# | Judul | Tahun | Pelaksana | Abstrak | Kategori | |
---|---|---|---|---|---|---|
181 | Pengolahan Lanjut Limbah Cair Industri Lateks Pekat dengan Sistem Adsorbsi | 2015 | Ir. Nursamsi Sarengat Drs. Ir. Prayitno, Apt, M.Sc. Ir. Sugihartono, MS Ike Setyorini, ST | <div align="justify">Industri lateks pekat adalah industri yang mengolah lateks kebun menjadi lateks pekat. Pada proses pengolahannya industri lateks pekat menghasilkan limbah cair. Industri latekspekat sudah memiliki instalasi pengolahan limbah cair (IPAL) yang terdiri dari rubber trap 1, rubber trap 2, kolam anaerob dan aerob, namun limbah cair yang dihasilkan masih belum memenuhi baku mutu yang ditetapkan oleh daerah yaitu Perda Provinsi Jawa Tengah No. 5 Tahun 2012. Penelitian ini bertujuan menurunkan nilai BOD, COD, TSS dan amoniak sehingga mengurangi dampak lingkungan serta mengatasi problem IPAL yang belum berfungsi efektif dengan menambahkan sistem adsorbsi pada akhir proses. Dilakukan penelitian skala laboratorium dengan penggunaan berbagai jenis dan variasi adsorber. Penerapan prototipe dilakukan di IPAL pabrik lateks pekat menggunakan kombinasi adsorber sabut kelapa, sekam bakar, abu terbang bagas, arang, dan zeolit dapat menurunkan nilai COD 36,79 –39,83 %, BOD 46,23 –48,98 %, amoniak 35,99 –40,04 %, dan TSS 76,30 –77,39 %. </div> | Kimia | |
182 | LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN PENINGKATAN MUTU PRODUK KOPER DARI BAHAN BAKU KULIT UNTUK KONSUMSI EKSPORT | 1991 | Ir. Koentoro Soebijarso, Soekarjono, B.Sc, Soembogo, Bambang Soeroto, B. A., RAKIM, Soenardi, M.Sc. | <div align="justify">Buku laporan ini berisi kegiatan kelompok kerja 2.12/Proy.PPIKKP/1989-1990 dan pengembangan dan peningkatan Mutu Produk koper dari bahan baku Kulit untuk konsumsi ekspor. Tujuan dari kegiatan ini ialah untuk peningkatan mutu produk dan kemampuan pengrajin. Sehingga sasarannya adalah meningkatkan keterampilan teknis para pengrajin koper. Metade yang diberikan pada pelatihan berupa: desain koper, pengetahuan teknis pembuatan koper, informasi peralatan yang digunakan dan pengetahuan tentang kalkulasi bahan. Untuk mengetahui kerekatan lem yang biasa dipergunakan para pengrajin di Tanggulangin telah diadakan percobaan tiga macam lem sintetis terhadap delapan macam. Dan hasilnya ternyata tidak berbeda nyata. Tetapi secara umum kerekatan terhadap kulit yang terbaik adalah lem I atu Racoll Prima D.<br /> Hasil percobaan sebagai berikut:<br /> Bahan: Kulit Bagian nerf bagian daging: lem: Racoll prima D; kuat rekat kg/cm : 4,98<br /> Bahan: Kulit Bagian nerf bagian nerf: lem: Racoll prima D; kuat rekat kg/cm : 3,35<br /> Bahan: Kulit - Bludru: lem: Racoll prima D; kuat rekat kg/cm : 3,62<br /> Bahan: Kulit - VInil : lem: Aica Aibon; kuat rekat kg/cm : 2,94<br /> Bahan: Kulit - triplek: lem: Fox; kuat rekat kg/cm : 5,08<br /> Bahan: bludru - vinil: lem: Racoll prima D; kuat rekat kg/cm : 2,35<br /> Bahan: bludru -triplek: lem: fox D; kuat rekat kg/cm : 4,74<br /> Bahan: vinil - triplek: lem: Racoll prima D; kuat rekat kg/cm : 3,19<br /></div> | Barang Kulit & Garmen | |
183 | Peningkatan Mutu Kulit Reject dengan Aplikasi Berbagai Motif/ Drug untuk Shoe Upper | 2015 | Ir. Emiliana Kasmudjiastuti Drs. Ir.Prayitno, Apt,M.Sc Dr. Sc. Bidhari Pidhatika, ST.,M.Sc Gressy Griyanitasari, S.Pt | <div align="justify">Berbagai metode finishing dapat dilakukan untuk menyamarkan cacat kulit yang ada di permukaan kulit, antara lain dengan cara memberikan grain/motif buatan pada permukaan kulit atau pada kulit split atau kulit corrected grain. Maksud dari upaya tersebut di atas adalah untuk memodifikasi sifat-sifat pada permukaan kulit, memperbaiki sifat-sifat kulit, meningkatkan nilai tambah, dan meningkatkan performance kulit jadi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan mutu kulit sapi wet blue kulit kualitas rendah dengan motif/drug, mengetahui pengaruh jumlah binder poliuretan terhadap kualitas kulit sapi dan mengetahui pengaruh motif/drug terhadap kualitas kulit sapi. Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit wet blue kualitas reject. Variasi perlakuan pada penggunaan jumlah binder RU (100, 150, 200 bagian) dan jenis motif (buaya, burung onta, ikan hiu dan milled). Dari parameter uji yang dilakukan terkait dengan finishing (ketahanan gosok cat, kekuatan bengkuk, kekuatan rekat cat tutup, WVP dan WVA) memenuhi persyaratan. Untuk sifat kekuatan (strength properties) seperti kekuatan sobek dan kemuluran juga memenuhi persyaratan, kecuali untuk kekuatan tarik sebagain besar tidak memenuhi persyaratan. Hasil uji terkait mutu performance yang dinilai panelis (kelemasan, pegangan dan kenampakan) secara organoleptis nilai terbaik adalah pada penggunaan binder RU 200 bagian dengan motif ikan hiu dengan nilai 83.4 ± 4.8 (baik). Hasil pengamatan mikroskopik menunjukkan kulit dengan motif ikan hiu strukturnya lebih padat dan kompak dibanding motif buaya, burung onta dan milled. Perlakuan optimal pada penelitian ini adalah penggunaan binder PU 200 bagian dengan motif ikan hiu. </div> <p align="justify"> </p> | Kulit | |
184 | PENGEMBANGAN PROSES PENYAMAKAN KULIT KAMBING UNTUK MEMBUAT KULIT NAPPA SEBAGAI BAHAN PAKAIAN | 1991 | Sudiyono, B.Sc, andjar Siswati, Rusman Saroso | <div align="justify"> <p style="text-align:justify;line-height:150%;" class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman', serif;">Kelompok kerja ini bertugas menangani pengembangan penggunaan formaldehida sebagai pengganti sebagian dari bahan penyamak krom pada proses penyamakan kulit nappa untuk bahan pakaian dari kulit kambing.</span></p> <p style="text-align:justify;line-height:150%;" class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman', serif;">Kegiatannya dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:</span></p> <p style="text-align:justify;text-indent:-.25in;line-height:150%;" class="MsoListParagraphCxSpFirst"><span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman', serif;"><span>-<span style="font:7pt 'Times New Roman';"> </span></span></span><span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman', serif;">Memproses 40 lembar kulit kambing awet garaman basah menjadi kulit pikel</span></p> <p style="text-align:justify;text-indent:-.25in;line-height:150%;" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman', serif;"><span>-<span style="font:7pt 'Times New Roman';"> </span></span></span><span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman', serif;">Memproses 4 lembar kulit kambing pikel untuk pengembangan pendahuluan. Menyamak masing-masing 18 lembar kulit kambing pikel dengan formaldehida 5,0% dan 6,0% (larutan 40%). Setiap 3 lembar kulit samak formalin disamak ulang dengan bahan penyamak krom (dengan 0,5%, 1,0%, dan 1,5% krom oksida), dengan satu kali ulangan. Kemudian proses dilanjutkan sampai menjadi kulit keras.</span></p> <p style="text-align:justify;text-indent:-.25in;line-height:150%;" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman', serif;"><span>-<span style="font:7pt 'Times New Roman';"> </span></span></span><span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman', serif;">Setelah kulit kambing dicat tutup menjadi kulit nappa untuk bahan pakaian, lalu dilakukan pengujian.</span></p> <p style="text-align:justify;line-height:150%;" class="MsoListParagraphCxSpLast"><span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman', serif;">Uji fisis meliputi pencucian kering (dry cleaning), tembus uap air, kekuatan tarik, kemuluran, kekuatan jahit dan kekuatan sobek. Uji kimiawi meliputi kadar abu, kadar krom oksida, kadar minyak/lemak, pH dan kadar formaldehida.</span></p> <p style="text-align:justify;line-height:150%;" class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman', serif;">Setelah analisa statistic dari data hasil uji, dapat disimpulkan bahwa tidak ada satupun variasi perlakuan yang sepenuhnya memenuhi syarat untuk bahan pakaian. Sekalipun begitu, yang terbaik hasil uji fisisnya adalah penyamakan dengan kombinasi 6,0% formaldehida dan 1,5% krom oksida, dan yang paling hemat penggunaan bahan kimianya dengan sifat fisis yang tidak jauh berbeda adalah penyamakannya dengan kombinasi 5,0% formaldehida dan 0,5% krom oksida.</span></p> </div> | Kulit | |
