# | Judul | Tahun | Pelaksana | Abstrak | Kategori | |
---|---|---|---|---|---|---|
161 | PEMANFAATAN KULIT BELAHAN DARI KULIT SAPI UNTUK BAHAN PEMBUATAN TAS / KOPER | 1992 | Ir. Susilowati, Sudiyono, B.Sc, Ir. Primayanti | <div align="justify"><span style="font-size:11pt;line-height:115%;font-family:Calibri, 'sans-serif';">Pengembangan ini bertujuan memanfaatkan kulit belahan sapi untuk pembuatan kulit tas/ koper yang memenuhi persyaratan SII 0241-79 “Mutu dan cara uji kulit sapi untuk tas/ koper”. Bahan berupa kulit sapi belahan kering 15 (lima belas) lembar (30 side) yang biasa digunakan untuk pembuatan kulit sel dalam. Penyamakan dengan bahan penyamak kombinasi, yaitu krom dan ekstrak mimosa sampai diperoleh kulit kras. Kulit kras diimpregnasi dengan variasi perbandingan film forming 17 ;20;23 bagian dan penetrator 7;10;13 bagian. Dari beberapa warna yang dicoba, maka warna yang diterapkan karena lebih banyak pemilihnya adalah warna coklat muda yang berasal dari 98 bagian camotex tan pp 1859 dan 2 bagian pigmen hitam serta warna coklat tua yang berasal dari 70 bagian camotex tan pp 1859, ekor 25 bagian dan 5 bagian pigmen hitam. Hasil kulit yang diperoleh diuji dengan parameter SII 0241-79, sedangkan sebagai pelengkap, untuk keadaan cat tutupnya dibandingkan dengan SII 0018-79 “Mutu dan cara uji kulit boks”. Dari 9 variasi yang dilakukan, yang memenuhi persyaratan adalah variasi 17:7 ; 20:7 ; 23:7 ;17:10 ; 20:10 dan 23:10. Masing-masing variasi mempunyai salah satu sifat fisikan yang unggul, oleh karenanya dapat dipilih variasi yang tepat untuk memperoleh sifat unggulan sesuai kebutuhan. Namun yang paling ekonomis adalah pemakaian variasi 17 : 7 dengan perkiraan biaya produksi Rp 1.993,40 / sq.ft.</span></div> | Kulit | |
162 | LAPORAN PENELITIAN TAHAP LANJUTAN PENELITIAN PENGARUH CUACA TERHADAP MUTU SOL KARET CETAK SEPATU OLAHRAGA | 1991 | Ir. Koentoro Soebijarso Soekarjono, B.Sc., Drs. Soepranoto Ir. Hadi Musthofa, Ir. Emilliana Kasmudjiastuti, Dra. Sri Nadilah | <div align="justify"> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;"><span style="font-size:12pt;line-height:115%;font-family:'Times New Roman', serif;">Penelitian pengaruh cuaca terhadap mutu sol karet cetak untuk sepatu olahraga, dilaksanakan melalui dua cara yaitu dengan alat weather-0-meter (secara indoor) dan langsung dikenakan cuaca udara luar (out door) dengan maksud untuk mengetahui adanya perubahan fisik fisika serta kolerasi dari dua macam cara pengujian tersebut.Dalam melaksanakan Penelitian dengan alat weather-0-meter kondisi selama penelitian dipertahankan konstan yaitu dengan black panel pada 50 ºC, dry bulb= 36 ºC wet bulb= 26 ºC dan kelembaban udara sebesar 45%. Pengambilan cuplikan yang telah terkena penyinaran dari dalam alat untuk diuji dilaksanakan tiap 25 jam sekali dan hal ini dilakukan sampai pada batas waktu dimana terjadi perubahan sifat fisika contoh uji yang khas yaitu rusak(patah) pada ujunf flexing. Adapun untuk penelitian out door, cuplikan yang diambil dari sol karet cetak sepatu olahraga produksi pabrik sepatu di Bandung dipasang diatas rak yang sudut kemiringannya diatur masing-masing 0º, 15 º, 30 º, 45 º terhadap arah mendatar dan selama penelitian ini kondisi cuaca di tempat penelitian selalu diamati dan dicatat. Pengambilan cuplikan yang akan diuji sifat fisiknya dikerjakan setiap 40 hari sekali. Ternyata sifat fisika cuplikan yang sudah dikenakan perlakuan dengan cuaca udara luar(out door) Nampak mengalami perubahan sebagaimana in door. Perubahan sifat fisika cuplikan terbesar terjadi pada rak dengan sudut kemiringan 30 º, sedangkan pengaruh cuaca terhadap cuplikan yang diletakkan diatas rak dengan sudut kemiringan yang berbeda-beda menurut hasil analisis T test tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Korelasi untuk pengujian cuplikan dari sol karet cetak <span> </span>yang mendapat perlakuan secara in door selama satu jam memberikan perubahan sifat fisika yang sama besarnya dengan cuplikan yang dikenakan out door selama 12,8 jam.</span></p> </div> | Karet | |
