# | Judul | Tahun | Pelaksana | Abstrak | Kategori | |
---|---|---|---|---|---|---|
1 | LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN PENINGKATAN MUTU PRODUK KOPER DARI BAHAN BAKU KULIT UNTUK KONSUMSI EKSPORT | 1991 | Ir. Koentoro Soebijarso, Soekarjono, B.Sc, Soembogo, Bambang Soeroto, B. A., RAKIM, Soenardi, M.Sc. | <div align="justify">Buku laporan ini berisi kegiatan kelompok kerja 2.12/Proy.PPIKKP/1989-1990 dan pengembangan dan peningkatan Mutu Produk koper dari bahan baku Kulit untuk konsumsi ekspor. Tujuan dari kegiatan ini ialah untuk peningkatan mutu produk dan kemampuan pengrajin. Sehingga sasarannya adalah meningkatkan keterampilan teknis para pengrajin koper. Metade yang diberikan pada pelatihan berupa: desain koper, pengetahuan teknis pembuatan koper, informasi peralatan yang digunakan dan pengetahuan tentang kalkulasi bahan. Untuk mengetahui kerekatan lem yang biasa dipergunakan para pengrajin di Tanggulangin telah diadakan percobaan tiga macam lem sintetis terhadap delapan macam. Dan hasilnya ternyata tidak berbeda nyata. Tetapi secara umum kerekatan terhadap kulit yang terbaik adalah lem I atu Racoll Prima D.<br /> Hasil percobaan sebagai berikut:<br /> Bahan: Kulit Bagian nerf bagian daging: lem: Racoll prima D; kuat rekat kg/cm : 4,98<br /> Bahan: Kulit Bagian nerf bagian nerf: lem: Racoll prima D; kuat rekat kg/cm : 3,35<br /> Bahan: Kulit - Bludru: lem: Racoll prima D; kuat rekat kg/cm : 3,62<br /> Bahan: Kulit - VInil : lem: Aica Aibon; kuat rekat kg/cm : 2,94<br /> Bahan: Kulit - triplek: lem: Fox; kuat rekat kg/cm : 5,08<br /> Bahan: bludru - vinil: lem: Racoll prima D; kuat rekat kg/cm : 2,35<br /> Bahan: bludru -triplek: lem: fox D; kuat rekat kg/cm : 4,74<br /> Bahan: vinil - triplek: lem: Racoll prima D; kuat rekat kg/cm : 3,19<br /></div> | Barang Kulit & Garmen | |
2 | PENELITIAN PEMBUATAN DRUM OKSIDASI UNTUK KULIT CHAMOIS | 1991 | Kabul Soemarsono , B.Sc Soekaryono Mardirahardjo Margono | <p class="MsoNormal" style="margin-right:.2in;line-height:normal;"><span style="font-family:'Times New Roman';"><span> </span>Penelitian ini mempunyai tujuan untuk membuat drum oksidasi dari kayu jati yang memiliki dimensi :</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right:.2in;line-height:normal;"><span style="font-family:'Times New Roman';"><span> </span>`ø drum<span> </span>= 1500 mm</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right:.2in;line-height:normal;"><span style="font-family:'Times New Roman';"><span> </span>Panjang drum <span> </span>= 1500 mm</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right:.2in;line-height:normal;"><span style="font-family:'Times New Roman';"><span> </span>R p m drum<span> </span><span> </span>= ± 12</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right:.2in;line-height:normal;"><span style="font-family:'Times New Roman';"><span> </span>Motor listrik penggerak drum<span> </span>=<span> </span>5 HP</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right:.2in;line-height:normal;"><span style="font-family:'Times New Roman';"><span> </span>Motor listri kompresor<span> </span>= 1,5 HP</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right:.2in;line-height:normal;"><span style="font-family:'Times New Roman';">System pemanasan udara pengering memakai kompor minyak. juga Sistim pemanasan pembangkit uap, yang dipakai untuk oksidasi minyak ikan. Dan untuk perlengkapan-perlengkapan<span> </span>lainnya yang diperlukan sampai terbentuk suatu drum oksidasi untuk membuat kulit chamois (kulit sama minyak). Bahan mentah untuk membuat kulit chamois adalah kulit kualitas rendah yang sama seakli sudah tidak dapat diekspor. Dengan jalan disamak minyak (dibuat kulit chamois) maka kemudian hasilnya dapat laku diekspor, dengan demikain akan mempertinggi nilai tambah dari kulit tadi. Pembuatan kulit chamois dengan cara lama memakan waktu minimal 30 hari, sedangkan kalau menggunakan drum oksidasi memerlukan waktu kira-kira 15 hari saja. Dengan demikian menghemat waktu banyak.</span></p> | Rekayasa | |
