# | Judul | Tahun | Pelaksana | Abstrak | Kategori | |
---|---|---|---|---|---|---|
1 | Workshop Hasil Litbang Bidang Pengendalian Pencemaran | 2004 | Dra. Supraptiningsih Ir. Primayanti | Dari hasil penyajian makalah dan diskusi serta kunjungan lapangan yang berjalan, Pokok-pokok kesimpulan Workshop Hasil Litbang Bidang pengendalian Pencemaran di Yogyakarta, 8 Oktober 2003 adalah sebagai berikut : 1.Penyebaran informasi hasil-hasil litbang dalam bidang pengendalian pencemaran kepada kalangan industri dan instansi terkait serta masyarakat masih dipandang perlu. 2.Aplikasi teknologi baru yang lebih berwawasan lingkungan seharusnya mendapat dukungan dari semua pihak yaitu pemerintah, pelaku industri dan masyarakat. | Kulit | |
2 | VERMIKOMPOSTING DARI LIMBAH FLESHING MENGGUNAKAN CACING TANAH ESENIA FOETIDA | 2012 | Ir. Suliestiyah Wiryodiningrat, MM Prayitna SE Dwi Ningsih, ST | Telah dilakukan penelitian untuk memanfaatkan limbah sisa fleshing dari proses penyamakan kulit untuk membuat kompos menggunakan cacing tanah. Penelitian ini dilakukan dengan dengan membuat kompos sebagai media pertumbuhan cacing tanah Esenia Foetida yang terdiri dari campurann kotoran sapi, sisa fleshing dan potongan jerami. Perbandingan antara kotoran sapi dengan limbah fleshing adalah sebagai berikut: 100:0; 90:10; 80:20; 70:30; 60:40; dan 50:50. Fermentasi kompos dilakukan selama 3 minggu dan inkubasi untuk cacing dilakukan 6 minggu. Parameter yang diamati meliputi Nilai Keambanan Media; Bobot Cacing, C, N dan C/N ratio. Hasil percobaan menunjukan nilai keambanan media akan menurut dengan bertambahnya limbah fleshing yang ditambahkan, berturut-turut mulai dari tanpa penambahan sisa fleshing sampai penambahan dengan perbandingan 50:50 adalah sebagai berikut: 1.66 cm³/gr, 1.66 cm³/gr, 1.64 cm³/gr, 1.53 cm³/gr, 1.39 cm³/gr dan 1.31 cm³/gr. Sedangkan bobot cacing meningkat pada perlakuan dengan 60:40; dan 50:50 pada 2 minggu inkubasi sebagai berikut dari 30.9934 gr menjadi 57.4899 gr dan dari 25.6229 gr menjadi 48.4011 gr sedangkan C/N ratio hingga dibawah 15 dicapai setelah inkubasi 2 minggu. Ift optimum diperoleh pada perlakuan dengan perbandingan kotoran sapi dengan fleshing 60:40 | Limbah | |
3 | Validasi metode uji pengujian penthachlorophenol (PCP ). | 2005 | Ir. E. Ratna Utarianingrum | Validasi metode uji pengujian pentachlorophenol secara personal dengan metode DIN 53313 yang menggunakan detektor Electron Capture Detector (ECD) dilakukan dengan detektor Mass Spectrometer (MS) bertujuan untuk mengetahui kadar penthachlorophenol dari bermacam-macam kulit mentah tersamak. Tahap-tahap pengujian meliputi ekstraksi dengan ekstraktor Soxhlet, evaporasi, ekstraksi cair-cair, asetilasi, pemurnian dan analisis dengan GC-MS. Hasil pengujian dengan standar pentachlorophenol menunjukkan bahwa puncak pentachlorophenol muncul pada waktu retensi 12.525 dan dapat juga muncul puncak pada waktu retansi 12.317 sebagai pentachloromethoxy-Anisole, sehingga peralatan kromatograpfi gas dengan detektor spektrometer massa dapat menggantikan kromatografi gas dengan detektor penangkap elektron seperti yang disyaratkan DIN 53313 tetapi dengan kondisi operasi yang berbeda. Hasil pengujian pentachhlorophenol secara kualitatatif terhadap kulit boks, kulit jaket dan kulit sarung tangan memberikan hasil negatif. Dalam analisis ini tidak digunakan tetrachloroguaicol (TCG) sebagai standar internal untuk pengujian secara kuantitatif. | Barang Kulit & Garmen | |