163 | PENELITIAN SKALA PRODUKSI EKONOMIS PENYAMAKAN KULIT TAS KOPER DENGAN SISTEM COUNTER CURRENT (SKALA KECIL) | 1993 | Ir. Susilawati, Muchtar Lutfie, B.Sc, Ir. Agit Punto Yuwono | <div align="justify"><span style="font-size:11pt;line-height:115%;font-family:Calibri, 'sans-serif';">Penelitian ini bertujuan membuat perhitungan tekno ekonomi dari skala ekonomis penyamakan secara counter current untuk menghasilkan kulit tas koper yang memenuhi SII 0241-79 “Mutu dan cara uji kulit sapi untuk kulit tas koper”. Sebagai pembanding dilakukan pula perhitungan untuk proses non counter current. Urutan proses dan resep yang digunakan untuk proses counter current adalah hasil pengembangan seksi Percobaan Balai Pengembangan barang Kulit, sedangkan untuk proses non counter current dari Kelompok Proses Balai Penelitian Barang Kulit, keduanya disempurnakan dengan hasil studi pustaka. Pengujian dengan tolak ukur SII 0241-79 menyatakan bahwa kulit yang dihasilkan semuanya memenuhi persyaratan. Perhitungan secara tekno ekonomi mendapatkan hasil harga pokok Rp 2.312,67/ sqft untuk proses counter current, dan Rp 2.636,305/ sqft untuk proses non counter current, sedangkan harga di pasaran bagi proses counter current adalah Rp 2.400,00/ sqft. Kapasitas minimum yang disarankan untuk proses counter current adalah 100 lembar kulit mentah, disarankan pula bahwa proses counter current ini tepat untuk dilaksanakan oleh industry penyamakan kulit skala kecil, dengan memanfaatkan jasa UPT atau BBKKP untuk proses pembelahan dan perataan kulit.</span></div> | Kulit | |
164 | Peningkatan Mutu Kulit Reject dengan Aplikasi Berbagai Motif/ Drug untuk Shoe Upper | 2015 | Ir. Emiliana Kasmudjiastuti Drs. Ir.Prayitno, Apt,M.Sc Dr. Sc. Bidhari Pidhatika, ST.,M.Sc Gressy Griyanitasari, S.Pt | <div align="justify">Berbagai metode finishing dapat dilakukan untuk menyamarkan cacat kulit yang ada di permukaan kulit, antara lain dengan cara memberikan grain/motif buatan pada permukaan kulit atau pada kulit split atau kulit corrected grain. Maksud dari upaya tersebut di atas adalah untuk memodifikasi sifat-sifat pada permukaan kulit, memperbaiki sifat-sifat kulit, meningkatkan nilai tambah, dan meningkatkan performance kulit jadi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan mutu kulit sapi wet blue kulit kualitas rendah dengan motif/drug, mengetahui pengaruh jumlah binder poliuretan terhadap kualitas kulit sapi dan mengetahui pengaruh motif/drug terhadap kualitas kulit sapi. Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit wet blue kualitas reject. Variasi perlakuan pada penggunaan jumlah binder RU (100, 150, 200 bagian) dan jenis motif (buaya, burung onta, ikan hiu dan milled). Dari parameter uji yang dilakukan terkait dengan finishing (ketahanan gosok cat, kekuatan bengkuk, kekuatan rekat cat tutup, WVP dan WVA) memenuhi persyaratan. Untuk sifat kekuatan (strength properties) seperti kekuatan sobek dan kemuluran juga memenuhi persyaratan, kecuali untuk kekuatan tarik sebagain besar tidak memenuhi persyaratan. Hasil uji terkait mutu performance yang dinilai panelis (kelemasan, pegangan dan kenampakan) secara organoleptis nilai terbaik adalah pada penggunaan binder RU 200 bagian dengan motif ikan hiu dengan nilai 83.4 ± 4.8 (baik). Hasil pengamatan mikroskopik menunjukkan kulit dengan motif ikan hiu strukturnya lebih padat dan kompak dibanding motif buaya, burung onta dan milled. Perlakuan optimal pada penelitian ini adalah penggunaan binder PU 200 bagian dengan motif ikan hiu. </div> <p align="justify"> </p> | Kulit | |
