# | Judul | Tahun | Pelaksana | Abstrak | Kategori | |
---|---|---|---|---|---|---|
121 | Pelatihan dalam rangka Penerapan SNI. Ukuran Luas Kulit. | 1999 | Rosma radjagukguk, BSc Marwito, BSc Riris simanungkalit, BSc | Pelatihan dalam rangka Penerapan SNI. Ukuran Luas Kulit. Kegiatan ini merupakan usaha untuk menerapkan standar kulit masak. Kegiatan desiminasi ini dilaksanakan di lima daerah tingkat I di daerah Pulau Jawa yaitu Daerah istimewa Yogyakarta, Dati I Propinsi Jawa Tengah, Dati I Propinsi Jawa Timur, Dati I Propinsi Jawa Barat, dan DKI Jakarta. Kegiatan desiminasi ini di daerah Istimewa Yogyakarta diselenggarakan pada tanggal 28 juli 1997 dengan peserta sebanyak 30 (tiga puluh) orang yang terdiri dari perajin barang kulit, penyamak kulit dan perajin sepatu. Pelaksanaan desiminasi di daerah Jawa Tengah dilaksanakan pada tanggal 11 Agustus 1997 dan diikuti oleh perajin kulit, penyamak kulit dan perajin sepatu yang berjumlah 30 (tiga Puluh) orang. Pelatihan di daerah Jawa Timur dilaksanakan pada tanggal 13 Agustus 1997 dengan peserta 30 (tiga puluh) orang yang terdiri dari perajin barang kulit, penyamak kulit, perajin sepatu dan garmen. Ketiatan desiminasi di Jawa Barat dilaksanakan pada tanggal 21 Oktober 1997 dan diikuti oleh perajin kulit, penyamak kulit, perajin garmen dan sepatu sebanyak 30 orang. Pelatihan di DKI. Jakarta diselenggarakan pada tanggal 23 Oktober 1997 dengan jumlah peserta sebanyak 30 orang yang terdiri dari perajin sepatu. Materi yang diberikan dalam pelatihan ini adalah SII. 0516-81 : Ukuran Luas Kulit Masak dengan metode diskusi. Pada kegiatan pelatihan ini para perajin sangat antusias dalam mengikuti diskusi karena pada kesempatan ini telah dapat dipertemukan pihak-pihak yang berkepentingan yaitu penyamak kulit (yang dalam hal ini dapat disebut sebagai penyalur bahan baku), dengan pengguna bahan kulit yaitu perajin sepatu, barang kulit dan perajin garmen. | Kulit | |
122 | PELATIHAN PEMBUATAN BARANG JADI DARI KULIT SAPI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA | 2012 | Drs. Sugeng R. Jaka Susila, B.Sc., ST Ismail Umamit | Pelatihan Pembuatan Barang Jadi dari Kulit Sapi di Daerah Istimewa Yogyakarta dilaksanakan di Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik selama enam hari dari tanggal 15 s.d 20 Oktober 2012. kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia di bidang teknologi pembuatan barang kulit dari kulit sapi, sedangkan sasran kegitan ini adalah terwujudnya 20 orang pengrajin yang berkemampuan dan terampil dalam pembuatan barang kulit dari kulit sapi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah peserta sebanyak20 orang berasal dari daerah Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul. Materi yang disampaikan berupa teori 20 % dan praktek 80 % dengan instruktur dari Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik Yogyakarta yang kompeten di bidang kerajinan pembuatan barang kulit. Hasil yang didapat dari peserta selama pelatihan adalah meningkatnya kompetensi sumber daya manusia baik secara teori maupun praktek dalam hal pembuatan barang kulit terutama pembuatan tas dari kulit sap. Berdasarkan hasil evaluasi dapat disimpulkan bahwa para peserta sangat antusias dalam mengikuti proses belajar mengajar, khususnya untukmateri praktek, terbukti hampir seluruh peserta meginginkan agar pelatihan dilanjutkan dengan waktu pelatihan yang lebih lama agar dapat mendalami ilmu yang diserap. | Kulit | |
123 | PELATIHAN PEMBUATAN BARANG KULIT DARI KULIT IKAN PARI DI KALIMANTAN TIMUR | 2006 | Drs. Suradal | Drs. Suradal | Kulit | |