4 | Validasi metode uji pengujian Curing Time kompon karet. | 2005 | Ir. E. Ratna Utarianingrum | Oscillating Disk Rheometer berfungsi untuk menentukan karakteristik vulkanisasi dari kompon karet tervulkanisasi. Dengan menggunakan Rheometer kita dapat menentukan waktu dan suhu vulkanisasi yang optimal dan akurat sehingga kompon karet yang dihasilkan akan mempunyai kualitas yang baik. Validasi Metode Uji Pengujian Curing Time Kompon Karet bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil pengujian diantara analis di LUKKAPS, Validasi Metode Uji juga akan meningkatkan profesionalisme para analis laboratorium. Standar Uji/Metode Uji yang digunakan ASTM.D. 2084-81 ?Test for Rubber Property-Vulcanization Characteristics Using Oscillating Disk Cure Meter?. Sedang evaluasi hasil uji dilakukan dengan penilaian Z-Score. Validasi Metode Uji Pengujian Curing Time Kompon Karet dilaksanakan oleh 4 (empat) orang operasionil LUKKAPS dengan kode : ana, yy, rw, dan eltri. Pengujian dilakukan dengan kondisi yang sama yaitu : upper time: 1500 C, lower time : 1500 C dan waktu pengujian : 30 menit. Evaluasi data keseluruhan empat personil ada 1 (satu) data yaitu eltri dengan nilai Z-score 2,81 sehingga dikatagorikan meragukan. Sedang hasil pengujian lainnya menunjukkan nilai Z-score anatara -2 dan +2 dengan katagori memuaskan. Evaluasi data masing-masing personil ada 2 (dua) data yaitu yy6 nilai Z-score 2,02 dan eltri2 nilai Z-score 2,02 dikategorikan meragukan. Sedang 2 (du) data yaitu rwt nilai Z score 3,37 dan eltri nilai Z- score 8,09 sehingga dikategorikan outlier. | Alas Kaki | |
5 | Validasi metode uji pengujian Cr +6 dalam kulit. | 2005 | Ir. Ratna Utarianingrum | Penelitian mengenai validasi metode uji chrome hexavalen dalam kulit bertujuan untuk membuktikan bahwa metode uji tersebut mempunyai sensitivitas yang tinggi dan dapat memberikan hasil uji yang valid. Dalam penelitian ini yang digunakan bahan uji adalah kulit samak krome, sedangkan metode uji yang dipakai adalah colorimetri dipherylcarbazide dengan penambahan gas inert (Nitrogen) untuk menghilangkan udara dan colorimetri diphenylecarbazide tanpa penambahan gas inert. Hasil validasi manunjukan bahwa metode uji colorimetri diphenylcarbazide tanpa penambahan gas inert menghasilkan data uji dengan sebaran yang homogen dan hasil uji optimal hasil ini dudukung oleh analisa statistik dengan Robust Test dengan Z Score adalah -0,7238 sampai 0,5387 menurut ISO Guide dinyatakan memuaskan. | Alas Kaki | |
6 | TEMU USAHA DAN KONSULTANSI HASIL LITBANG DI JAMBI | 2006 | Ir. Nursamsi Sarengat | Ir. Nursamsi Sarengat | Kulit | |
