ada 3 yaitu percobaan 1 menggunakan cara pengendapan dengan alum dan polielectrolyte dilanjutkan dengan absorbsi arang tempurung kelapa, Percobaan 2 menggunakan sand filter (saringan pasir dengan absorben arang tempurung kelapa, carbon aktif dan zeolit. Percobaan 3 kombinasi dari percobaan 1 dan percobaan 2. Prototipe IPAL dibuat berdasarkan percobaan sebelumnya yang dilaksanakan di labotratorium.<span> </span>Hasil uji coba prototite IPAL brown crepe menunjukkan hasil yang memenuhi baku mutu kecuali pada parameter COD masih sedikit di atas baku mutu yang dipersyaratkan. </div> | Limbah | |
254 | PENANGANAN GAS BUANG PADA INDUSTRI BAN | 1996 | Ir. Kusumo Retno Winahyu M. Sri Wahyu B. SC Sofyan Karani B. Sc | <p class="MsoNormal" style="line-height:normal;"><span style="font-size:12pt;font-family:'Times New Roman';">Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas gas buang industri ban, penelitian di laksanakan pada dua pabrik ban dengan pengambilan contoh di tiga titik sampling yaitu; ruang udara ambient, ruang proses produksi (udara emisi) dan ruang penyimpanan bahan baku (gudang bahan baku). Parameter yang dianalisa adalah: oksidan, sulfur dioksida, hidrogen disufida, nitrogen dioksida, ammonia, debu dan kebisingan. Hasil penelitian pada udara ambient menunjukan bahwa analisa oksidan adalah 0,4144 ppm dan 1,6235 ppm > 0,1 ppm syarat baku mutu dan kebisingan adalah 73,0 dBA dan 81,0 dBA > 70 dBA syarat baku mutu, sedangkan hidrogen disulfida, nitrogen dioksida, ammonia dan debu memenuhi syarat baku mutu. Hasil penelitian pada udara ruang proses produksi menunjukan bahwa analisa oksidan adalah 0,3418 ppm dan 1,4670 ppm > 0,1 ppm syarat baku mutu<span> </span>sedangkan hidrogen disulfide, nitrogen dioksida, amonia debu dan kebisingan memenuhi syarat baku mutu. Hasil penelitian pada udara ruang bahan baku menunjukan bahwa analisa oksidan adalah 0,8840 ppm > 0,1 ppm syarat baku mutu, ammonia adalah 18,118 ppm dan 16,521 ppm > 2,0 syarat baku mutu, debu adalah 1,6880 mg/m</span><span></span><span style="font-size:12pt;font-family:'Times New Roman';"><span> </span>syarat baku mutu dan kebisingan adalah 81 dBA dan75 dBA > 70 dBA syarat baku mutu, sedangkan hidrogen disulfida dan nitrogen dioksida memenuhi syarat baku mutu. untuk parameter sulfur dioksida semua titik sampling tudak terdeteksi.</span></p> | Limbah | |
255 | PENELITIAN ISOLATOR KARET UNTUK PERALATAN DAPUR ( COOKWARE ) | 2013 | Muhammad Sholeh, M. Eng. Dra. Supraptiningsih,MSi Ir. Herminiwati, MP Ir. Arum Yuniari Ir.Sugihartono, MSi | <p class="MsoNormal"><span>Kegiatan in house research ini berjudul Penelitian Isolator Karet untuk Peralatan Dapur ( <em>cookware </em>). Tujuan penelitian ini adalah membuat formula isolator pegangan alat rumah tangga dari karet yang tahan panas. Penelitian ini dilakukan dengan membuat kompon karet skala laboratory. Dilakukan variasi pada jumlah limbah riklim yang digunakan dan jumlah sulfur. Bahan baku adalah bahan karet alam pale crepe dan karet sintetis SBR (<em>styrene butadiene rubber</em>). Bahan baku dan bahan pembantu ditimbang sesuai masing-masing