# | Judul | Tahun | Pelaksana | Abstrak | Kategori | |
---|---|---|---|---|---|---|
21 | Gelar Teknologi Dalam Rangka Memasyarakatkan Hasil Litbang Kulit, Karet Dan PLastik Di Jakarta Dan Bali | 2004 | Kriswandi Mardi Rahardjo Ir. Meiyanti Suhardiyono | Kegiatan Gelar Teknologi Dalam Rangka Memasyarakatkan Hasil Litbang Kulit, Karet dan Plastik dilaksanakan dalam bentuk pameran, yaitu antara lain Pameran Produksi Indonesia 2003 (PPI 2003) di Arena Pekan Raya Jakarta, Kemayoran Jakarta yang diselenggarakan mulai tanggal 20 sampai dengan 29 Mei 2003 dan Pameran Pembangunan 2003 di Propinsi Bali pada tanggal 14 sampai dengan 24 Agustus 2003. Materi yang ditampilkan pada PPI 2003 ini berupa Mesin Pencacah Plastik Jenis Fleksibel (kantong plastik) kapasitas 40 kilogram/jam dan Alat Chrome Recovery dan Reuse Chromium dari air limbah Penyamakan kulit kapasitas 1000 liter. Disamping itu juga sebagai pelengkap ditampilkan berbagai macam produk kulit dan barang kulit dan sebagai pendukung disebarkan booklet Profil BBKKP dan 13 macam brosur hasil litbang BBKKP kepada pengunjung yang memerlukannya, sedangkan materi Pameran Pembangunan 2003 di Bali berupa contoh-contoh produk kulit eksotik, barang-barang kulit dari kulit ikan pari , cakar ayam dan sebagainya, penyebar luasan booklet dan brosur. Gelar Teknologi Dalam Rangka Memasyarakatkan Hasil Litbang Kulit, Karet dan Plastik yang dilaksanakan pada PPI 2003 dan Pameran Pembangunan 2003 di Bali telah berjalan dengan sukses. Hal ini dapat dilihat dari laporan petugas pemandu pameran mengenai respon pengunjung serta banyaknya pengunjung yang datang ke Stand BBKKP untuk melakukan konsultasi dengan petugas pemandu dan mencatatkan diri dalam buku tamu yang disediakan di Stand BBKKP sebanyak 555 orang, dan banyak yang berminat untuk mengadakan transaksi / konsultasi dengan BBKKP. | Kulit | |
22 | Pembentukan inkubator bisnis penyamakan kulit wet blue. | 2005 | Sri Waskito, B. Sc Drs. Suprapto, MM Tomas Tukirin MM Ch. Riningsih, B.Sc | Kegiatan ini merupakan realisasi program pengembangan usaha bagi Usaha Kecil Menengah (UKM) yang sudah digariskan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan melalui program Pembentukan Inkubator. Tujuan kegiatan ini adalah membentuk pengusaha kecil baru yang bergerak dibidang pembuatan kulit wet blue, menyiapkan SDM yang berkemampuan dan berketrampilan dibidang pembuatan kulit wet blue. Sasaran kegiatan ini adalah menciptakan lapangan kerja dibidang proses pengolahan kulit. Pembentukan inkubator bisnis ini didahului dengan kegiatan pra inkubator yang berupa uji coba kulit wet blue guna mendapatkan formula proses yang menghasilkan kulit wet blue dengan muitu yang sama dengan kulit wet blue yang dipasaran (buatan pabrik penyamakan kulit). Formula proses yang dipilih adalah formula penyamakan dengan 8% bahan penyamakan khrome yang dihitung dari berat kulit pickle , yang selanjutnya dipakai sebagai formula proses dalam pelatihan teksnis inkubasi pembuatan kulit wet blue. Pelatihan teknis inkubasi diselenggarakan selama 30 hari dari tanggal 2 Agustus?14 September 2004 dengan jmlah peserta sebanyak 5 (lima) orang yang terdiri dari 4 (empat) peserta dari daerah Propinsi DIY dan 1 (satu) orang dari daerah Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah. Sesudah mengikuti pelatihan Teknis. Inkubasi, semua peserta telah mampu membuat kulit wet blue yang sudah dapat dijual di pasaran, yang mempunyai sifat masak dengan penyusutan 0% dan suhu pengkerutan yang tinggi yaitu rata-rata 1180 C. Peserta juga telah dapat melakukan sortasi mutu kulit mentah dan kulit wet blue serta pengukuran kulit wet blue. Dari hasil monitoring, serta pelatihan secara bersama?sama telah melakukan proses kulit wet blue hasil praktek menjadi kulit suede dan kulit jaket yang kemudian dipasarkan ke Bali dan dijual dalam bentuk jaket di Daerah DIY dan Purwokerto. Dan diantara peserta pelatihan telah ada 2 (dua) embrio pengusaha kecil bidang pembuatan kulit finish. | Kulit | |