7 | TEKNOLOGI FINISIHING KULIT IKAN NILA UNTUK ATASAN SEPATU | 2009 | Ir. Emiliana Kasmudjiastusi 1. Ir. Sri Untari 2. Heru Budi Susanto, B.Sc, SE 3.Nurhafq, ST | <p align="justify">Penelitian ini beertujuan untuk mendapatkan teknologi <em>finishing </em>kulit ikan nila untuk bagian atasan sepatu yang dapat diterapkan pada industri sepatu di Jawa Timu dan Jawa Barat. Penelitian ini diawali denga pra penelitian dengan menggunakan 30 lembar kulit ikan nila dari limbah <em>fillet</em> ikan nila PT Aqua farm di Semarang, dengan variasi konsentrasi minyak 4%, 6%, dan 8%. Dari hasil pra penelitian diperoleh hasil bahwa variasi yang optimal asdlah penggunaan 4% minyak hal ini disebabkan karena hasil kemuluran rendah dan kekuatan tarik cukup tinggi. Selanjutnya pwnggunakan 4% minyak diterapkan pada penelitian lanjutan. Penelitian dengan menggunakan kulit sebanyak 647 lembar dengan variasi 4 (empat) faktor (binder, lak, suhu dan waktu <em>plating).</em> Hasil uji fisis meliputi kekuatan tarik, kemuluran, kekuatan sobek,kekuatan jahit dan kelemasan dianalisa statistik dengan prosedur <strong><em>General Linier Model (GLM)</em></strong> dilanjutkan dengan uji <em><strong>Tukey's Studentzed Range (HSD).</strong></em> Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa teknologi <em>finishing </em>yang paling optimal dicapai pada perlakuan kulit dengan kode AD IVc yaitu dengan penggunaan binder 1:2, dan lak 1:2,suhu plating 95 0C dengan waktu 1,5 detik. Kulit yang dihasilkan miemiliki kekompakan yang baik dan memiliki ketahanan lentur yang cukup baik yatiu dengan nilai 4/5 (kering) dan 3/4 (basah) pad skala abu-abu <em>(grey sclae).</em> Disamping itu memiliki kekuatan tarik 177,32 kg/cm2 kemuluran 62%, kekuatan sobek 41,92 kg/cm, kekuatan jahit 113,06 kg/cm, dan kelemasan 2,33. Dari hasil penerapan di industri sepatu di Jawa Timur dan Jawa Barat kulit <em>finish </em>dari kulit ikan nila tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan sepatu pria dan wanita secar <em>full </em>dari kulit ikan nila namun harus dilapis dengan menggunakan bahan dari kulit atau vinildan kulit ikan nila dapat menambah diversifikasi sepatu/alas kaki dari kulit ikan.</p> | Kulit | |
8 | TEKNOLOGI FINISHING KULIT IKAN NILA UNTUK ATASAN SEPATU | 2009 | Ir. Emiliana Kasmudjiastuti, Ir. Sri Untari, Heru Budi Susanto, S.E., Nurhafiq, ST | Ir. Emiliana Kasmudjiastuti, Ir. Sri Untari, Heru Budi Susanto, S.E., Nurhafiq, ST | Kulit | |
9 | SOSIALISASI PANDUAN PENGELOLAAN PENCEMARAN AKIBAT LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT DI SUKAREGANG GARUT JAWA BARA | 2008 | Drs. Sugeng | Drs. Sugeng | Kulit | |
10 | SOSIALISASI PANDUAN PENGELOLAAN PENCEMARAN AKIBAT LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT DI DIY | 2008 | Drs. Sugeng | Drs. Sugeng | Kulit | |
11 | SOSIALISASI PANDUAN PENGELOLAAN PENCEMARAN | 2008 | Drs. Sugeng, Wahono, A.Md, Misran, S.Sos | Drs. Sugeng, Wahono, A.Md, Misran, S.Sos | Kulit | |
12 | SOSIALISASI HASIL PENELITIAN INTEGRATED PLANT DESIGN INDUSTRI KULIT IKAN | 2008 | Ir. Sri Untari, Esti Rahayu, Suwondo, Sukirno | Ir. Sri Untari, Esti Rahayu, Suwondo, Sukirno | Kulit | |