124 | Pelatihan pembuatan garmen kulit di pondok pesantren Daerah Istimewa Yogyakarta. | 2000 | Marwito, BSc Ir. Suharto Ahmad Bion | Pelatihan pembuatan garmen kulit di pondok pesantren Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan ini merupakan usaha untuk menggali potensi sumber daya manusia dengan meningkatkan ketrampilan di lingkungan pondok pesantren dan untuk menumbuh kembangkan industri garmen kulit di lingkungan pondok pesantren. Pelaksanaan desiminasi ini diselenggarakan di Pondok Pesantren Al Miftah, Nanggulan, Kulon Praga, Daerah Istimewa Yogyakarta selama 10 (sepuJuh) hari dari tanggal 13 Juli sampai dengan 23 luli 1998, diikuti oleh 30 (tiga puluh) orang santri. Materi pe!ajaran meliputi pelajaran teori 18 session dan pelajaran praktek 62 session yang. terdiri dari teori desain, teori pengetahuan alat, bahan dan assesoris, teori preparasi 18 dan penjahitan, teori pola garmen, praktek desain, praktek pola garmeh, praktek pemotongan bahan, praktek preparasi dan praktek penjahitan. Secara keseluruhan hasil praktek berupa 7 (tujuh) potong jaket dari kain dril1, 8 (delapan) potong jaket dari kulit. Dalam pelaksanaan desiminasi ini seluruh peserta dapat mengikuti seluruh materi "pelajaran dengan baik serta hasil praktek yang cukup memuaskan. Pada akhir pe1aksanaan desiminasi seluruh peserta dinyatakan memenuhi persyaratan yang ditentukan dan mendapat sertifIkat. Untuk bantuan modal kerja diberikan 1 (satu) unit mesin obras dan 2 (dua) unit mesin jahit lurus yang diserahkan ke pihak pondok pesantren Dari hasil pelaksanaan dapat disimpulkan bahwa para peserta memberikan tanggapan yang amat balk, bersemangat tinggi serta mengharapkan adanya tindak lanjut berupa pengembangan pembuatan garmen dan jenis yang lain. | Kulit | |
125 | Pelatihan Penyamakan Kulit Ikan Di Gunung Kidul | 2004 | R.B. Muryanto Wigiyanto R o s i d i | Pelatihan Penyamakan Kulit Ikan di Gunung Kidul dilaksanakan selama 5 (lima) hari pada tanggal 22 ? 26 Juli 2003 di Balai Karya Kemadang, Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunung Kidul, kerjasama antara Proyek Pengembangan dan Pelayanan Teknologi Industri Kulit, Karet dan Plastik dengan Dinas Perekonomian Kabupaten Gunung Kidul. Pelatihan diikuti oleh 15 (lima belas) orang peserta yang terdiri dari masyarakat nelayan dan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Gunung Kidul. Metode Pelatihan menggunakan metode teori, diskusi dan praktek. Bahan baku dan bahan pembantu serta peralatan untuk penyamakan disediakan oleh Panitia. Hasil dari Pelatihan ini telah dibentuk Kelompok Usaha Penyamakan Kulit Ikan dengan nama ? SARI SAMUDRA?, yang diharapkan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan menumbuhkan perekonomian Kabupaten Gunung Kidul. | Kulit | |
126 | Pelatihan Penyamakan Kulit Ikan Pari di Madura | 2005 | Ir. Primayanti | Pelatihan Penyamakan Kulit Ikan Pari di Kabupaten Sumenep Madura dilaksanakan 10 ( sepuluh ) hari pada tanggal 23 Agustus 2004 s/ d 2 September 2004, kerjasama antara Proyek Pengembangan dan Pelayanan teknologi Industri Kulit, Karet dan Plastik (PPTIKKP) dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan kabupaten sumenep Madura, dengan jumlah peserta 20 ( dua puluh 0 orang, komposisi peserta terdiri dari nelayan /pengumpul ikan dan pengrajin hasil laut, tempat pelaksanaan di Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Kabupaten Sumenep Madura. Metode pelatihan menggunakan metode teori, diskusi dan praktek. Tujuan pelatihan penyamakan kulit ikan pari tersebut adalah ; 1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pelatihan pemanfaatan hasil laut. 2. Peningkatan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha para nelayan dan keluarganya. 3. mengembangkan rekayasa teknologi era guna dan teknologi lokal yang spesifik yang disusuikan dengan kondisi daerah setempat dengan memperhatikan faktor lingkungan. Dan hasil evaluasi para peserta sangat tertarik akan materi yang diberikan sehingga sampai praktek pelatihan selesai jumlah peserta tetap 20 orang. Materi yang diberikan, cara penyampaian materi dan pelaksaan dinyatakan sangat menarik dan bermanfaat oleh para peserta dan peserta mengharapkan tindak lanjut kegiatan ini ke proses produksi kerajinan untuk mengurangi pengangguran. Agar tujuan tersebut berhasil dengan baik perlu adanya kerjasama antara Instansi terkait yaitu Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sumenep Madura, Dinas Perindustrian dan Kelautan Kabupaten Sumenep Madura serta balai Besar kulit, Kart dan palstik Yogyakarta. | Kulit | |