165 | LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN PENINGKATAN MUTU PRODUK KOPER DARI BAHAN BAKU KULIT UNTUK KONSUMSI EKSPORT | 1991 | Ir. Koentoro Soebijarso, Soekarjono, B.Sc, Soembogo, Bambang Soeroto, B. A., RAKIM, Soenardi, M.Sc. | <div align="justify">Buku laporan ini berisi kegiatan kelompok kerja 2.12/Proy.PPIKKP/1989-1990 dan pengembangan dan peningkatan Mutu Produk koper dari bahan baku Kulit untuk konsumsi ekspor. Tujuan dari kegiatan ini ialah untuk peningkatan mutu produk dan kemampuan pengrajin. Sehingga sasarannya adalah meningkatkan keterampilan teknis para pengrajin koper. Metade yang diberikan pada pelatihan berupa: desain koper, pengetahuan teknis pembuatan koper, informasi peralatan yang digunakan dan pengetahuan tentang kalkulasi bahan. Untuk mengetahui kerekatan lem yang biasa dipergunakan para pengrajin di Tanggulangin telah diadakan percobaan tiga macam lem sintetis terhadap delapan macam. Dan hasilnya ternyata tidak berbeda nyata. Tetapi secara umum kerekatan terhadap kulit yang terbaik adalah lem I atu Racoll Prima D.<br /> Hasil percobaan sebagai berikut:<br /> Bahan: Kulit Bagian nerf bagian daging: lem: Racoll prima D; kuat rekat kg/cm : 4,98<br /> Bahan: Kulit Bagian nerf bagian nerf: lem: Racoll prima D; kuat rekat kg/cm : 3,35<br /> Bahan: Kulit - Bludru: lem: Racoll prima D; kuat rekat kg/cm : 3,62<br /> Bahan: Kulit - VInil : lem: Aica Aibon; kuat rekat kg/cm : 2,94<br /> Bahan: Kulit - triplek: lem: Fox; kuat rekat kg/cm : 5,08<br /> Bahan: bludru - vinil: lem: Racoll prima D; kuat rekat kg/cm : 2,35<br /> Bahan: bludru -triplek: lem: fox D; kuat rekat kg/cm : 4,74<br /> Bahan: vinil - triplek: lem: Racoll prima D; kuat rekat kg/cm : 3,19<br /></div> | Barang Kulit & Garmen | |
166 | Pengolahan Lanjut Limbah Cair Industri Lateks Pekat dengan Sistem Adsorbsi | 2015 | Ir. Nursamsi Sarengat Drs. Ir. Prayitno, Apt, M.Sc. Ir. Sugihartono, MS Ike Setyorini, ST | <div align="justify">Industri lateks pekat adalah industri yang mengolah lateks kebun menjadi lateks pekat. Pada proses pengolahannya industri lateks pekat menghasilkan limbah cair. Industri latekspekat sudah memiliki instalasi pengolahan limbah cair (IPAL) yang terdiri dari rubber trap 1, rubber trap 2, kolam anaerob dan aerob, namun limbah cair yang dihasilkan masih belum memenuhi baku mutu yang ditetapkan oleh daerah yaitu Perda Provinsi Jawa Tengah No. 5 Tahun 2012. Penelitian ini bertujuan menurunkan nilai BOD, COD, TSS dan amoniak sehingga mengurangi dampak lingkungan serta mengatasi problem IPAL yang belum berfungsi efektif dengan menambahkan sistem adsorbsi pada akhir proses. Dilakukan penelitian skala laboratorium dengan penggunaan berbagai jenis dan variasi adsorber. Penerapan prototipe dilakukan di IPAL pabrik lateks pekat menggunakan kombinasi adsorber sabut kelapa, sekam bakar, abu terbang bagas, arang, dan zeolit dapat menurunkan nilai COD 36,79 –39,83 %, BOD 46,23 –48,98 %, amoniak 35,99 –40,04 %, dan TSS 76,30 –77,39 %. </div> | Kimia | |
167 | Pembuatan Karet Tahan Peluru untuk Keperluan Militer (Rompi Anti Peluru) | 2014 | Ir. V. Sri Pertiwi Rumiyati., MP (Koordinator) Ike Setyorini., ST (Peneliti Utama) Ihda Novia Indrajati, M.T (Peneliti) | <div align="justify">Kegiatan penelitiaan Pembuatan Karet Tahan Peluru untuk Keperluan Militer dimaksudkan untuk memperoleh substitusi serat sintetis yang selama ini digunakan sebagai material tahan peluru. Serat alam dan karet alam dikombinasikan membentuk suatu komposit yang memiliki sifat-sifat khusus yang diharapkan mampu digunakan sebagai material tahan peluru yang baru. Serat alam yang digunakan adalah serat sabut kelapa yang sudah diperlakukan secara alkali untuk meningkatkan kompatibilitas terhadap matriks (karet alam). <br /> Hasil vulkanisat diuji balistik meliputi aspek kemampuan terhadap tembus peluru dan tusukan senjata tajam. Komposit hasil penelitian ini belum mampu menahan tembakan pistol caliber 9 mm dari jarak 5 meter akan tetapi baru mampu terhadap tusukan senjata tajam dan bacokan.</div> | Karet | |
168 | Aplikasi Teknologi C-RFP untuk Penyamakan Kulit Lemas sebagai upaya Penanggulangan Limbah Krom Industri Penyamakan | 2015 | Sri Sutyasmi, B.Sc, ST Ir. Titik Purwati Widowati, MP Heru Budi Susanto, SE.,MT Noor Maryam Setyadewi, ST., MT | <div align="justify">Kulit lemas seperti kulit jaket umumnya masih menggunakan bahan penyamak krom. Keuntungan bahan penyamak krom antara lain adalah menghasilkan kulit lemas (seperti kulit garmen, jaket) yang mempunyai ketahanan fisik yang kuat dan waktu prosesnya relatif cepat. Disisi yang lain bahan penyamak krom mempunyai kelemahan terutama pada limbah yang dikeluarkan