3 | PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENYAMAKAN KULIT SOL SISTEM SAMA CEPAT | 1991 | Darmawan, B. Sc Soediyono, B. Sc Hasan Basalamah, B. Sc Ir. Suliestiyah Wrd. | <p align="center" style="margin-right:.2in;text-align:center;line-height:normal;" class="MsoNormal"><span style="font-family:'Times New Roman';">Pengembangan teknologi penyamakan kulit sol sistem sama cepat </span></p> <p style="margin-right:.2in;line-height:normal;" class="MsoNormal"><span style="font-family:'Times New Roman';">(rapid tanning for sole leather) betujuan untuk membuat kulit sol yang fleksibel (lentur), tidak berbau dengan yang cepat untuk keperluan industri sepatu. Bahan yang digunakan untuk proses pengembangan yaitu : kulit sapi Bali mentah kering sebanyak 11 (sebelas) lembar. Proses penyamakannya menggunakan bahan penyamak kominasi sama nabati dan sama krom dengan variasi : 24%, 28% dan 32% untuk bahan penyamak nabati (ekstra mimosa) dan 2%<span> </span>untuk bahan penyamak krom. Sebelum diadakan pengembangan utama dilaksanakan pra pengembangan lebih dahulu untuk menetukan variasi penggunaan bahan penyamak krom. Hasil kulit sol yang diperoleh dari proses pengembangan di uji secara organoleptis, kimia dan fisis kemudian di bandingkan dengan persyaratan uji yang terdapat dalam SII 0019-79 : “Mutu dan cara uji kulit sol sapi”. Hasilnya menunjukan bahwa penyamakan kulit sol sistim sama cepat yang menggunakan bahan penyamak nabati 28% dan 32% hasil uji fisis dan kimia sesuai persyaratan uji pada SII 0019-97. Dari hasil pengembangan diambil kesimpulan bahwa penggunaan bahan penyamak nabati (ekstrak mimosa) 28% dan 32% kombinasi dengan bahan penyamak krom 2% menghasilkan kulit sol yang memenuhi syarat SII 0019-79 serta tidak berbau dan fleksibel (lentur). Ditinajau dari segi biaya maka penggunaan bahan penyamak nabati 28% adalah paling ekonomis untuk digunakan dalam proses penyamakan kulit sol sistim sama cepat yang di kombinasikan dengan bahan penyamak krom 2%.</span></p> | Kulit | |
4 | PENGEMBANGAN PROSES PENYAMAKAN KULIT KAMBING UNTUK MEMBUAT KULIT NAPPA SEBAGAI BAHAN PAKAIAN | 1991 | Sudiyono, B.Sc, andjar Siswati, Rusman Saroso | <div align="justify"> <p style="text-align:justify;line-height:150%;" class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman', serif;">Kelompok kerja ini bertugas menangani pengembangan penggunaan formaldehida sebagai pengganti sebagian dari bahan penyamak krom pada proses penyamakan kulit nappa untuk bahan pakaian dari kulit kambing.</span></p> <p style="text-align:justify;line-height:150%;" class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman', serif;">Kegiatannya dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:</span></p> <p style="text-align:justify;text-indent:-.25in;line-height:150%;" class="MsoListParagraphCxSpFirst"><span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman', serif;"><span>-<span style="font:7pt 'Times New Roman';"> </span></span></span><span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman', serif;">Memproses 40 lembar kulit kambing awet garaman basah menjadi kulit pikel</span></p> <p style="text-align:justify;text-indent:-.25in;line-height:150%;" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman', serif;"><span>-<span style="font:7pt 'Times New Roman';"> </span></span></span><span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman', serif;">Memproses 4 lembar kulit kambing pikel untuk pengembangan pendahuluan. Menyamak masing-masing 18 lembar kulit kambing pikel dengan formaldehida 5,0% dan 6,0% (larutan 40%). Setiap 3 lembar kulit samak formalin disamak ulang dengan bahan penyamak krom (dengan 0,5%, 1,0%, dan 1,5% krom oksida), dengan satu kali ulangan. Kemudian proses dilanjutkan sampai menjadi kulit keras.</span></p> <p style="text-align:justify;text-indent:-.25in;line-height:150%;" class="MsoListParagraphCxSpMiddle"><span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman', serif;"><span>-<span style="font:7pt 'Times New Roman';"> </span></span></span><span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman', serif;">Setelah kulit kambing dicat tutup menjadi kulit nappa untuk bahan pakaian, lalu dilakukan pengujian.</span></p> <p style="text-align:justify;line-height:150%;" class="MsoListParagraphCxSpLast"><span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman', serif;">Uji fisis meliputi pencucian kering (dry cleaning), tembus uap air, kekuatan tarik, kemuluran, kekuatan jahit dan kekuatan sobek. Uji kimiawi meliputi kadar abu, kadar krom oksida, kadar minyak/lemak, pH dan kadar formaldehida.</span></p> <p style="text-align:justify;line-height:150%;" class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman', serif;">Setelah analisa statistic dari data hasil uji, dapat disimpulkan bahwa tidak ada satupun variasi perlakuan yang sepenuhnya memenuhi syarat untuk bahan pakaian. Sekalipun begitu, yang terbaik hasil uji fisisnya adalah penyamakan dengan kombinasi 6,0% formaldehida dan 1,5% krom oksida, dan yang paling hemat penggunaan bahan kimianya dengan sifat fisis yang tidak jauh berbeda adalah penyamakannya dengan kombinasi 5,0% formaldehida dan 0,5% krom oksida.</span></p> </div> | Kulit | |