127 | PELATIHAN TATAH TEMBUS DAN SUNGGING UNTUK BARANG KULIT DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA | 2012 | Drs. Sugeng Dra. Murwati Dian Dwi Antari, B.Sc. SE | Pelatihan Tatah Tembus dan Sungging untuk Barang Kulit di Daerah Istimewa Yogyakarta dilaksanakan di Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik Yogyakarta selama 5 hari dari tanggal : 26 s/d 30 Maret 2012. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia di bidang teknologi pembuatan barang kulit, khususnya kulit perkamen dan meningkatkan nilai tambah produk kulit khususnya kulit perkamen di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan sasaran dari kegiatan ini adalah terwujudnya 15 orang pengrajin yang berkemampuan dan terampil dalam pembuatan barang kulit dari kulit perkamen di Daerah Istimewa Yogyakarta dan terwujudnya peningkatan nilai jual dari kulit perkamen. Jumlah peserta sebanyak 15 orang berasal dari 3 lokasi yaitu ; kodya Yogyakarta, Gendeng, Kasihan dan Pucung, Wukisari, Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Materi yang disampaikan berupa teori 20 % (Pengetahuan tatah tembus, pengetahuan bahan dan alat, pengetahuan tatah sungging dan kewirausahaan), praktek 80 % ( Praktek pembuatan pola kipas, praktek menatah kipas, praktek menyungging kipas, finishing pemasangan ragangan kipas, praktek pembuatan pola kap lampu, praktek menatah kap lampu, praktek menyungging kap lampu dan finishing pemasangan kap lampu), dengan instruktur dari Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik Yogyakarta dan praktisi dari Kasihan, bantul, Yogyakarta yang kompeten di bidang tatah tembus dan sungging untuk barang kulit. Berdasarkan hasil evaluasi dapat disimpulkan bahwa 15 peserta telah mempunyai kemampuan dan ketrampilan dalam membuat barang kulit tatah tembus dan sungging yang berupa kap lampu dan kipas dengan mutu yang baik. Seluruh peserta sangat antusias dalam mengikuti proses belajar mengajar, baik berupa materi teori maupun praktek, dan seluruh peserta menginginkan agar pelatihan dilanjutkan dengan waktu yang lebih lama. | Kulit | |
128 | Pelatihan Teknologi Pembuatan Garmen Kulit (Jaket) Di Daerah Istimewa Yogyakarta | 2004 | Suyono Wahyu Bintoro | Diseminasi Teknologi Pembuatan Garmen Kulit (Jaket) merupakan kegiatan Proyek Pengembangan Teknologi Industri Kulit, Karet dan Plastik tahun anggaran 2003. Diseminasi Teknologi Pembuatan Garmen Kulit (Jaket) berlangsung selama 10 (sepuluh) hari mulai dari tanggal 21 Juli 2003 sampai dengan tanggal 31 Juli 2003 yang bertempat di Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik, Jln. Sokonandi No. 9 Yogyakarta. Pelajaran yang diberikan sebanyak 40 session yaitu 3 session pelajaran teori, dan 37 session pelajaran praktek. Peserta yang mengikuti diseminasi ini sebanyak 10 orang yang berasal dari Kabupaten Gunung Kidul 1 orang, Kabupaten Bantul 6 orang, Kotamadya Yogyakarta 1 orang dan Kabupaten Sleman 1 orang, dengan variasi pendidikan dari tingkat SLTA sampai dengan Sarjana. Untuk pelajaran teori, meliputi pengetahuan Garmen Kulit, pengetahuan Desain dan Pola, serta pengetahuan Alat dan Mesin. Sedangkan pelajaran praktek meliputi pembuatan Desain Garmen Kulit, pembuatan Pola Garmen Kulit, Praktek pemotongan Bahan, serta praktek Preparasi dan Penjahitan. Praktek yang dibuat dalam pelatihan ini adalah jaket dari bahan kain drill sebagai prototype sebanyak 10 (sepuluh) jaket dan hasilnya dibawa pulang untuk peserta. Sedangkan pembuatan 5 (lima) buah jaket dari kulit untuk arsip Proyek Pengembangan dan Pelayanan Teknologi Industri Kulit, Karet dan Plastik tahun anggaran 2003. | Kulit | |