185 | LAPORAN PENELITIAN CAT UNTUK KULIT SAMAK NABATI | 1992 | IR. Koentro Soebijarso, Ir. Sulistiyah WRD | <div align="justify"> </div> <p align="justify" class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;line-height:115%;font-family:'Times New Roman', serif;">Penelitian cat tutup untuk kulit samak nabati ini bertujuan untuk mendapatkan cara finishing kulitsamak nabati yang menghasilkan kulit dengan cat tutup yang tahan gosokan/goresan. Dalam percobaan digunakan 6(enam) side kulit tas/kopor samak nabati yang masing-masing dibatasi menjadi 3 bagian untuk 2(dua) variasi cara pengecatan tutup. Setiap variasi menggunakan pigmen warna ochre, maroon, coklat, dan ungu untuk pengecatan tutup kulit yang sebelumnya telah dicat dasar masing-masing dengan satu kali ulangan. Kulit hasil pengecatan tutup kemudian disetrika dengan suhu 70</span><span style="font-size:12pt;line-height:115%;font-family:'Cambria Math', serif;">℃, tekanan 100 Bar selama 1detik. Kemudian dilakukan uji fisis yang meliputi kuat rekat, ketahanan gosok dan ketahanan goresan dari cat tutup, baik dalam keadaan kering maupun basah. Evaluasi hasil menunjukkan bahwa variasi II menghasilkan cat tutup dengan sifat fisis yang lebih baik, yaitu kekuatan rekat cat tutup kering(800 – 1887,5) g/cm, kekuatan rekat cat tutup basah (50 – 275) g/cm, ketahanan gosok cat tutup kering dengan nilai(4-5) pada skala abu-abu, dan nilai 5 pada skala penodaan, ketahan gosok cat tutup basah dengan nilai (4-5) pada skala abu-abu, dan nilai (3-5) pada skala penodaan, ketahanan goresan kering dengan nilai (2-4) pada skala abu-abu, dan<span> </span>ketahanan goresan basah dengan nilai(3-5) pada skala abu-abu. Cat tutup dengan warna ochre memberikan hasil yang lebih baik. Adapun formula dari cat tutup variasi IIadlah sebagai berikut : Untuk lapisan pertama digunakan campuran 40 bagian pasta pigmen, 40 bagian emulsi resin lunak, 40 bagian emulsi resin keras dan 60 bagian air dengan air diperlukan 2 kali ulas, dan disemprot 1-2 kali, sedang untuk lapisan penutupnya adalah 200 bagian emulsi lak keras dan 300 bagian super Thinner yang perlakuannya (1-2) kali semprot.</span></p> | Kulit | |
186 | LAPORAN PENELITIAN TAHAP LANJUTAN PENELITIAN PENGARUH CUACA TERHADAP MUTU SOL KARET CETAK SEPATU OLAHRAGA | 1991 | Ir. Koentoro Soebijarso Soekarjono, B.Sc., Drs. Soepranoto Ir. Hadi Musthofa, Ir. Emilliana Kasmudjiastuti, Dra. Sri Nadilah | <div align="justify"> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;"><span style="font-size:12pt;line-height:115%;font-family:'Times New Roman', serif;">Penelitian pengaruh cuaca terhadap mutu sol karet cetak untuk sepatu olahraga, dilaksanakan melalui dua cara yaitu dengan alat weather-0-meter (secara indoor) dan langsung dikenakan cuaca udara luar (out door) dengan maksud untuk mengetahui adanya perubahan fisik fisika serta kolerasi dari dua macam cara pengujian tersebut.Dalam melaksanakan Penelitian dengan alat weather-0-meter kondisi selama penelitian dipertahankan konstan yaitu dengan black panel pada 50 ºC, dry bulb= 36 ºC wet bulb= 26 ºC dan kelembaban udara sebesar 45%. Pengambilan cuplikan yang telah terkena penyinaran dari dalam alat untuk diuji dilaksanakan tiap 25 jam sekali dan hal ini dilakukan sampai pada batas waktu dimana terjadi perubahan sifat fisika contoh uji yang khas yaitu rusak(patah) pada ujunf flexing. Adapun untuk penelitian out door, cuplikan yang diambil dari sol karet cetak sepatu olahraga produksi pabrik sepatu di Bandung dipasang diatas rak yang sudut kemiringannya diatur masing-masing 0º, 15 º, 30 º, 45 º terhadap arah mendatar dan selama penelitian ini kondisi cuaca di tempat penelitian selalu diamati dan dicatat. Pengambilan cuplikan yang akan diuji sifat fisiknya dikerjakan setiap 40 hari sekali. Ternyata sifat fisika cuplikan yang sudah dikenakan perlakuan dengan cuaca udara luar(out door) Nampak mengalami perubahan sebagaimana in door. Perubahan sifat fisika cuplikan terbesar terjadi pada rak dengan sudut kemiringan 30 º, sedangkan pengaruh cuaca terhadap cuplikan yang diletakkan diatas rak dengan sudut kemiringan yang berbeda-beda menurut hasil analisis T test tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Korelasi untuk pengujian cuplikan dari sol karet cetak <span> </span>yang mendapat perlakuan secara in door selama satu jam memberikan perubahan sifat fisika yang sama besarnya dengan cuplikan yang dikenakan out door selama 12,8 jam.</span></p> </div> | Karet | |