5 | LAPORAN PENELITIAN PEMBUATAN SEPATU KERJA DENGAN SOL KARET TAHAN MINYAK | 1991 | Ir. Koentoro Soebijarso Soekarjono, B.Sc. Soetjipto, B.Sc. Ir. Titien Sayekti Sesantiningsih, Dra. Supraptiningsih, Ir. Herminiwati | <div align="justify"> </div> <p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align:justify;"><span style="font-size:12pt;line-height:115%;font-family:'Times New Roman', serif;">Penelitian ini, merupakan lanjutan dari penelitian yang dikerjakan oleh kelompok kerja 2.4/proy.PPIKKP/88-89. yang telah dapat membuat 27 formula kompon dan telah diuji sifat-sifat fisiknya sesuai persyaratan SII. 0645-82, Mutu Sepatu Pengaman dari kulit dengan sol karet cetak vulkanisasi. Dari 27 kompon ini dapat dipilih kompon no. 27 telah memenuhi persyaratan kecuali Tegangan Putus, Tegangan Tarik 200% dan Retak Luntur. Dengan menambah RSS, Cumaron resin, Carbon black. Dan mengurangi NBR, A1 silikat, dan proses oil pada formula kompon no.27 dibuat 9 kompon. Diperoleh kompon T1 yang memenuhi persyaratan kecuali tegangan tarik 200% dan kekerasan dengan menambah proses oil, dan mengurangi A1 silikat, China clay, Carbon black, WTR, pada formula kompon T1 dibuat 6 kompon. Diperole kompon P4. Memenuhi persyaratan kecuali tegangan tarik 200%. Dibuat sepatu kerja dengan sol karet tahan minyak cetak vulkanisasi. Menggunakan atasan kulit Boks yang memenuhi persyaratan SII. 0018-79, Mutu dan Cara Uji Kulit Boks, dan kompin P4 untuk pengesolannya, dengan cetak vulkanisasi pada temperature 150ºC, tekanan 100 PSI dalam waktu 11’. Berat kompon setiap 680 gr untuk sepatu no.6, 700 gr untuk no.7, dan menggunakan lem dari bahan campuran SG dan kompon P4. Hasilnya sepatu kerja dengan sol karet tahan minyak memenuhi persyaratan SII. 0045-82. Mutu Sepatu Pengaman dari kulit denga sol karet cetak vulkanisasi, kecuali Tegangan Tarik 200%<span> </span>belum memenuhi, dengan pertimbangan bahwa standar-standar dari Negara lain (China, Korea dan Jepang) tidak mensyaratkan Tegangan Tarik 200% sepatu hasil penelitian ini sudah memenuhi syarat sebagai sepatu kerja dari kulit dengan sol karet tahan minyak cetak vulkanisasi.</span></p> | Alas Kaki | |
6 | LAPORAN PENELITIAN TAHAP LANJUTAN PENELITIAN PENGARUH CUACA TERHADAP MUTU SOL KARET CETAK SEPATU OLAHRAGA | 1991 | Ir. Koentoro Soebijarso Soekarjono, B.Sc., Drs. Soepranoto Ir. Hadi Musthofa, Ir. Emilliana Kasmudjiastuti, Dra. Sri Nadilah | <div align="justify"> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;"><span style="font-size:12pt;line-height:115%;font-family:'Times New Roman', serif;">Penelitian pengaruh cuaca terhadap mutu sol karet cetak untuk sepatu olahraga, dilaksanakan melalui dua cara yaitu dengan alat weather-0-meter (secara indoor) dan langsung dikenakan cuaca udara luar (out door) dengan maksud untuk mengetahui adanya perubahan fisik fisika serta kolerasi dari dua macam cara pengujian tersebut.Dalam melaksanakan Penelitian dengan alat weather-0-meter kondisi selama penelitian dipertahankan konstan yaitu dengan black panel pada 50 ºC, dry bulb= 36 ºC wet bulb= 26 ºC dan kelembaban udara sebesar 45%. Pengambilan cuplikan yang telah terkena penyinaran dari dalam alat untuk diuji dilaksanakan tiap 25 jam sekali dan hal ini dilakukan sampai pada batas waktu dimana terjadi perubahan sifat fisika contoh uji yang khas yaitu rusak(patah) pada ujunf flexing. Adapun untuk penelitian out door, cuplikan yang diambil dari sol karet cetak sepatu olahraga produksi pabrik sepatu di Bandung dipasang diatas rak yang sudut kemiringannya diatur masing-masing 0º, 15 º, 30 º, 45 º terhadap arah mendatar dan selama penelitian ini kondisi cuaca di tempat penelitian selalu diamati dan dicatat. Pengambilan cuplikan yang akan diuji sifat fisiknya dikerjakan setiap 40 hari sekali. Ternyata sifat fisika cuplikan yang sudah dikenakan perlakuan dengan cuaca udara luar(out door) Nampak mengalami perubahan sebagaimana in door. Perubahan sifat fisika cuplikan terbesar terjadi pada rak dengan sudut kemiringan 30 º, sedangkan pengaruh cuaca terhadap cuplikan yang diletakkan diatas rak dengan sudut kemiringan yang berbeda-beda menurut hasil analisis T test tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Korelasi untuk pengujian cuplikan dari sol karet cetak <span> </span>yang mendapat perlakuan secara in door selama satu jam memberikan perubahan sifat fisika yang sama besarnya dengan cuplikan yang dikenakan out door selama 12,8 jam.</span></p> </div> | Karet | |