129 | Pemanfaatan kulit ikan pari untuk lapis furniture | 2005 | Ir. Widari Bambang Suroto, B.Sc Abuchori, B.Sc Agustin Suraswati, BE | Penelitian pemanfaatan kulit ikan pari untuk lapis furniture merupakan kegiatan Kelompok Kerja 6301 B, dengan tujuan memperoleh teknologi yang tepat dan sesuai untuk persiapan furniture menggunakan kulit ikan pari. Dan sasarannya adalah furniture yang dilapisi kulit ikan pari. Pada proses penyamakan menggunakan kulit ikan pari awet garam sedangkan furniture yang digunakan adalah meja samping dan kursi. Pada pengujian kelekatan antara kulit ikan pari dan kayu menggunakan tiga jenis lem yaitu lem A, E, dan F. Kulit lekat lem tertinggi diperoleh dari penggunaan E sebesar 3,951 Kg/Cm dan terendah adalah lem A 1.887/Kg/Cm. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa dengan teknologi yang tepat dan sesuai, kulit ikan pari dapat dimanfaatkan sebagai lapis furniture. | Kulit | |
130 | Pemanfaatan limbah pertanian serbuk sabut kelapa (Cocodust) untuk pembuatan komposit karet | 2005 | Ir. Penny Setyowati, MP Dra. Sri Nadilah Hernadi Surip, B.Sc. Ir. Any Setyaningsih | Abstrak: Penelitian dengan judul ?Pemanfaatan Limbah Pertanian serbuk sabut kelapa (cocodust) untuk pembuatan komposit karet? bertujuan memanfaatkan serbuk sabut kelapa (cocodust) untuk pembuatan komposit cocodust ? karet lateks sebagai bahan peredam suara dan komposit cocodust-karet padat untuk karpet karet. Penelitian pertama mengenai komposit cocodust-karet lateks untuk peredam suara secara garis besar menggunakan teknologi pembuatan papan partikel yaitu mencapur cocdust sebagai bahan solulose dengan kompon lateks sebagai bahan perekat dengan perbandingan cocodust : kompon lateks divariasi berturut-turut 1 : 1 dan 1 : 1,5, kemudian dicetak dan dipres dengan tekanan variasi berturut-turut 70,90 dan 110 kg/Cm2, setelah itu dijemur selama 3 x 8 jam, dilanjutkan proses vulkanisasi untuk mematangkan kompos lateksnya pada suhu 100 0C selama 3 jam. Hasil optimun dicapai pada perbandingan cocodust : komp. Lateks = 1 : 1 dan tekanan pengepresan 90 kg/Cm2 (komposit dengan kode P 90) dengan sifat fisik kerapatan 0,4933 g/Cm3, kadar air 7,9437%, kuat lentur 4,8802 kg/Cm2, kuat tarik tegak lurus 1,3409 kg/Cm2, kuat pegang skrup 4,528 kg, kemampuan menyerap suara (sound absorption) pada 125 Hz mencapai 95,4% dan hasil kemampuan dipaku baik (tidak retak ). Cara uji merujuk SNI 03-2105-1996 ? Mutu Papan Partikel ?SNI 15-0233-1984? Mutu dan cara uji Lembaran Serat Semen ? dan JIS A 1405-1988 ?Methods of Test for Sound Absorption of Acoustical Materials by The Tube Method?. Penelitian kedua mengenai komposit cocodust ? karet padat untuk karpet karet menggunakan teknologi komponding karet, formulasi berbasis karet, RSS dengan variable jumlah cocodust sebagai bahan pengisi berturut?turut 30,40,50,60 dan 70 phr, bahan aditip lainnya tetap. Kompon komposit cocodust-karet pada yang dihasilkan divulkanisasi pada suhu 150 0C, tekanan 150 kg/Cm2 dalam waktu 10 menit. Hasil optimum dicapai pada penggunaan cocodust 50 phr (komposit dengan kode KKIII) dengan sifat fisika tegangan putus 61,8257 kg/Cm2, perpanjangan putus 306%, kerapatan masa 1,1667 g/Cm3, kekerasan 71,45 shore A, ketahanan papatan 212,9131 N/Cm2, pampat tetap 7,3856% dan ketahanan terhadap pengusangan dipercepat memberikan hasil baik ( tidak retak ). Cara uji merujuk pada SNI 12-1000-1989 ?Karpet karet? | Standar | |
131 | Pemanfaatan Cashew Nut Shell Liquid (CNSL) Sebagai Substitusi Bahan Baku Dan Bahan Pembantu Karet | 2004 | Ir. Herminiwati, M.P. Ir. Dwi Wahini Nurhayati, M.Eng Dra. Sri Brataningsih Puji Lestari A s r i | Penelitian Pemanfaatan Cashew Nut Shell Liquid (CNSL )Sebagai Substitusi Bahan Baku dan Bahan Pembantu Karet bertujuan untuk memanfaatkan CNSL sebagai bahan substitusi karet dalam pembuatan kampas rem dan sebagai bahan bantu proses (plasticizer) dalam pembuatan sol sepatu. Formula untuk pembuatan kampas rem terdiri dari serta asbestos 44,0 ? 65,0 bagian, friction dust 10 bagian , barium sulfat 13,5 ? 15 bagian, heksamin 1,0 bagian dan binder 34,25 bagian. Formula binder terdiri dari CNSL masak 225,0 bagian, fenol 23,5 bagian, paraformaldehid 18,0 bagian, NaOH 2,5 bagian dan aquadest 12,0 bagian. Binder dibuat dengan cara memanaskan CNSL terlebih dulu pada suhu 120oC selama 1 jam kemudian didinginkan sampai suhu lebih kurang 50oC. Selanjutnya masukkan berturut-turut formaldehid, NaOH yang telah dilarutkan dengan aquadest, dan fenol. Pencampuran dilakukan sambil terus diaduk dan kemudian dipanaskan pada suhu 150oC selama 30 menit. Untuk pembuatan sepatu dengan plasticizer CNSL digunakan formula yang terdiri dari karet alam RSS 100 phr, karbon black 50 phr, minyak minarex B 0-10 phr, CNSL masak 0 ? 