13 | Sarung Tangan Karet anti alergi Berbasis Lateks Karet Alam Terdeproteinasi | 2017 | Indiah Ratna Dewi, S.Si. Muhammad Sholeh, M.Eng. Dona Rahmawati, S.TP. Endang Susianai, ST. Dr. Rer. nat Noviyan Darmawan, M.Sc. | Karet alam (NR) dari spesies Hevea brasilliensis adalah salah satu sumber daya alamterbarukan yang sangat berharga. NR memiliki banyak sifat yang unggul, namun juga memiliki kelemahan dalam sifat-sifat tertentu, seperti ketahanan terhadap minyak dan ketahanana terhadap cuaca. Keberadaaan ikatan ganda C=C pada rantai monomer Isoprenamenyebabkan NR mudah terdegradasi ketika permukaanya terpapar langung oleh sinar matahari, ozon, radiasi sinar UV dan udara, khususnya pada udara yang tinggi sehingga dilakukan modifikasi kimia terhadap NR untuk mengurangi kelemahannya. Namun keberadaan protein dalam NR dapat mengganggu efektivitas modifikasi kimia tersebut. Protein dapat bertindak sebagai pemburu radikal bebas dan dapat menghilangkan spesies radikal bebasyang ada pada mekanisme reaksi modifikasi. Protein yang terdapat pada permukaan NR juga dapat menimbulkan alergi sehingga protein dalam NR perlu di hilangkan. Proses deproteinasi lateks tinggi ammonia (HA – NR) menggunakan enzim proteolitik (1; 1,5; 2; 2,5% b/b), Urea (0,05; 0,1; 0,15;% b/b) dan gabungan keduanya(enzim 1%, urea 0,05% variasi waktu) ditambah dengan surfaktan SDS dan Sentrifuse 3500 rpm selama 3 x 60 menit sehingga menghasilkan karet yang terdeproteinasi (DPNR). Dilakukan pengujian protein dengan metode Kjeldahl, lateks hasil deproteinasi DPNR yang paling optimumdibuat film lateks. Dilakukan variasi konsentrasi koagulan (10; 20; 30%) dan waktu pencelupan (10; 20; 30 detik). Pada pembuatan film lateks dilakukan variasi pada jumlah bahan pengisi nano (0, 1, 2, 3, 4 dan 5%) Film yang hasilkan dilakukan pengujian kuat tarik dan perpanjangan putus. Dari hasil penelitian didapatkan hasil deproteinasi paling optimum adalah kombinasi enzin 1% -urea 0,05%, inkubasi 120 menitdalam suhu ruangKonsentrasi koagulan 20% dan waktu pencelupan 20 detik menghasilkan film dengan kuat tarik dan perpanjangan putus tertinggi. Film lateks tanpa penambahan bahan nano (NPCC=0) menghasilkan nilai kuat tarik dan perpanjangan putus tertinggi. Lateks DPNR dengan hasil terbaik pada uji kuat tarik dan perpenjangan putusnya kemudian dijadikan sebagai bahan untuk pembuatan sarung tangan karet anti alergi. Sarung tangan karet ditambah dengan anti bakteri ekstrak sirih dan ion Ag+. | Karet | |
14 | Rekayasa penyaring limbah padat sistem rotary pada industry penyamakan kulit | 2011 | Tri Rahayu Setyo Utami, Junjung Ponco P. | Kegiatan Rekayasa Penyaring Limbah Padat Sistem Rotary di Unit Pengolahan Air Limbah Industri Penyamakan Kulit bertujuan untuk membuat alat penyaring limbah system rotary.Penyaring limbah yang akan dibuat alat penyaring limbah model seperti screw conveyor hanya bagian bawah casing diganti dengan perforated stainless steel 304 dengan ukuran 42 mesh dan o lubang 2 mm. Hasil kegiatan berupa satu unit mesin penyaring limbah dengan spesifikasi diameter screw 300 mm, jarak pitch 171,4 mm, diameter poros 25,4 mm, panjang screw 1200 mm, kapasitas (theory) screw 20.648,27 kg/jam, kapasitas (octual) screw 10.324,13 kg/jam. Rangkaian penggeraknya berupa inverter, motor listrik ( 3 phase, 1 HP) dan gearbox. Kecepatan putaran mesin 0 – 29 RPM. | Rekayasa | |