formulasi. Pencampuran dilakukan dengan mesin kompending, kemudian dipress dengan mesin press. Kondisi pengepresan adalah suhu </span>150°C<span>, tekanan 170 MPa, dan waktu 120 menit. Pengujian yang dilakukan terhadap kompon hasil pra penelitian adalah uji perambatan panas, uji ketahanan panas, uji pengusangan kekerasan, dan uji specific grafity. Kompon hasil hasil pra penelitian memiliki sifat fisis Spgr 1,38 (kompon dengan riklim) dan 1,35 (kompon tampa riklim). Hasil uji perambatan panas menujukan nilai kenaikan panas </span>6°C<span> dalam waktu 180 menit (kompon dengan riklim), sedangkan kompon tanpa riklim menunjukan kenaikan </span>7°C<span>. kekerasan sebelum aging 91 shoreA dan sesudah aging 89 shore A (komponen dengan riklim), sedangkan kompon tanpa riklim mempunyai kekerasan sebelum aging 92 shore A dan sesudah aging 86 shore A.</span></p> | Karet | |
256 | PEMBUATAN KULIT JAKET RAMAH LINGKUNGAN MENGGUNAKAN BAHAN PENYAMAK NABATI | 2013 | Sri Waskito BSc. SE (Koordinator) Drs. Ir. Prayitno Apt,MSc (Peneliti Utama) | <span>Penelitian pembuatan kulit jaket ramah lingkungan dilakukan dengan menggantikan bahan penyamak khrom yang pada umumnya dilakukan untuk penyamakan kulit untuk saat ini dengan menggantikan dengan bahan penyamak yang akrab lingkungan. Dalam penelitian ini digunakan bahan samak nabati, salah satu kekurang bahan penyamak nabati dibanding dengan bahan penyamak khrom adalah sifat elaksitas dan kelemasan dari kulit yang dhasilkan. Untuk memperbaiki kekurangan ini maka perlu dicari bahan pembantu penyamak yang dapat memperbaiki sifat elastisitas dan kelamasan kulit jadi yang dihasilkan, dalam penelitian ini digunakan kombinasi minyak sintetis dan minyak alami. Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini berupa kulit pickle domba setelah dilakukan pencucian berturut-turut direbating, bleaching, direpikcle baru dilakukan penyamakan dengan auxilary tanning dan bahan penyamak nabati Mimosa. Mimosa digunakan dalam proses penyamakan sebesar 20% dari berat kulit pickle, dengan lama pemutaran drum sekitar 4 jam 30 menit, didiamkan semalam dan dilakukan pengecekan terhadap suhu kerut, suhu kerut dikehendaki diatas </span>75°C<span>, bila suhu kerut belum tercapai dilakukan penambahan bahan penyamak Mimosa dan dilakukan pemutaran sampai suhu kerut tercapai yang menandakan kulit sudah masak. Kemudian dilakukan shaving untuk mendapatkan ketebalan sampai 0,6 mm baru di wetting back, striping dan netralisasi. Proses selanjutnya adalah retanning dengan menggunakan bahan retanning dari turunan formaldehyde dan jenis polymeric retanning agent. Dilakukan dengan proses peminyakan dengan konsentrasi minyak yang divariasi 13% kombinasi 18% minyak sintetis dan 5% minyak alami; 14% kombinasi 6,5% minyak sintetis dan 7,5% minyak alami; 15% kombinasi 5% minyak sintetis dan 10% minyak alami; 16% kombinasi 3,5% minyak sintetis dan 12,5% minyak alami; 17% kombinasi 2% minyak sintetik dan 15% minyak sintetis. Dilanjutkan dying dan fixsasi, setelah ageing semalam dan dikeringkan dilakukan finishing. Hasil percobaan kemudian dilakukan pengujian organoleptis maupun fisis sesuai SIN 4593 – 2011, kulit jaket domba/kambing. Hasil uji selanjutnya dianalisis statistik yaitu dengan analisis variance untuk menentukan angka F dilanjutkan dengan analisa LSD, dengan menggunakan taraf kepercayaan 95%. Dari hasil analisa statistic diketahui dengan bahan penyamak Mimosa 20, dan fatliquoring 15% dengan kombinasi minyak sinthetis 6,5% dan minyak alami 8,5% menghasilkan kulit jaket yang memenuhi persyaratan SNI.