# | Judul | Tahun | Pelaksana | Abstrak | Kategori | |
---|---|---|---|---|---|---|
1 | Aplikasi Nanosilver sebagai Anti Bakteri dan Anti Jamur pada Kulit Tersamak | 2018 | Ir. Emiliana Kasmudjiastuti Dr. Dra. Eli Rohaeti, M.Si. (UNY) Rihastiwi Setiya Murti, S.Si., M.Sc. Tiyastiti Suraya, S.Si. Asri Dwi Pratiwi. A.Md. | In-house research | Kulit | |
2 | Penyamakan Kulit Softy dari Kulit Ikan Pari | 2018 | Gresy Griyanitasari, S.Pt. Umi Reza Lestari, S.T.P. Dona Rahmawati, S.T.P. Iwan Fajar Pahlawan, S.Pt., M.Si. Syaiful Harjanto, S.T. Eka Lusiana, A.Md. | In-house research | Kulit | |
3 | Sarung Tangan Karet anti alergi Berbasis Lateks Karet Alam Terdeproteinasi | 2017 | Indiah Ratna Dewi, S.Si. Muhammad Sholeh, M.Eng. Dona Rahmawati, S.TP. Endang Susianai, ST. Dr. Rer. nat Noviyan Darmawan, M.Sc. | Karet alam (NR) dari spesies Hevea brasilliensis adalah salah satu sumber daya alamterbarukan yang sangat berharga. NR memiliki banyak sifat yang unggul, namun juga memiliki kelemahan dalam sifat-sifat tertentu, seperti ketahanan terhadap minyak dan ketahanana terhadap cuaca. Keberadaaan ikatan ganda C=C pada rantai monomer Isoprenamenyebabkan NR mudah terdegradasi ketika permukaanya terpapar langung oleh sinar matahari, ozon, radiasi sinar UV dan udara, khususnya pada udara yang tinggi sehingga dilakukan modifikasi kimia terhadap NR untuk mengurangi kelemahannya. Namun keberadaan protein dalam NR dapat mengganggu efektivitas modifikasi kimia tersebut. Protein dapat bertindak sebagai pemburu radikal bebas dan dapat menghilangkan spesies radikal bebasyang ada pada mekanisme reaksi modifikasi. Protein yang terdapat pada permukaan NR juga dapat menimbulkan alergi sehingga protein dalam NR perlu di hilangkan. Proses deproteinasi lateks tinggi ammonia (HA – NR) menggunakan enzim proteolitik (1; 1,5; 2; 2,5% b/b), Urea (0,05; 0,1; 0,15;% b/b) dan gabungan keduanya(enzim 1%, urea 0,05% variasi waktu) ditambah dengan surfaktan SDS dan Sentrifuse 3500 rpm selama 3 x 60 menit sehingga menghasilkan karet yang terdeproteinasi (DPNR). Dilakukan pengujian protein dengan metode Kjeldahl, lateks hasil deproteinasi DPNR yang paling optimumdibuat film lateks. Dilakukan variasi konsentrasi koagulan (10; 20; 30%) dan waktu pencelupan (10; 20; 30 detik). Pada pembuatan film lateks dilakukan variasi pada jumlah bahan pengisi nano (0, 1, 2, 3, 4 dan 5%) Film yang hasilkan dilakukan pengujian kuat tarik dan perpanjangan putus. Dari hasil penelitian didapatkan hasil deproteinasi paling optimum adalah kombinasi enzin 1% -urea 0,05%, inkubasi 120 menitdalam suhu ruangKonsentrasi koagulan 20% dan waktu pencelupan 20 detik menghasilkan film dengan kuat tarik dan perpanjangan putus tertinggi. Film lateks tanpa penambahan bahan nano (NPCC=0) menghasilkan nilai kuat tarik dan perpanjangan putus tertinggi. Lateks DPNR dengan hasil terbaik pada uji kuat tarik dan perpenjangan putusnya kemudian dijadikan sebagai bahan untuk pembuatan sarung tangan karet anti alergi. Sarung tangan karet ditambah dengan anti bakteri ekstrak sirih dan ion Ag+. | Karet | |
4 | Pembuatan Acuan Sepatu Multi Toe | 2017 | Tri Kanthi Rochmadianto, S. Sn. Hardjaka, A. Md. Haris Nur Salam, A. Md., S. Pd. Ahmad Bion, A. Md. Sugiyanto, A. Md. TK. | Acuan menurut kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cetakan, dalam ilmu persepatuan adalah alat untuk mengukur bentuk sepatu. Acuan merupakan sarana penting pada proses pembuatan sepatu terutama untuk kenyamanan sepatu untuk kaki. Acuan sepatu dapat dibuat dari bahan kayu, logamdan plastik. Acuan sebagai sarana yang penting untuk pembuatan sepatu perluadanaya inovasi yang mampu memberikan nilai tambah. Dalam kegiatan ini pengembangan acuan terutama teknologi acuan sangat diperlukan untuk memberikan teknologi yang inovatif sehingga dapat diwujudkan suatu bentuk nilai tambah pada acuan tersebut. Acuan sepatu multi toe diharapkan dapat memberikan nilai tambah dengan adanya inovasi teknologi pada konstruksi acuan sepatu multi toe. Untuk itu perlu dianalisa teknologi pembuatan acuan sepatu multi toe ini , yang mana dari hasil analisa tersebut dapat digunakan sebagai dasar dapalam pembuatan acuan sepatu multi toe. | - | |