mengandung B3. Untuk itu perlu dilakukan penelitian pembuatan kulit lemas dengan samak nabati menggunakan sistem C-FRP. Penyamakan menggunakan sistem C-FRP ini jauh lebih cepat yaitu hanya 4 Jam, sedangkan cara konvensional adalah 18 –20 jam. Kulit pickle dikondisioning dengan Sootan TSN selanjutnya disamak tanpa air dengan bahan penyamak nabati (mimosa, quebracho dll). Hasil penyamakan yang dilakukan dengan bahan penyamak nabati sistem C-RFP menghasilkan kulit jadi yang tidak gembos/lemas dan dapat digunakan sebagai kulit jaket yang elastis dan mempunyai kekuatan sobek yang memadai. Hasil uji fisis kulit hasil penyamakan dengan sistem C-RFP masing-masing mempunyai tebal yang relatif sama antara (0,6 –0,7) mm, dengan mempunyai kekuatan tarik dan kemuluran memenuhi persyaratan SNI 4593:2011 - Kulit jaket domba/kambing, demikian juga untuk uji ketahanan gosok basah maupun keringnya, juga uji tembus uji uap air. Hasil uji SEM dari semua variasi terlihat bahwa semua kulit hasil penelitian terlihat jaringan kulit padat dan kompak. </div> | Kulit | |
169 | Karakterisasi dan Optimasi Karet V-Belt untuk Motor Matik | 2015 | Ir. Herminiwati, MP Ir. Arum Yuniari Indiah Ratna Dewi, S.Si Muhammad Sholeh, M.Eng | <div align="justify">Penelitian ini bertujuan untuk pembuatan v-belt karet motor matik. V-belt motor matik yang digunakan mempunyai tipe raw edge belt cogged (bergerigi). Pembuatan v-belt motor matik dilakukan melalui tahapan karakterisasi dan optimasi kompon karet v-belt. Hasil optimasi kompon karet v-belt diaplikasikan dalam pembuatan produk v-belt, namun agar didapatkan hasil v-belt yang baik dan memenuhi persyaratan, perlu dilakukan reformulasi kompon dan perlu dilakukan treatment terhadap serat gebang yang digunakan karena masih belum homogen. Serat poliester menghasilkan kompon yang tidak homogen dalam proses komponding. Proses pencetakan belum bisa dilakukan sebelum serat ditreatment. Hasil uji mekanis menghasilkan sifat-sifat kompon sebagai berikut : tegangan putus antara 91,78-136,28 kg/cm2; perpanjangan putus antara 50-133,33 %; kuat sobek 3,6-7,77 kg/cm; kekerasan 84,33-94,33 shore A; tegangan putus setelah aging 80,85-121,14 kg/cm2; perpanjangan putus setelah aging 36,67-111,67 %. Sifat mekanik kompon karet dengan penambahan serat gebang sebagai berikut : tegangan putus 55,93- 116,79 kg/cm2; perpanjangan putus 50- 116,67 %; kuat sobek 4,9- 17,72 kg/cm; kekerasan 88- 95 shore A; tegangan putus setelah aging 60,81- 102,11 kg/cm2; perpanjangan putus setelah aging 25- 93,33 %. </div> | Karet | |
170 | Penelitian Pembuatan Barang Kulit Kecil (Small Leather Goods) Dari Kulit Kaki Ayam | 1992 | Bambang Suroto, BA, Ir. Sotja Prajati | <div align="justify">Penelitian Pembuatan Barang Kulit Kecil(Small Leather Goods) Dari Kulit Kaki Ayam bertujuan mengetahui secara organoleptis pengaruh pengerjaan penyesetan, penjahitan, perakitan pada kulit kaki ayam dengan bahan penyamak nabati dan krom; menambah keragaman produk barang kulit; serta diharapkan dapat memberikan/menambah/menumbuhkan kreatifitas pengrajin. Sasaran membuat 6 buah tas wanita ukuran kecil dan 6 buah dompet. Materi digunakan kulit kaki ayam, ditambah kulit konvensional(boks/glace) serta bahan-bahan pembantu seperti lapis, lem, benang maupun aksesoris. Metoda yang digunakan: Kulit kaki ayam dikelompokkan menjadi dua, 1 kelompok disamak krom dan 1 kelompok disamak nabati, kemudian diwarnai sesuai desain. Uji fisis(Kekuatan tarik, kemuluran, kekuatan sobek) dilakukan pada kulit kras sedang uji organoleptis(pemotongan, pengeleman, penyesetan, penjahitan) pada kulit finis. Kulit setiap jenis penyamakan, dibuat 3 buah tas dan 4 buah dompet dengan tahap-tahap/perlakuan yang sama. Penggunaan kulit kaki ayam pada bagian badan, sedang bagian lainnya menggunakan kulit konvensional. Kesimpulan penelitian ini ialah bahwa kulit kaki ayam samak nabati relatif lebih mudah pengerjaannya(pemotongan, pengeleman dan penyusunannya) dibandingkan dengan samakan krom(secara organoleptis).<br /></div> | Barang Kulit & Garmen | |