15 | Rekayasa Mesin Pengikis Mutiara Kulit Ikan Pari untuk pembuatan barang jadi kulit | 2017 | R. Jaka Susila | Karena kulit ikan pari keras sehingga di[perlukan mesin jahit yang kuat.Untuk memuadahkan proses penjahitan perlu dilakukan pengikisan u tuk menghilangkanbutiran mutiara pada bagian yang akan di jahit. Saat ini belum ada peralatan yang sesuai untuk menghilangkan butiran mutiara kulit ikan pari sehingga pengrajin menghadapi kendala pada waktu menjahit kulit ikan pari. Pengrajin mencoba untuk menghilangkan butiran mutiara kulit ikan pari secara manual akan tetapi hasilnya kurang sem[purna dan membutuhkan waktu yang lam. Rekayasa Mesin Pengikis Mutiara kulit ikan pari untuk pembuatan barang jadi kulittelah menghasilkan satu unit prototipe mesin pengikis mutiara kulit ikan pari dengan motor listrik 1 phase, daya total 1170 watt dapat mengikis mutiara kulit ikan pari sehingga dapat di jahit saat akan dibuat barabg jadi kulit. Pengikisan dapat dilakukan dengan arah lurus dan melengkung berlawanan arah jarum jam (arah cembung) | Rekayasa | |
16 | REKAYASA MESIN PENGASAR SEPATU BERPITA UNTUK INDUSTRI KECIL | 1995 | Saryoto, B. Sc Rosma Radja Guk Guk, B. Sc Mardi Raharjo | <p class="MsoNormal"><span style="font-family:'Times New Roman';">Proses pengasahan pada pembuatan sepatu system lem merupakan tahapan penting untuk mendapatkan kualitas sepatu khususnya pada kuat rekat lem antara bagian atasan sepatu dengan bagian sol (bawahan). Pada industri sepatu skala besar, pengasaran ini dilakukan dengan berbagai mesin pengasar sesuai dengan bentuk dan jenis bahan komponen /bagian sepatu yang akan direkatkan. Keterbatasan kemampuan alat /mesin pada industri sepatu skala kecil menjadi kendala utama untuk kualitas dan kuantitas produk sepatu sistem lem khususnya model sepatu berpita. Berdasar observasi dari beberapa industri sepatu skala besar, maka dapat dibuat rekayasa mesin pengasar sepatu berpita yang dapat berfungsi untuk mengasarkan berbagai bentuk dan bahan komponen /sepatu berpita secara praktis sesuai kemampuan industri skala kecil. Uji coba hasil rekayasa mesin pengasar sol sepatu berpita disentra industri kecil sepatu kodya Magelang selama 45 hari dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1) mesin pengasar sepatu berpita hasil rekayasa dapat digunakan oleh industri skala kecil (siap pakai). 2) dari perhitungan tekno ekonomi, untuk waktu penyusutan 10 tahun dengan penggunaan 72 pasang/hari rata-rata dapat dihitung : a) beban biaya penyusutan perpasang Rp.10,00 . b) beban biaya pelayanan teknis perpasang Rp. 62,00 . apabila digunakan untuk 48 pasang/hari rata-rata dapat dihitung : a) beban biaya penyusutan perpasang Rp.14,50 . b) beban biaya pelayanan teknis perpasang Rp. 104,00. Disarankan hasil rekayasa mesin pengasar sepatu berpita ini tepat untuk pelayanan teknis di sentra industry kecil sepatu.</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="font-family:'Times New Roman';"> </span></p> | Rekayasa | |