23 | Diseminasi Pembuatan Garmen Kulit Di Bali | 1998 | Ir. SOTJA PRAJATI | Kegiatan ini merupakan usaha untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan bimbingan teknis dalam pembuatan jaket kulit yang ditujukan pada perajin garmen yang ada di Bali agar mampu membuat garmen kulit yang bermutu. Kegiatan diseminasi ini berupa pendidikan dan pelatihan terhadap 10 (sepuluh) orang perajin garmen kulit yang ada di Denpasar Bali selama 10 hari dimulai dari tangal 5 Agustus sampai dengan tanggal 15 Agustus 1996, meliputi pelajaran teori dan praktek. Pelajaran teori terdiri dari : teori desain, teori pengetahuan alat dan mesin, teori preparasi dan penjahitan, teori pola garmen, sedangkan pelajaran praktek terdiri dari : praktek desain, praktek pola garmen, praktek pemotongan bahan, praktek preparasi dan praktek penjahitan. Dalam pelaksanaan, setiap peserta diwajibkan untuk membuat 1 (satu) potong garmen dari kain drill sebagai prototip. Setelah itu peserta dibagi dalam 5 kelompok, masing-masing kelompok membuat 1(satu) potong garmen kulit sebagai prototip. Model yang dipilih adalah jaket pria atau jas wanita. Secara keseluruhan, hasil praktek adalah berupa 3 (tiga) potong jaket kulit untuk pria, 2 (dua) potong jas kulit untuk wanita, 5 (lima) potong jaket kain untuk pria dan 5 (lima) potong jas kain untuk wanita. Dalam pelaksanaan diseminasi ini para peserta dapat mengikuti seluruh materi pelajaran dengan baik serta hasil praktek yang cukup memuaskan walaupun sarana yang digunakan kurang memadai, terutama mesin jahit yang digunakan adalah mesin jahit rumah tangga dan bukan mesin jahit khusus untuk kulit. Pada akhir pelaksanaan diseminasi , seluruh peserta dinyatakan memenuhi persyaratan yang ditentukan dan mendapatkan sertifikat. Dari hasil pelaksanaan diseminasi dapat disimpulkan bahwa para perajin memberikan tanggapan yang amat baik, bersemangat tinggi serta mengharapkan adanya tindak lanjut berupa pengembangan jenis garmen kulit yang lain. | Kulit | |
24 | Pengembangan Pemanfaatan Lahan Untuk Buangan Limbah Krom Di Sitimulyo | 2003 | Ir. Pudji Ediari Suryaningsih Dra. Sri Mulati Ir. Suramto Ir.Ratna Utarianingrum | Kegiatan Kelompok Kerja 6301.B pada pokoknya adalah merealisasi sebagian tertentu lahan dalam kawasan Laboratorium Pengembangan Proses Penyamakan Kulit di Sitimulyo untuk pembuangan limbah padat yang mengandung krom. Pembuatan buangan limbah padat ini merupakan pelaksanaan Peraturan Pemerintah RI No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Adapun limbah industri penyamakan kulit termasuk kategori limbah B3 sesuai Lampiran I PP No. 18 Tahun 1999 tersebut diatas. Tabel 2. Daftar Limbah B3 dari sumber yang specifik dengan kode D-224. Buangan Limbah Padat B3 yang telah dibuat berupa galian tanah disisi selatan IPAL dengan ukuran 6 m x 5 m dan kedalamannya 2,5 m. Sebelum dilapisi lembaran plastik tebal namun lemas, dibagian paling bawah diberi lapisan tanah liat 50 cm. Diatas lapisan lembaran plastik juga diberi tanah liat setebal 50 cm. Diantara lembaran plastik dan lapisan tanah liat diatasnya diberi pipa PVC dengan diameter 2? yang dihubungkan dengan sistem penampung lindi (leachate), agar lindi yang tertampung dapat diolah dan B3 nya dikembalikan kedalam buangan. Buangan limbah padat ini diberi naungan untuk menghindari air hujan mengingat pengisiannya hingga penuh butuh waktu yang cukup lama. Disamping pembuatan buangan limbah padat dilakukan pula