171 | Pembuatan Kulit Atasan Sepatu Tahan Suhu Dingin | 2015 | Drs. Ir.Prayitno, Apt,M.Sc Sri Waskito,SE Ir. Emiliana Kasmudjiastuti Heru Budi Susanto,SE., MT | <div align="justify">Penelitian pembuatan kulit atasan sepatu tahan suhu dingin bertujuan untuk mendapatkan formulasi untuk proses pembuatan kulit atasan sepatu yang mempunyai ketahanan pada suhu dingin. Bahan yang digunakan Kulit sapi Wet blue dan pickle, Garam, Na.Formiat, Tanigan OC, Na.Bicarbonat, Mimosa, Neutralising Sintan, Resin Akrilik, Tanigor SGN, Sincal MS, Cat Dasar, Derminiol SBJ, Derminol SPE, Anti Jamur, Asam formiat, Hexaflor, RA2, RU3906, BI 372, FI11250, Penetrator, Pigment, Lack netral, thier super dan KS, serta alat yang digunakan drum penyamakan, alat pengetaman, alat staking, alat pementangan, alat plating serta alat uji kuat tarik, penyerapan air, permibilitas air dan uap air, uji ketahanan gosok cat,alat uji flexing. Dalam penelitian ini percobaan disusun secara faktorial dalam rancangan acak lengkap, terdiri dari 5 (lima) taraf perlakuan konsentrasi water repellent untuk 2 (dua) jenis bahan penyamak krom dan nabati. Tiap taraf perlakuan mendapatkan tiga kali ulangan sehingga terdapat 30 unit percobaan dan tiap satuan pengamatan terdiri dari 1 side kulit. Penelitian dilakukan dengan memvariable bahan penyamak dengan bahan penyamak krom dan nabati dan tiap jenis bahan digunakan Water repelent yang divariasi 5,00; 7,50; 10,00; 12,50 dan 15% hasil dianalisa untuk mengetahui jumlah jenis dan jumlah bahan penyamak yang dapat memberikan sifat-sifat kulit atasan yang waterproof dan tahan dingin. Kulit atasan sepatu tahan dingin dapat dibuat dengan menggunakan samak khrom dengan menggunakan water repelent dari derifat fluorinated polimer dengan kadar minimal 7.5 % dengan memberikan kemampuan penyerapan air kurang dari 30% yang merupakan syarat umum kulit tahan suhu dingin. Penyamakan dengan bahan penyamakan nabati tanpa penggunaan bahan retaning khrom tidak bisa digunakan untuk membuat kulit atasan sepatu tahan dingin, terutama kelemahannya pada penyerapan uap air yang masih tinggi.</div> | Kulit | |
172 | Penggunaan Ekstrak Kolagen dari Limbah Kulit sebagai Flokulan pada Pengolahan Limbah Industri Penyamakan Kulit | 2015 | Ir. Sugihartono, MS Ir. Nursyamsi Sarengat Sri Sutyasmi, B.Sc., ST Dona Rahmawati, STP | <div align="justify">Penyamakan kulit basah sebanyak satu ton, akan diturunkan limbah cair ± 40 m3,limbah padat sebelum samak sebesar 350 kg (berupa kulit hasil trimming 100 kg dan fleshing 250 kg), limbah padat sesudah samak sebesar 330 kg, dan limbah bahan kimia dari prosesing sebesar 380 kg. Pengolahan limbah cair dilakukan dengan menggunakan flokulan sintetis,namun industri sering kali mengurangi perhatiannya terhadap pengolahan limbah karena biaya mahal. Flokulan sintetis dapat menyebabkan masalah kesehatan dan lingkungan serta tidak dapat diurai di alam. Oleh karenanya perlu dicari pengganti flokulan yang bersifat biodegradable, terbarukan, biaya terjangkau, aman bagi manusia dan mahluk hidup lainnya, serta memiliki aktivitas tinggi. Gelatin merupakan protein yang dapat diproses dari kulit atau kulit limbah. Penggunaan gelatin untuk pengolahan limbah cair industri penyamakan kulit belum banyak diteliti, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan gelatin sebagai koagulan-flokulan pada pengolahan limbah cair. Penelitian dilakukan secara bertahap yaitu tahap pengolahan gelatin dari kulit pikel limbah menggunakan variasi basa NaOH dan KOH masing-masing dengan konsentrasi 1 dan 2%, dan tahap uji coba gelatin untuk pengolahan limbah cair industri penyamakan kulit dengan dosis 0,02; 0,04; 0,06; 0,08 dan 0,1% dari berat limbah; tahap terakhir yaitu menggunakan gelatin terpilih dan mengkombinasikan dengan fero sulfat/tawas (gelatin dibanding fero sulfat/ tawas adalah 100:0; 75:25; 50:50; 25:75; dan 0:100) untuk pengolahan limbah, dosis berat campuran 0,08% dari berat limbah. Cara pengolahan gelatin seperti cara Sugihartono (2014) dimodifikasi pada penghilangan garam dan asam menggunakan drum berputar, volume basa untuk hidrolisis sebesar 10 kali bagian kulit, dengan waktu perendaman