187 | LAPORAN PENGEMBANGAN JENIS BAHAN BAKU DAN DESAIN WADAH BIBIT TANAMAN | 1993 | Ir. Isananto Winursito Ir. Niken Karsiati, Ir. Arum Yuniari | <div align="justify"> </div> <p align="justify" style="text-align:justify;" class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;line-height:115%;font-family:'Times New Roman', serif;">Penelitian tentang jenis bahan baku dan desain kontiner untuk pembibitan bertujuan untuk mempelajari beberapa jenis desain dan mutu kontiner selama pembibitan. Dalam penelitian ini, jenis kontiner yang digunakan adalah enso pot, tube pot, dan styro block, sedangkan jenis tanaman yang digunakan adalah mahoni, sengon, Eucalyptus Urophylla. Variasi waktu untuk pembibitan adalah 2, 4, dan 6 bulan. Pengujian dilakukan terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dan volume akar., selain itu juga dilaksanakan pengujian sifat fisika yang meliputi tegangan putus, perpanjangan putus dan ketahanan sobek. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa desain kontiner ternyata berpengaruh terhadap bentuk dan perkembanagn volume akar, tetapi tidak mempengaruhi pertumbuhan tinggi bibit tanaman. Sifat-sifat fisika kontiner, meliputi : Sifat tegangan putus, perpanjangan putus dan ketahanan sobek, tida dipengaruhi oleh jenis kontiner dan waktu pembibitan. Kontiner dari bahan dasar polivinil klorida mempunyai sifat fisika yang lebih baik daripada kontiner dengan bahan dasar polistirena.</span></p> | Desain | |
188 | LAPORAN PEMBUATAN KULIT ATASAN SEPATU TIPE FINISH OIL PULL UP DARI KULIT SAPI | 1992 | Ir. Titik Purwati Widowati, Ir. Widari, Hasan Basalamah, B.Sc | <div align="justify"> <p style="text-align:justify;" class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;line-height:115%;font-family:'Times New Roman', serif;">Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh kulit atasan sepatu tipe finish oil pull up dan peningkatan kualitas kulit atasan sepatu. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit sapi samak krom basah sebanyak 24 side, kualitas III. Tiga side kulit untuk penelitian pendahuluan dan 21 side untuk penelitian. Bahan penyamak ulang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi bahan penyamak ulang sintetik-nabati. Untuk pengulasan minyak pada pengecatan tutup menggunakan “finishing oil” F91 sebesar : 15 gram/sqft, 20 gram/sqft, dan 25 gram/sqft. Untuk meningkatkan ketahanan terhadap air(water repellent) ditambahkan silicon 30 gram/liter. Hasil uji fisis, kimiawi dan organoleptis kulit oil pull up hasil penelitian dapat digunakan untuk kulit atasan sepatu. Klasifikasi/mutu rata-rata kulit oil pull up : B2.</span></p> </div> | Kulit | |
189 | LAPORAN PENGEMBANGAN ALTERNATIF TEKNOLOGI PENANGGULANGAN PENCEMARAN LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT | 1993 | Bambang Oetojo, B.Sc., Dra. Sri Mulati, Drs. Ign. Sunaryo, Ir. Pudji Ediari S, Ir. Meiyanti, Ir. V. Sri Pertiwi Rumiyati, Sardjana | <div align="justify"><span style="font-size:12pt;line-height:115%;font-family:'Times New Roman', serif;">Pengkajian pengembangan alternative teknologi penanggulangan pencemaran limbah industri penyamakan kulit bertujuan untuk membantu industry kecil penyamakan kulit dalam menanggulangi masalah limbah dengan teknik pengoperasian yang memungkinkan untuk diterapkan dalam memenuhi persyaratan baku mutu limbah yang berlaku, sehingga tercipta sentra industry kecil penyamakan kulit yang berwawasan lingkungan. Adapun sasaran pengkajian meliputi sentra penyamakan kulit di Sukaregang (Garut), lingkungan industri kecil di Magetan dan sentra penyamakan kulit di Masin(Batang). Pengkajian dilaksanakan dengan cara pendataan di lapangan, pengamblan contoh limbah, analisa limbah, evaluasi hasil pengkajian dan menentukan alternatif penanggulangan pencemaran disetiap lokasi, arti praktis dari pengkajian adalah perlu adanya pembinaan dan penyuluhan terhadap industry penyamakan kulit tentang industry yang berwawasan lingkungan. Unit pengolahan air limbah dibangun dengan system pengolahan primer dan sekunder. Sedang yang telah ada perlu diaktifkan. </span></div> | Limbah | |