penelitian dampak limbah krom dalam tanah terhadap tanaman. Percobaan dilakukan terhadap 3 (tiga) species tanaman sayuran (sawi,terong,dan tomat) dengan hasil (sementara) : - Krom (Cr) yang ada dalam tanah (media tanam) dengan berbagai bentuk dan konsentrasi dapat diserap tanaman masuk kedalam jaringan tanaman baik batang, daun maupun buah. -Limbah serutan kulit (shaving) dapat memperbaiki struktur tanah karena porositasnya yang tinggi. -Tidak ada cara lain untuk menghindari masuknya krom kedalam jaringan tanaman konsumsi selain membebaskan krom dari media tanamnya. | Standar | |
25 | Pembuatan Desain Unit Pengolah Limbah Cair Industri Karet Alam | 1999 | Ir. Hj. Kusumo Retno Winahyu Ir. Arum yuniari M. Sri wahyuni, B.sc | Kegiatan Pembuatan Desain Unit Pengolah Limbah Cair Industri Karet Alam (RSS) bertujuan untuk membuat desain unit pengolah limbah cair industri karet alam agar air limbah industri yang dibuang ke perairan memenuhi kriteria baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan SK. MEN.KLH No. 03/11/1991 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan yang sudah beroperasi. Penelitian kadar pencemaran air limbah industri karet sebelum dilakukan perlakuan adalah sebagai berikut : BOD 480 mg/lt-720 mg/ly; COD 670,4 mg/lt922,7 mg/lt; TSS 350 mg/lt-746 mg/lt; Amonia 10,76 mg/lt-12,4 mg/lt ; serta pH 7-8. Desain yang dibuat terdiri atas saringan halus berupa anyaman kawat yang diameter 0,2 cm, lebar saringan 40 em, tinggi 60 cm, dipasang dengan kemiringan 60?, bak equalisasi ukuran 7 mx5 mx7 m, rubber trap ukuran 15,6 mx5,2 mx3 m, dengan kemiringan 2? clan 5 bak an aerob berukuran 7 mx5 mx7 m. Alat ini telah berhasil mengolah air limbah industri karet alam sehingga memenuhi baku mutu untuk kapasitas pengolahan air limbah dengan debit 80 m3 per hari. Adapun basil analisa air limbah setelah diolah melalui desain instalasi air limbah adalah sebagai berikut : BOD 3,75-10 mg/lt; COD 70,5-100,7 mg/lt; TSS 36-81 mg/lt; Amonia 2,70-4,38 mg/lt dan pH : 6-7. | Rekayasa | |
26 | Pembuatan sol tatak (Shock insole) yang dapat menyerap keringat dan bau | 2000 | Ir.Herminiwati, MP Ir. Dwi Wahini Nurhajati, M.Eng Dra. Sri Nadilah, Apt | Kegiatan penelitian pembuatan sol tatak (Shock insole) yang dapat menyerap keringat dan bau bertujuan untuk membuat sol tatak yang dapat menyerap keringat dan bau skala laboratorium. Dalam penelitian ini dibuat sol tatak satu lapis dan sol tatak dua lapis.Pembuatan sol tatak satu lapis dilakukan sesuai pembuatan sponge rubber dengan suhu vulkanisasi 150 ?C, tekanan 150 kg/cm2 selama 30 menit. Adapun pembuatan sol tatak dua lapis dilakukan secara pencampuran dingin dilanjutkan dengan proses pengepresan. Formulasi sol tatak satu lapis terbaik terdiri dari karet krep 100 phr, mineral oil 2O phr, karbon aktif 50 phr, ZnO 10 phr, asam stearat 5 phr, MBTS 1 phr, anti oksidan 1 phr, blowing agent 10 phr dlan belerang 2,5 phr dengan sifat fisis kuat tarik sebesar 9,97 kg/ cm2, kernuluran 175 %, kekerasan 30 Shore A, penyerapan keringat 4,12 % (1/2 jam) dan 10,78 % (2 jam), penyerapan bau 75,99 % serta tidak retak pada uji ketahanan bengkuk. Formulasi sol tatak dua lapis terbaik terdiri dari karbon aktif 75 bagian, pulp 25 bagian, lem NA 200 bagian dan air 100 bagian, dengan sifat fisis kuat tarik sebesar 30,70 kg/ cm2, kemuluran 10 %, kekerasan 72 Shore A, penyerapan keringat 13,88 % (1/2 jam) dan 33,99 % (2 jam), penyerapan bau 83,13 % serta tidak retak pada uji ketahanan bengkuk. | Karet | |