selama 42 jam, dan air untuk ekstraksi sebesar 5 kali bagian kulit. Perbedaan jenis dan konsentrasi basa dalam hidrolisis kolagen dapat memberikan perbedaan rendemen, kadar abu, kadar protein dan bobot molekul protein gelatin. Rendemen gelatin paling tinggi dihasilkan dari perlakuan basa NaOH 2% yaitu 46,47%, sedangkan bobot molekul tinggi dihasilkan dari perlakuan basa KOH 1dan 2%, yaitu 100 -130 dKa. Gelatin hasil dari hidrolisis kolagen menggunakan basa NaOH dan KOH dengan konsentrasi 1 dan 2% dapat digunakan sebagai koagulan-flokulan dalam pengolahan limbah industri penyamakan kulit. Memiliki pengaruh yang beragam terhadap penurunan COD, kekeruhan, kromtotal, TDS, kapasitas adsorbsi dan persen adsorbsi. Koagulan-flokulan gelatin perlakuan NaOH 2% dosis 0,08% mampu menurunkan COD sebesar 75,44%, gelatin perlakuan KOH 1% dosis 0,06% mampu menurunkan kandungan krom total 79,26%,gelatin perlakuan NaOH 1% dosis 0,1% mampu menurunkan kekeruhan sampai 90,49% serta gelatin perlakuan KOH 1% dosis 0,08% mampu mengadsorbsi polutan terlarut sampai 15,25%. Kombinasi gelatin dengan ferosulfat/tawas saling menguatkan dalam penurunan kadar krom total dan penurunan kekeruhan limbah yang diolah. Penggunaan gelatin secara tunggal maupun kombinasi dengan fero sulfat atau tawas dapat menekan derajad polutan limbah cair industri pengolahan kulit, walaupun hasil olahannya belum memenuhi Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 5 Tahun 2014.</div> | Limbah | |
173 | Pembuatan Alas Kaki untuk Kebutuhan Khusus | 2014 | Sri Waskito., B.Sc., SE (Koordinator) Drs. Ir. Prayitno., Apt., M.Sc (Peneliti Utama) Ir. Arum Yuniari(Peneliti) | <div align="justify">Telah dilakukan penelitian untuk pembuatan sepatu kebutuhan khusus bagi penderita cacat kaki baik cacat-cacat kaki yang standar maupun cacat kaki bawaan yang belum terstandar atau yang disebabkan oleh adanya penyakit-penyakit tertentu yang menyebabkan terjadinya perubahan pada bentuk kaki. Dalam penelitian ini digunakan model dari 4 (empat) penderita cacat kaki meliputi: Cacat kaki dengan tinggi/panjang berbeda dengan Hallux Valgus, Cacat kaki berbeda panjang, Telapak kaki berbeda panjang dengan jari jempol kearah atas, dan Cacat kaki berbeda besarnya. <br /> Adapun tahapan pembuatan sepatu khusus berturut-turut sebagai berikut: <br /><ol><li>Pengukuran kaki Model untuk mengumpulkan data kaki, untuk menghasilkan bentuk pola sol dalam sebagai dasar pembuatan acuan dan estimasi dari gerakan kaki, </li> <li>Pembuatan desain, </li> <li>Tracing telapak kaki, untuk mempermudah menentukan tipe pola kaki yang sesuai, </li> <li>Pembuatan pola telapak kaki untuk memperbaiki sifat kecacatan kaki dan biomekanis, </li> <li>Membuat acuan sesuai pola telapak kaki dengan pertimbangan, toe spring, tinggi hal, lingkar gemur, lingkar gemuk sesuai kecacatan kaki, </li> <li>Mengkopi acuan untuk pembuatan pola, </li> <li>Membuat pola bagian atas sepatu, </li> <li>Membuat bagian atas sepatu, </li> <li>Membuat bagian bawah sepatu, </li> <li>Merakit bagian atas dan bawah, dan </li> <li>Finishing</li> </ol> Dari penelitian, diperoleh 4 jenis sepatu masing-masing dengan 3(tiga) pasang desain, dari hasil penilaian dari para panelis disimpulkan ketiga desain responden menyatakan tidak terdapat beda nyata dalam kesesuaian desain.</div> | Alas Kaki | |
174 | ALIH TEKNOLOGI FINISHING UNTUK PENINGKATAN KUALITAS KULIT JADI DI YOGYAKARTA | 2009 | Drs. Sugeng , | <p align="justify">Alih Teknologi Finishing untuk Peningkatan Kualitas Kulit Jadi di Yogyakarta dilaksanakan selama 5 (lima) hari mulai tanggal 11 sd/ 15 Agustus 2009,diikuti oleh 15 (lima belas) orang peserta dari pengrajin kulit di Yogyskarta. Metode Alih Teknologi yang dilaksanakan adalah penyampaian teori/diskusi/presentasi dan praktek yang meliputi 20 % teori/diskusi dan 80 % praktek. Fasilitas yang disediakan untuk Alih Teknologi ini dibebankan Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik melalui anggaran DIPA tahun 2009 antara lain makalah/hand out,bahan praktek, alat tulis peserta, peralatan peserta, konsumsi dan transport lokal peserta selama pelaksanaan Alih Teknologi serta sertifikat peserta. Hasil dari Alih Teknologi ini diharapkan para pengrajin mampu meningkatakan kualitas /mutu produk kerajinan kulit di Yogyakarta supaya mampu bersaing dan memenuhi permintaan pasar. </p> | Kulit | |