7 | PENGEMBANGAN PRODUK BARANG-BARANG CINDERAMATA DARI KULIT UNTUK EKSPOR (BONEKA KECIL, TEMPAT PERHIASAN MEJA KANTOR/ MAKAN, MASCOT) | 1991 | Th. Widiarti, B.Sc, F.B. Trisyono, B.Sc, Wigiyanto | <div align="justify"><span style="font-size:12pt;line-height:115%;font-family:'Times New Roman', serif;">Penelitian Pengembangan Produk Barang-barang Cinderamata dari Kulit untuk Ekspor bertujuan untuk membuat desain barang-barang cinderamata yang selanjutnya akan diberikan kepada pengrajin yang memerlukan. Barang-barang cinderamata dibuat dengan kualitas baik dari segi desain, mutu bahan maupun pengerjaan dalam rangka menggalakkan dan meningkatkan ekspor non migas serta untuk memanfaatkan kulit-kulit sisa dari industry besar. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Barang Kulit, Balai Besar penelitian dan Pengembangan Industri Barang Kulit, Karet, dan plastic Yogyakarta. Sasaran barang yang dibuat meliputi 3 buah boneka, 4 buah tempat hiasan meja kantor/makan serta 2 buah mascot. Dalam realisasinya dicoba dibuat : Prajurit Lombok Abang, Prajurit Manggala Yuda, Prajurit Daeng serta Pengantin Putri jawa gaya Surakarta. Tempat hiasan meja kantor/ makan berupa vas bunga kering, tempat sendok, tempat surat, tempat pensil model 01, tempat pensil model 02, tempat pensil model 03, alas meja makan model 01 dan alas meja makan model 02 serta bentuk hiasan ayam. Untuk mascot ialah dengan model gambar Kresni, model gambar Woro Srikandi serta bentuk gerobak. Dari hasil pengamatan ternyata barang cinderamata dapat dibuat mempergunakan kulit sisa garment yang relative luasnya kecil, misalnya untuk pakaian dari boneka, pembungkus profil sehingga dapat memberikan nilai tambah. Begitu pula kulit tas dengan dikombinasikan bahan-bahan lain dapat menghasilkan suatu barang dengan daya tarik sendiri.</span></div> | Barang Kulit & Garmen | |
8 | PENELITIAN PENINGKATAN MUTU SEAL UNTUK PINTU AIR | 1991 | Drs.prayitno,M.sc Drs.Tjahja Wartono Ir.Hadi Musthofa Ir.Emiliana Kasmujiastuti | <p style="margin-right:.2in;line-height:normal;" class="MsoNormal"><span style="font-family:'Times New Roman';">Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan komposisi dalam dalam pembuatan soal pintu air yang memenuhi persyaratan teknis pabrik.Pembuatan kompon yang dilakukan dengan menggunakan campuran karet alam dan karet sententis dengan perbandingan 100:20 : 100:30 : 100:40 serta bahan pengisi carbon black yang divariasi 50 dan 60 bagian .Dari hasil analisa stastistik terhadap data-data pengujian fisika,maka diperoleh kompon yang terbaik adalah kompon dengan 30 bagian karet sentestis untuk 100 bagian karet alam dengan bahan pengisi carbon black sebanyak 50 bagian.Adapun sifat-sifat fisika dari komposisi adalah :tegangan putus 219kg/cm.Perpajangan putus 826%,kekerasan (shore A) 68,pampat tetap 19,04% ,penyerapan air 0,1017%,specific gravity 1,1438 gr/cm3.Kemudian setelah dilakukan againg pada 70c selama 48 jam tegangan putus dan perpanjangan putus terjadi perubahan sebesar berturut-turut -1,38% dan 5,98%</span></p> <p style="margin-right:.2in;line-height:normal;" class="MsoNormal"><span style="font-family:'Times New Roman';"> </span></p> | Sistem Mutu | |
9 | PEREKAYASAAN ALAT PEMANAS AIR DENGAN TENAGA SURYA UNTUK PENYAMAKAN KULIT | 1992 | Sukardjo, Asmongin, Sakun | <p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align:justify;line-height:150%;"><span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman', serif;">Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat suatu rekayasa alat pemanas air dengan tenaga surya untuk keperluan proses penyamakan kulit. Hal ini dilakukan karena energy surya yang ada di Yogyakarta cukup besar dan sangat potensial untuk dikembangkan. Selain itu penelitian ini juga untuk mengantisipasi meningkatnya kebutuhan energy listrik di industri.