27 | Penerapan penggunaan jamur tempe sebagai pengganti agensia bating asal impor. | 2000 | Ir. Widari Hernadi Surip, B.Sc Heru Budi Susanto | Kegiatan penerapan penggunaan jamur tempe sebagai pengganti agensia bating asa1 impor bertujuan untuk memanfaatkan jamur tempe sebagai pengganti agensia bating dan untuk mengetahui pengaruh penggunaan jamur tempe terhadap sifat - sifat fisis kulit boks dan kulit glace. Sebagai bahan baku adalah kulit sapi awetan garam kemudian diproses menjadi kulit boks dan kulit kambing awetan garam kemudian diproses menjadi kulit glase. Variasi prosentase jamur tempe pada penggunaan adalah 0,6 %; 1,0 % dan 1,4%; untuk pancreol bate: 0,6 %. Variasi pH jamur tempe pada penggunaan adalah 3,5 dan 7, untuk pancreol bate : 8,5. Sebagai tolok ukur menggunakan SNI. 06-0253-1989 . Mutu dan cara uji kulit glase dari kulit kambing, serta SNI. 06-0234-1989 : Mutu dan cara uji kulit boks dari kulit sapi. Dari data hasil uji fisis kulit ternyata tidak terdapat perbedaan yang nyata antara penggunaan jamur tempe dengan penggunaan pancreol bate dengan prosentase jamur tempe 0,6 ? 1,4 % dan pH 5 ? 7. Dengan melihat hasilnya maka penggunaan jamur tempe sebagai pengganti agensia bating asal impor ternyata cukup efisien dari segi ekonominya. | Kulit | |
28 | Pengembangan pembuatan lem untuk industri barang kulit. | 2000 | Ir. Hadi Musthofa Ir. Penny Setyowati Drs. Suprapto | Kegiatan Pengembangan pembuatan lem untuk industri barang kulit bertujuan untuk mendapatkan lem untuk industri kecil menengah (lKM) barang kulit dengan harga murah dan memenuhi persyaratan. Bahan dasar pembuatan lem untuk barang kulit berupa kulit affal yang diproses melalui beberapa tahap yaitu : perendaman/pencucian dalam air selama 48 jam ; ?Curing? dalam larutan kapur (100 gram kapur dalam 1 liter air) dengan waktu bervariasi antara 2 sampai dengan 4 minggu; pencucian kapur ekstraksi 3 tingkat pada suhu 55 - 65 % sampai diperoleh kepekatan ekstrak mencapai 5 - 10 %, pengentalan pada suhu 65 oC sampai kepekatan 40 %, dituang dalam cetakan dan dikeringkan/dijemur sampai kering. Hasil lem yang kering disebut ancur/kak. Apabila lem kulit tersebut akan digunakan untuk pengeleman barang kulit, ancur/kak di!arutkan da!am air 80 oC dengan perbandingan 60 gram ancurl" dilarutkan dalam 120 cc air. Untuk menguji kekuatan rekatnya, lem ancur yang sudah dicairkan/dilarutkan dalam air digunakan untuk pengeleman kulit meliputi kulit tegler, kulit boks dan split. Hasil kekuatan rekat seluruhnya rnemenuhi persyaratan mutu SNI. 12-0073-1987 " Mutu sepatu harian umum pria dari kulit model pantofel sistim lem " dan kekuatan rekat tertinggi dicapai pada curing selama 4 minggu. Dari perhitungan biaya, harga lem ancur diperkirakan Rp. 6.350,- per liter dan bila dibandingkan dengan harga lem Prima D di pasaran sebesar Rp. 18.500,- per liter, harga lem ancur masih jauh lebih murah. | Karet | |
29 | Rekayasa Drum Desalting | 2002 | Ir. Suliestyah Wrd, MM Heru Budi Susanto, Dip.Kim Hasan Basalamah, Bsc | Kegiatan rekayasa ini dilaksanakan selama 10 bulan, menghasilkan 1unit drum, dari bahan kayu bengkirai dengan ukuran 1500 x 2000 mm. Spesifikasi teknis drum adalah Ukuran O (2000 x 1500) mm, motor penggerak : 3 phase, 10 Hp; Tegangan listrik : 220/380/440 V/50 / 60 hz, 3 p; Speed reducer : 1 : 10 (10 Hp); Rpm drum : 14; Pulley V belt : O 110 cm, O poros : 19 cm, bahan dari baja tuang ; Gear besar : O 140 cm, jumlah gigi : 125; Rantai penggerak : 10 feet, type 120 RIV ; Lubang pembuangan garam : O 6 cm, jarak titik lubang 18 cm ; Berat total drum : 1,2 ton ; Kapasitas drum : 750 lembar kulit mentah awet garam kambing/domba. Tujuan pembuatan drum desalting adalah untuk menghilangkan garam dari kulit mentah awet garam sebelum diproses lebih lanjut. Maksud penghilangan garam adalah sebagai langkah awal penerapan teknologi bersih pada industri penyamakan kulit, guna mengurangi beban pencemaran pada limbah cair yang disebabkan oleh sisa garam pada unit pengolahan air limbah. Sisa garam dapat dimanfaatkan kembali antara lain untuk pengawetan ulang kulit mentah dan proses pikel pada industri penyamakan kulit. Ujicoba penghilangan garam pada kulit mentah awet garam dengan menggunakan drum desalting menghasilkan limbah garam sebanyak 7 % dari berat kulit mentah. Rekayasa drum desalting dapat diterapkan pada industri | Sistem Mutu | |