</span> | Kulit | |
257 | PEMBUATAN KARET KOPLING ( RUBBER CLUTCH DUMPER ) DARI CAMPURAN KARET ALAM DAN EPDM | 2013 | Muhammad Sholeh, M.Eng (Koordinator) Ihda Novia Indrajati, MT (Peneliti Utama) | <p class="MsoNormal">Sepeda motor matic semakin diminati terbukti dengan permintaan yang semakin meningkat. Kebiasaan menggantung kecepatan pada saat bermanuver berimbas pada kerja kopling dan secara langsung berkaitan dengan karet peredam kopling (<em>rubber clutch dumper</em>) yang berfungsi sebagai bantalan alur mengembang dan menutupnya kampas kopling. Bila terkena panas berlebih maka material karet pada karet peredam menjadi mudah rusak. <br /></p> <p class="MsoNormal">Penelitian ini bertujuan untuk membuat karet peredam kopling dari campuran karet alam (NR) dan EPDM. Teknik pencampuran yang digunakan adalah modifikasi teknik reaktif, dimana kompon EPDM dan karet alam dibuat secara terpisah menggunakan <em>two roll mill</em>. Sebelum dicampur dengan kompon NR, terlebih dahulu kompon EPDM dipanaskan dengan waktu berbasis pada waktu scorchnya ( t<sub>s2 </sub>). Bahan-bahan yang digunakan adalah EPDM Kalten 4551A, pale crepe, ZnO, aflux 42, HAF black, GPF black, minyak jarak, paraffin wax, MBTS, ZDEC, sulfur, maleic anhydride (MAH) dan dicumyl peroxide (DCP). Variasi yang dipilih adalah waktu pemanasan awal dan rasio MBTS/ZDEC. Variasi waktu pemanasan awal meliputi 0,75t<sub>s2</sub>, sedangka variasi rasio MBTS/ZDEC terdiri dari rasio 1,6/0,0; 1,5/0,1; 1,4/0,2; 1,3/0,3 dan 1,2/0,4. Pengujian yang dilakukan meliputi karakteristik vulkanisasi (Rheometer), morfologi dengan SEM, karakteristik gugus fungsi dengan FTIR, difraksi sinar-x dengan XRD, sifat mekanik (tegangan putus, kekuatan sobek, kekerasan, perpanjang putus, ketahanan pegas pantul dan ketahanan pampat tetap) serta ketahanan ozon. <br /></p> <p class="MsoNormal">Morfologi campuran dengan akselerator tunggal (hanya MBTS) kurang homogen bila dibanding dengan akselerator ganda (MBTS/ZDEC). Pola difraksi sinar-x menunjukan dominasi daerah amorf pada campuran NR/EPDM. Pasangan akselerator MBTS dan ZDEC memberikan perimbangan pada waktu <em>scorch</em> dan kecepatan vulkanisasi, sehingga dapat berlangsung lebih cepat. Jumlah ZDECD semakin besar pada waktu pemanasan awal yang sama memberikan nilai tegangan putus yang bervariatif. Pada kekuatan sobek, penambahan ZDEC pada awalnya menaikan kekuatan sobek namun pemambahan lebih lanjut menurunkan kekuatan sobek. Kenaikan konsentrasi ZDEC menurunkan perpanjangan putus. Kekerasan memberikan nilai yang serupa dengan kenaikan jumlah ZDEC. Ketahanan pegas pantul pada campuran dengan akselerator tunggal (hanya MBTS) lebih