10 phr, asam stearat 0,5 phr, zink oksida 5 phr, parafin wax 0,5 phr, MBTS 1 phr, antioksidan 1 phr, dan belerang 2 phr. Proses komponding dilakukan dengan two roll mill, sedangkan vulkanisasi dilakukan pada suhu 150oC dan tekanan 150 kg/cm2. Kampas rem diuji berdasarkan SNI 09-2775-1992; cara Uji Massa Jenis Kampas Rem Cakram dan Kampas Rem Teromol untuk Kendaraan Bermotor, SNI 09-2663-1992 : Cara Uji Ketahanan terhadap Air, Larutan garam, Minyak pelumas, dan Cairan rem untuk Kendaraan Bermotor, dan SNI 09-2774 -1992 : Test Procedure of Porosity for Brake Linings and Pads of Automobiles. Sol sepatu diuji berdasarkan SNI 12 ? 0172 ? 1987 : Sepatu Kanvas untuk umum. CNSL dapat digunakan untuk substitusi bahan baku karet dalam pembuatan kampas rem kendaraan bermotor dan formulasi terbaik terdiri dari serat asbestos 58 bagian, friction dust 10 bagian, barium sulfat 13,5 bagian, heksamin 1 bagian, dan binder 34,25 bagian. Hasil uji formulasi kampas rem terbaik berturut -turut adalah massa jenis 1,50; porositas 12,99%; ketahanan terhadap air 2,50%; ketahanan terhadap larutan garam 2,20%; ketahanan terhadap oli 1,84%; ketahanan terhadap minyak rem 1,58%. Selain itu CNSL juga dapat digunakan untuk plasticizer dalam pembuatan sol sepatu dan formulasi terbaik terdiri dari karet alam RSS 100 phr, karbon black 50 phr, CNSL masak 5 phr, asam stearat 0,5 phr, zink oksida 5 phr, parafin wax 0,5 phr, MBTS 1 phr, antioksidan 1 phr, dan belerang 2 phr. Sifat fisis formulasi sol terbaik berturut-turut adalah kekerasan 62,33 Shore A, tegangan putus 136,4 kg/cm2, perpanjangan putus 198,29%, ketahanan sobek 63,56 kg/cm2, bobot jenis 1,136 g/cm3, perpanjangan tetap 6,40%, ketahanan kikis Grasselli 0,7111mm3/kgm dan tidak retak pada uji ketahanan retak lentur 150kcs. | Alas Kaki | |
132 | Pemanfaatan Debu Buffing Dan Shaving Sebagai Bahan Pembuatan Kertas Dan Kukit Imitasi | 2001 | Sri Sutyasmi BSc.ST Dra. Murwati Sofyan Karani, B.Sc. ST Drs. Suprapto | Debu buffing dan sisa shaving merupakan limbah padat kulit yang sulit terdekomposisi dan merupakan masalah yang besar di industri penyamakan kulit. Selama ini limbah tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal dan hanya dibuang di TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Penelitian ini mencoba untuk memanfaatkan debu buffing dan shaving sebagai bahan baku kertas dan sebagai filler untuk kulit imitasi. Untuk pembuatan kertas karton digunakan sisa shaving dengan variasi sebesar 0%, 20%, 40%, 60% dan 80%. Semua variasi pembuatan kertas karton dalam penelitian ini secara fisik kelihatan baik, namun hasil uji secara laboratories terlihat bahwa semakin besar penambahan sisa shaving, kualitas kertas karton semakin menurun. Untuk kertas seni sisa shaving hanya digunakan untuk pembuatan motif, dan hasilnya menunjukkan bahwa kertas seni yang diproses mempunyai kualitas lebih baik dibanding dengan yang tidak dipress. Untuk kulit imitasi, debu buffing dengan variasi 0; 2,5; 5 ; 7,5 ; dan 10 bagian, dimanfaatkan untuk filler sebagai pengganti CaCO3 aktif. Dari hasil uji laboratorium terlihat bahwa kualitas terbaik pada penambahan 10 bagian buffing. | Standar | |
133 | Pemanfaatan Enzim Alkaline Protease untuk Proses Perendaman Penyamakan Kulit Garmen | 2011 | Jaka Susila, B.Sc, ST., Ir. Emiliana K. | Penelitian penggunaan enzim proteolitik dalam industry penyamakan kulit adalah sebagai bahan pembantu untu menghilangkan inter fibril sehingga kulit menjadi elastic dan lembek. Enzim proteolitik dapat menghilangkan protein globular sehingga serabut kolagen kulit menjadi lebih terbuka dan akan mempermudah berikatan dengan bahan penyamak. Dibandingkan dengan metode konvensional penggunaan enzim proteolitik dalam perendaman dapat menghemat waktu sampai 45%. Tahap pra penelitian dengan memp[erlakukan 3 jenis enzim yaitu enzim komersial ( Basozym S-20 dan Borron