</span></p> <p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align:justify;line-height:150%;"><span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman', serif;">Metode penelitian yang dipergunakan adalah kajian pustaka dan eksperimen. Kajian teoritik dilakukan untuk mendapatkan data-data teknik guna perencanaan alat. Sedangkan eksperimen dilakukan untuk melihat hasil kerja atau unjuk kerja rancangan yang telah dibuat.</span></p> <p align="justify" class="MsoNormal" style="text-align:justify;line-height:150%;"><span style="font-size:12pt;line-height:150%;font-family:'Times New Roman', serif;">Setelah melalui beberapa tahap kegiatan yang telah ditetapkan akhirnya alat yang direncanakan dapat terwujud. Kemampuan kerja alat pemanas air dengan energy surya yang dihasilkan adalah selama 2 jam dengan cuaca cerah mampu memanaskan air dari suhu 30<sup>0</sup> sampai ± 70<sup>0</sup>. Akan tetapi kelemahan dari alat ini adalah sangat bergantung pada cuaca atau musim. Oleh karena itu untuk menjaga kontinyuitas penyediaan air panas maka pemanas air dengan energhi lain seperti energy listrik, minyak bumi atau gas perlu disediakan.</span></p> | Rekayasa | |
10 | PENELITIAN KETAHANAN WADAH BIBIT PLASTIK UNTUK TANAMAN INDUSTRI JANGKA PANJANG | 1992 | Ir. Arum Yuniari Ir. Niken Kasiati | <p style="margin-right:.2in;line-height:normal;" class="MsoNormal"><span style="font-family:'Times New Roman';"><span> </span>Penelitian tentang ketahanan wadah bibit plastic untuk tanaman industri jangka pendek, menegah dan panjang bertujuan untuk mengetahui mutu kantong plastik wadah bibit tanaman. Dalam penelitian ini digunakan 243 buah kantong plastic yang terdiri dari 27 buah kantong plastik sebagai blanko, 108 buah kantong plastik ditanami bibit tanaman industry jangka pendek dan menengah, dalam hal ini diwakili oleh tanaman lada, vanili dan nilam, dan 108 buah kantong plastik ditanami bibit tanaman industry jangka panjang, yang diwakili oleh bibit tanaman kopi, coklat dan melinjo. Kantong plastik yang digunakan mempunyai ketebalan 0,03 mm, 0,05 mm dan 0,10 mm. variasi waktu<span> </span>tanaman untuk tanaman industry jangka pendek dan menengah adalah 3, 4, 5, dan 6 bulan, sedangklan untuk tanaman jangka panjang adalah 9, 12, 15, dan 18 bulan. Pengujian di lakukan sesuai JIS K 6781-1977 ‘Polyethylene Films for agriculture terhadap kantong plastic yang sudah ditanami dan blanko meliputi uji tegangan putus, perpanjang putus dan ketahanan sobek dengan masing-masing 3 kali ulangan. Analisa statistik menunjukan bahwa sampe waktu 18 bulan, variasi jenis tanaman tidak mempengaruhi nilai tegangan putus, perpanjangan putus dan ketahanan sobek. Sedangkan variasi tebal kantong plastik dan waktu tanam sangat mempengaruhi nilai tegangan putus, perpanjangan putus dan ketahanan sobek. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kantong plastik dengan tebal 0,03 mm dapat dipakai untuk pembibitan jangka pendek dan menengah, kantong plastik dengan tebal 0,05 mmdan 0,10 mm dapat dipakai untuk pembibitan jangka panjang.</span></p> | Plastik | |
11 | PENELITIAN KETAHANAN WADAH BIBIT PLASTIK UNTUK TANAMAN INDUSTRI JANGKA PANJANG | 1992 | Ir. Arum Yuniari, Ir. Niken Karsiati, Ir. Irsananto W. M. Eng | Penelitian tentang ketahanan wadah plastik untuk tananman industri jangka pendek, menengah dan panjang bertujuan untuk mengetahui mutu kantong plastik wadah bibit tanaman. Dalam penelitian ini digunakan 243 buah kantong plastik yang terdiri dari 27 buah kantong plastik sebagai blanko, 108 buah kantong plastik ditanami bibit tanaman industri jangka pendek dan menengah dalam hal ini diwakili oleh tanaman lada, vanili dan nilam, dan 108 buah kantong plastik ditanami bibit tanaman industri jangka panjang yang diwakili oleh tanaman kopi, coklat dan melinjo. Kantong plastik yang digunakan mempunyai ketebalan 0.03 mm, 0.05 mm, dan 0.10 mm. Variasi waktu tanam untuk tanaman industri jangka pendek dan menengah adalah 3, 4, 5 dan 6 bulan sedangkan untuk tanaman jangka panjang adalah 9, 12, 15, 18 bulan. Pengujian dilakukan sesuai JIS K 6781-1977 ' Polyethylene Films For Agriculture' terhadap kantong plastik yang sudah ditanami blanko, meliputi uji ketegangan putus, perpanjangan putus dan ketahanan sobek dengan masing- masing tiga kali ulangan. | Plastik | |