30 | Perekayasaan unit Kelengkapan (Take Up Unit) Mesin Pelletizing | 1998 | Sadali , Bsc Agustin Suraswati, BE Supriyanto B | Mesin Pelletizing adalah mesin pembuat pellet/bijih plastik, yang pada prinsipnya terbagi menjadi 2 (dua) unit yaitu unit ekstruder dan unit kelengkapannya. Untuk lebih menambah fungsi mesin ekstruder yang sudah ada perlu dibuat suatu unit kelengkapan (take up unit) agar mesin ekstruder tersebut dapat difungsikan pula sebagai mesin pelletizing. Pada perekayasaan unit kelengkapan ( take up unit ) mesin pelletizing ini yang dikerjakan adalah mengganti nozzle dengan die dan menambah komponen lain seperti bak pendingin dan alat potong plastik. Adapun spesifikasi teknis komponen tersebut adalah die mempunyai 5 lubang dengan diameter 0,2 cm, bak pendingin dengan ukuran ( 300 x 32 x 31 ) cm, alat potong plastik dengan 2 buah pisau putar dengan ukuran ( 10 x 4 x 0,3 ) cm dan 1 buah pisau stasioner dengan ukuran ( 10 x 4 x 0,3 ) cm. | Sistem Mutu | |
31 | Validasi metode uji pengujian Curing Time kompon karet. | 2005 | Ir. E. Ratna Utarianingrum | Oscillating Disk Rheometer berfungsi untuk menentukan karakteristik vulkanisasi dari kompon karet tervulkanisasi. Dengan menggunakan Rheometer kita dapat menentukan waktu dan suhu vulkanisasi yang optimal dan akurat sehingga kompon karet yang dihasilkan akan mempunyai kualitas yang baik. Validasi Metode Uji Pengujian Curing Time Kompon Karet bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil pengujian diantara analis di LUKKAPS, Validasi Metode Uji juga akan meningkatkan profesionalisme para analis laboratorium. Standar Uji/Metode Uji yang digunakan ASTM.D. 2084-81 ?Test for Rubber Property-Vulcanization Characteristics Using Oscillating Disk Cure Meter?. Sedang evaluasi hasil uji dilakukan dengan penilaian Z-Score. Validasi Metode Uji Pengujian Curing Time Kompon Karet dilaksanakan oleh 4 (empat) orang operasionil LUKKAPS dengan kode : ana, yy, rw, dan eltri. Pengujian dilakukan dengan kondisi yang sama yaitu : upper time: 1500 C, lower time : 1500 C dan waktu pengujian : 30 menit. Evaluasi data keseluruhan empat personil ada 1 (satu) data yaitu eltri dengan nilai Z-score 2,81 sehingga dikatagorikan meragukan. Sedang hasil pengujian lainnya menunjukkan nilai Z-score anatara -2 dan +2 dengan katagori memuaskan. Evaluasi data masing-masing personil ada 2 (dua) data yaitu yy6 nilai Z-score 2,02 dan eltri2 nilai Z-score 2,02 dikategorikan meragukan. Sedang 2 (du) data yaitu rwt nilai Z score 3,37 dan eltri nilai Z- score 8,09 sehingga dikategorikan outlier. | Alas Kaki | |
32 | Pembuatan Alat Pencacah Sampah Plastik Jenis Fleksibel (Kantong Plastik) | 2001 | Ir. Arum Yuniari Ir. Niken Karsiati Dra. Sri Brataningsih Puji Lestari | Pada pembuatan alat pencacah sampah plastik fleksibel dimaksudkan untuk mencacah sampah plastik fleksibel (plastik film atau sheet) dengan tebal ? 0.2 mm sehingga menjadi serpihan-serpihan kecil agar siap dimasukkan dalam mesin pelletizer. Adapun kapasitas dari alat pencacah sampah plastik fleksibel adalah 40-50 kg dengan spesifikasi teknis : motor 5,5 HP 220/380 volt, dimensi mesin panjang 1000 mm, lebar 500 mm dan tinggi 1650 mm, pisau tetap 2 buah ukuran (300 x 80 x 19) mm bahan baja ST 30 dilapisi nikko stell HV 600, peralatan dilengkapi saringan dengan diameter 15 mm. Sedangkan untuk pengering cacahan plastik (oven) mempunyai dimensi panjang 2500 mm, lebar 1000 mm dan tinggi 750 mm dilengkapi blower ? PK dan kompor minyak, oven mempunyai kapasitas 50 kg. | Sistem Mutu | |