DL) dengan enzyme mikroorganisme dari BPPT ( Bacillus Megatorium DSM-319). Hasil foto Mikrograf dilihat pda depolimerisasi akibat serabur kolagen terhadap penggunaan berbagai jenis enzyme serta hasi uji sifat fisis kulit garmen dan control. Proses penelitian menggunakan enzyme yang lebih dri hasil pra adalah Bacillus Megatorium DSM-319 dan data hasil pengujian dilakukan analisa dengan menggunakan rancangan acak lengkap 3 x 3 pola factorial, dengan 3 perlakuan waktu perendaman dan 3 perlakuan konsentrasi enzym bila terjadi perbedaan dilakukan uji Duncan’s test. Penurunan kadar protein kulit kambing setelah perendaman yang terbaik adalah pada konsentrasi sebesar 1% dan waktu 60 menit yaitu 42,32%. Pengujian fisis kulit garmen kambing yang terbaik pada penelitian ini adalah pada kosentrasi sebesar 1% dan waktu 60 menit dan masuk persyaratan SNI 4593: 2011 Kulit Jakaet Domba/ Kambing yaitu kekuatan tarik 501,308 kg/cm2 , Kemuluran 45,66%, Kekuatan sobek 36,94 (kg/cm), Kelemasan 5,58 mm, Ketahanan gosokm cat basah 4 dan ketahanan gosok cat kering 4/5. | Kulit | |
134 | Pemanfaatan jenis tumbuhan lokal sebagai pengganti bahan penyamak nabati asal impor. | 2000 | Ir. Sri Pertiwi Rumiyati,MP Sri Waskito B.Sc Rusman Saroso | Penelitian pemanfaatan jenis tumbuhan lokal sebagai pengganti bahan penyamak nabati asal impor bertujuan untuk mengetahui jenis tanaman lokal yang mengandung zat penyamak nabati dan dapat digunakan sebagai bahan penyamak. Jenis tanaman untuk penelitian adalah tanaman bakau - bakau, biji pinang dan gambir. Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam 3 (tiga) tahap yaitu : (1) Ekstraksi zat penyamak nabati. (2) Proses penyamakan kulit tas koper sistim samak cepat proses samak kombinasi krom ? nabati, dan krom - sintan - nabati dengan bahan penyamak dari bakau-bakau, biji pinang dan gambir; (3) Analisa kuantitatif bahan penyamak nabati serta uji mutu kulit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan zat penyamak (tannin) dalam bakau ? bakau, biji pinang dan gambir berturut-turut adalah 15,5 g/l; 11,62 g/l; 30,00 g/l. Bahan penyamak tersebut dapat digunakan sebagai alternatif sebagai pengganti bahan penyamak nabati asal impor. Mutu kulit tas koper yang dihasilkan relatif sama dengan mutu kulit tas koper samak kombinasi dengan bahan penyamak asal impor (mimosa). Mutu kulit tersebut memenuhi persyaratan SNI. 06-0335-1989, Mutu dan cara uji kulit sapi untuk tas kopor. | Kulit | |
135 | Pemanfaatan Krom Hasil Hidrolisa Krom Shaving Dengan Alkali Untuk Penyamakan Kulit | 2010 | Sri Sutyasmi, B Sc, ST,Dra Supraptiningsih, MSi, Joko Susila, B.Sc, ST, Agustin Suraswati BE | Limbah padat pada kulit khususnya limbah shaving di industri penyamakan kulit sangat bermasalah, sulit ditangani. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk penanganan limbah shaving ini, namun belum semua termanfaatkan. Penelitian mengenai hidrolisa krom shaving yang menggunakan alkali, asam maupun enzim telah dilakukan di tahun 2008, sedangkan pemanfaatan hidolisa krom shaving belum dimanfaatkan. Untuk itu tahun 2010 memanfaatkan krom hasil hidrolisa dengan alkali untuk penyamakan kulit. Alkali yang digunakan untuk hidrolisa krom shaving ini adalah NaOH, dengan variasi 1%, 2% dan 3% dalam air 10 Liter dan limbah shaving 30 kg serta waktu hidrolisa 1 jam, suhu 100 oC. Hasil Hidrolisa Kemudian dipisahkan antara krom dan protein kolagen yang ada dalam limbah shaving dengan cara penyaringan. Lumpur krom yang tersisa di saringan selanjutnya di recovery dengan menggunakan asam sulfat pekat sampai larut, kemudian di uji kadarCr2O3 hasilnya 11 mg/l. Selanjutnmya larutan krom sulfat digunakan untuk menyamak kulit dengan variasi 0, 30, 40, 50, 60, 70 dan 100 % dan kadar Krom (Cr2O3) yang digunakan untuk menyamak kulit glace jumlahnya 8%. Hasil analisa kulit glace baik yang menggunakan krom olahan maupun krom asli (Chromosal B) memenuhi SNI -250-1989 kecuali kemuluran dan kadar abu. Pemakaian krom olahan ini dapat menghemat krom sebesar 144 kg/tahun atau Rp. 5.760.000,-. | Kulit | |