5 | Pembuatan Plastik Biodegradabel untuk Sarung Tangan sekali pakai (tahap I) | 2017 | Ir.Dwi Wahini Nurhajati, M.Eng. Muhammad Sholeh, M.Eng. Noor Maryam Setyadewi, St., MT. Hesty Eka Mayasari, ST. Dr. HostaArdhayananta, ST., M.Sc. | Penggunaan sarung tangan sekali pakai ((disposable Gloves) di indonesia terkait penggunaan di restoran, Industri, medis dan lain-lainnya saat ini meningkat. Fungsi sarung tangan ialah untuk melindungi sang pemakaidari pengaruh lingkungan sekitarnya atau melindungi lingkungan sekitar dari tengan sang pemakai. Sarung tangan plastik sekali pakai banyak diimport dari Cina. Mengingat penggunaan sarung tangan plastik sangat banyak perlu dipikirkan penggunaan plastik yang dapat di daurulang atau yang mudah terdegradasi di alam. Salah satu cara yang dikembangkna untuk mengatasi masalah sampah plastik adalah penggunaan plastik biodegradabel . Pada penelitian ini telah dibuat 10 formula plastik biodegradabel dari campuran HDPE dan TPS berbasis pati tapioka. TPS yang digunakan ada 2 jeni TPS-bbkkp dan TPS komersial Enviplast. Pembuatan plastik biodegradabel dilakukan dengan menggunakan haake rheomix pada suhu130°C, 75 rpm selama 15 menit. Plastik biodegradabel hasil penelitian ditinjau dari sifat kekuatan tarik yang memenuhi syarat ASTM D7329- Standard Specification for food preparation and foot handling (foot service) Glove Tabel 3f. Persyaratan fisis untuk vynil (PVC) adalah plastik biodegradabel yang berisi enviplast 30 phr, dan plastik biodegradabel yang berisi TPS-bbkkp 30-60 phr namun ditinjau dari sifat perpanjangan putus belum ada yang memenuhi prsyaratan ASTM D7329 tersebut. Nilai kuat tarik dan perpanjangan putus turun dengan penambahan pati termoplastik (TPS). Densitas plastik biodegradabel meningkat dengan meningkatnya jumlah TPS yang ditambahkan. MFI meningkat dengan jbertambahnya jumlah TPS komersial. Mikograf SEM dari plastik biodegradabelsebelum diuji tanam memperlihatkan bahwapencampuran HDPE denagan TPS-bbkkp lebih homogen dibanding pencampuran HDPE dengan Enviplast.Setelah dilakukan uji tanam selama 14 hari terlihat bahwa plastik biodegradabel yang berisi TPS terjadi perubahan morfologi. Sifat kuat tarik dan perpanjangan putus plastik biodegradabel turun setelah ditanam dalam tanah selama 14, 28, 42 dan 56 hari termasuk terjadinya penurunan berat. Penurunan kuat tarik tertinggi(-58,74%) dan perpanjangan putus tertingg (-61,09%) serta penurunan berat terbesar (-62,077%) dicapai oleh F 10 yang berisi TPS-bbkkp sebanyak 70 phr. Hasil uji XRD menunjukan bahwa plastik biodegradabel yang dihasilkan adalah semi kristalin. | Plastik | |
6 | Rekayasa Mesin Pengikis Mutiara Kulit Ikan Pari untuk pembuatan barang jadi kulit | 2017 | R. Jaka Susila | Karena kulit ikan pari keras sehingga di[perlukan mesin jahit yang kuat.Untuk memuadahkan proses penjahitan perlu dilakukan pengikisan u tuk menghilangkanbutiran mutiara pada bagian yang akan di jahit. Saat ini belum ada peralatan yang sesuai untuk menghilangkan butiran mutiara kulit ikan pari sehingga pengrajin menghadapi kendala pada waktu menjahit kulit ikan pari. Pengrajin mencoba untuk menghilangkan butiran mutiara kulit ikan pari secara manual akan tetapi hasilnya kurang sem[purna dan membutuhkan waktu yang lam. Rekayasa Mesin Pengikis Mutiara kulit ikan pari untuk pembuatan barang jadi kulittelah menghasilkan satu unit prototipe mesin pengikis mutiara kulit ikan pari dengan motor listrik 1 phase, daya total 1170 watt dapat mengikis mutiara kulit ikan pari sehingga dapat di jahit saat akan dibuat barabg jadi kulit. Pengikisan dapat dilakukan dengan arah lurus dan melengkung berlawanan arah jarum jam (arah cembung) | Rekayasa | |
7 | Pembuatan paking oil seal mesin mobil | 2017 | Ir. Arum Yuniar Ike Setyorini, ST. Noor Maryam Setyadewi, ST., MT. Hesty Eka Mayasari, ST. Wahyu Pradan Arsitika, ST. | Produsen suku cadang otomotif dituntut mampu menhasilkan suku cadang dengan kualitas dan kuantitas yang terjamin.Keberadaaan suku cadang otomotif adalah untuk memasok kepabrikan mobil atau Original Equipment Manufacturer (OEM) juga untuk memenuhi kebutuhan konsumen (after market). Salah satu suku cadang yangsangat dibutuhkan oleh konsumen adalah paking oil seal mesin mobil. Fungsi dari paking oil seal mesin mobil adalah untuk menahan rembesan kebocoran oli mesin mesin mobil supaya tetap pada tempatnya. Di Pasaran banyak beredar produk yang tidak orisinil dengan kualitas yang tidak standar. Beberapa keluhan dari pengguna otomotif adalah paking oil seal mudah mengeras, tidak tahan panas dan tidak tahan oli, sehingga terjadi kebocoran oli di sekitar mesin mobil. Pada penelitian ini akan dibuat paking oil seal mesin mobil dari komposit NBR/EPDMdengan sifat material tahan panas dan tahan oli. Penelitian dilakukan dalam 3 (tiga) tahun (2017-2019).Tjuan dari penelitian adalah mendapatkan optimun formulasi paking oil seal mesin mobil dari komposit NBR/EPDM, serta mempelajari pembuatan paking oil seal mesin mobil. Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah : NBR, EPDM, Kompatibiliser MBS, montmorillonite,Zeocyl, BIIR dan beberapa aditif.Pengujian yang dilakukan sifat material yang dikorelasikan dengan aplikasinyadi lapangan meliputi: Karakteristik proses, morfologi dan sifat mekanik ( Tegangan putus, perpanjangan putus, kuat sobek, swelling). Selain itu uji SEM, XRD, dan DSC juga dilakukan untuk mengetahui karakter material. Dari hasil prnrlitian yang dilakukan, diketahui bahwa kompatibiliser montmorillonite memberikan campuran yang lebih homogen ditinjau dari hasil SEM dan juga penggunaan montmorillonite dengan akselerator MBT memberikan sifat fisik yang baik dengan tegangan putus mencapai 151,67 kg/cm2. Namun demikian , penelitian ini perlu dilanjutkan untuk mendapatkan ketahanan swelling yang lebih baik lagi. | Plastik | |
8 | Aplikasi Minyak Kelapa Sawit (Elaeis Guenensi JACQ)sebagai Bahan Peminyakan Kulit (Fatliquoring) | 2017 | Ir. Emiliana Kasmudjiastuti Drs. Ir. Prayitno, Apt., M.Sc. Gressy Griyanitasari, S.Pt. Rihastiwi Setiyamurti, S.Si., M.Sc. Dona Rahmawati, S.Tp. | Proses peminyakan merupakan salah satu tahapan proses penyamakan kulit yang bertujuan untuk menjadikan kulit, fleksibel , liat, lunak dan lemas sesuai tujuan penggunaan kulit.Minyak sulfonasi/sulfatasi banyak digunakan untuk industri kulit, yang berasal dari minyak ikan, hewan, nabati dan sintetis. Secara kimia minyak ikan, hewan dan nabati mengandung trigliserida. Minyak yang digunakan untuk peminyakan umumnya menggunakan minyak yang sudah di sulfatasi atau sulfonasi yang berasal dari minyak ikan, hewan dan nabati. Minyak sulfonasi/sulfatasi banyak digunakan untuk industri kulit karena dapat memberikan dispersi minyak yang baikdan tidak sensitif terhadap asam. Tujuan penelitian untuk mengetahui optimasi/kondisi optimum sulfatasi minyak kelapa sawit yang cocok untuk proses peminyakan kulit. Bahan baku yang digunakan untuk penelitian ini adalah minyak kelapa sawit curah (tidak bermerek) dan bahan lain seperti H2SO4, NaCl dan NaOH. Variabel yang diamati meliputi jumlah H2SO4 dengan waktu pengadukan selama proses sulfatasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi studi pustaka, karakterisasi minyak kelapa sawit, pra penelitian, penelitian, pengujian, analisa data, dan evaluasi. Pengujian dilakukan terhadap minyak sulfat yang dihasilkan dan kulit jadi hasil aplikasi minyak sulfat pada kulit. Pengujian minyak sulfat yang dilakukan meliputi uji tingkat kelarutan dalam air, kestabilan emulsi, pecahnya emulsi, kadar air, pH, kadar minyak, total alkalinitas, angka penyabunan, kadar abu dan kadar SO3 terikat. Pengujian kulit yang dilakukan meliputi uji kekuatan tarik, kemuluran, kelemasan dan kadar minyak dalam kulit. Hasil Penelitian menunjukan bahwa sulfatasi minyak kelapa sawit dengan perlakuan 25% H2SO4 (3jam) adalah yang terbaik dibandingkan sampel lainnya. Minyak sulfat yang diperoleh sifat kelarutannya dalam air stabil sampai 1 jam, tampak seperti susu (3= milky). Suhu pecah emulsi, pada temperatur 55°C. Kadar air = 6,47%; pH = 8; kadar minyak = 81,28%; Angka penyabunan = 192,74%; Total alkalinitas = 0,25%; Kadar abu = 2,77%; kadar SO3 terikat = 7,68% memenuhi persyaratan minyak sulfat IS: 6357 – 1971. Aplikasinya pada kulit memberikan kekuatan tarik = 286,50 kg/cm2; kemuluran = 63,33%; kelemasan = 3,92 mm dan kadar minyak dalam kulit = 10,15%. | Kulit | |
9 | Penelitian Pengelolaan Limbah Cair Industri Karet Brown Crepe | 2016 | Sri Sutyasmi, B.Sc., S.T. Ir. Nursamsi Sarengat Rambat,S.Si, M.Sc Ike Setyorini, S.T. | <div align="justify">Industri karet brown crepe umumnya belum ada pengolahan limbah cair atau ada pengolahan limbah namun tidak berfungsi karena hanya lewat, padahal masih sangat kotor dan bau. Karakteristik limbah cair brown crepe menunjukkan bahwa limbah cair brown crepe masih perlu pengelolaan yang benar agar memenuhi baku mutu. Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi problem IPAL yang belum memadai/belum ada sehingga dapat dibuat contoh IPAL yang berfungsi secara efektif di Industri karet brown crepe sehingga dapat mengurangi dampak pencemaran limbah cair brown crepe. Percobaan yang dilakukan di laboratorium ada 3 yaitu percobaan 1 menggunakan cara pengendapan dengan alum dan polielectrolyte dilanjutkan dengan absorbsi arang tempurung kelapa, Percobaan 2 menggunakan sand filter (saringan pasir dengan absorben arang tempurung kelapa, carbon aktif dan zeolit. Percobaan 3 kombinasi dari percobaan 1 dan percobaan 2. Prototipe IPAL dibuat berdasarkan percobaan sebelumnya yang dilaksanakan di labotratorium.<span> </span>Hasil uji coba prototite IPAL brown crepe menunjukkan hasil yang memenuhi baku mutu kecuali pada parameter COD masih sedikit di atas baku mutu yang dipersyaratkan. </div> | Limbah | |