175 | TEKNOLOGI FINISIHING KULIT IKAN NILA UNTUK ATASAN SEPATU | 2009 | Ir. Emiliana Kasmudjiastusi 1. Ir. Sri Untari 2. Heru Budi Susanto, B.Sc, SE 3.Nurhafq, ST | <p align="justify">Penelitian ini beertujuan untuk mendapatkan teknologi <em>finishing </em>kulit ikan nila untuk bagian atasan sepatu yang dapat diterapkan pada industri sepatu di Jawa Timu dan Jawa Barat. Penelitian ini diawali denga pra penelitian dengan menggunakan 30 lembar kulit ikan nila dari limbah <em>fillet</em> ikan nila PT Aqua farm di Semarang, dengan variasi konsentrasi minyak 4%, 6%, dan 8%. Dari hasil pra penelitian diperoleh hasil bahwa variasi yang optimal asdlah penggunaan 4% minyak hal ini disebabkan karena hasil kemuluran rendah dan kekuatan tarik cukup tinggi. Selanjutnya pwnggunakan 4% minyak diterapkan pada penelitian lanjutan. Penelitian dengan menggunakan kulit sebanyak 647 lembar dengan variasi 4 (empat) faktor (binder, lak, suhu dan waktu <em>plating).</em> Hasil uji fisis meliputi kekuatan tarik, kemuluran, kekuatan sobek,kekuatan jahit dan kelemasan dianalisa statistik dengan prosedur <strong><em>General Linier Model (GLM)</em></strong> dilanjutkan dengan uji <em><strong>Tukey's Studentzed Range (HSD).</strong></em> Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa teknologi <em>finishing </em>yang paling optimal dicapai pada perlakuan kulit dengan kode AD IVc yaitu dengan penggunaan binder 1:2, dan lak 1:2,suhu plating 95 0C dengan waktu 1,5 detik. Kulit yang dihasilkan miemiliki kekompakan yang baik dan memiliki ketahanan lentur yang cukup baik yatiu dengan nilai 4/5 (kering) dan 3/4 (basah) pad skala abu-abu <em>(grey sclae).</em> Disamping itu memiliki kekuatan tarik 177,32 kg/cm2 kemuluran 62%, kekuatan sobek 41,92 kg/cm, kekuatan jahit 113,06 kg/cm, dan kelemasan 2,33. Dari hasil penerapan di industri sepatu di Jawa Timur dan Jawa Barat kulit <em>finish </em>dari kulit ikan nila tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan sepatu pria dan wanita secar <em>full </em>dari kulit ikan nila namun harus dilapis dengan menggunakan bahan dari kulit atau vinildan kulit ikan nila dapat menambah diversifikasi sepatu/alas kaki dari kulit ikan.</p> | Kulit | |
176 | PENGEMBANGAN PEMBUATAN SOL KARET UNTUK SEPATU PENGAMAN | 2009 | Arum Yuniari, Rusman Saroso, Nurwahid Sahadi, Subardi | <p align="justify">Pengembangan pembuatan sol karet sepatu pengaman bertujuan untuk melakukan pengmbangan formulasi sol karet sepatu pengaman dengan sasaran mendapatkan sol karet untuk sepatu pengaman yang memenuhi persyarat SNI 0111 : 2009, sepatu pengaman dari kulit dengan sol karet cetak vulkanisasi. Sol karet sepatu pengaman dibuat dengan campuran bahan baku karet alam (pale crepe) dan karet sintetis (Nitril Butadine Rubber) dengan variasi 50/50; 60/40: 70/30; 80/20 phr. Sebagai bahan pengisi digunakan carbon black dengan variasi 40; 50; dan 60 phr proses compounding menggunakan peralatan two roll mill, sedang prose pembuatan slab menggunakan mesin hidraulic pressdengan waktu sesuai hasil uji dari rheometer. Hasil uji menunjukkan bahwa vulkanisat sol karet untuk sepatu pengaman dengan kualitas terbaik terdiri dari ratio pale crepe dan NBR 80/20, carbon black 40 phr,mempunyai nilai tegangan putus 16,81 N/mm2, ketahanan sobek 11,68 N/mm,bobot jenis 1,12 g/cm3, ketahanan kikis 58,51 mm3, kekerasan 71,60 shore A, ketehanan terhadap perluasan sobeklan 30.000 kali adlah1,15 mm dan ketahananan terhadap minyak pelumas 65,44 %. Vulkanisat sol karet untuk sepatu pengaman yang dihasilkan sudah memenuhi persyaratan SNI 0111: 2009, sepatu pengaman dari kulit dengan sol karet sistem cetak vulkanisasi, kecuali untuk parameter ketahanan terhadap minyak pelumas.</p> | Karet | |