190 | PEMANFAATAN KULIT BELAHAN DARI KULIT SAPI UNTUK BAHAN PEMBUATAN TAS / KOPER | 1992 | Ir. Susilowati, Sudiyono, B.Sc, Ir. Primayanti | <div align="justify"><span style="font-size:11pt;line-height:115%;font-family:Calibri, 'sans-serif';">Pengembangan ini bertujuan memanfaatkan kulit belahan sapi untuk pembuatan kulit tas/ koper yang memenuhi persyaratan SII 0241-79 “Mutu dan cara uji kulit sapi untuk tas/ koper”. Bahan berupa kulit sapi belahan kering 15 (lima belas) lembar (30 side) yang biasa digunakan untuk pembuatan kulit sel dalam. Penyamakan dengan bahan penyamak kombinasi, yaitu krom dan ekstrak mimosa sampai diperoleh kulit kras. Kulit kras diimpregnasi dengan variasi perbandingan film forming 17 ;20;23 bagian dan penetrator 7;10;13 bagian. Dari beberapa warna yang dicoba, maka warna yang diterapkan karena lebih banyak pemilihnya adalah warna coklat muda yang berasal dari 98 bagian camotex tan pp 1859 dan 2 bagian pigmen hitam serta warna coklat tua yang berasal dari 70 bagian camotex tan pp 1859, ekor 25 bagian dan 5 bagian pigmen hitam. Hasil kulit yang diperoleh diuji dengan parameter SII 0241-79, sedangkan sebagai pelengkap, untuk keadaan cat tutupnya dibandingkan dengan SII 0018-79 “Mutu dan cara uji kulit boks”. Dari 9 variasi yang dilakukan, yang memenuhi persyaratan adalah variasi 17:7 ; 20:7 ; 23:7 ;17:10 ; 20:10 dan 23:10. Masing-masing variasi mempunyai salah satu sifat fisikan yang unggul, oleh karenanya dapat dipilih variasi yang tepat untuk memperoleh sifat unggulan sesuai kebutuhan. Namun yang paling ekonomis adalah pemakaian variasi 17 : 7 dengan perkiraan biaya produksi Rp 1.993,40 / sq.ft.</span></div> | Kulit | |
191 | PEMANFAATAN KULIT BELAHAN DARI KULIT SAPI UNTUK BAHAN PEMBUATAN TAS / KOPER | 1992 | Ir. Susilowati, Sudiyono, B.Sc, Ir. Primayanti | <div align="justify"><span style="font-size:11pt;line-height:115%;font-family:Calibri, 'sans-serif';">Pengembangan ini bertujuan memanfaatkan kulit belahan sapi untuk pembuatan kulit tas/ koper yang memenuhi persyaratan SII 0241-79 “Mutu dan cara uji kulit sapi untuk tas/ koper”. Bahan berupa kulit sapi belahan kering 15 (lima belas) lembar (30 side) yang biasa digunakan untuk pembuatan kulit sel dalam. Penyamakan dengan bahan penyamak kombinasi, yaitu krom dan ekstrak mimosa sampai diperoleh kulit kras. Kulit kras diimpregnasi dengan variasi perbandingan film forming 17 ;20;23 bagian dan penetrator 7;10;13 bagian. Dari beberapa warna yang dicoba, maka warna yang diterapkan karena lebih banyak pemilihnya adalah warna coklat muda yang berasal dari 98 bagian camotex tan pp 1859 dan 2 bagian pigmen hitam serta warna coklat tua yang berasal dari 70 bagian camotex tan pp 1859, ekor 25 bagian dan 5 bagian pigmen hitam. Hasil kulit yang diperoleh diuji dengan parameter SII 0241-79, sedangkan sebagai pelengkap, untuk keadaan cat tutupnya dibandingkan dengan SII 0018-79 “Mutu dan cara uji kulit boks”. Dari 9 variasi yang dilakukan, yang memenuhi persyaratan adalah variasi 17:7 ; 20:7 ; 23:7 ;17:10 ; 20:10 dan 23:10. Masing-masing variasi mempunyai salah satu sifat fisikan yang unggul, oleh karenanya dapat dipilih variasi yang tepat untuk memperoleh sifat unggulan sesuai kebutuhan. Namun yang paling ekonomis adalah pemakaian variasi 17 : 7 dengan perkiraan biaya produksi Rp 1.993,40 / sq.ft.</span></div> | Kulit | |
192 | PENELITIAN SKALA PRODUKSI EKONOMIS PENYAMAKAN KULIT TAS KOPER DENGAN SISTEM COUNTER CURRENT (SKALA KECIL) | 1993 | Ir. Susilawati, Muchtar Lutfie, B.Sc, Ir. Agit Punto Yuwono | <div align="justify"><span style="font-size:11pt;line-height:115%;font-family:Calibri, 'sans-serif';">Penelitian ini bertujuan membuat perhitungan tekno ekonomi dari skala ekonomis penyamakan secara counter current untuk menghasilkan kulit tas koper yang memenuhi SII 0241-79 “Mutu dan cara uji kulit sapi untuk kulit tas koper”. Sebagai pembanding dilakukan pula perhitungan untuk proses non counter current. Urutan proses dan resep yang digunakan untuk proses counter current adalah hasil pengembangan seksi Percobaan Balai Pengembangan barang Kulit, sedangkan untuk proses non counter current dari Kelompok Proses Balai Penelitian Barang Kulit, keduanya disempurnakan dengan hasil studi pustaka. Pengujian dengan tolak ukur SII 0241-79 menyatakan bahwa kulit yang dihasilkan semuanya memenuhi persyaratan. Perhitungan secara tekno ekonomi mendapatkan hasil harga pokok Rp 2.312,67/ sqft untuk proses counter current, dan Rp 2.636,305/ sqft untuk proses non counter current, sedangkan harga di pasaran bagi proses counter current adalah Rp 2.400,00/ sqft. Kapasitas minimum yang disarankan untuk proses counter current adalah 100 lembar kulit mentah, disarankan pula bahwa proses counter current ini tepat untuk dilaksanakan oleh industry penyamakan kulit skala kecil, dengan memanfaatkan jasa UPT atau BBKKP untuk proses pembelahan dan perataan kulit.</span></div> | Kulit | |