12 | LAPORAN PENELITIAN CAT UNTUK KULIT SAMAK NABATI | 1992 | IR. Koentro Soebijarso, Ir. Sulistiyah WRD | <div align="justify"> </div> <p align="justify" class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;line-height:115%;font-family:'Times New Roman', serif;">Penelitian cat tutup untuk kulit samak nabati ini bertujuan untuk mendapatkan cara finishing kulitsamak nabati yang menghasilkan kulit dengan cat tutup yang tahan gosokan/goresan. Dalam percobaan digunakan 6(enam) side kulit tas/kopor samak nabati yang masing-masing dibatasi menjadi 3 bagian untuk 2(dua) variasi cara pengecatan tutup. Setiap variasi menggunakan pigmen warna ochre, maroon, coklat, dan ungu untuk pengecatan tutup kulit yang sebelumnya telah dicat dasar masing-masing dengan satu kali ulangan. Kulit hasil pengecatan tutup kemudian disetrika dengan suhu 70</span><span style="font-size:12pt;line-height:115%;font-family:'Cambria Math', serif;">℃, tekanan 100 Bar selama 1detik. Kemudian dilakukan uji fisis yang meliputi kuat rekat, ketahanan gosok dan ketahanan goresan dari cat tutup, baik dalam keadaan kering maupun basah. Evaluasi hasil menunjukkan bahwa variasi II menghasilkan cat tutup dengan sifat fisis yang lebih baik, yaitu kekuatan rekat cat tutup kering(800 – 1887,5) g/cm, kekuatan rekat cat tutup basah (50 – 275) g/cm, ketahanan gosok cat tutup kering dengan nilai(4-5) pada skala abu-abu, dan nilai 5 pada skala penodaan, ketahan gosok cat tutup basah dengan nilai (4-5) pada skala abu-abu, dan nilai (3-5) pada skala penodaan, ketahanan goresan kering dengan nilai (2-4) pada skala abu-abu, dan<span> </span>ketahanan goresan basah dengan nilai(3-5) pada skala abu-abu. Cat tutup dengan warna ochre memberikan hasil yang lebih baik. Adapun formula dari cat tutup variasi IIadlah sebagai berikut : Untuk lapisan pertama digunakan campuran 40 bagian pasta pigmen, 40 bagian emulsi resin lunak, 40 bagian emulsi resin keras dan 60 bagian air dengan air diperlukan 2 kali ulas, dan disemprot 1-2 kali, sedang untuk lapisan penutupnya adalah 200 bagian emulsi lak keras dan 300 bagian super Thinner yang perlakuannya (1-2) kali semprot.</span></p> | Kulit | |
13 | PEMANFAATAN KULIT BELAHAN DARI KULIT SAPI UNTUK BAHAN PEMBUATAN TAS / KOPER | 1992 | Ir. Susilowati, Sudiyono, B.Sc, Ir. Primayanti | <div align="justify"><span style="font-size:11pt;line-height:115%;font-family:Calibri, 'sans-serif';">Pengembangan ini bertujuan memanfaatkan kulit belahan sapi untuk pembuatan kulit tas/ koper yang memenuhi persyaratan SII 0241-79 “Mutu dan cara uji kulit sapi untuk tas/ koper”. Bahan berupa kulit sapi belahan kering 15 (lima belas) lembar (30 side) yang biasa digunakan untuk pembuatan kulit sel dalam. Penyamakan dengan bahan penyamak kombinasi, yaitu krom dan ekstrak mimosa sampai diperoleh kulit kras. Kulit kras diimpregnasi dengan variasi perbandingan film forming 17 ;20;23 bagian dan penetrator 7;10;13 bagian. Dari beberapa warna yang dicoba, maka warna yang diterapkan karena lebih banyak pemilihnya adalah warna coklat muda yang berasal dari 98 bagian camotex tan pp 1859 dan 2 bagian pigmen hitam serta warna coklat tua yang berasal dari 70 bagian camotex tan pp 1859, ekor 25 bagian dan 5 bagian pigmen hitam. Hasil kulit yang diperoleh diuji dengan parameter SII 0241-79, sedangkan sebagai pelengkap, untuk keadaan cat tutupnya dibandingkan dengan SII 0018-79 “Mutu dan cara uji kulit boks”. Dari 9 variasi yang dilakukan, yang memenuhi persyaratan adalah variasi 17:7 ; 20:7 ; 23:7 ;17:10 ; 20:10 dan 23:10. Masing-masing variasi mempunyai salah satu sifat fisikan yang unggul, oleh karenanya dapat dipilih variasi yang tepat untuk memperoleh sifat unggulan sesuai kebutuhan. Namun yang paling ekonomis adalah pemakaian variasi 17 : 7 dengan perkiraan biaya produksi Rp 1.993,40 / sq.ft.</span></div> | Kulit | |
14 | PEMANFAATAN KULIT BELAHAN DARI KULIT SAPI UNTUK BAHAN PEMBUATAN TAS / KOPER | 1992 | Ir. Susilowati, Sudiyono, B.Sc, Ir. Primayanti | <div align="justify"><span style="font-size:11pt;line-height:115%;font-family:Calibri, 'sans-serif';">Pengembangan ini bertujuan memanfaatkan kulit belahan sapi untuk pembuatan kulit tas/ koper yang memenuhi persyaratan SII 0241-79 “Mutu dan cara uji kulit sapi untuk tas/ koper”. Bahan berupa kulit sapi belahan kering 15 (lima belas) lembar (30 side) yang biasa digunakan untuk pembuatan kulit sel dalam. Penyamakan dengan bahan penyamak kombinasi, yaitu krom dan ekstrak mimosa sampai diperoleh kulit kras. Kulit kras diimpregnasi dengan variasi perbandingan film forming 17 ;20;23 bagian dan penetrator 7;10;13 bagian. Dari beberapa warna yang dicoba, maka warna yang diterapkan karena lebih banyak pemilihnya