136 | Pemanfaatan Krom Hasil Hidrolisa Krom Shaving Dengan Alkali Untuk Penyamakan Kulit | 2010 | Sri Sutyasmi, B Sc, ST Dra Supraptiningsih, MSi Joko Susila, B.Sc, ST Agustin Suraswati BE | Limbah padat pada kulit khususnya limbah shaving di industri penyamakan kulit sangat bermasalah, sulit ditangani. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk penanganan limbah shaving ini, namun belum semua termanfaatkan. Penelitian mengenai hidrolisa krom shaving yang menggunakan alkali, asam maupun enzim telah dilakukan di tahun 2008, sedangkan pemanfaatan hidolisa krom shaving belum dimanfaatkan. Untuk itu tahun 2010 memanfaatkan krom hasil hidrolisa dengan alkali untuk penyamakan kulit. Alkali yang digunakan untuk hidrolisa krom shaving ini adalah NaOH, dengan variasi 1%, 2% dan 3% dalam air 10 Liter dan limbah shaving 30 kg serta waktu hidrolisa 1 jam, suhu 100 oC. Hasil Hidrolisa Kemudian dipisahkan antara krom dan protein kolagen yang ada dalam limbah shaving dengan cara penyaringan. Lumpur krom yang tersisa di saringan selanjutnya di recovery dengan menggunakan asam sulfat pekat sampai larut, kemudian di uji kadar Cr2O3 hasilnya 11 mg/l. Selanjutnya larutan krom sulfat digunakan untuk menyamak kulit dengan variasi 0, 30, 40, 50, 60, 70 dan 100 % dan kadar Krom (Cr2O3) yang digunakan untuk menyamak kulit glace jumlahnya 8%. Hasil analisa kulit glace baik yang menggunakan krom olahan maupun krom asli (Chromosal B) memenuhi SNI -250-1989 kecuali kemuluran dan kadar abu. Pemakaian krom olahan ini dapat menghemat krom sebesar 144 kg/tahun atau Rp. 5.760.000,-. | Limbah | |
137 | PEMANFAATAN KULIT BELAHAN DARI KULIT SAPI UNTUK BAHAN PEMBUATAN TAS / KOPER | 1992 | Ir. Susilowati, Sudiyono, B.Sc, Ir. Primayanti | <div align="justify"><span style="font-size:11pt;line-height:115%;font-family:Calibri, 'sans-serif';">Pengembangan ini bertujuan memanfaatkan kulit belahan sapi untuk pembuatan kulit tas/ koper yang memenuhi persyaratan SII 0241-79 “Mutu dan cara uji kulit sapi untuk tas/ koper”. Bahan berupa kulit sapi belahan kering 15 (lima belas) lembar (30 side) yang biasa digunakan untuk pembuatan kulit sel dalam. Penyamakan dengan bahan penyamak kombinasi, yaitu krom dan ekstrak mimosa sampai diperoleh kulit kras. Kulit kras diimpregnasi dengan variasi perbandingan film forming 17 ;20;23 bagian dan penetrator 7;10;13 bagian. Dari beberapa warna yang dicoba, maka warna yang diterapkan karena lebih banyak pemilihnya adalah warna coklat muda yang berasal dari 98 bagian camotex tan pp 1859 dan 2 bagian pigmen hitam serta warna coklat tua yang berasal dari 70 bagian camotex tan pp 1859, ekor 25 bagian dan 5 bagian pigmen hitam. Hasil kulit yang diperoleh diuji dengan parameter SII 0241-79, sedangkan sebagai pelengkap, untuk keadaan cat tutupnya dibandingkan dengan SII 0018-79 “Mutu dan cara uji kulit boks”. Dari 9 variasi yang dilakukan, yang memenuhi persyaratan adalah variasi 17:7 ; 20:7 ; 23:7 ;17:10 ; 20:10 dan 23:10. Masing-masing variasi mempunyai salah satu sifat fisikan yang unggul, oleh karenanya dapat dipilih variasi yang tepat untuk memperoleh sifat unggulan sesuai kebutuhan. Namun yang paling ekonomis adalah pemakaian variasi 17 : 7 dengan perkiraan biaya produksi Rp 1.993,40 / sq.ft.</span></div> | Kulit | |
138 | PEMANFAATAN KULIT BELAHAN DARI KULIT SAPI UNTUK BAHAN PEMBUATAN TAS / KOPER | 1992 | Ir. Susilowati, Sudiyono, B.Sc, Ir. Primayanti | <div align="justify"><span style="font-size:11pt;line-height:115%;font-family:Calibri, 'sans-serif';">Pengembangan ini bertujuan memanfaatkan kulit belahan sapi untuk pembuatan kulit tas/ koper yang memenuhi persyaratan SII 0241-79 “Mutu dan cara uji kulit sapi untuk tas/ koper”. Bahan berupa kulit sapi belahan kering 15 (lima belas) lembar (30 side) yang biasa digunakan untuk pembuatan kulit sel dalam. Penyamakan dengan bahan penyamak kombinasi, yaitu krom dan ekstrak mimosa sampai diperoleh kulit kras. Kulit kras diimpregnasi dengan variasi perbandingan film forming 17 ;20;23 bagian dan penetrator 7;10;13 bagian. Dari beberapa warna yang dicoba, maka warna yang diterapkan