33 | Pelatihan pembuatan barang Kulit Ikan pari di Nusa tenggara Barat | 2005 | Th. Widiarti,B.Sc | Pelatihan Pembuatan Barang Kulit Ikan Pari di Nusa Tenggara Barat ini merupakan kegiatan Proyek Pengembangan dan Pelayanan Teknologi Industri Kulit, karet dan Plastik Yogyakarta. Kegiatan ini berupa pendidikan dan pelatihan terhadap 20 ( dua puluh ) orang peserta yang terdiri dari perajin dan Pembina yang berada di Mataram Nusa Tenggara Barat dan sekitarnya, Pelatihan ini berlangsung dari Tangal 25 Agustus s/d 3 September 2004. Pelajaran yang diberikan meliputi 65 session, meliputi 9 session pelajaran teori dan 56 session pelajaran praktek. Pelajaran teori terdiri dari Teori Pengetahuan Pemasaran, teori Pengtahuan Permodalan, teori Pengetahuan Desain dan Pola, Teori Pengetahuan Mesin dan Alat. Teori Pengetahuan Barang Kulit, Pelajaran Praktek terdiri dari : Praktek Pembuatan Pola Baran Kulit dan Praktek Pembuatan Barang Kulit. Hasil Praktek dibuat masing-masing peserta adalah 1 ( satu 0 buah dompet pria dan 1 ( satu ) buah dompet wanita, ini diterimakan bagi peserta, sebagai contoh, untuk mereka didalam Pembuatan Barang Kulit Ikan pari. Pada akhir pelatihan, seluruh peserta yang dinyatakan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, mendapatkan sertifikat. Dari hasil pelaksanaan pelatihan ini dapat disimpulkan bahwa para perajin maupun Pembina sebagai peserta pelatihan, memberi tanggapan yang baik, bersemangat dan mengharapkan adanya tindak lanjut dengan diselenggarakannya pelatihan dalam hal pembuatan ikat pinggang, tas maupun pesrsepatuan dengan peserta yang sama, agar mereka dapat meperoleh ilmu tentang pembuatan barang kulit lebih banyak lagi, sehingga dapat mengembagkan diri dalam taraf keahlian yang lebih professional dalam memproduksi barang kulit dengan mutu yang baik. | Karet | |
34 | Pelatihan Penyamakan Kulit Ikan Di Gunung Kidul | 2004 | R.B. Muryanto Wigiyanto R o s i d i | Pelatihan Penyamakan Kulit Ikan di Gunung Kidul dilaksanakan selama 5 (lima) hari pada tanggal 22 ? 26 Juli 2003 di Balai Karya Kemadang, Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunung Kidul, kerjasama antara Proyek Pengembangan dan Pelayanan Teknologi Industri Kulit, Karet dan Plastik dengan Dinas Perekonomian Kabupaten Gunung Kidul. Pelatihan diikuti oleh 15 (lima belas) orang peserta yang terdiri dari masyarakat nelayan dan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Gunung Kidul. Metode Pelatihan menggunakan metode teori, diskusi dan praktek. Bahan baku dan bahan pembantu serta peralatan untuk penyamakan disediakan oleh Panitia. Hasil dari Pelatihan ini telah dibentuk Kelompok Usaha Penyamakan Kulit Ikan dengan nama ? SARI SAMUDRA?, yang diharapkan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan menumbuhkan perekonomian Kabupaten Gunung Kidul. | Kulit | |
35 | Pelatihan Penyamakan Kulit Ikan Pari di Madura | 2005 | Ir. Primayanti | Pelatihan Penyamakan Kulit Ikan Pari di Kabupaten Sumenep Madura dilaksanakan 10 ( sepuluh ) hari pada tanggal 23 Agustus 2004 s/ d 2 September 2004, kerjasama antara Proyek Pengembangan dan Pelayanan teknologi Industri Kulit, Karet dan Plastik (PPTIKKP) dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan kabupaten sumenep Madura, dengan jumlah peserta 20 ( dua puluh 0 orang, komposisi peserta terdiri dari nelayan /pengumpul ikan dan pengrajin hasil laut, tempat pelaksanaan di Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Kabupaten Sumenep Madura. Metode pelatihan menggunakan metode teori, diskusi dan praktek. Tujuan pelatihan penyamakan kulit ikan pari tersebut adalah ; 1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pelatihan pemanfaatan hasil laut. 2. Peningkatan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha para nelayan dan keluarganya. 