adalah warna coklat muda yang berasal dari 98 bagian camotex tan pp 1859 dan 2 bagian pigmen hitam serta warna coklat tua yang berasal dari 70 bagian camotex tan pp 1859, ekor 25 bagian dan 5 bagian pigmen hitam. Hasil kulit yang diperoleh diuji dengan parameter SII 0241-79, sedangkan sebagai pelengkap, untuk keadaan cat tutupnya dibandingkan dengan SII 0018-79 “Mutu dan cara uji kulit boks”. Dari 9 variasi yang dilakukan, yang memenuhi persyaratan adalah variasi 17:7 ; 20:7 ; 23:7 ;17:10 ; 20:10 dan 23:10. Masing-masing variasi mempunyai salah satu sifat fisikan yang unggul, oleh karenanya dapat dipilih variasi yang tepat untuk memperoleh sifat unggulan sesuai kebutuhan. Namun yang paling ekonomis adalah pemakaian variasi 17 : 7 dengan perkiraan biaya produksi Rp 1.993,40 / sq.ft.</span></div> | Kulit | |
15 | Penelitian Pembuatan Barang Kulit Kecil (Small Leather Goods) Dari Kulit Kaki Ayam | 1992 | Bambang Suroto, BA, Ir. Sotja Prajati | <div align="justify">Penelitian Pembuatan Barang Kulit Kecil(Small Leather Goods) Dari Kulit Kaki Ayam bertujuan mengetahui secara organoleptis pengaruh pengerjaan penyesetan, penjahitan, perakitan pada kulit kaki ayam dengan bahan penyamak nabati dan krom; menambah keragaman produk barang kulit; serta diharapkan dapat memberikan/menambah/menumbuhkan kreatifitas pengrajin. Sasaran membuat 6 buah tas wanita ukuran kecil dan 6 buah dompet. Materi digunakan kulit kaki ayam, ditambah kulit konvensional(boks/glace) serta bahan-bahan pembantu seperti lapis, lem, benang maupun aksesoris. Metoda yang digunakan: Kulit kaki ayam dikelompokkan menjadi dua, 1 kelompok disamak krom dan 1 kelompok disamak nabati, kemudian diwarnai sesuai desain. Uji fisis(Kekuatan tarik, kemuluran, kekuatan sobek) dilakukan pada kulit kras sedang uji organoleptis(pemotongan, pengeleman, penyesetan, penjahitan) pada kulit finis. Kulit setiap jenis penyamakan, dibuat 3 buah tas dan 4 buah dompet dengan tahap-tahap/perlakuan yang sama. Penggunaan kulit kaki ayam pada bagian badan, sedang bagian lainnya menggunakan kulit konvensional. Kesimpulan penelitian ini ialah bahwa kulit kaki ayam samak nabati relatif lebih mudah pengerjaannya(pemotongan, pengeleman dan penyusunannya) dibandingkan dengan samakan krom(secara organoleptis).<br /></div> | Barang Kulit & Garmen | |
16 | LAPORAN PENELITIAN TEKNOLOGI PEWARNAAN MOTIF ANDA BERBAGAI JENIS KULIT SUEDE AFKIR (DOMBA & KAMBING) | 1992 | Ir. Widari, Hernadi Surip B.Sc, Widhiati B.Sc. | <div align="justify"> </div> <p align="justify" class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;line-height:115%;font-family:'Times New Roman', serif;">Penelitian Teknologi Pewarnaan Motip Pada Berbagai jenis Kulit Suede Afkir (Domba dan Kambing) bertujuan untuk memperoleh kulit suede dengan bahan baku kulit domba dan kambung kualitas afkir serta menambah daya tarik kulit suede.</span></p> <div align="justify"> </div> <p align="justify" class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;line-height:115%;font-family:'Times New Roman', serif;">Materi Penelitian adalah kulit domba dan kambing krom basah kualitas afikir sebanyak 40 lembar, kemudian diolah menjadi kulit suede. Kulit suede kemudian diberi motip pada bagian daging dengan system padding dan sablon. Variasi perlakuan pada penggunaanpengental (CMC) : 25 bagian, 50 bagian, dan 75 bagian. Sedangkan variasi resin acrylic : 10 bagian, 20 bagian, dan 30 bagian. Dari hasil uji kimiawi, organeleptis dan fisis ternyata kadar lemaknya lebih tinggi dobanding SII . 066 - 74 : Mutu dan Cara Uji Kulit Buludru/ Velvet. Warna motip sistim pencapaian yang terbaik adalah 50 bagian pengental dan 30 bagian resin atau 75 bagian pengental dan 10 bagian resin. Dari kulit domba/ atau kambing kualitas afkir dapat dilolah menjadi kulit suede kualitas II.</span></p> | Kulit | |
17 | PEMBUATAN KULIT ATASAN SEPATU TIPE FINISH OIL PULL UP DARI KULIT SAPI | 1992 | Ir. Titik Purwati Widowati Ir. Widari Hasan Basalamah, B. Sc | <p style="margin-right:.2in;line-height:normal;" class="MsoNormal"><span style="font-family:'Times New Roman';"><span> </span>Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh kulit atasan sepatu tipe finish oil pull up dan peningkatan kualitas kulit atasan sepatu. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit sapi sama krum basah 24 side, kualitas III. Tiga side kulit untuk penelitian pendahuluan dan 21 side untuk penelitian. Bahan penyamak ulang yang di gunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi bahan penyamak ulang sintetik-nabati. Untuk pengulasan minyak pada pengecatan tutup menggunakan “finising oil” F 91 “sebesar : 15 gram / sqft, 20 gram /sqft dan 25 gram / sqft. Untuk meningkatakan ketahanan terhadap air (water repllent) di tambahkan silicon 30 gram / liter. Hasil uji fisis, kmia dan organoleptis kulit oil pull up hasil dapat di gunakan untuk kulit atsan sepatu. Klasifikasi / mutu rata-rata kulit oil pull up : B2.</span></p> | Kulit | |