tinggi daripada akselerator ganda (MBTS dan ZDEC). Kenaikan jumlah ZDEC menurunkan ketahanan pegas pantul. Ketahanan pampat tetap menurun dengan kenaikan jumlah ZDEC dalam campuran NR/EPDM. Waktu pemanasan awal tidak mempengaruhi tegangan putus, kekerasan dan ketahanan pegas pantul. Perpanjangan putus dan kekuatan sobek pada waktu pemanasan awal 0,75t<sub>s2</sub> lebih tinggi daripada 0,5t<sub>s2</sub>, demikian pula dengan ketahanan pampat tetap. Pengusangan menyebabkan perubahan sifat mekanin sebagai akibat oksidasi yang menyebabkan pemutusan rantai menjadi segmen lebih kecil dan pembentukan ikatan silang lanjutan. <br /></p> <p class="MsoNormal">Campuran dengan kombinasi akselerator MBTS/ZDEC dan waktu pemanasan awal 0,75t<sub>s2</sub> memberikan ketahanan ozon baik dibuktikan dengan hasil tidak retak setelah pengujian selama 72 jam pada<span><span></span></span><span> </span><span>70°C dengan konsentrasi ozon 40 pphm. Fomulasi terbaik dipilih rasio MBTS/ZDEC 1,2/0,4 dengan waktu pemanasan awal 0,75t<sub>s2.</sub></span> </p> | Karet | |
258 | PENINGKATAN SIFAT KETAHANAN PANAS NANO KOMPOSIT PVC UNTUK KOMPONEN ELETRONIKA | 2013 | Ir. Niken Karsiati (Koordinator) Ir. Arum Yuniarti (Peneliti Utama) Dra. Sri Brataningsih Puji Lestari (Peneliti) | <p class="MsoNormal"><span>Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh perbandingan PVC/LDPE dan <em>flame retardant</em> terhadap sifat ketahanan panas, sifat mekanik, sifat elektrik, morphologi dan analisa gugus fungsi. Pembuatan nano komposit PVC untuk elektronika dilakukan menggunakan laboplastomill pada suhu </span>215°C<span>, kecepatan torsi 50 rpm dan waktu 10 menit. Komposisi PVC dibuat tetap , kandungan LDPE divariasi 15;20;25 dan 30 phr. <em>Flame retardant</em> jumlahnya divariasi 30 dan 35 phr. Hasil pengujian menunjukan bahwa ketahanan panas nanokomposit PVC untuk elektronika masih belum memenuhi persyaratan SNI terkait elektronika seperti SNI 04-3892. 1-2006 : tusuk kontak dan kontak kontak untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya – Bag I : Persyaratan dan SNI 04-6504-2011 : Lampu swaballast untuk pelayanan umum - persyaratan keselamatan. Nilai ketahanan panas nanokomposit terbaik adalah 4,3 mm. Sifat mekanik nanokomposit terbaik pada penggunaan <em>flame retardant</em> 35 phr. Resistansi isolasi nanokomposit tidak menyala. Morphologi nanokomposit diamati dengan <em>Scanning Electron Microscope</em> (SEM) tampak campuran homogen dan LDPE terdispersi pada matriks PVC. Analisa gugus fungsi nanokomposit dengan FTIR menunjukan terbentuknya gugus fungsi polyene dan carbonyl.</span></p> | Plastik | |
259 | Pembuatan Isolator Plastik Alat Rumah Tangga (Cookware) | 2014 | Ir. Titik Purwati Widowati., MP (Koordinator) Dra. Supraptiningsih., M.Si (Peneliti Utama) Ir. Sugihartono, M.S (Peneliti) Muhammad Sholeh, M.Eng (Peneliti) | - | Plastik | |
260 | Pembuatan Thermoplastik Elastomer (Blend NBR dengan PNC) untuk Selang Kompor LPG | 2014 | Ir. V. Sri Pertiwi Rumiyati., MP (Koordinator) Ihda Novia Indrajati., MT (Peneliti Utama) Ike Setyorini, S.T. (Peneliti) | - | Plastik |