3. mengembangkan rekayasa teknologi era guna dan teknologi lokal yang spesifik yang disusuikan dengan kondisi daerah setempat dengan memperhatikan faktor lingkungan. Dan hasil evaluasi para peserta sangat tertarik akan materi yang diberikan sehingga sampai praktek pelatihan selesai jumlah peserta tetap 20 orang. Materi yang diberikan, cara penyampaian materi dan pelaksaan dinyatakan sangat menarik dan bermanfaat oleh para peserta dan peserta mengharapkan tindak lanjut kegiatan ini ke proses produksi kerajinan untuk mengurangi pengangguran. Agar tujuan tersebut berhasil dengan baik perlu adanya kerjasama antara Instansi terkait yaitu Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sumenep Madura, Dinas Perindustrian dan Kelautan Kabupaten Sumenep Madura serta balai Besar kulit, Kart dan palstik Yogyakarta. | Kulit | |
36 | Penelitian pembuatan sandal etnik dari kulit sapi samak nabati | 2005 | Ir. Puji Ediari Suryaningsih | Pembuatan sandal etnik dari kulit samak nabati sebagai kegiatan Seksi Sarana riset Kulit dan Produk Kulit tahun 2004 ini menghasilkan 6 desain sandal berikut prototipenya. Adapun kesan etnik yang dipilih adalah yang ada ditanah air (Indonesia) sendiri, dengan pertimbangan untuk menggali potensi dalam negeri yang dapat memperkaya potensi seni dan budaya nasional. Kulit samak nabati yang digunakan untuk membuat sandal tersebut dalam desainnya dikombinasi dengan bahan lain terutama yang digunakan untuk bawahan (sol) nya, mengingat harga jual yang bisa cukup mahal apabila seluruhnya dari kulit, sehingga akan mengurangi minat konsumen menengah kebawah. Dari keenam pasang sandal etnik hasil kegiatan ini semoga dapat merangsang terciptanya desain-desain lain yang lebih baik dan lebih diminati. | Desain | |
37 | Penerapan Teknologi Pewarnaan Kulit Suede Dengan Maskering Dari Kain Bermotif Untuk Pakaian | 1998 | Ir. Emi Sulistyo Astuti Widhiati, Bsc R. Jaka Susila, Bsc | Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas kulit suede , penganeka-ragaman produk kulit untuk pakaian serta mendapatkan komposisi bahan cat tutup yang optimal agar hasil akhir sesuai dengan persyaratan untuk pakaian kulit. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit kambing pikel kualitas afkir sebanyak 30 lembar kemudian diproses menjadi kulit suede dan diberi motif. Pemberian motif dilakukan dengan cara sablon yaitu melekatkan pewarna berbentuk pasta yang diulaskan pada kulit bagian daging melalui kasa dengan alat penyaput, kemudian dikeringkan diberi lapisan atas. Variasi perlakuan pada penggunaan bahan pengental (50 gram, 75 gram, 100 gram) dan bahan perekat ( 350 gram, 400 gram ) untuk setiap 1.000 gram larutan cat tutup. Hasil penerapan menunjukkan bahwa variasi bahan perekat tidak mempengaruhi ketahanan gosok cat tutup secara kering, kekuatan sobek dan kualitas kulit tetap mempengaruhi ketahanan gosok cat tutup secara basah. Variasi pengental tidak mempengaruhi ketahanan gosok cat tutup secara kering, kekuatan sobek dan kualitas kulit tetapi mempengaruhi ketahanan gosok cat tutup secara basah. Dari penerapan disimpulkan bahwa variasi yang terbaik adalah menggunakan bahan perekat 350 bagian dan pengental 100 bagian. Kulit kambing kualitas afkir dapat diolah menjadi kulit suede bermotif untuk pakaian sehingga dapat meningkatkan kualitasnya. | Kulit | |