177 | Pengembangan Sistem Informasi Pemetaan Industri Kulit dan Produk Kulit di Indonesia | 2010 | Supriyadi. SE Bambang Tunasmoyo, S.Pd Sita Azizah Wahyuni, ST Supramono, Amd | <p align="left">Pengembangan sistem informasi pemetaan kulit dan produk kulit di Indonesia dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan informasi data-data tentang industri penyamakan kulit dan produk kulit imitasi yang berupa alas kaki. Tujuannya adalah membuat sistem layanan informasi tentang industry penyamakan kulit dan produk alas kaki dengan bahan baku kulit dan kulit imitasi, yang cepat, efektif serta mudah dipahamidan mampu menyajikan informasi secara optimal bagi stakeholder. Data-data yang ditampilkan dalam sistem informasi pemetaan ini dieroleh dari hasil survey dan di beberapa daerah di puau Jawa, Biro Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta , dan Asosiasi Penyamakan Kulit (APKI) maupun dari Asosiasi Persepatuan Indonesia (APRISINDO) serta data-data dari internet. Pelaksanaan Pembuatan sistem informasi ini menggunakan Macromedia Flash 8, Microsoft Wordd, Solid Converter PDF, Converter gpdf2swf, Microsoft Powerpoint, dan Plugin iSpring Free. Metode Pembuatannya adalah memanfaatkanMacromedia Flash 8 untuk menghasilkan file EXE (executable) yang komunikatif dan informatif. Model sistem informasi yang dihasilkan ini berbentuk CD interaktif yang dapat juga digunakan sebagai sarana promosi BBBKKP.</p> | Kulit | |
178 | AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BBKKP (LANJUTAN) | 2009 | Siti Rochani, Widari, R. Jaka Susila, Agustin Suraswati | <p> Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan Balai Besar Kulit, karet dan Plastik, bertujuan untuk mempersiapkan Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik menuju Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan ( P3-BBKKP. Persiapan yang dilakukan meliputi penyempurnaan dokumen Manual Mutu, Prosedur Sistem Mutu, Instruktur Kerja dan formulir serta penerapan sistem Pranata Penelitian dan Pengembangan dengan mengimplementasikan doklumen tersebut, pada Pranata Litbang BBKKP. </p> <p> Kegiatan lain yang juga dilakukan untuk persiapan akreditasi adalah Audit Kecukupan dokumen " Audit Internet, Kaji Ulang Manajemen dan Asesmen Internal.Ruang lingkup yang diajukan sesuai Pedoman KANKPPP 03 : 2004 bidang penelitian dan kepakaran meliputi 02.08.01 Polimer ( Karet, Plastik ) 02.08.00 Other Material Science not elsewhere classifed ( Kulit ) dan 08.01.01 Environmental Manajemen and rehabilitation. Proses Akreditasi telah dilakukan pada tanggal 27 - 28 Oktober 2009, oleh 2 Orang Asessor dari KNAPP, dengan temuan ketidak sesuaian berjumlah 1 ( satu ) kategori mayor dan 8 ( delapan ) minor. Seluruh ketidak sesuaian tersebut diatas telah dilakukan tindakan koreksi.</p> <p> </p> | Kulit | |
179 | Pembuatan Web Sistem dan CD Interaktif BBKKP | 2011 | Sita Azizah Wahyuni, S.T. Subandriyo, S.E. Supramono, A.Md. Eko Sulistiyo Wibowo, S.T. | <p>Pembuatan Web Sistem dan CD Interaktif BBKKP. Web sistem menggunakan bahasa pemrograman web PHP dan database server MySQL. CD Interaktif menggunakan perangkat lunak Adobe Flash.</p> | Kulit | |
180 | PENYUSUNAN RSNI KULIT DAN KULIT UNTUK ATASAN SEPATU | 1996 | Ir. Meiyanti Hernadi Surip, B. Sc Tisnowati, B, Sc Sutarti Rahayu, B.Sc | <p>Penelitian ini bertujuan untuk menyusun Rancangan Standar Nasional Indonesia Kulit dan Kulit Untuk Atasan Sepatu sebanyak tujuh judul.Sampel kulit yang dipakai dalam penelitian ini diperoleh dari pengolah dan pengguna kulit di daerah Surabaya, Pasuruan, Semarang, Magelang, DKI dan DIY.Semua sampel kulit di uji di laboratorium Pengujian Mutu dan Normalisasi Kulit, BBKKP.Hasil uji dievaluasi menggunakan statistik untuk menentukan syarat mutu bagi masing-masing komoditi.Rancangan standar yang telah di susun adalah sebagai berikut:</p> <ol><li>Kulit motif Fancy dari Kulit Sapi Untuk Barang Jadi Kulit</li> <li>Kulit Oil Pull Up Dari Kulit Sapi Untuk Atasan Sepatu.</li> <li>Kulit Sapi Belahan Untuk Atasan Sepatu </li> <li>Kulit Biawak Untuk Atasan Sepatu</li> <li>Kulit Jadi dari Kulit Buaya</li> <li>Kulit Buaya Mentah Awet Garam Basah</li> <li>Kulit Biawak Mentah Awet Kering.</li> </ol> | Standar |