17 | REKAYASA MESIN PENGASAR SEPATU BERPITA UNTUK INDUSTRI KECIL | 1996 | Mardi Raharjo Rosma Radja Guk Guk, B. Sc Saryoto, B. Sc | <p class="MsoNormal"><span style="font-family:'Times New Roman';">Proses pengasahan pada pembuatan sepatu system lem merupakan tahapan penting untuk mendapatkan kualitas sepatu khususnya pada kuat rekat lem antara bagian atasan sepatu dengan bagian sol (bawahan). Pada industri sepatu skala besar, pengasaran ini dilakukan dengan berbagai mesin pengasar sesuai dengan bentuk dan jenis bahan komponen /bagian sepatu yang akan direkatkan. Keterbatasan kemampuan alat /mesin pada industri sepatu skala kecil menjadi kendala utama untuk kualitas dan kuantitas produk sepatu sistem lem khususnya model sepatu berpita. Berdasar observasi dari beberapa industri sepatu skala besar, maka dapat dibuat rekayasa mesin pengasar sepatu berpita yang dapat berfungsi untuk mengasarkan berbagai bentuk dan bahan komponen /sepatu berpita secara praktis sesuai kemampuan industri skala kecil. Uji coba hasil rekayasa mesin pengasar sol sepatu berpita disentra industri kecil sepatu kodya Magelang selama 45 hari dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1) mesin pengasar sepatu berpita hasil rekayasa dapat digunakan oleh industri skala kecil (siap pakai). 2) dari perhitungan tekno ekonomi, untuk waktu penyusutan 10 tahun dengan penggunaan 72 pasang/hari rata-rata dapat dihitung : a) beban biaya penyusutan perpasang Rp.10,00 . b) beban biaya pelayanan teknis perpasang Rp. 62,00 . apabila digunakan untuk 48 pasang/hari rata-rata dapat dihitung : a) beban biaya penyusutan perpasang Rp.14,50 . b) beban biaya pelayanan teknis perpasang Rp. 104,00. Disarankan hasil rekayasa mesin pengasar sepatu berpita ini tepat untuk pelayanan teknis di sentra industry kecil sepatu.</span></p> | Rekayasa | |
18 | Rekayasa Mesin Fleshing Untuk Kulit Reptil Dan Kulit Berbulu | 1999 | Saryoto, Bsc Asmongin Sriyono | Buang daging pada kulit kecil dan kulit reptil masih dilakukan dengan kerja ntangan menggunakan pisau seset, dikarenakan kulitnya tidak rata , juga untuk menjaga kelestarian bagian nerf. Dengan data hasil observasi proses buang daging kulit ikan pari di Dian Desa dan data kepustakaan disusunlah 3 alternatif sistim tenaga penggerak pisau. Berdasar berbagai perhitungan dan pertimbangan untuk mendukung industri kecil penyamakan kulit dan industri kecil perbengkelan / rekayasa dipilih satu desain dengan tenaga penggerak pisau sistim pneumatik. Dengan pembuatan gambar teknik dan penyesuaian pengadaan bahannya dibuatlah komponen mesin sampai proses perakitannya. Uji coba mekanik dan beberapa kali perbaikan dapat merekayasa 1 (satu) unit mesin buang daging kulit kecil dengan data sebagai berikut : 1. Berat bagian mesin fleshing : 1,75 kg ; 2. Berat kompresor dan pipa spiral : 57,5 kg; 3. Berat keseluruhan : 59,25 kg; 4. Tekanan kompresor : 6 kg/cm ; 5. Ukuran diameter pisau : 100 mm ; 6. RPM poros pisau : 7700 ; 7. Ukuran paking mesin : ( P.100 ) ( L.45 ) ( T.80 ) cm ; 8. Ukuran luas lantai : ( 2,5 x 2 ) m. Uji coba untuk buang daging pada kullit ikan pari menunjukkan hasil yang lebih menguntungkan dari pada dikerjakan dengan pisau tangan antara lain : 1. Kerja memerlukan tenaga yang lebih ringan ; 2. Menghindari sesetan pisau yang dapat melukai kulit, 3. Diperlukan waktu yang lebih cepat apabila operator telah menguasai sistim kerja mesin. Dari hasil rekayasa ini dapat dimasyarakatkan dan dikembangkan lebih lanjut untuk mendukung permesinan tepat guna pada industri kecil perkulitan. | Sistem Mutu | |