193 | LAPORAN PENELITIAN PEMBUATAN SEPATU KERJA DENGAN SOL KARET TAHAN MINYAK | 1991 | Ir. Koentoro Soebijarso Soekarjono, B.Sc. Soetjipto, B.Sc. Ir. Titien Sayekti Sesantiningsih, Dra. Supraptiningsih, Ir. Herminiwati | <div align="justify"> </div> <p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align:justify;"><span style="font-size:12pt;line-height:115%;font-family:'Times New Roman', serif;">Penelitian ini, merupakan lanjutan dari penelitian yang dikerjakan oleh kelompok kerja 2.4/proy.PPIKKP/88-89. yang telah dapat membuat 27 formula kompon dan telah diuji sifat-sifat fisiknya sesuai persyaratan SII. 0645-82, Mutu Sepatu Pengaman dari kulit dengan sol karet cetak vulkanisasi. Dari 27 kompon ini dapat dipilih kompon no. 27 telah memenuhi persyaratan kecuali Tegangan Putus, Tegangan Tarik 200% dan Retak Luntur. Dengan menambah RSS, Cumaron resin, Carbon black. Dan mengurangi NBR, A1 silikat, dan proses oil pada formula kompon no.27 dibuat 9 kompon. Diperoleh kompon T1 yang memenuhi persyaratan kecuali tegangan tarik 200% dan kekerasan dengan menambah proses oil, dan mengurangi A1 silikat, China clay, Carbon black, WTR, pada formula kompon T1 dibuat 6 kompon. Diperole kompon P4. Memenuhi persyaratan kecuali tegangan tarik 200%. Dibuat sepatu kerja dengan sol karet tahan minyak cetak vulkanisasi. Menggunakan atasan kulit Boks yang memenuhi persyaratan SII. 0018-79, Mutu dan Cara Uji Kulit Boks, dan kompin P4 untuk pengesolannya, dengan cetak vulkanisasi pada temperature 150ºC, tekanan 100 PSI dalam waktu 11’. Berat kompon setiap 680 gr untuk sepatu no.6, 700 gr untuk no.7, dan menggunakan lem dari bahan campuran SG dan kompon P4. Hasilnya sepatu kerja dengan sol karet tahan minyak memenuhi persyaratan SII. 0045-82. Mutu Sepatu Pengaman dari kulit denga sol karet cetak vulkanisasi, kecuali Tegangan Tarik 200%<span> </span>belum memenuhi, dengan pertimbangan bahwa standar-standar dari Negara lain (China, Korea dan Jepang) tidak mensyaratkan Tegangan Tarik 200% sepatu hasil penelitian ini sudah memenuhi syarat sebagai sepatu kerja dari kulit dengan sol karet tahan minyak cetak vulkanisasi.</span></p> | Alas Kaki | |
194 | LAPORAN PENELITIAN TEKNOLOGI PEWARNAAN MOTIF ANDA BERBAGAI JENIS KULIT SUEDE AFKIR (DOMBA & KAMBING) | 1992 | Ir. Widari, Hernadi Surip B.Sc, Widhiati B.Sc. | <div align="justify"> </div> <p align="justify" class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;line-height:115%;font-family:'Times New Roman', serif;">Penelitian Teknologi Pewarnaan Motip Pada Berbagai jenis Kulit Suede Afkir (Domba dan Kambing) bertujuan untuk memperoleh kulit suede dengan bahan baku kulit domba dan kambung kualitas afkir serta menambah daya tarik kulit suede.</span></p> <div align="justify"> </div> <p align="justify" class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;line-height:115%;font-family:'Times New Roman', serif;">Materi Penelitian adalah kulit domba dan kambing krom basah kualitas afikir sebanyak 40 lembar, kemudian diolah menjadi kulit suede. Kulit suede kemudian diberi motip pada bagian daging dengan system padding dan sablon. Variasi perlakuan pada penggunaanpengental (CMC) : 25 bagian, 50 bagian, dan 75 bagian. Sedangkan variasi resin acrylic : 10 bagian, 20 bagian, dan 30 bagian. Dari hasil uji kimiawi, organeleptis dan fisis ternyata kadar lemaknya lebih tinggi dobanding SII . 066 - 74 : Mutu dan Cara Uji Kulit Buludru/ Velvet. Warna motip sistim pencapaian yang terbaik adalah 50 bagian pengental dan 30 bagian resin atau 75 bagian pengental dan 10 bagian resin. Dari kulit domba/ atau kambing kualitas afkir dapat dilolah menjadi kulit suede kualitas II.</span></p> | Kulit | |
195 | LAPORAN PENELITIAN PEMANTAPAN PROSES DAN PENYIMPANAN SERTA PERAWATAN CINDERAMATA DARI GETAH NYATU | 1993 | Ir. Siti Rochani, Sofyan karani B.Sc, A. Buchori, B.Sc. | <div align="justify"> <p class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;line-height:115%;font-family:'Times New Roman', serif;">Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan cara penyimpanan dan perawatan cinderamata getah nyatu serta pelatihannya pada para perajin. Perlakuan dilakukan dengan cara: (1) Pengawetan dengan bahan borax dan prusi 2,4 dan 6% per liter air, (2) penyimpanan pada suhu kamar, ruang AC dan lemari buffet selama 12 bulan, (3) pelapisan menggunakan pernis, Poly Urethan (PU) dan LE 443, (4) Perawatan dengan perendaman berkala setiap 2 bulan sekali selama 24 jam. Hasil perlakuan dilakukan pengamatan setiap 2 bulan sekali yang menunjukkan bahwa pengawetan dengan borax lebih baik dari prusi dan pelapisan dengan PU lebih baik untuk suhu kamar sedangkan zat warna yang cocok untuk cinderamata getah nyatu adalah zat warna raoid dan napthol.</span></p> </div> | Karet | |