10 | Rekayasa alat peregang (stretcher) sepatu | 2016 | Tri Rahayu Setyo Utami, M.Eng Supriyadi, SE Ismail Umamit, A.Md Syaiful Harjanto, ST | <div align="justify">Sepatu adalah alat untuk menutupi atau sebagai alas kakiyang terbuat dari kulit maupun kain. Variabel yang menentukan kenyamanan pemakaian sepatu adalah lingkar gemur, lingkar gemuk, dan lingkar tumit. Jika ukuran ketiga lingkar ini sesuai dengan ukuran pemakai maka sepatu nyaman dipakai. Kulit mempunyai sifat lentur sehingga kulit atasan sepatu bisa diregangkan/ dilonggarkan sampai ukuran lingkar gemur, gemuk dan tumit sesuai ukuran lingkar pengguna dengan menggunakan alat peregang (<em>stretcher</em>) sepatu. Alat peregang (<em>stretcher</em>) sepatu yang ada di Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik (BBKKP) tidak dilengkapi dengan indikator pengukuran sehingga peregangan yang dilakukan tidak terukur. Hal ini menyebabkan proses peregangan terkadang tidak sesuai yang diharapkan. Oleh karena itu perlu dilakukan kegiatan rekayasa alat peregang (<em>stretcher</em>) sepatu untuk penyempurnaan alat yang sudah ada.<br /><br /> Rekayasa Alat Peregang (<em>stretcher</em>) Sepatu telah menghasilkan satu unit prototype alat peregang sepatu mekanis tanpa pemanas dengan spesifikasi jumlah pergang dua (kanan dan kiri), ukuran acuan peregang untuk sepatu laki-laki dan wanita ukuran 36 s.d 42, dilengkapi fitur tambahan berupa tiang alat bantu pengopenan (<em>lasting</em>). </div> | Rekayasa | |
11 | Pembuatan Sepatu Pengaman dengan Pre Moulded Insole dan Komposit Toe Cap | 2016 | Tri Kanthi Rokhmadianto, S.Sn Hardjaka, A.Md Haris Nur Salam, A.Md, S. Pd Teguh Martianto, S.Si, M.T. Endang Susiani, S.T | <div align="justify">Sepatu pengaman adalah salah satu Alat Pelindung Diri yang harus dipakai seseorang ketika bekerja guna menghindari resiko kecelakaan. Sepatu pengaman bukan sekedar sebagi pelindung diri saja, tetapi dengan memakai sepatu pengaman sipemakai akan lebih leluasa bergerak hingga dapat meningkatkan efektivitas dalam bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sepatu pengaman dengan konstruksi pre mold insole dan composite toe cap yang nyaman dipakai. Sepatu pengaman yang tidak mempertimbangkan kenyamanan pakai akan mengganggu kenyamanan kaki saat beraktivitas. Hal ini dapat timbul dari konstruksi dan bahan yang dipakai dalam pembuatan sepatu. Untuk itu perlu dianalisa teknik produksi pembuatan sepatu pengaman dan sekaligus mencari fitting kaki untuk sepatu pengaman ini, yang mana dari hasil analisa tersebut dapat digunakan sebagai dasar dalam pembuatan sepatu pengaman dengan pre-molded insole dan komposit toe cap. </div> | Alas Kaki | |
12 | Pembuatan Serbuk Lateks dengan Metode Spray Drying | 2016 | Muhammad Sholeh, M.Eng Dr. Sc. Bidhari Pidhatika, ST, M.Sc Rangga Kistiwoyo, S.T. Endang Susiani, S.T. Hesty Eka Mayasari, S.T. | <div align="justify">Karet memiliki peranan penting bagi Indonesia, antara lain sebagai sumber pendapatan dan lapangan kerja penduduk, sumber devisa negara dari ekspor non- migas. Lateks pekat yang berasal dari karet alam dapat ditingkatkan penggunaannya dengan cara mengembangkan industri hilir berbahan baku lateks. Pengembangan industri hilir berbahan baku lateks salah satunya adalah dengan rekayasa proses pembuatan serbuk lateks sebagai bahan baku untuk berbagai industri barang jadi karet. Serbuk lateks diharapkan akan memiliki sifat yang lebih stabil dibandingkan dengan lateks dalam bentuk cair. Karena selama ini lateks dalam bentuk cair memerlukan penambahan bahan pengawet amonia untuk menjaga kestabilan sistem koloid lateks. Sehingga lateks dalam bentuk serbuk akan memudahkan dalam hal pengangkutan, penyimpanan, dan handling.<br /><br /> Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar dan jenis partitioning agent untuk proses pembuatan serbuk lateks dan mencari kondisi optimum proses pembuatan serbuk lateks.