19 | REKAYASA MESIN BLOW FILM TAHAP I | 2012 | Sri Waskito, B.Sc, SE Supriyadi, SE Jaka Susila, B.Sc, ST | Sampai saat ini permesinan yang dimiliki BBKKP untuk menunjang pelaksanaan tupoksinya masih dirasakan sangat kurang dan perkembangan teknologinya sudah ketinggalan, khususnya mesin-mesin plastik. Ssalah satu program yang ditempuh BBKKP dalam rangka meningkatkan teknologi peralatan dan meningkatkan sumber daya manusia yang dimiliki yaitu dengan melakukan perekayasaan mesin. Perekayasaan mesin yang dilakukan adalah membuat mesin blow film untuk kantong plastik dari bahan polipropilen. Kegiatan perekayasaan mesin blow film tahap I bertujuan membuat mesin blow film untuk kantong plastik dari bahan polipropilen. Kegiatan perekayasaan ini dimulai dengan melakukan studi pustaka mengenai mesin blow film, studi banding mesin blow film yang digunakan di industri plastik. Selanjutnya dilakukan pembuatan desain mesin dan pembuatan komponen mesin dari mesin blow film. Hasil pembuatan untuk tahap I berupa pembuatan 2 (dua) komponen utama mesin blow film yaitu pembuatan Die Head Assembly dan pembuatan rangka/ dudukan alat/ mesin. Perancangan komponen-komponen utama pembuatan mesin blow film yang meliputi perancangan Barrel dan Acrew, perancangan Die Head Assembly, perencanaan Sistem Penggerak Screw dan Gear Box, perancangan Guide Plate, perancangan Nip Roll Assembly, perancangan Winder Assembly, pemilihan motor penggerak, perancangan panel box mesin, perencanaan spesifikasi mesin dan cara kerja mesin blow film untuk kantong plastik dari bahan polipropilen. | Rekayasa | |
20 | Rekayasa Drum Desalting | 2002 | Ir. Suliestyah Wrd, MM Heru Budi Susanto, Dip.Kim Hasan Basalamah, Bsc | Kegiatan rekayasa ini dilaksanakan selama 10 bulan, menghasilkan 1unit drum, dari bahan kayu bengkirai dengan ukuran 1500 x 2000 mm. Spesifikasi teknis drum adalah Ukuran O (2000 x 1500) mm, motor penggerak : 3 phase, 10 Hp; Tegangan listrik : 220/380/440 V/50 / 60 hz, 3 p; Speed reducer : 1 : 10 (10 Hp); Rpm drum : 14; Pulley V belt : O 110 cm, O poros : 19 cm, bahan dari baja tuang ; Gear besar : O 140 cm, jumlah gigi : 125; Rantai penggerak : 10 feet, type 120 RIV ; Lubang pembuangan garam : O 6 cm, jarak titik lubang 18 cm ; Berat total drum : 1,2 ton ; Kapasitas drum : 750 lembar kulit mentah awet garam kambing/domba. Tujuan pembuatan drum desalting adalah untuk menghilangkan garam dari kulit mentah awet garam sebelum diproses lebih lanjut. Maksud penghilangan garam adalah sebagai langkah awal penerapan teknologi bersih pada industri penyamakan kulit, guna mengurangi beban pencemaran pada limbah cair yang disebabkan oleh sisa garam pada unit pengolahan air limbah. Sisa garam dapat dimanfaatkan kembali antara lain untuk pengawetan ulang kulit mentah dan proses pikel pada industri penyamakan kulit. Ujicoba penghilangan garam pada kulit mentah awet garam dengan menggunakan drum desalting menghasilkan limbah garam sebanyak 7 % dari berat kulit mentah. Rekayasa drum desalting dapat diterapkan pada industri | Sistem Mutu |