38 | Pembuatan insole penyerap bau (odor Destryoying insole) untuk sepatu olah raga dan tinjauan Tekno Ekonomi | 2005 | Ir. Herminiwati, MP Dra. Murwati Dra. Sri Brataningsih Puji Lestari Supriyadi | Penelitian ini bertujuan untuk membuat insole penyerap bau (odor destroying insole) untuk sepatu olah raga. Pada sepatu olah raga insole penyerap bau juga berfungsi sebagai tatakan. Insole dibuat berdasar formulasi karet sponge dengan filter zeolit maupun karbon aktif yang juga berfungsi sebagai bahan penyerap bau. Kadar zeolit dan karbon aktif masing-masing 25,50 dan 75 phr, sedangkan kadar bahan pengembang berturut-turut 5,10, dan 15 phr. Vulkanisasi dilakukan pada suhu 1400C selama 10 menit. Insole penyerap bau dapat terdiri dari tatakan dan lembaran penyerap bau yang ditempelkan. Lembaran penyerap bau dibuat dengan variasi perbandingan selulose dan karbon aktif 20/80, 30/70, 40/60, 50/50, 60/40, 70/30 dan 80/20. Selulose yang dipakai terdiri dari kertas koran 30%, kertas semen 10%, dan kapas 10%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi insole zelit terbaik terdiri dari zeolit 50 phr dan blowin agent 5 phr, denan sifat sebagai berikut : tegangan putus 2,081 N/mm2, perpanjangan putus 521%, ketahanan sobek 1,029 N/mm2, bobot jenis 0,717 g/cm3, pampat tetap 36,38% dan daya serap bau 93,47%. Insole karbon aktif terbaik terdiri dari karbon aktif 75 phr dan blowing agent 10 phr dengan sifat sebagai berikut : tegangan putus 1,35 N/mm2, pepanjangan putus 400%, ketahanan sobek 0,709 N/mm2, bobot jenis 0,597 g/cm3, pampat tetap 29,66 dan daya serap bau 95,41%. Formulasi lembaran penyerap bau terbaik terdiri dari selulose 50 bagian dan karbon aktif 50 bagian mempunyai sufat sebagai berikut : lentur, tidak retak pada uji ketahanan bengkuk dan mempunyai daya serap bau 100%. | Desain | |
39 | Pengembangan Pemanfaatan Kulit Kepala Sapi Untuk Atasan Sepatu | 2004 | Muchtar Lutfie, B.Sc. Dra. Sri Mulati Bambang Wiradono, B Sc. F.B. Trisyono, B Sc. | Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kulit atasan sepatu (boks) nerf polos dengan luas permukaan optimal serta mempunyai mutu sesuai SNI dan mengetahui kondisi optimum proses penyamakan kulit. Dengan menggunakan 75 lembar kulit kepala sapi dari Yogyakarta, disamak dengan bahan penyamak krom sebanyak 8%, 10% dan 12% dan bahan pembantu lainnya hingga kulit menjadi atasan sepatu (boks) nerf asli dengan resep proses tertentu. Kulit jadi yang dihasilkan diuji dan dibandingkan dengan SNI. 06-0234-1989. Ternyata memenuhi persyaratan dengan jumlah krom tidak berbeda nyata. Untuk luas permukaan yang optimal didapatkan dengan cara pembelahan melewati salah satu mata ke bawah. | Kulit | |
40 | Pembuatan Kulit Putih (White Leather) Dari Kulit Wet Blue Untuk Java Boks | 2004 | Sofyan Karani, B. Sc. ST Widhiati, B. Sc Herryanto,B. Sc Kasmin Nainggolan, B. Sc | Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kulit putih yang memenuhi persyaratan mutu. Dalam proses penyamakan dilakukan beberapa tindakan selain untuk mendapatkan kulit yang putih juga untuk mendapatkan kulit yang kompak dan berisi dan dapat menghilangkan cacat yang disebabkan oleh urat darah. Bahan krom yang digunakan dalam proses penyamakan hanya 6% sehingga didapatkan warna wet blue yang tidak terlalu biru / hijau. Retanning menggunakan variasi syntan 16%, 20% dan 24%. Hasil uji sifat kimia dan sifat fisis kulit jadi hampir semua syarat mutu yang ditentukan memenuhi persyaratan, kecuali untuk uji penyerapan air 2 jam menghasilkan (84 ? 98) % sedangkan persyaratan maksimal 80%. Untuk uji tingkat keputihan kulit jadi dibandingkan dengan kulit standar, kulit hasil penelitian mempunyai keputihan yang sama. Kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini syntan yang digunakan dalam proses retanning adalah minimal 20%. | Kulit |