karena lebih banyak pemilihnya adalah warna coklat muda yang berasal dari 98 bagian camotex tan pp 1859 dan 2 bagian pigmen hitam serta warna coklat tua yang berasal dari 70 bagian camotex tan pp 1859, ekor 25 bagian dan 5 bagian pigmen hitam. Hasil kulit yang diperoleh diuji dengan parameter SII 0241-79, sedangkan sebagai pelengkap, untuk keadaan cat tutupnya dibandingkan dengan SII 0018-79 “Mutu dan cara uji kulit boks”. Dari 9 variasi yang dilakukan, yang memenuhi persyaratan adalah variasi 17:7 ; 20:7 ; 23:7 ;17:10 ; 20:10 dan 23:10. Masing-masing variasi mempunyai salah satu sifat fisikan yang unggul, oleh karenanya dapat dipilih variasi yang tepat untuk memperoleh sifat unggulan sesuai kebutuhan. Namun yang paling ekonomis adalah pemakaian variasi 17 : 7 dengan perkiraan biaya produksi Rp 1.993,40 / sq.ft.</span></div> | Kulit | |
139 | Pemanfaatan kulit sisa fleshing sebagai salah satu penyusun ransum makan temak. | 2000 | Sri sutyasmi, B.Sc, St Ir. Suramto Joko Susila, B.Sc Tc. Bambang supriyono Agusti S, Bsc Sri wa | Pemanfaatan kulit sisa fleshing sebagai salah satu penyusun ransum makan temak. Limbah padat industri penyamakan kulit yang berupa sisa fleshing mempunyai volume yang cukup besar, yaitu antara 70 - 230 kg per ton kulit mentah yang diproses. Limbah sebesar ini bisa dimanfaatkan untuk salah satu penyusun ransum pakan ternak sebagai pengganti tepung ikan. Ada dua perlakuan untuk proses pembuatan tepung fleshing, yaitu tanpa auto claf dan dengan menggunakan autoclaf. Tanpa autoclaf daya cernanya rendah 7,5 %, lemaknya tinggi 33 %, sedangkan dengan menggunakan autoclaf daya cernanya bertambah menjadi 71,45 % dan lemaknya turun menjadi kurang dari 10 %. Ini bermanfaat untuk penyusunan ransum pakan ternak karena lemak yang tinggi akan mengganggu penyerapan makanan ke dalam tubuh ternak. Ada 3 formula penyusunan . ransum yaitu : untuk ayam pedaging, ayam petelur dan ikan Iele. Setiap ternak dibuat 3 perlakuan ransum dan 3 kali ulangan yang masing-masing 3 ekor dengan 1 kontrol yang berisi 3 ekor. Cara menyusun ransum dengan metoda MPS (Metoda Pendugaan Sederhana) dimana setiap orang (peternak) bisa melakukannya. Uji coba ke ternaknya menggunakan tepung fleshing 50 % - 75 % dan 100 % untuk substansi tepung ikan. Hasil uji coba untuk semua ternak menurut analisa statistik tidak ada beda nyata untuk semua perlakuan kecuali untuk pakan ikan lele yang sisa fleshingnya diolah menggunakan autoclaf. Harga tepung fleshing lebih murah Rp. 2.500,- dari pada harga tepung ikan per kilogramnya. | Standar | |
140 | Pemanfaatan Limbah Padat Buffing Sebagai Filler Pembuatan Kompon Keret Untuk Sol | 2004 | Dra. Murwati Bambang Supriyono, B Sc Sri Sutyasmi, B Sc, ST Chr. Riningsih, B Sc Isyuniari | Debu buffing merupakan limbah pada kulit yang dihasilkan oleh industri penyamakan kulit. Selama ini limbah padat tersebut belum ditangani secara optimal, maka perlu dilakukan penelitian yang berkaitan dengan limbah padat kulit tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk penanganan limbah padat buffing dengan memanfaatkan sebagai filler. Pembuatan kompon karet untuk sol . Penelitian dilakukan dengan mensubstitusi sebagian filler carbon black dengan debu buffing dan menvariasi jumlah perbandingan carbon black dengan debu buffing sebanyak 5 (lima) variasi yaitu carbon black/debu buffing = 50/10, 40/20, 30/30, 20/40 dan 10/50 limbah padat buffing yang digunakan 2 (dua) jenis yaitu limbah padat buffing dari samak khrom dan limbah padat buffing dari samak kombinasi/formaldehid. Kompon karet hasil penelitian diuji sifat fisisnya dengan tolok ukur SNI 0778-1989 ? Sol Karet Cetak ? dan semua formulasi untuk variasi jumlah debu buffing memnuhi persyaratan SNI. Dari hasl evaluasi formula yang memberi hasil terbaik adalah yang menggunakan perbandingan carbon black/buffing = 20/40 untuk samak khrom dan 10/50 untuk debu buffing samak kombinasi/formaldehid. Jadi limbah padat buffing dapat digunakan sebagai filler kompon karet untuk sol dan berdampak positif terhadap sifat-sifat sol karet cetak. | Standar |