<span> </span>Suspensi Lateks yang telah ditambah aditif berupa partitioning agent dipompa dari wadah menggunakan tenaga pneumatik udara dari kompresor, lalu disemprotkan membentuk kabut dari bagian atas drum pengering. Udara pengering dipompa dari kompresor dengan kecepatan tertentu melalui heater sampai menjadi suhu tertentu lalu dihembuskan dari bagian atas drum pengering. Kabut suspensi lateks bertemu dengan udara pengering mengakibatkan terjadinya penguapan yang cepat air dan amoniak dari lateks, menghasilkan serbuk lateks jatuh ke bagian bawah drum pengering. Serbuk halus lateks terbawa ke siklon untuk dipisahkan dari udara pengering.<br /><br /> Penyemprotan lateks dengan partitioning agent nano silika atau deterjen ke dalam dryer pada suhu 100-105oC menghasilkan campuran serbuk dan granul lateks. Bagian yang berbentuk serbuk berdiameter < 0,1 mm. Kinerja dryer masih perlu ditingkatkan dengan cara memperbaiki Kompresor 10 hp, menyempurnakan isolasi, menambah heater di udara penyemprot , dan mencoba mengurangi jumlah baffle di pemanas. </div> | Karet | |
13 | Penelitian Ekstraksi Keratin dari Limbah Buang Bulu pada Proses Penyamakan Kulit Domba | 2016 | Drs. Ir.Prayitno, Apt,M.Sc Ir. Sugihartono, MS Ir. Emiliana Kasmudjiastuti Gresy Griyanitasari, S.Pt Dona Rahmawati, S.TP | Penelitian ekstraksi keratin dari limbah penyamakan kulit domba dilakukan dengan pertama-tama mengumpulkan bahan baku bulu yang diambil dari laboratorium proses kulit di sitimulyo dan dar bulu domba hasil proses pending. Hydrolisa keratin dihidrolisa dengan perhydrol 50 5 setelah sebelumnya dibengkakan dengan basa NaOH, Larutan basa saat hidrolisa diturunkan pHnya sampai pada Ph 4 - 5 untuk mengendapkan keratin, kemudian dilakukan pengeringan pada suhu 450 C. Keratin yng diperoleh digunakan untuk pembuatan body lotion. Pengujian dilakukan terhadap kadar protein, kadar air untuk randemennya dan FTIR<span lang="fi" xml:lang="fi"></span> | Limbah | |
14 | Peningkatan kinerja flokulan gelatin kulit limbah melalui modifikasi dengan akrilamida untuk pengolahan limbah cair | 2016 | Ir. Sugihartono, MS Drs. Ir.Prayitno, Apt,M.Sc Sri Sutyasmi, B.Sc., ST. Noor Maryam Setyadewi, S.T., M.T. Dona Rahmawati, S.T.P. | <div align="justify">Kulit limbah pada industri penyamakan kulit merupakan masalah utama, apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan pencemaran lingkungan melalui udara, air dan tanah. Pengolahan kulit limbah menjadi gelatin merupakan upaya pemanfaatan kulit secara optimal yang memberi nilai tambah. Gelatin dapat digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk untuk pengolahan air dan air limbah. Aplikasi gelatin secara tunggal maupun kombinasi dengan flokulan lain dapat menekan derajad polutan limbah cair, namun kinerjanya masih perlu ditingkatkan. Mereaksikan gelatin dengan polimer lain yang memiliki kemampuan flokulasi tinggi sehingga menjadi flokulan hibrida, diduga mampu meningkatkan kinerja gelatin sebagai flokulan untuk pengolahan limbah cair.<br /><br /> Bahan yang digunakan untuk pembuatan flokulan hibrida terdiri atas gelatin A kulit limbah pikel sebagai back bone, akrilamida sebagai kopolimer, dan metilen bis-akrilamida sebagai crosslinker agent. Penelitian dilakukan secara bertahap yaitu pembuatan gelatin A secara in-situ, grafting atau kopolimerisasi, karakterisasi gelatin A dan flokulan hibrida, serta uji coba kinerja flokulan hibrida.<br /><br /> Pemisahan garam pada kulit pikel limbah menggunakan perbandingan air dengan kulit pikel sebesar 20 : 1 v/b, merupakan perlakuan optimum dalam memproduksi gelatin A menggunakan asam in-situ. Gelatin yang diperoleh memiliki sifat, rendemen paling tinggi yaitu 49,73%, kadar air 8,57%, abu 2,68%, protein 80,74%, lemak 0,29%, energi 358,67 kal/100g, derajat keasaman (pH) 2,92; dan serat kasar 3,01%.<br /><br /> Grafting atau cangkok silang antara gelatin A dengan akrilamid dan metilen bis-akrilamida menggunkan reaktor microwave, menghasilkan produk/material baru yang berupa gelatin-g-akrilamida. Gelatin-g-akrilamida yang memiliki daya serap air paling besar adalah yang diproses dengan komposisi gelatin 2 g : akrilamida 4 g : metilen bis-akrilamida 0,1g yaitu sebesar 484%., dan yang paling kecil adalah yang komposisinya gelatin 2 g : akrilamida 4 g : metilen bis-akrilamida 0,2g<span> </span>yaitu sebesar 254%.<br /><br /> Flokulan gelatin-g-akrilamid mampu meningkatkan kinerja flokulan gelatin dalam hal menurunkan, TDS, COD, dan<span> </span>kekeruhan limbah cair. Peningkatan kinerja terjadi pada perlakuan A3B1 (akrilamida 8 g : metilen bis-akrilamida 0,1g)<span> </span>yaitu mampu mereduksi TDS<span> </span>1,6 kali dan COD 10,6 kali lipat dari flokulan gelatin. Perlakuan A2B2 (akrilamida 6 g : metilen bis-akrilamida 0,2g) kinerjanya meningkat 98,3% dari kinerja flokulan gelatin dalam mereduksi kekeruhan limbah. Akan tetapi kinerja flokulan gelatin-g-akrilamid lebih rendah dari pada kinerja flokulan gelatin dalam hal mereduksi krom heksavalen. </div> | Limbah | |