196 | PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PROSES BBKKP | 2013 | Ir. Zakiyudin, MA. Ir. V. Sri Pertiwi Rumiyati MP. Sita Azizah Wahyuni, S.T. Rambat, S.Si Subandriyo, S.E Agung Nugroho Supramono, A.Md Noor Relawati MS Indiyatsih, A.Md. Suraji | <p class="MsoNormal">Pembuatan Sistem Informasi Proses BBKKP yang difokuskan pada pembuatan System Informasi Manajemen (SIM), bertujuan membangun Informasi Manajemen (SIM). SIM merupakan pintu utama sebuah rumah bagi semua system informasi internal di BBKKP guna menuju era <em>One Gate Information System</em> di internal BBKKP. Semua system informasi internal BBKKP akan masuk ke dalam SIM sehingga dengan sekali <em>log in</em> di SIM, user bisa mengakses ke semua system informasi sesuai dengan hak aksesnya. Pengembangan SIM meliputi Sistem Informasi Laboraturium (SIL), Sistem Informasi Sertifikasi SMM ISO 9001 oleh LSSMM YOQA (SIS-YOQA), terdiri atas 2 (dua) kegiatan, yakni pembuatan basis data user untuk proses <em>login</em> dan proses integrasi dengan semua system informasi, serta pembuatan tampilan (<em>layout</em>) atau antarmuka (<em>interface</em>) dari SIM yang menyajikan data dan informasi dari setiap system informasi.<span></span></p> | Sistem Informasi | |
197 | PENGOLAHAN LIMBAH PADAT INDUSTRI KARET REMAH ( CRUMB RUBBER ) UNTUK PEMBUATAN KOMPOS | 2013 | Ir. Valentina Sri Pertiwi Rumiyati, MP Dra. Supartiningsih, MSi Ir. Nursamsi Sarengat | <p class="MsoNormal"><span>Penelitian ini berjudul Pengolahan Limbah Padat Industri Karet Remah ( <em>Crumb Rubber</em>) untuk Pembuatan Kompos. Tujuan penelitian adalah membuat formula kompos untuk pupuk tanaman. Hasil pupuk kompos dibandingkan dengan SNI 2803:2010 Pupuk NPK Padat. <br /></span></p> <p class="MsoNormal"><span>Penelitian dilakukan dengan pembuatan kompos skak laboratory. Dilakukan variasi pada jumlah limbah dan jumlah bekatul. Bahan baku limbah padat <em>crumb rubber</em> ditimbang sesuai masing-masing formulasi. Pencampuran dilakukan dengan penambahan bekatul sesuai formulasi, larutan gula tetes sebanyak 20 ml, dan EM4 sebanyak 20 ml. Air ditambahkan sesuai campuran mempunyai kelembaban 40-60%. Larutan gula (tetes) dibuat dengan melarutkan 500 g gula pasir dalam 500 ml air. Proses pembalikan dan penyiraman dilakukan seminggu 2 kali. Cek suhu dilakukan setiap hari pada 10 hari pertama, selanjutnya cek suhu 1 kali seminggu. Kompos matang pada hari ke 40. <br /></span></p> <p class="MsoNormal"><span>Kompos hasil penelitian bila dibandingkan dengan SNI 2803:2010 Pupuk NPK Padat serta Peraturan Menteri Pertanian No: 70/Permentan/SR-140/10/2010 tentang Pupuk Organik, maka kompos terbaik dan memenuhi persyaratan adalah kompos dengan formula bekatul 20 bagian dan limbah padat <em>crumb rubber</em> 100 bagian, 90 bagian dan 80 bagian. Kompos tersebut memiliki beberapa ciri antara lain berwarna coklat tua agak hitam mirip dengan warna tanah, tidak larut dalam air, C/N ratio sebesar 20,74 - 25,44, suhu kurang lebih sama dengan suhu lingkungan, dan tidak berbau.</span></p> | Karet | |
198 | DESAIN DAN PENERAPAN ORNAMEN KONTEMPORER PADA SEPATU KULIT DENGAN TEKNIK EMBOSS | 2013 | Hardjaka, A.Md., M.Sn. (Koordinator) Ir. Suliestyah Wrd (Peneliti Utama) | <p class="MsoNormal"><span>Penelitian ini merupakan penelitian teknik produksi pada penerapan Desain dan Ornamen Kontemporer pada Sepatu Kulit Dengan Teknik Emboss yang bertujuan untuk membuat sepatu wanita dan pria dari kulit yang berornamen kontemporer dengan teknik emboss untuk keperluan fashion. Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif untuk membuka wacana baru dalam perspektif teknologi emboss pada sepatu melalui dari berbagai referensi baik tertulis serta sumber rekaman lainnya. </span><span><br /></span></p> <p class="MsoNormal"><span>Pemaparan hasil penelitian ini dibedakan dalam dua kelompok besar, yaitu pembahasan dalam lingkup desain dan pembahasan dalam lingkup realisasi. Dalam lingkup desain, dipaparkan suatu proses desain dari suatu situasi pengembangan desain sepatu semi boot yang menjelaskan proses dan hasil pengembangan desain, perencanaan sederhana dari hasil desain, sedangkan dalam ranah realisasi mencakup : penelitian awal teknik emboss yang akan diterapkan pada embossing pada kulit ; pemecahan yang paling memungkinkan dari hasil penelitian awal yaitu pemilihan teknik emboss yang tepat; hingga gambar kerja yang siap menjelaskan seluruh proses dari desain, teknik emboss hingga pembuatan sepatu. Sedangkan lingkup realisasi yaitu prose penerapan emboss dan pembuatan sepatu.</span> </p> | Kulit | |
199 | PEMBUATAN BUSA LATEKS KARET ALAM MENGGUNAKAN SABUN CASTOR OIL DAN PRACIPITATED CALCIUM CARBONATE ( PCC ) | 2013 | Ir. Syakir Hasyimi, M.Si. Ihda Novia Indrajati, MT Dra. Sri Brataningsih Puji Lestari Rihastiwi Setia Murti, S.T Muhammad Sholeh, M.Eng Indiah Ratna Dewi, S.Si Subardi | <p class="MsoNormal">Lateks karet alam adalah komoditif alam yang sangat bernilai ekonomis dan merupakan sektor industri yang sangat strategis. Lateks karet alam dapat diproduksi menjadi barang-barang seperti benang, lem, bantalan karpet, barang tipis dengan teknologi celup, cinderamata, ataupun busa lateks. Salah satu komoditi lateks karet alam yang banyak dibutuhkan oleh industri baik nasional maupun internasional adalah busa lateks. Busa lateks sangat tahan lama dan dapat memberikan tingkat kenyamanan yang tinggi saat pemakaian, serta dapat menopang beban dengan sangat baik, meskipun digunakan secara berulang-ulang dalam waktu yang sangat lama. Pembentukan dan stabilitas busa dapat dibentuk dengan penambahan bahan kimia seperti sabun, saponin dan gelatin. Promoter busa yang digunakan adalah sabun karboksilat, baik oleat, resinoleat ataupun sabun <em>castor oil</em>. Busa lateks<span> </span>yang umum diperdagangkan berwarna putih, sehingga bahan pengisi yang ditambahkan adalah bahan pengisi yang tidak hitam, seperti silica, kaolin dan kasium karbonat (CaCO<sub>3</sub>). Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan busa dari lateks karet alam menggunakan sabun <em>Castrol oil</em> dan <em>Pracipited calcium Carbonate. </em></p> <p class="MsoNormal">Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lateks karet alam dengan KKK 60%, Ionol, Sulfur, ZDEC, Nano Pracipited calcium Carbonate (PCC), TiO<sub>2</sub>, DPG, ZnO, NSF, castor oil, NaOH, etanol, NaCl, dan aquadest. Kegiatan penelitian dibagi menjadi tahapan aktivasi pembuatan sabun dari castor oil, desain dan trial formulasi, penelitian dan analisa data. Data hasil pengujian dibandingkan dengan SNI 06-099-1989 Karet Busa Lateks Tipe Medium dan ASTM D1055-09. Standard Specification for Flexible Celluler Materials – Lateks Foam untuk menentukan formulasi terbaik.</p> <p class="MsoNormal">Hasil penelitian menunjukan teknologi pembuatan busa lateks belum memiliki keterulangan proses produksi yang baik, dan sifat fisik busa lateks yang dihasilkan belum dapat diuji.<br /></p> | Karet | |
200 | RANCANG BANGUN KOLOM ADSORPSI UNTUK EFFLUENT IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN ADSORBEN ABU TERBANG BAGAS | 2013 | Sri Waskito, B.Sc., SE Riahastiwi Setiya Murti, S.Si Christiana Maria Herry Purwanti, ST R. Jaka Susila, B.Sc, ST | <p class="MsoNormal"><span>Perekayasaan alat ini bertujuan untuk membuat unit kolom adsorpsi pada proses tersier IPAL industry penyamakan kulit untuk menurunkan kadar amoniak. Perancangan ini menggunakan 4 (empat) kolom adsorbsi yang masing-masing berisi material penyerap polutan yang terdiri dari zeolite, arang batok kelapa dan abu terbang bagas. Adapun kolom yang dibuat mempunyai spesifikasi sebagai berikut : Tinggi kolom = 150 cm, diameter kolom 30,48 cm, material pralon P VC, tipe kolom portabel, effluent IPL NH<sub>3</sub> = 10-35 mg/L NH<sub>3</sub>. Uji kinerja telah dilakukan dengan pengecekan kebocoran dan pengaturan debit 6 liter/menit dan 4 liter/menit. Kegiatan rancang bangun kolom adsorpsi untuk effluent IPAL Industri penyamakan kulit menggunakan abu terbang bagas telah menghasilkan 1 (satu) unit kolom adsorpsi yang mampu mereduksi warna limbah dari coklat kehijauan menjadi bening tidak berwarna. Efisiensi total kolom adsorpsi didapat 98,04%. <br /></span></p> | Limbah |