18 | LAPORAN PEMBUATAN KULIT ATASAN SEPATU TIPE FINISH OIL PULL UP DARI KULIT SAPI | 1992 | Ir. Titik Purwati Widowati, Ir. Widari, Hasan Basalamah, B.Sc | <div align="justify"> <p style="text-align:justify;" class="MsoNormal"><span style="font-size:12pt;line-height:115%;font-family:'Times New Roman', serif;">Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh kulit atasan sepatu tipe finish oil pull up dan peningkatan kualitas kulit atasan sepatu. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit sapi samak krom basah sebanyak 24 side, kualitas III. Tiga side kulit untuk penelitian pendahuluan dan 21 side untuk penelitian. Bahan penyamak ulang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi bahan penyamak ulang sintetik-nabati. Untuk pengulasan minyak pada pengecatan tutup menggunakan “finishing oil” F91 sebesar : 15 gram/sqft, 20 gram/sqft, dan 25 gram/sqft. Untuk meningkatkan ketahanan terhadap air(water repellent) ditambahkan silicon 30 gram/liter. Hasil uji fisis, kimiawi dan organoleptis kulit oil pull up hasil penelitian dapat digunakan untuk kulit atasan sepatu. Klasifikasi/mutu rata-rata kulit oil pull up : B2.</span></p> </div> | Kulit | |
19 | PENELITIAN PEMANFAATAN RESIN UNTUK PERBAIKAN MUTU KULIT DENGAN SISTEM RADIASI KOBALT 60 | 1993 | Ir.Dwi Wahini Nurhajati,M.Eng Ir. Penny Setyowati, Kadariyah, DIII | <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;line-height:150%;">Penelitian pemanfaatan resin untuk perbaikan mutu kulit dengan sistem radiasi kobalt-60 dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;line-height:150%;">Kulit kras sapi Jawa kualitas C diimpregnasi dengan emulsi monomer n-butil akrilat (n-BA) dalam air atau dengan emulsi oligomer tripropylene glikol diakrilat (TPGDA) dalam air selama 2 jam, dimasukkan dalam kantong poliettilen dan diradiasi dengan sinar gamma kobalt-60 (dosis 5-25 kGy). Kulit yang sudah diradiasi dicuci dengan air, dikeringkan lalu diuji sifat fisisnya. Hasil uji sifat fisis menunjukkan bahwa: kuat tarik untuk kulit yang dicangkok dengan TPGDA menunjukkan kenaikan sedangkan kemolorannya menurun. Kuat tarik kulit yang dicangkok dengan n-BA ada yang naik dan ada yang turun demikian juga kemolorannya. Kulit modifikasi tahan terhadap bengkokan selama20.000 kali, sifat penyerapan airnya umumnya menurun, PHnya tetap, warnanya umumnya lebih gelap serta baunya lebih tajam. </p> <div align="justify"> </div> | Kulit | |
20 | PENELITIAN PEMANFAATAN LEM HASIL LATEK ALAM YANG TELAH DIRADIASI UNTUK PEMBUATAN SEPATU KANVAS UMUM | 1993 | Sumardjono Sukirno Subardi Budiyono | <p class="MsoNormal" style="margin-right:.2in;line-height:normal;"><span style="font-family:'Times New Roman';">Penelitian ini bertujuan menerapkan lateks alam iradiasi<span> </span>sebagai bahan perangkat</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right:.2in;line-height:normal;"><span style="font-family:'Times New Roman';">(lem) untuk pengesolan dan pemasangan foxing pada pembuatan sepatu kanvas sistim vulkanisasi uap. Sepatu kanvas uang dihasilkan (sepatu kanvas Li) diuji kuat rekat sol liar dengan kanvas serta kuat foxing<span> </span>dengan sepatu kanvas, kemudian dibandingkan dengan kuat rekat sol liar dengan kanvas dan kuat rekat foxing dengan kanvas pada sepatu kanvas yang menggunakan bahan perekat lateks alam vulkanisasi belerang(sepatu kanvas La) Dari hasil perbandingan tersebut terlihat bahwa kuat rekat sol luar dengan kanvas pada sepatu La nilainnya lebih tinggi sedangkan kuat rekat foxing <span> </span>dengan kanvas antara sepatu kanvas LI dan sepatu kanvas LA mempunyai nilai yang setara (tidak berbeda)<span></span>. Nilai rata-rata uji kuat rekat sol luar dengan kanvas pada sepatu LI adalah 10,660 N/ 6mm dan nilai rata-rata kuat rekat foxing dengan kanvas adalah 11,892 N/6mm memenuhi syarat mutu SII. 1407-85” Sepatu Kanvas UntukUmum”.</span></p> | Alas Kaki |