15 | Optimalisasi Pembuatan Thermoplastik Elastomer Berbasis Karet Alam untuk Komponen Otomotif | 2016 | Ihda Novia Indrajati, MT Ir. Dwi Wahini Nurhajati, M.Eng Dr. Sc. Bidhari Pidhatika, ST, M.Sc Indiah Ratna Dewi, S.Si | <div align="justify">Thermoplastic elastomer (TPE) merupakan campuran antara termoplastik dan elastomer (karet), mempunyai sifat elastis seperti karet dan mampu diproses seperti material termoplastik. TPE yang dibuat berbasis karet alam (NR) dikenal sebagai TPNR. Penelitian ini bertujuan memperoleh formulasi dan teknologi proses TPE berbasis karet alam dan polipropilena dengan pemlastis maleated castor oil (MACO) dan penguat microfibrillar cellulose (MFC) yang dibuat dari serat daun nanas (PALF). TPE yang dihasilkan akan diaplikasikan untuk komponen otomotif. MACO disintesa dengan mereaksikan castor oil (CO) dengan maleat anhidrat (MAH) dengan bantuan xilena sebagai pelarut yang berfungsi sebagai selimut sistem. MFC dibuat dari serat daun nanas (PALF) produksi Subang, Jawa Barat. Perlakuan bertingkat dilakukan untuk memperoleh MFC dari PALF, meliputi pengecilan ukuran (grinding), perlakuan alkali, delignifikasi (bleaching), hidrolisa dengan asam sulfat 20% v/v dan perlakuan mekanik menggunakan ball mill dalam suasana asam (asam asetat glasial 1% v/v). TPE dibuat dengan metode vulkanisasi dinamik. Kompon NR dibuat secara terpisah menggunakan two roll mill. Akselerator yang digunakan dalam kompon NR divariasikan dengan basis MBTS, MBTS/DPG, CBS dan CBS/DPG. Pencampuran resin PP dengan kompon NR dilakukan dengan internal mixer Rheomix Polylab OS 3000. Proses pencampuran diawali dengan pencampuran PP dan MFC dan diikuti dengan kompon NR. Hasil menunjukkan bahwa MFC meningkatkan kekuatan sobek TPE, namun menurunkan tegangan putus dan perpanjangan putus. TPE yang dihasilkan bersifat semi kristalin, dimana adanya gaya tarik (tensile) menyebabkan sifat kristalin PP muncul. Titik leleh TPE sedikit lebih rendah daripada resin PP. Melt flow index (MFI) sampel TPE berkisar antara 3-9 g/10 menit, dimana penambahan serat menurunkan MFI. Produk komponen otomotif dibuat menggunakan proses cetak tekan. Sifat alir TPE kurang baik sehingga produk yang dihasilkan kurang sempurna. </div> | Karet | |
16 | Pengembangan Pembuatan V-Belt Motor Matik | 2016 | Indiah Ratna Dewi, S.Si Ir. Herminiwati Ir. Arum Yuniari Muhammad Sholeh, M.Eng Noor Maryam Setyadewi, S.T., M.T. | <div align="justify">Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya yang telah berhasil melakukan karakterisasi produk V-Belt di pasar, dan melakukan optimasi kompon compression rubber. Compression rubber adalah bagian karet yang langsung berhubungan dengan pulley penggerak roda. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki sifat rheologi kompon compression rubber v-belt serta kelekatan serat pada matriks karet, optimasi kompon upper rubber, dan melakukan pencetakan produk v-belt dengan formula terbaik hasil penelitian.<br /><br /> Sifat rheologi kompon compression rubber diperbaiki dengan mengubah jenis dan jumlah akselerator, yaitu menggunakan akselerator tunggal CBS sebanyak 1,2 phr sehingga memiliki keselamatan proses yang lebih baik. Perbaikan serat dilakukan dengan menambah perlakuan kimia terhadap serat, yaitu proses hidrolisis dan modifikasi peroksida terhada serat hasil penelitian sebelumnya yang telah mengalami proses delignifikasi dan ekstraksi. Perlakuan serat ini mampu memperoleh serat berukuran mikro (sekitar 10-15 μm) dengan kadar selulosa sebesar 80%. Kompon compression rubber menggunakan gabungan karet sintetis dan karet alam CR/RSS I: 70/30 phr, bahan pengisi serat gebang 20 phr dan carbon black N330 sebanyak 40 phr, N550 sebanyak 35 phr, dan bahan aditif lainnya.<br /><br /> Kompon upper rubber telah berhasil dioptimasi dari formula dasar penelitian sebelumnya, menggunakan gabungan karet sintetis dan karet alam CR/RSS I: 70/30 phr, carbon black N330 sebanyak 30 phr, N550 sebanyak 30 phr, dan bahan aditif lainnya, tanpa menambahkan serat gebang. Pencetakan produk v-belt telah dilakukan dengan kerjasama antara BBKKP dengan PT. Bando Indonesia. Tahapan pecetakan produk meliputi tahap komponding menggunakan mini kneader, sheeting kompon hingga mencapai ukuran ± 0,3 cm, building, curing, v-cutting, home base cutting, dan finishing. Produk v-belt hasil penelitian juga telah diuji sesuai dengan standar JASO E-107 dan hasilnya mampu memenuhi persyaratan JASO E-107 yang diujikan. Pengujian durabilitas tidak dapat dilakukan karena alat uji yang ada di PT. Bando Indonesia sedang dalam perbaikan. </div> | Karet | |
17 | Pengembangan Penyamakan Kulit Ramah Lingkungan (Bebas Khrom) dengan Bahan Penyamak Nabati untuk Kulit Bagian Atas Sepatu (Shoe Upper) | 2016 | Ir. Emiliana Kasmudjiastuti Dr. Sc. Bidhari Pidhatika, ST, M.Sc Iwan Fajar Pahlawan, S.Pt Gresy Griyanitasari, S.Pt | <div align="justify">Penyamakan menggunakan chrome (III) disinyalir akan terbentuk chrome (VI) bersifat karsinogenik yang dapat membahayakan kesehatan manusia (tidak ramah lingkungan). Penyamakan nabati dianggap sebagai pilihan ramah lingkungan (bebas krom) yang cocok untuk menggantikan penyamakan krom. Namun, penyamakan nabati memiliki beberapa kekurangan karena stabilitas terhadap panas rendah disbanding samak krom. Oleh karena itu perlu kombinasi bahan penyamak nabati dengan Aluminium, yang diharapkan akan<span> </span>menghasilkan kulit dengan stabilitas hidrotermal yang tinggi (suhu kerut meningkat).<br /><br /> Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh jenis dan kadar bahan penyamak nabati (Mimosa, Chesnut dan Quebracho) dan jumlah aluminium terhadap peningkatan suhu kerut<span> </span>kulit<span> </span>tersamak dan mengetahui kualitas kulit<span> </span>bagian atas sepatu dari kulit sapi. Variasi dilakukan terhadap jenis bahan penyamak (Mimosa, Chesnut dan Quebracho), kadar bahan penyamak (15, 20, 25%) dan<span> </span>kadar Alum (3, 6 dan 9%), sehingga jumlah perlakuan yang dilakukan pada penelitian ini adalah 28 termasuk kontrol.<br /><br /> Pengujian yang dilakukan meliputi uji kimia (kadar nitrogen, kadar zat kulit mentah, kadar tanin terikat dan derajat penyamakan); uji fisis (suhu kerut, tebal, kekuatan sobek, ketahanan gosok cat, kekuatan tarik, kemuluran, ketahanan bengkuk, ketahanan letup, penyerapan air dan WVP, SEM, dan DSC.<br /><br /> Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan Alum (tawas) setelah penyamakan baik menggunakan<span> </span>bahan penyamak<span> </span>Mimosa, Quebracho,<span> </span>maupun Chesnut ternyata mampu menaikkan suhu kerut, meskipun Aluminium yang digunakan bukan Aluminium Sulfat yang di ligand dengan asam tartrat dan asam sitrat. Perlakuan optimal pada penelitian ini adalah penggunaan 20% Mimosa + 3%Alum, dengan<span> </span>hasil sebagai berikut: suhu kerut 95,67 ºC (konvensional) dan 115 ºC (menggunakan alat DSC); derajat penyamakan 55,89%; tebal 55,89 mm; kekuatan sobek 45,46kg/cm; ketahanan gosok cat 4/5 (kering,basah); penyerapan air 79,01 dan 84,51% (2 jam dan 24 jam); ketahanan letup 1708,68 Psi; kekuatan tarik<span> </span>179,45 kg/cm2 ; kemuluran<span> </span>50,81 %; ketahanan bengkuk : nerf dan cat tidak retak; WVP 6,18 mg/cm2.jam. Pengamatan secara mikroskopi menggunakan SEM, menunjukkan bahwa struktur jaringan yang tadinya berongga menjadi kompak, setelah penambahan Alum (tawas). </div> | Kulit | |
18 | Pembuatan Komposit Plastik untuk Toe Cap Sepatu Pengaman | 2016 | Ir. Dwi Wahini Nurhajati, M.Eng Ir. Arum Yuniari Muhammad Sholeh, M.Eng Ihda Novia Indrajati, MT Ike Setyorini, ST Indiah Ratna Dewi, S.Si | <div align="justify">Toe cap merupakan bagian sepatu pengaman (safety shoes) yang berfungsi untuk melindungi pemakainya dari benda jatuh, sengatan listrik dan bahaya tempat kerja lainnya. Awalnya toe cap dibuat dari baja, namun dengan perkembangan teknologi sekarang sudah dijumpai toe caps dari plastik. Pada penelitian ini telah dibuat 7 formula komposit untuk toe cap sepatu pengaman berbahan dasar poli karbonat (PC) dan akrilonitril butadiena stiren baik yang diisi fiberglass maupun tidak. Pembuatan komposit plastik dilakukan menggunakan twin screw extruder pada suhu 230-260<span>ËšC</span><span style="font-size:11pt;line-height:115%;font-family:Calibri, 'sans-serif';"></span> dilanjutkan dengan proses pelletizing. Komposit plastik yang memenuhi persyaratan sepatu pengaman ISO 20345: 2011, Personal Protective Equipment-Safety Footwear dibuat dari PC/ABS 75/25 dan dicetak menjadi toe cap dengan mesin cetak injeksi pada kondisi proses suhu barrel 225-240<span>Ëš</span>C, suhu nozzle 120<span>Ëš</span>C, tekanan injeksi 58-65 bar dan tekanan holding<span> </span>60%. Hasil FTIR menunjukkan bahwa komposit yang dibuat tidak terdegradasi. Hasil SEM menunjukkan bahwa pencampuran plastik PC dan ABS serta bahan aditif lainnya homogen. Penambahan fiberglass ternyata menurunkan sifat ketahanan pukul komposit. Adanya fiber glass membuat komposit PC/ABS lebih amorf. Nilai 2-theta untuk komposit PC/ABS yang berisi fiber glass 15% lebih tinggi dari nilai 2-theta PC/ABS tanpa fibberglass. Toe cap hasil penelitian telah diuji coba penerapan pada pembuatan sepatu pengaman di 3 perusahaan sepatu yaitu di Mitra Batant Bandung, PT. Jaly Indonesia Utama Bogor dan di PT. Sumber Rejeki Agung Surabaya. </div> | Plastik | |
19 | Pembuatan Oil Seal Shock Absorber | 2016 | Ir. Arum Yuniari Ike Setyorini, S.T. Dwi Ningsih, S.T. Hesty Eka Mayasari, S.T. | <div align="justify">Shock absorber merupakan part otomotif yang sangat penting dalam mendukung kenyamanan berkendara. Salah satu bagian dalam part shock absorber adalah oil seal shock absorber. Fungsi dari oil seal tersebut adalah untuk meredam kejutan atau getaran akibat kondisi jalan yang tidak rata untuk memberikan kenyamanan bagi pengendara. Kondisi saat ini oil seal shock absorber yang diproduksi mudah aus dan rusak. Beberapa keluhan konsumen tentang oil seal shock absorber adalah mudah mengeras, mudah aus, mudah sobek, tidak tahan oli dan suhu tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan formulasi oil seals shock absorber tahan oli dan tahan panas serta mempelajari teknologi proses pembuatan oil seal shock absorber. Bahan baku yang digunakan untuk membuat oil seal shock absorber adalah Nitrile Butadiene Rubber (NBR) dan campuran NR/NBR sebagai bahan pengisi digunakan 2 (dua) jenis carbon black (CB) berdasarkan ukuran partikel yaitu N 330 dan N774. Proses pembuatan komposit menggunakan alat two roll mill dan proses pencetakan produk dengan mesin hydraulic press pada suhu 150ºC dan tekanan 150 kg/cm2. Pengujian komposit dilakukan berdasarkan sifat mekanik dan kimia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa oil seals shock absorber yang dibuat dari komposit NBR dengan bahan pengisi campuran N330/N774 mempunyai sifat mekanik unggul dan sifat ketahanan oli lebih baik dari produk oil seals shock absorber yang diperoleh dari pasaran. Sifat mekanik vulkanisat oil seals shock sabsorber dari campuran NR/NBR mengalami penurunan bila dibandingkan vulkanisat dari bahan NBR. </div> | Karet | |
20 | Aplikasi Teknologi C-RFP untuk Penyamakan Kulit Lemas sebagai upaya Penanggulangan Limbah Krom Industri Penyamakan | 2015 | Sri Sutyasmi, B.Sc, ST Ir. Titik Purwati Widowati, MP Heru Budi Susanto, SE.,MT Noor Maryam Setyadewi, ST., MT | <div align="justify">Kulit lemas seperti kulit jaket umumnya masih menggunakan bahan penyamak krom. Keuntungan bahan penyamak krom antara lain adalah menghasilkan kulit lemas (seperti kulit garmen, jaket) yang mempunyai ketahanan fisik yang kuat dan waktu prosesnya relatif cepat. Disisi yang lain bahan penyamak krom mempunyai kelemahan terutama pada limbah yang dikeluarkan mengandung B3. Untuk itu perlu dilakukan penelitian pembuatan kulit lemas dengan samak nabati menggunakan sistem C-FRP. Penyamakan menggunakan sistem C-FRP ini jauh lebih cepat yaitu hanya 4 Jam, sedangkan cara konvensional adalah 18 –20 jam. Kulit pickle dikondisioning dengan Sootan TSN selanjutnya disamak tanpa air dengan bahan penyamak nabati (mimosa, quebracho dll). Hasil penyamakan yang dilakukan dengan bahan penyamak nabati sistem C-RFP menghasilkan kulit jadi yang tidak gembos/lemas dan dapat digunakan sebagai kulit jaket yang elastis dan mempunyai kekuatan sobek yang memadai. Hasil uji fisis kulit hasil penyamakan dengan sistem C-RFP masing-masing mempunyai tebal yang relatif sama antara (0,6 –0,7) mm, dengan mempunyai kekuatan tarik dan kemuluran memenuhi persyaratan SNI 4593:2011 - Kulit jaket domba/kambing, demikian juga untuk uji ketahanan gosok basah maupun keringnya, juga uji tembus uji uap air. Hasil uji SEM dari semua variasi terlihat bahwa semua kulit hasil penelitian terlihat jaringan kulit padat dan kompak. </div> | Kulit |